Anda di halaman 1dari 7

CONTENT ANALISIS PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUKU

KH. AHMAD DAHLAN (1868-1925)

Siska Itaniyah

Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Siskaitaniyah328@gmail.com

Abstract : This article contains the Content Analysis of Islamic Education Renewal in the
Book of Kh. Ahmad Dahlan (1868-1925). In this content analysis, it is found how the renewal
of Islamic education in the book of KH. Ahmad Dahlan, and in this study used descriptive
qualitative methods with data collection methods through library research. The results of the
study revealed that the renewal of Islamic education according to KH. Ahmad Dahlan,
namely: Changing the way of teaching and learning from the sorogan system to the classical
system. The learning materials provided are not only religious lessons but also general
lessons. He introduced a regular lesson plan. Education outside of study time is held in a
guided dormitory on a regular basis. Thoughts KH. Ahmad Dahlan in advancing Islamic
education in Indonesia is to aspire to the realization of a true Islamic society.

Keywords: Analysis, Islamic Education Reform, Kh. Ahmad Dahlan

Abstrak : Artikel ini berisi tentang Content Analisis Pembaharuan Pendidikan Islam Dalam
Buku Kh. Ahmad Dahlan (1868-1925). Dalam content analisis ini ditemukan bagaimana
pembaharuan pendidikan islam dalam buku KH. Ahmad Dahlan, dan dalam Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui studi
pustaka. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Pembaharuan Pendidikan Islam Menurut
KH. Ahmad Dahlan yaitu : Merubah cara mengajar dan belajar dari sistem sorogan ke sistem
klasikal. Bahan pelajaran yang diberikan tidak hanya pelajaran agama tapi juga pelajaran
umum. Beliau memperkenalkan rencana pembelajaran yang teratur. Pendidikan diluar waktu
belajar diselenggarakan di dalam asrama yang terpimpin secara teratur. Pemikiran KH.
Ahmad Dahlan dalam memajukan pendidikan Islam di Indonesia yaitu dengan mencita-
citakan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Kata Kunci: Analisis, Pembaharuan Pendidikan Islam, Kh. Ahmad Dahlan


Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu bagian yang terpenting dalam suatu proses
perkembangan suatu bangsa. Dengan adanya pendidikan munculah tokoh pemikir
yang peduli terhadap pendidikan bangsa di indonesia yang menjadi faktor pendorong
pergerakan nasional di indonesia. John Dewey berpendapat bahwa pendidikan
didefinisikan berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang tanpa pikir
(education is the proces without end), dan pendidikan merupakan proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (daya
intelektual) maupun daya emosional (perasaan) yang diarahkan kepada kebiasaan
manusia dan kepada sesamanya.1
Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara dan sebagainya)
mendidik, dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik atau pemeliharaan (latihan-
latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya.2
Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang
menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut, oleh karena
pendidikan merupakan usaha melestarikan, dan mengalihkan serta
mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan jenisnya
kepada generasi penerus. Pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia (sebagai mahluk pribadi dan sosial),
kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh kesejahteraan hidup didunia
dan kebahagiaan hidupnya diakhirat.
K. H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh pembaharuan dalam Islam
sekaligus sebagai pendiri persyarikatan Muhammadiyah. K. H. Ahmad Dahlan mulai
melakukan ide pembaharuan sekembalinya dari haji pertama yaitu pada tahun 1883,
melihat keadaan masyarakat Islam di Indonesia yang mengalami kemerosotan
disebabkan oleh keterbelakangan pengetahuan akibat tekanan penjajahan pemerintah
Belanda. Pemerintah Belanda menginginkan rakyat pribumi sebagai buruh kasar
dengan upah rendah sehinga tidak lagi memikirkan pendidikan. Adanya perbedaan
dalam pendidikan menyebabkan berkembangnya dualisme pendidikan yakni sistem
pendidikan kolonial Belanda dan sistem pendidikan Islam tradisional yang

1
Syaiful Sagala, Etika Dan Moralitas Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013. Hal. 38
2
H. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2001), h. 285
berpusatkan di pondok pesantren. Melihat perbedaan pendidikan yang terjadi pada
saat itu maka timbulah ide dari K. H. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan.3
Pembaruan dari KH. Ahmad Dahlan ini adalah salah satu dari ulama atau Ulama
Islam pertama di Indonesia, yang mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat, bukan Pesantren ataupun Kitab Kuning Tapi dengan organisasi. Saat ini
Muhammadiyah yang didirikannya terdiri dari ormas di Indonesia dan merupakan
rumah bagi amal usaha terbesar di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan,
sosial budaya dan ekonomi.
Salah satu keunggulan dari lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah adanya
kurikulum tambahan di bidang keislaman. Di taman kanak-kanak dan sekolah dasar
dan sekolah menengah pertama, pengajaran agama Islam diajarkan dengan berbagai
cara. Misalnya Aqidah Akhlak, Ibadah, Al Qur'an Hadist, Sejarah Kebudayaan Islam,
dan ilmu tentang muhammadiyah.
Dalam melaksanakan reformasi, K.H. Ahmad Dahlan tidak hanya mendirikan
sekolah, tetapi juga membantu mengajarkan ilmu agama di sekolah lainnya, seperti
Kweekschool Gubernamen Jetis. KH Ahmad Dahlan juga melaksanakan reformasi
lain, termasuk pembangunan masjid dan penerbitan surat kabar yang mencakup studi
agama Islam. KH Ahmad Dahlan dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional
atas karyanya dalam meningkatkan kesadaran Negara Indonesia melalui reformasi
dan pendidikan Islam (Keputusan Presiden No. 657, 1961, 27 Desember 1961),
idealnya Sebagai seorang imam, KH. Ahmad Dahlan ingin memperbaiki masyarakat
Indonesia berdasarkan cita-cita yang terdapat dalam agama islam.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang diguanakan dalam Content Analisis Pembaharuan
Pendidikan Islam Dalam Buku Kh. Ahmad Dahlan (1868-1925) adalah metode
kualitatif yang menggunakan analisis deskriptif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis.
Jenis penelitian yang digunakan dalam yaitu library research atau penelitian
kepustakaan, yaitu permasalahan serta pengumpulan data berasal dari kajian pustaka,
dan data-data yang dikumpulkan berasal dari tulisan KH. Ahmad Dahlan sebagai data
primer dan sumer-sumber lainnya yang berkaitan dengan pembaharuan KH. Ahmad
Dahlan.

3
http/tmsi-smangat.org-kyai-haji-ahmad-dahlan/diakses pada tanggal 22 Oktober 2014
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan yang
diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat
mendukung dalam proses penulisan.
Langkah – langkah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan hasil dari
content analisis pembaharuan pendidikan islam dalam buku kh. Ahmad dahlan (1868-
1925) content analisis pembaharuan pendidikan islam dalam buku kh. Ahmad dahlan
(1868-1925) sebagai berikut: mengetahui dan mencari tahu jenis pustaka yang
dibutuhkan, membaca jenis pustaka yang sudah ditentukan, melakukan pengkajian,
menyajikan hasil studi kepustakaan.
Hasil Penelitian
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, Pendidikan adalah upaya strategis untuk
menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pola pemikiran yang
dinamis.4 Dari definisi tersebut nampak jelas pola berfikir K.H. Ahmad Dahlan
tentang pendidikan Islam, bahwa harapannya dengan menjadikan pendidikan sebagai
upaya strategis atau sarana untuk merubah fola pikir masyarakat pada waktu itu yang
terkekang oleh penjajahan Belanda dan Jepang. Karena hanya dengan mampu berfikir
kritis dan dinamislah masyarakat Indonesia bisa keluar dari pembodohan yang
dilakukan oleh Belanda dan Jepang.
Dualisme pendidikan yang diselenggarakan masing-masing oleh pemerintah
kolonial Belanda (sistem pendidikan Barat) dan oleh umat Islam Indonesia (sistem
pendidikan pesantren) dengan landasan filosofis dan pangkal tolak dasar pemikiran
yang berbeda jelas mengandung kelemahan disamping kelebihan masing-masing.
Akibat yang ditimbulkan oleh dualisme pendidikan ini terhadap kehidupan bangsa
ialah munculnya konfrontasi yang berkepanjangan dalam tata kehidupan, cara berfikir
dan kebudayaan masyarakat yang dihasilkan oleh masing-masing sistem itu.
Dengan melihat kedua fenomena di atas K.H. Ahmad Dahlan berusaha
menggabungkan kedua sistem pendidikan tersebut sehingga melahirkan anak didik
yang berkepribadian utuh, berakhlak mulia dan berguna bagi masyarakat.
Kesemuanya itu tercermin dalam cita-cita pendidikan yang dikembangkan K.H.
Ahmad Dahlan, yaitu terbentuknya manusia muslim yang baik (alim dalam ilmu-ilmu

4
H. Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat Press, 2002), h. 100
agama), luas pandangan (alim dalam ilmu-ilmu dunia/umum) bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya.5
Dalam penyelenggaraan pendidikan Islam oleh K.H Ahmad Dahlan sudah
mulai diperkenalkan sarana fisik dan sistem organisasi administrasi yang berbeda
dengan penyelenggara pendidikan sebelumnya yang di modifikasi dari sistem
pendidikan Barat. Selain itu juga di ilhami oleh penyelenggaraan madrasah. Di
sekolah dan madrasah yang dikembangkan oleh K.H Ahmad Dahlan sudah digunakan
sarana fisik, bangku, meja dan papan tulis disamping administrasi dan organisasi yang
lebih tertib sebagaimana yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pemerintah. Murid
tidak duduk dilantai seperti kebiasaan di pesantren. Demikian pula penjenjangan
waktu belajar, bimbingan siswa di luar jam pelajaran dan penilaian dengan ulangan
atau ujian dan dilaksanakan secara periodik kepada murid yang telah menamatkan
pendidikan diberikan ijazah atau diploma.
Demikian pula organisasi sekolah dan tata cara penyelenggaraannya di atur
secara modern yang belum pernah dilakukan oleh perguruan-perguruan agama
sebelumnya. Untuk memahami lebih jauh penyelenggaraan pendidikan di madrasah
tersebut berikut ini dikemukakan perbandingan dengan penyelenggaraan pondok
pesantren antara lain:
1. Cara mengajar dan Belajar, Di pondok pesantren lama masih di pakai cara belajar
dengan sistem sorogan dan weton, tetapi di pondok Muhammadiyah dipergunakan
sistem klasikal dengan memakai cara-cara Barat.
2. Bahan pelajaran di pondok pesantren lama semata-mata hanya bahan pelajaran
agama. Kitab karangan pembaharu belum dipakai; di pondok Muhammadiyah, bahan
pelajaran yang di pakai tidak hanya bahan pelajaran agama, tetapi juga ilmu
pengetahuan umum. Kitab-kitab agama dipergunakan secara luas baik ulama lama
maupun ulama baru.
3. Rencana pelajaran. Di pondok pesantren lama belum memiliki rencana pelajaran
yang teratur dan integral, sedang di pondok Muhammadiyah sudah teratur dengan
rencana kurikulum sehingga efisiensi belajar lebih terjamin.
4. Pendidikan diluar waktu belajar. Di pondok pesantren lama, pendidikan di luar
waktu belajar kurang mendapat perhatian. Di pondok Muhammadiyah pendidikan di
luar waktu belajar diselenggarakan di dalam asrama dan dipimpin secara teratur.

5
Amir Hamzah WS, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam yang diselenggarakan Oleh
Muhamadiyah, (Yogyakarta: Penyelenggara Publikasi Pembaharuan Pendidikan/Pengajaran Islam, 1962). h. 69
5. Pengasuhan dan guru Di pondok Pesantren lama, para pengasuh terdiri dari para
guru yang berpengetahuan saja, tetapi di pondok Muhammadiyah pengasuh terdiri
dari para ahli agama dan guru-guru ilmu pengetahuan umum. Di pondok
Muhammadiyah yang mengasuh ilmu agama seperti KH. Hajid, KH. Ibrahim, KH.
Hanad dan KH. Ahmad Dahlan sendiri, sedang dalam ilmu pengetahuan umum
mereka itu diantaranya ialah R. Ng Djojosugito (sejarah), Sosrosugondo (bahasa
Melayu), Darmowinto (menggambar) dan Pringgonoto (bahasa Inggris).
6. Hubungan guru dengan murid. Di pondok pesantren lama hubungan guru dengan
murid lebih bersifat otoriter, sedang di pondok Muhammadiyah diusahakan suasana
yang akrab antara murid dengan guru.
Kesimpulan
KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan alat dan upaya
strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari ruang lingkup berpikir statis menuju
kemandirian berpikir dinamis. Selanjutnya, landasan pendidikan Islam harus kembali
pada sumber utama Islam, yaitu Al-Qur'an dan hadits.
Pembaharuan Pendidikan Islam oleh KH. Ahmad Dahlan, yaitu:
a. Merubah cara belajar mengajar dari sistem sorogan ke sistem tradisional
b. Materi yang diberikan tidak hanya pendidikan agama tetapi juga pendidikan
umum.
c. Pengenalan rencana pelajaran reguler. Dengan kata lain, di luar kelas
d. Pemikiran K.H. Ahmad Dalan mempromosikan pendidikan Islam di Indonesia.
Dengan kata lain, kami bekerja menuju terwujudnya masyarakat Islam sejati

Referensi

Syaiful Sagala, Etika Dan Moralitas Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenadamedia


Group, 2013

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2001)

Http/tmsi-smangat.org-kyai-haji-ahmad-dahlan/diakses pada tanggal 22 Oktober 2014

Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat Press, 2002)

Amir Hamzah WS, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam yang


diselenggarakan Oleh Muhamadiyah, (Yogyakarta: Penyelenggara Publikasi
Pembaharuan Pendidikan/Pengajaran Islam, 1962).

Anda mungkin juga menyukai