AHMAD DAHLAN
(Sebuah gerakan pembaharu dalam dunia pendidikan islam di Indonesia)
Neneng Fauziah (222621235)
Pasca Sarjana UIN “SMH” Banten
Neneng.nefa2@gmail.com
Abstract
This study aims to find out the life history and thoughts of KH Ahmad Dahlan in
the reform movement of Islamic education in Indonesia. By using the library
method (liberary research) to explore sources from reading references related to
the biography and thoughts of KH Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan was born
in Yogyakarta, August 1, 1868, with the name Muhammad Darwis. At the age of 1
year he went to the holy land for the Hajj and studied religion. Muhamad Darwis
studied a lot about the reformist concept of Ibn Taimiyah's Islamic education and
had many discussions with Rashid Ridha. After 5 years, he returned to Indonesia
under the name Ahmad Dahlan. Based on his life history and education, he gave
birth to KH. Ahmad Dahlan produces modern thoughts for the world of Islamic
education in Indonesia. Islamic education according to KH Ahmad Dahlan must
be moderate, meaning a balance between general education and religious
education. Therefore he formed the Muhammadiyah organization which
established madrasas that taught general education and religious education.
1
Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam dari masa Rasulullah hingga Reformasi di Indonesia,
(Bandung: Pustaka Setia, 2018), cet. 2, h. 147
2
Ibid, h. 158
Kondisi ini memunculkan sebuah pemikiran bagi Ahmad Dahlan muda
saat itu bahwa umat Islam harus dapat mempelajari pengetahuan umum dari mana
saja sumbernya, karena jika umat Islam tidak diperkenankan mengikuti sekolah
umum, maka ulama akan ditinggalkan sebab tidak dapat menerjemahkan
keagamaan secara kontekstual dalam memecahkan masalah realitas kehidupan. 3
Pemikiran tersebut menjadi semangat KH Ahmad Dahlan untuk merubah segala
tatanan zaman kolonialisme, sehingga lahirlah organisasi Islam modern,
Muhammadiyah. Muhammadiyah inilah salah satu organisasi yang memberi andil
dalam meningkatkan kualitas hidup umat islam, dengan mendirikan sekolah-
sekolah umum.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 4 (Moh
Kasiram, 2010: 175)
Metode yang digunakan yaitu metode library reserch yaitu metode
penelitian yang menggunakan teori-teori yang diambil dari buku literature yang
mendukung dan relevan dengan judul penelitian.
Pendekatan penelitian menggunakan studi naratif. yang berfokus pada
narasi, cerita atau deskripsi tentang serangkaian peristiwa terkait dengan
pengalaman manusia.
Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian literature, maka seluruh data
penelitian ini dipusatkan kepada kajian buku yang memiliki keterkaitan dengan
3
Floriberta,Aning S, 100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia, Biografi singkat seratus tokoh yang
paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia pada Abad 20, Yogyakarta: Penenrbit Narasi, Cet-1
2005, hal.31
4
Moh Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Malang: UIN-MALIKI Press, 2010,
h. 175
pokok pembahasan. Kemudian sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini
menggunakan dua data yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah
informasi dan keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu berbagai
buku-buku tentang K.H Ahmad Dahlan. Sementara data sekunder adalah berbagai
informasi yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya, yaitu berbagai dokumen
dan tulisan tentang K.H. Ahmad Dahlan.
Dari semua data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan bacaan atau pustaka yang terdiri dari buku-buku dan
dokumen serta hasil penelitian lainnya yang membahas tentang riwayat hidup
serta pemikiran K.H.Ahmad Dahlan.
C. HASIL PEMBAHASAN
1. Biografi K.H. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah Ulama Besar dengan gelar Pahlawan
Nasional Indonesia yang lahir di Kauman pada tanggal 1 Agustus 1868 dengan
nama kecil Muhammad Darwis. Beliau anak keempat dari 7 bersaudara dari
keluarga K.H Abu Bakar. Ia belajar kaidah-kaidah agama dari ayahnya K.H Abu
Bakar dan belajar pendidikan formal melalui pesantren.
Tepatnya tahun 1883, di usia lima belas tahun Muhammad Darwis pergi ke
Tanah suci Mekkah untuk menunikan ibadah haji sekaligus belajar ilmu agama.
Dahlan belajar ilmu qiroat, tafsir, tauhid, fikih, tasauf, dan ilmu falak selama lima
tahun. Disamping itu beliau juga rajin membaca dan mempelajari pemikiran
pembaharuan Islam dari tokoh-tokoh pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah,
Jamaluddin Al Afghani, Rasjid Ridla, dan Muhammad Abduh. Menurutnya
mereka adalah ulama-ulama yang mampu mempertahankan prinsip keterbukaan
pintu ijtihad yang ada, untuk kemudian memilih pendapat yang kebenarannya
lebih mendekati Al-Qur’an dan Sunnah. Setelah lima tahun di mekah tepatnya
tahun 1888 beliau pulang ke Indonesia dengan mengganti nama menjadi Ahmad
dahlan.
Setelah pulang ke kampung halaman Ahhmad Dahlan menikah dengan
sepupunya sendiri, Siti Walidah, anak kyai Penghulu Haji fadhil, yang kemudian
dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pawhalwan Nasional dan pendiri
Aisyiyah.5
Tahun 1903 ia berangkat kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun
untuk memperdalam ilmu agama. Ia belajar kepada Syekh Ahmad Khatib yang
juga guru K.H Hasyim Asyari pendiri NU. Disamping itu ia juga intens
mempelajari literatur Muhammad abduh, Rasyid Ridha, dan Jamaludin al-
Afghani.6
5
Abdul Muthi, dkk. K.H Ahmad Dahlan (1868-1923), Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015, hal.22
6
Ibid, hal.22
7
Ibid, hal.23
perkembangannya organisasi ini banyak mendirikan lembaga sosial seperti panti
asuhan dan rumah sakit.
Muhammadiyah berkembang menjadi organisasi yang sangat penting
perananya dalam perubahan politik Indonesia. hampir Lebih dari setengah abad
setelah berdiri, Muhammadiyah telah berhasil menjadikan agama Islam sebagai
pegangan dan kepercayaan yang hidup dan aktif di Masyarakat. Termasuk
memasukan pelajaran agama di kurikulum sekolah dan menhajarkan pengetahuan
umum di pesantren-pesantren.
8
Arofah, S., & Jamu’in, M. Gagasan dasar dan pemikiran pendidikan pendidikan Islam K.H
Ahmad Dahlan. Tajdid, 2015: Jurnal Pemikiran Dan Gerakan Muhammadiyah, 13(2), 114–124.
sebagai kyai kafir karena hal tersebut.9 Dari semua cemooh yang dilontarkan
masyarakat, tidak membuat K. H. Ahmad Dahlan berhenti. Beliau menganggap
bahwa semua itu adalah cobaan dan masyarakat yang mencemoohnya akan
mengerti suatu saat nanti.10
Kelahiran Muhammadiyah
Kelahiran Aisyiyah
12
Pribadi, S. A. T. (2010). Kiprah kh. Ahmad dahlan dalam modernisasi pendidikan islam di
indonesia.
13
Yuliawati, I. (n.d.). Sejarah organisasi Aisyiyah dan peranannya dalam peningkatan derajat
kaum wanita di Semarang tahun 1967-1997.
D. KESIMPULAN
Dikarenakan pendidikan Belanda bersifat sekuler dan mengajarkan budaya
nederlandcentris, sehingga anak-anak tidak memiliki nilai moral dan nilai agama.
Hal ini membuat K. H. Ahmad Dahlan prihatin. Menurutnya,tujuan pendidikan
yang sempurna adalah dengan menciptakan suatu individu yang tidak hanya
mengerti atau paham tentang material, ilmu umum dan dunia, tetapi juga mengerti
dan paham tentang spiritual, ilmu agama dan akhirat.
Dari keprihatinannya itu, K. H. Ahmad Dahlan memiliki cita-cita dan
bertekad untuk memajukan hidup bangsa memalui pendidikan. Awal untuk
mencapai cita-cita tersebut, K. H. Ahmad Dahlan memiliki gagasan dan cita-cita
lain untuk memasukkan pendidikan Islam ke dalam sekolah-sekolah modern
Belanda. Untuk mencapai cita-cita dan tujuan itu, K. H. Ahmad Dahlan bergabung
dalam organisasi Budi Utomo pada 1909.
K.H Ahmad Dahlan juga memiliki gagasan untuk mendirikan lembaga
pendidikan atau sekolah agar para pribumi dapat bersekolah. Hal ini mengingat
bahwa sekolah-sekolah modern Belanda di masa itu hanya diperuntukkan untuk
kaum elite atau priyayi saja. Sekolah atau lembaga pendidikan baru dapat
didirikan pada 1 Desember 1911 bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah. Sekolah
ini didirikan berdasarkan dari pemikiran beliau tentang pembaharuan lembaga
pendidikan dengan melalui penggabungan sistem pendidikan pesantren dan
sekolah Belanda. Namun gagasan ini ditanggap acuh oleh masyarakat pada masa
itu. Cemoohan dari masyarakat tidak membuat K. H. Ahmad Dahlan menyerah,
Beliau terus berusaha mempertahankan sekolah dan sistem pendidikannya. Lama-
kelamaan siswa yang diajarkan semakin banyak.
Hal ini membuat K. H. Ahmad Dahlan memiliki gagasan lain, yaitu
membuat organisasi untuk mempertahankan sekolah yang beliau dirikan dan
ajaran yang beliau ajarkan sehingga saat beliau meninggal nanti sekolah itu akan
tetap ada dan diteruskan. Organisasi itu benama Muhammadiyah dan dibentuk
pada 1912. Dilanjutkan pada 1918 dibentuk juga organisasi khusus perempuan
yang bernama Aisyiyah. Muhammadiyah dan Aisyiyah telah menjadi
pembaharuan dalam dunia pendidikan hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat dari
peranannnya untuk mengembangkan pendidikan Indonesia dan mendidik anak-
anak Indonesia melalui sekolah – sekolah Muhammadiyah dan Aisyiyah yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam dari masa Rasulullah hingga Reformasi di
Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2018, cet. 2
Arofah, S., & Jamu’in, M.2015, Gagasan dasar dan pemikiran pendidikan
pendidikan Islam K.H Ahmad Dahlan. Tajdid, Jurnal Pemikiran Dan
Gerakan Muhammadiyah, 13(2), 114–124.
Rahman, A.2017, Reformasi Dan Arah Pembaharuan Pendidikan Islam Di
Indonesia, LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 7(2), 75.
Ningsih, R. 2012. Peranan K.H Ahmad Dahlan dalam Pembaharuan Pendidikan di
Indonesia Tahun 1911-1923. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Mukhtarom, A. (2015). Menelusuri Rekam Jejak Amal Dan Perjuangan Kh.
Ahmad Dahlan. Jurnal Dinamika UMT, Vol.1, No. 1.