Anda di halaman 1dari 11

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN KH.

AHMAD DAHLAN
(Sebuah gerakan pembaharu dalam dunia pendidikan islam di Indonesia)
Neneng Fauziah (222621235)
Pasca Sarjana UIN “SMH” Banten
Neneng.nefa2@gmail.com

Abstract
This study aims to find out the life history and thoughts of KH Ahmad Dahlan in
the reform movement of Islamic education in Indonesia. By using the library
method (liberary research) to explore sources from reading references related to
the biography and thoughts of KH Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan was born
in Yogyakarta, August 1, 1868, with the name Muhammad Darwis. At the age of 1
year he went to the holy land for the Hajj and studied religion. Muhamad Darwis
studied a lot about the reformist concept of Ibn Taimiyah's Islamic education and
had many discussions with Rashid Ridha. After 5 years, he returned to Indonesia
under the name Ahmad Dahlan. Based on his life history and education, he gave
birth to KH. Ahmad Dahlan produces modern thoughts for the world of Islamic
education in Indonesia. Islamic education according to KH Ahmad Dahlan must
be moderate, meaning a balance between general education and religious
education. Therefore he formed the Muhammadiyah organization which
established madrasas that taught general education and religious education.

Keywords: Biography. Thought, KH. Ahmad Dahlan


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui riwayat hidup dan pemikiran-
pemikiran KH Ahmad Dahlan dalam gerakan pembaharu pendidikan Islam di
Indonesia. Dengan menggunakan metode pustaka (liberary risearch) menggali
sumber-sumber dari referensi bacaan yang berkaitan dengan biografi dan
pemikiran KH Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 agustus
1868, dengan nama Muhammad Darwis. Di usia 1 tahun pergi ke tanah suci
untuk ibadah Haji dan belajar ilmu agama. Muhamad Darwis banyak
mempelajari konsep pembaharu pendidikan Islam Ibnu taimiyah dan banyak
berdiskusi dengan Rasyid Ridha. Setelah 5 tahun kembali ke Indonesia dengan
berganti nama Ahmad Dahlan. Berdasarkan riwayat hidup dan pendidikan yang
dialaminya melahirkan KH. Ahmad Dahlan menghasilkan pemikiran-pemikiran
moderen bagi dunia pendidikan Islam di Indonesia. Pendidikan Islam menurut
KH ahmad Dahlan harus moderat, artinya keseimbangan antara pendidikan
umum dan pendidikan Agama. Oleh karena itu beliau membentuk organisasi
Muhammadiyah yang mendirikan madrasah yang mengajarkan pendidikan umum
dan pendidikan Agama.

Kata kunci: Biografi. Pemikiran, KH.Ahmad dahlan


A. PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam memiliki dinamika yang sangat luar biasa dalam
perkembangannya. Dimulai Saat Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul
dilanjutkan pada masa Khulafaurrasyidin, Islam sudah menghiasi hampir seluruh
belahan dunia. Munculnya tokoh-tokoh ilmuwan Islam, cabang-cabang ilmu
pengetahuan baru dan hasil karya ulama membawa Islam mencapai puncak
keemasan pada masa Bany Abbasyiah. Kemudian setelah runtuhnya masa
keemasan, Islam bangkit kembali pada masa Dinasti Turki Utsmani.
Di Indonesia perkembangan Pendidkan Islam cukup signifikan. Hal ini
ditandai dengan proses penyebaran Islam yang relatif cepat diterima oleh
masyarakat Indonesia, sehingga penduduk Muslim menjadi mayoritas.
Sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Kodir bahwa Islam dapat diterima dengan
baik oleh sebagian lapisan masyarakat Indonesia, dari rakyat jelata hingga raja-
raja, sehingga penganut Islam pada akhir abad ke-6 H (abad ke-12 M) dan tahun-
tahun selanjutnya berhasil menjadi kekuatan Muslim Indonesia yang ditakuti dan
diperhitungkan.1

Namun demikian seiring dengan sejarah peradaban Islam di Indonesia dari


mulai era kerajaan sampai menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
tentunya banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam. Terutama pada
masa penjajahan, Islam mulai ditekan perkembangannya melalui pembatasan
dalam pendidikan. Penjajahan Belanda membuat dikotomi pendidikan menjadi
dua, yaitu Pendidikan-keilmuan umum dan Pendidikan-keilmuan agama Islam.
Awalnya pendidikan Islam di pondok pesantren, masjid dan mushola dianggap
tidak membantu pemerintah Belanda. Yang kemudian dibentuk badan
pengawasan kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang disebut
Priesterraden. Yang akhirnya tahun 1925 M melarang kiai memberikan pelajaran
mengaji, serta menutup madrasah dan sekolah yang tidak memiliki ijin.2

1
Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam dari masa Rasulullah hingga Reformasi di Indonesia,
(Bandung: Pustaka Setia, 2018), cet. 2, h. 147
2
Ibid, h. 158
Kondisi ini memunculkan sebuah pemikiran bagi Ahmad Dahlan muda
saat itu bahwa umat Islam harus dapat mempelajari pengetahuan umum dari mana
saja sumbernya, karena jika umat Islam tidak diperkenankan mengikuti sekolah
umum, maka ulama akan ditinggalkan sebab tidak dapat menerjemahkan
keagamaan secara kontekstual dalam memecahkan masalah realitas kehidupan. 3
Pemikiran tersebut menjadi semangat KH Ahmad Dahlan untuk merubah segala
tatanan zaman kolonialisme, sehingga lahirlah organisasi Islam modern,
Muhammadiyah. Muhammadiyah inilah salah satu organisasi yang memberi andil
dalam meningkatkan kualitas hidup umat islam, dengan mendirikan sekolah-
sekolah umum.

Penelitian ini akan membahas mengenai filoshof KH.Ahmad Dahlan


tentang biografi dan juga pemikiran-pemikirannya dalam pembaharuan
pendidikan Islam.

B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 4 (Moh
Kasiram, 2010: 175)
Metode yang digunakan yaitu metode library reserch yaitu metode
penelitian yang menggunakan teori-teori yang diambil dari buku literature yang
mendukung dan relevan dengan judul penelitian.
Pendekatan penelitian menggunakan studi naratif. yang berfokus pada
narasi, cerita atau deskripsi tentang serangkaian peristiwa terkait dengan
pengalaman manusia.
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian literature, maka seluruh data
penelitian ini dipusatkan kepada kajian buku yang memiliki keterkaitan dengan
3
Floriberta,Aning S, 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia, Biografi singkat seratus tokoh yang
paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia pada Abad 20, Yogyakarta: Penenrbit Narasi, Cet-1
2005, hal.31
4
Moh Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Malang: UIN-MALIKI Press, 2010,
h. 175
pokok pembahasan. Kemudian sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini
menggunakan dua data yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah
informasi dan keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu berbagai
buku-buku tentang K.H Ahmad Dahlan. Sementara data sekunder adalah berbagai
informasi yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya, yaitu berbagai dokumen
dan tulisan tentang K.H. Ahmad Dahlan.
Dari semua data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan bacaan atau pustaka yang terdiri dari buku-buku dan
dokumen serta hasil penelitian lainnya yang membahas tentang riwayat hidup
serta pemikiran K.H.Ahmad Dahlan.

C. HASIL PEMBAHASAN
1. Biografi K.H. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah Ulama Besar dengan gelar Pahlawan
Nasional Indonesia yang lahir di Kauman pada tanggal 1 Agustus 1868 dengan
nama kecil Muhammad Darwis. Beliau anak keempat dari 7 bersaudara dari
keluarga K.H Abu Bakar. Ia belajar kaidah-kaidah agama dari ayahnya K.H Abu
Bakar dan belajar pendidikan formal melalui pesantren.
Tepatnya tahun 1883, di usia lima belas tahun Muhammad Darwis pergi ke
Tanah suci Mekkah untuk menunikan ibadah haji sekaligus belajar ilmu agama.
Dahlan belajar ilmu qiroat, tafsir, tauhid, fikih, tasauf, dan ilmu falak selama lima
tahun. Disamping itu beliau juga rajin membaca dan mempelajari pemikiran
pembaharuan Islam dari tokoh-tokoh pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah,
Jamaluddin Al Afghani, Rasjid Ridla, dan Muhammad Abduh. Menurutnya
mereka adalah ulama-ulama yang mampu mempertahankan prinsip keterbukaan
pintu ijtihad yang ada, untuk kemudian memilih pendapat yang kebenarannya
lebih mendekati Al-Qur’an dan Sunnah. Setelah lima tahun di mekah tepatnya
tahun 1888 beliau pulang ke Indonesia dengan mengganti nama menjadi Ahmad
dahlan.
Setelah pulang ke kampung halaman Ahhmad Dahlan menikah dengan
sepupunya sendiri, Siti Walidah, anak kyai Penghulu Haji fadhil, yang kemudian
dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pawhalwan Nasional dan pendiri
Aisyiyah.5
Tahun 1903 ia berangkat kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun
untuk memperdalam ilmu agama. Ia belajar kepada Syekh Ahmad Khatib yang
juga guru K.H Hasyim Asyari pendiri NU. Disamping itu ia juga intens
mempelajari literatur Muhammad abduh, Rasyid Ridha, dan Jamaludin al-
Afghani.6

Dengan Rasjid Ridla, KH Ahmad Dahlan lebih banyak berdiskusi tentang


berbagai macam masalah pembaharuan Islam di dunia. Sehingga ia semakin yakin
bahwa pengajaran islam di Indonesia sudah jauh ketinggalan zaman dan harus
diganti dengan cara yang lebih modern. Hasil diskusi dan mempelajari karya-
karya dari tokoh-tokoh tersebut menjadikan landasan bagi Ahmad Dahlan untuk
melakukan pembaharuan Islam di Indonesia.
Dari keinginan untuk mengajarkan pendidikan islam yang modern mulai
dirintais pada tahun 1911 di Yogyakarta. Ia mendirikan sekolah agama bernama
“Muhammadiyah”. Sekolah tersebut selain mengajarkan ilmu agama juga
mengajarkan ilmu umum seperti ilmu berhitung dan membaca huruf latin. Proses
pengajarannya sudah di kelas-kelas yang mirip sekolah yang didirikan oleh
Kolonial Belada waktu itu. Pada tanggal 20 Desember 1912 ia mengajukan
permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan
hukum. Dengan surat Ketetapan Pemerintah No.81 tanggal 22 Agustus 1914
dengan ketentuan hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta. 7
Sementara organisasi atau perserikatan “Muhammadiyah” baru resmi berdiri
pada tanggal 18 November 1912. Melalui organisasi ini, Dahlan menginginkan
umat Islam kembali pada ajaran yang termaktub dalam Al-Qur’an dan As-sunnah
Rasul, diluar dari pada itu, hendaknya ditinggalkan. Untukmencapai tujuan
tersebut Muhammadiyah membuka berbagai sekolah dan madrasah. Pada

5
Abdul Muthi, dkk. K.H Ahmad Dahlan (1868-1923), Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015, hal.22
6
Ibid, hal.22
7
Ibid, hal.23
perkembangannya organisasi ini banyak mendirikan lembaga sosial seperti panti
asuhan dan rumah sakit.
Muhammadiyah berkembang menjadi organisasi yang sangat penting
perananya dalam perubahan politik Indonesia. hampir Lebih dari setengah abad
setelah berdiri, Muhammadiyah telah berhasil menjadikan agama Islam sebagai
pegangan dan kepercayaan yang hidup dan aktif di Masyarakat. Termasuk
memasukan pelajaran agama di kurikulum sekolah dan menhajarkan pengetahuan
umum di pesantren-pesantren.

2. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan


Gagasan pertama K. H. Ahmad Dahlan untuk melakukan pembaharuan
pendidikan adalah dengan memasukkan pendidikan agama Islam ke dalam
sekolah-sekolah yang dikelola oleh pemerintah, karena pada masa itu pemerintah
Belanda memasukkan ilmu umum saja ke dalam pendidikan. Beliau meminta izin
kepada pemerintah Belanda untuk mengajarkan ilmu agama dan sekolah
modernnya. Permintaan itu langsung disetujui oleh pemerintahan Belanda, karena
mengira bahwa usaha dari K. H. Ahmad Dahlan akan sia-sia. Pemerintahan
Belanda bisa mengira itu, karena pada masa itu siswa lebih tertarik pada ilmu
umum saja dan agama Islam sudah dipandang negatif dan ketinggalan zaman
dibandingkan sekolah modern Belanda. Namun pemikiran pemerintahan Belanda
melesat, justru itu merupakan langkah awal K. H. Ahmad Dahlan dalam
mewujudkan cita-citanya untuk membenahi pendidikan bangsa.8

Pembaharuan pendidikan berdasarkan pemikiran K. H. Ahmad Dahlan


menimbulkan dampak terhadap masyarakat yang tidak setuju dengan gagasannya.
Banyak kalangan masyarakat mencemooh sistem pendidikan yang dibangun oleh
K. H, Ahmad Dahlan. Masyarakat beranggapan bahwa membangun sistem
sekolah kebaratan adalah sistem sekolah yang kafir, karena pada masa itu Belanda
merupakan musuh umat islam. Masyarakat pun memandang K. H. Ahmad Dahlan

8
Arofah, S., & Jamu’in, M. Gagasan dasar dan pemikiran pendidikan pendidikan Islam K.H
Ahmad Dahlan. Tajdid, 2015: Jurnal Pemikiran Dan Gerakan Muhammadiyah, 13(2), 114–124.
sebagai kyai kafir karena hal tersebut.9 Dari semua cemooh yang dilontarkan
masyarakat, tidak membuat K. H. Ahmad Dahlan berhenti. Beliau menganggap
bahwa semua itu adalah cobaan dan masyarakat yang mencemoohnya akan
mengerti suatu saat nanti.10

Kelahiran Muhammadiyah

Dari sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah, timbul benih yang kemudian


menjadi sistem sekolah modern Muhammadiyah. Ahmad Dahlan memantapkan
diri untuk membuat organisasi yang nantinya akan memudahkan penyebaran
fahamnya. Pertimbangan K. H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi ini adalah
agar nantinya sekolah yang didirikannya bisa berjalan tanpa harus terus
bergantung dengan dirinya. Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912,
setahun setelah didirikannya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah. Muhammadiyah
adalah organisasi yang berperan penting dalam pergerakan pendidikan di
Indonesia, terutama pendidikan Islam. Di organisasi ini bukan hanya mengajarkan
ajaran agama saja di masjid, melainkan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan.
Sebagai lembaga pendidikan, Muhammadiyah memainkan peran sebagai
organisasi yang modern di dalam pendidikan. Didirikannya Muhammadiyah
dilandasi motivasi teologis bahwa seorang manusia mampu mencapai derajat
ketaqwaan dan keimanan yang sempurna apabila mereka memiliki kedalaman
ilmu pengetahuan. Organisasi Muhammadiyah diharapkan mampu menghasilkan
“intelektual-ulama” atau “ ulama-intelektual”, generasi yang bukan mengalami
“splitpersonality” melainkan generasi yang “utuh”.11

Muhammadiyahlah yang melopori sistem pendidikan modern. Sistem


pendidikan modern ini dimana memberikan kurikulum ilmu pengetahuan umum
di sekolah madrasah dan kurikulum ilmu agama di sekolah umum. Upaya dalam
mewujudkan visi, misi, cita-cita, tujuan, mengenai pendidikan berdasarkan dari
9
Rahman, A. Reformasi Dan Arah Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, 2017,.
LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 7(2), 75.
10
Ningsih, R. (2012). Peranan K.H Ahmad Dahlan dalam Pembaharuan Pendidikan di Indonesia
Tahun 1911-1923. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
11
Mukhtarom, A. (2015). Menelusuri Rekam Jejak Amal Dan Perjuangan Kh. Ahmad Dahlan.
Jurnal Dinamika UMT, Vol.1, No. 1.
pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dilaksanakan lebih lanjut dalam organisasi
Muhammadiyah. Dalam membangun upaya dakwah, K. H. Ahmad Dahlan
memperluas gagasannya dan membentuk gerakan dakwah Muhammadiyah.
Disana beliau mendidik para calon guru dan calon pamong praja dengan harapan
dapat meneruskan dakwahnya dan cita-citanya dalam membangun bangsa. Oleh
karena itu, K. H. Ahmad Dahlan membangun sekolah guru yang dikenal dengan
Madrasah Mu’allimin atau yang disebut Kweekschool Putera yang didirikan pada
1918 dan Madrasah Mu’allimat atau yang disebut Kweekschool Puteri pada
1923.12

Kelahiran Aisyiyah

Aisyiyah adalah organisasi wanita yang berkaitan dengan Muhammadiyah.


Aisyiyah didirikan oleh Siti Walidah atau yang biasa disebut dengan Nyai Ahmad
Dahlan pada 19 Mei 1917. Siti Walidah adalah istri dari K. H. Ahmad Dahlan ).
Meskipun beliau perempuan dan hanya mendapatkan pendidikan dari keluarganya
saja. Tetapi karena dukungan dari suaminya dan pergaulannya dengan para tokoh
seperjuangan suaminya, Nyai Ahmad Dahlan mempunyai wawasan yang luas.
Sehingga dengan wawasan yang luas itu, Nyai Ahmad Dahlan berhasil
mendirikan sekolah-sekolah di bawah organisasi Aisyiyah.13

Awal mulanya Aisyiyah hanyalah sebuah majelis pengajian Islam yang


bernama Sopo Tresno. Sopo Tresno ini didirikan dua tahun setelah
Muhammadiyah dibentuk, yaitu pada 1914. Namun, lama-kelamaan perkumpulan
ini terus berkembang dan timbullah keinginan untuk mengubah perkumpulan ini
menjadi sebuah organisasi. Awalnya usulan nama yang diberikan adalah Fatimah,
namun nama tersebut tidak mendapatkan kesepakatan. Dan akhirnya, oleh Kyai
Fakhruddin diusulkan nama Aisyiyah. Semua orang setuju dan akhirnya
organisasi itu dinamakan Aisyiyah.

12
Pribadi, S. A. T. (2010). Kiprah kh. Ahmad dahlan dalam modernisasi pendidikan islam di
indonesia.
13
Yuliawati, I. (n.d.). Sejarah organisasi Aisyiyah dan peranannya dalam peningkatan derajat
kaum wanita di Semarang tahun 1967-1997.
D. KESIMPULAN
Dikarenakan pendidikan Belanda bersifat sekuler dan mengajarkan budaya
nederlandcentris, sehingga anak-anak tidak memiliki nilai moral dan nilai agama.
Hal ini membuat K. H. Ahmad Dahlan prihatin. Menurutnya,tujuan pendidikan
yang sempurna adalah dengan menciptakan suatu individu yang tidak hanya
mengerti atau paham tentang material, ilmu umum dan dunia, tetapi juga mengerti
dan paham tentang spiritual, ilmu agama dan akhirat.
Dari keprihatinannya itu, K. H. Ahmad Dahlan memiliki cita-cita dan
bertekad untuk memajukan hidup bangsa memalui pendidikan. Awal untuk
mencapai cita-cita tersebut, K. H. Ahmad Dahlan memiliki gagasan dan cita-cita
lain untuk memasukkan pendidikan Islam ke dalam sekolah-sekolah modern
Belanda. Untuk mencapai cita-cita dan tujuan itu, K. H. Ahmad Dahlan bergabung
dalam organisasi Budi Utomo pada 1909.
K.H Ahmad Dahlan juga memiliki gagasan untuk mendirikan lembaga
pendidikan atau sekolah agar para pribumi dapat bersekolah. Hal ini mengingat
bahwa sekolah-sekolah modern Belanda di masa itu hanya diperuntukkan untuk
kaum elite atau priyayi saja. Sekolah atau lembaga pendidikan baru dapat
didirikan pada 1 Desember 1911 bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah. Sekolah
ini didirikan berdasarkan dari pemikiran beliau tentang pembaharuan lembaga
pendidikan dengan melalui penggabungan sistem pendidikan pesantren dan
sekolah Belanda. Namun gagasan ini ditanggap acuh oleh masyarakat pada masa
itu. Cemoohan dari masyarakat tidak membuat K. H. Ahmad Dahlan menyerah,
Beliau terus berusaha mempertahankan sekolah dan sistem pendidikannya. Lama-
kelamaan siswa yang diajarkan semakin banyak.
Hal ini membuat K. H. Ahmad Dahlan memiliki gagasan lain, yaitu
membuat organisasi untuk mempertahankan sekolah yang beliau dirikan dan
ajaran yang beliau ajarkan sehingga saat beliau meninggal nanti sekolah itu akan
tetap ada dan diteruskan. Organisasi itu benama Muhammadiyah dan dibentuk
pada 1912. Dilanjutkan pada 1918 dibentuk juga organisasi khusus perempuan
yang bernama Aisyiyah. Muhammadiyah dan Aisyiyah telah menjadi
pembaharuan dalam dunia pendidikan hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat dari
peranannnya untuk mengembangkan pendidikan Indonesia dan mendidik anak-
anak Indonesia melalui sekolah – sekolah Muhammadiyah dan Aisyiyah yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam dari masa Rasulullah hingga Reformasi di
Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2018, cet. 2

Pribadi, S. A. T. (2010). KIPRAH KH. AHMAD DAHLAN DALAM


MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.
Yuliawati, I. (n.d.). Sejarah organisasi Aisyiyah dan peranannya dalam
peningkatan derajat kaum wanita di Semarang tahun 1967-1997.

Arofah, S., & Jamu’in, M.2015, Gagasan dasar dan pemikiran pendidikan
pendidikan Islam K.H Ahmad Dahlan. Tajdid, Jurnal Pemikiran Dan
Gerakan Muhammadiyah, 13(2), 114–124.
Rahman, A.2017, Reformasi Dan Arah Pembaharuan Pendidikan Islam Di
Indonesia, LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 7(2), 75.
Ningsih, R. 2012. Peranan K.H Ahmad Dahlan dalam Pembaharuan Pendidikan di
Indonesia Tahun 1911-1923. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Mukhtarom, A. (2015). Menelusuri Rekam Jejak Amal Dan Perjuangan Kh.
Ahmad Dahlan. Jurnal Dinamika UMT, Vol.1, No. 1.

Abdul Muthi, dkk. K.H Ahmad Dahlan (1868-1923), Jakarta: Museum


Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.

Floriberta,Aning S, 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia, Biografi singkat


seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia pada Abad
20, Yogyakarta: Penenrbit Narasi, 2005,Cet-1.
Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Malang: UIN-
MALIKI Press, 2010

Anda mungkin juga menyukai