Anda di halaman 1dari 22

Ahmad Dahlan dan Pembaruan Islam di Indonesia1

Wa Ode Asti2
A. Latar Belakang
Pembaruan Islam secara sederhana merupakan upaya untuk mengadakan
perubahan dalam praktek-praktek keagamaan Islam dengan pemahaman dan
pengalaman yang baru.3 Upaya pembaruan ini tidak lepas dari kontekstual
sejarah budaya masyarakat Indonesia saat itu, bahwa sebelum masuknya Islam ke
Indonesia, agama Hindu-Buddha telah lebih dulu masuk dan berkembang di
Indonesia. Setelah kedatangan Islam banyak masyarakat berpindah keyakinan
memeluk agama Islam secara sukarela. Akan tetapi masih terdapat masyarakat
yang membiasakan diri dengan adat kebiasaan lama, sehingga bercampur-baur
antara adat kebiasaan Hindu-Buddha dengan ajaran Islam. Akibatnya terjadi
sinkretisme pada ajaran Islam sehingga ajaran Islam tidak sesuai dengan al-
Quran dan al-Hadis. Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa
paham aliran, agama atau kepercayaan. Kebudayaan jawa bersifat sinkretis dalam
arti terdapat perpaduan diantara dua atau lebih unsur budaya, misalnya budaya
animisme, Hindu, Budha Dan Islam.
Umat Kristen yang semakin maju, eksploitasi masyarakat kolonial serta
penindasan penguasa feodal dianggap sebagai penyebab kebodohan dan
kemiskinan. Hal ini pula yang menyebabkan keterbelakangan kehidupan
masyarakat Indonesia. Akibatnya muncul berbagai penyakit masyarakat seperti
takhayul, bid’ah, khurafat, serta perilaku yang bertentangan dengan agama islam.
Takhayul adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang dianggap ada, padahal
sebenarnya tidak ada. Bid’ah adalah perbuatan ibadah yang dikerjakan tidak
menurut contoh yang telah ditetapkan termasuk menambah dan mengurangi

1
Dibuat sebagai persyaratan untuk mengikuti Peatihan Instruktur Dasar Angkatan XVII PC IMM Kota
Kendari
2
Sekretaris Umum PC IMM Kota Baubau Periode 2022—2023
3
Masihubnu Maryam, 2017. Pembaruan Pendidikan Islam Menurut Azyumardi Azra (Lampung: UIN
Raden Intan Lampung), hlm.20
ketetapan tanpa berpedoman pada al-Quran dan sunnah rasul. Khufarat adalah
ajaran yang tidak masuk akal.
Kolonialisme dan kehidupan masyarakat dalam masa tradisional inilah yang
ditengarai sebagai faktor pendorong yang dominan bagi lahirnya ide-ide para
tokoh pembaruan. Mereka membentuk berbagai organisasi keagamaan yang pada
umumnya ingin menggunakan organisasi tersebut sebagai wadah gerakan sosial
keagamaan.4
Masalah masyarakat yang kompleks tersebut menjadi setting bagi
munculnya berbagai gerakan sosial keagamaan diberbagai tempat di Indonesia.
Hal ini memunculkan ide-ide dan gerakan pembaruan Islam di Indonesia.
Pembaruan Islam di Indonesia tidak lepas dari peran tokoh-tokoh keislaman yang
secara aktif melakukan kegiatan amal usaha yang meliputi bidang agama,
pendidikan, dan kemasyarakatan. Munculnya tokoh dan berbagai organisasi
Islam merupakan pendorong bagi proses transformasi sosial dan budaya yang
signifikan dalam sejarah bangsa Indonesia. Ide pembaruan di Indonesia terjadi
pada abad ke 20 dibawa oleh para tokoh yang merupakan alumnus Timur
Tengah, baik yang belajar di Makkah seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim
Asy’ari, H. Abdul Karim Amrullah, atau dari Mesir dari perguruan Al-Azhar
Kairo, seperti Syaikh Soorkati, Syaikh Tahir Jalaludin. Sekembalinya ke
Indonesia, mereka mendirikan organisasi seperti Sumatera Thawalib di
Sumatera, Al-Irsyad dipimpin oleh Syaikh Soorkati di Jakarta, Muhammadiyah
dengan pendirinya KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta, Pesyarikatan Ulama
dengan KH. Abdul Halim di Majalengka dan Persatuan Islam dengan A. Hasan
di Bandung serta Nahdlatul Ulama yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari.5

4
Soegijanto Padmo, 2007. Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa ke Masa (Jurnal Humaniora, vol.
19, No 2) hlm. 151
5
Sunanto Musyrifah, 2007. Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada) hlm.308

1
Gerakan pembaruan Islam pada abad ke-20 itu bukan muncul secara
mendadak tetapi tidak terlepas dari pembaruan-pembaruan yang terdahulu. KH.
Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh penting yang berperan dalam
pembaruan Islam di Indonesia melalui dasar-dasar pemikiran dan organisasi yang
ia dirikan, yaitu Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam,
amar ma’ruf nahi munkar yang berlandaskan Islam, yakni berpedoman kepada
al-Quran dan Sunah al-Maqbullah.6
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis ingin membahas lebih
lanjut mengenai pemikiran dan usaha pembaruan KH. Ahmad Dahlan dalam
mendobrak tradisi yang sudah berakar dalam masyarakat tersebut. Terutama
bagaimana usaha KH. Ahmad Dahlan dapat menjalankan usaha pembaruannya
tersebut di tengah masyarakat yang memegang teguh ajaran nenek moyang yang
tidak bernapaskan Islam, usaha-usahanya yang bertentangan dengan pemikiran
kolot masyarakat, serta misi kristenisasi yang berkembang pesat pada masa
politik etis. Selanjutnya penulis akan menganalisis bagaimana dampak
pembaruan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan terhadap umat muslim dan
non muslim Indonesia ditengah misi kristenisasi yang sedang berlangsung pada
masa itu. Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk menyusun karya
tulis ilmiah mengenai KH. Ahmad Dahlan dengan judul KH. Ahmad Dahlan dan
Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia.
B. Profil KH. Ahmad Dahlan
1. Kelahiran, Lingkungan, dan masa kecil KH. Ahmad Dahlan
Di kota Yogyakarta tanggal 1 Agustus 1868 M, merupakan hal paling
berkesan karena Indonesia kelahiran sosok yang amat penting catatan sejarah
bangsa, ia bernama KH. Ahmad Dahlan. Mempunyai nama kecil Muhammad
Darwis, merupakan putra ke empat dari tujuh bersaudara. Dari keluarga KH.
Abu Bakar seorang ulama dan khatib terkemuka di masjid besar kesultanan
Yogyakarta. Ketika masa kecil, Dahlan tidak mendapat pendidikan dari
6
Moh. Amien Rais, 1995. Intelektuakisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru (Bandung: Mizan) hlm. 32

2
sekolah. Keterampilan sastra dasarnya ia dapat dari Ayahnya, teman, serta
saudara iparnya. Pada usia 8 tahun Dahlan sudah mampu membaca al Qur’an.
Selain itu sejak kecil Dahlan juga sudah menunjukkan jiwa
kepemimpinannya. Ia mulai mendalami ilmu islam saat sudah beranjak
remaja. Lahir dan tumbuh dalam lingkungan yang memiliki tingkat
religiusitas tinggi. Lingkungan keluarga yang agamis dan tenang telah
membentuk kepribadian KH. Ahmad Dahlan menjadi sosok yang memiliki
budi pekerti dan akhlaq yang baik serta memiliki semangat belajar yang
tinggi.
2. Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Saat baru berusai 15 tahun, ia pergi naik haji dan tinggal di Makkah
selama lima tahun. Pada masa ini Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran
pemikiran pembaharu dalam Islam seperti Muhammad Abduh, Al -Afghani,
Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah. Saat kembali ke kampung halamannya,
Muhammad Darwis pun berganti nama Ahmad Dahlan. Setelah kembali ke
jawa pada 1888 ia menikah dengan Siti Walidah, anak dari seorang imam
masjid agung di Yogyakarta.
Pada tahun 1903, ia kembali pergi ke Makkah dan menetap selama dua
tahun, pada masa ini ia sempat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib yang
juga merupakan guru dari KH. Hasyim Asyari. KH.Ahmad Dahlan begitu
tergugah melihat realita kehidupan masyarakat khususnya dalam menjalanan
ritual agama Islamnya yang tidak murni lagi bahkan didominasi oleh
kemusyrikan sehingga semakin jauh bahasa dari kebenaran, sedang di sisi
sosial kemasyarakaan diwarnai kemiskinan, diskriminasi yang semakin
semena mena.
3. Kepribadian KH. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah
Meski dakwahnya penuh perlawanan dan hinaan tidak menghalangi untuk
melakukan peran kepeloporan, karena jika tidak segera dilakukan akan
semakin memperparah ketelantaran dan buramnya cahaya Islam di

3
masyarakat. Keteladanan beliau dalam beramal yang berdampak langsung
dalam kehidupan masyarakat, sehingga banyak perubahan yang terjadi,
mereka yang terlantar di santuni, mereka yang arogan dilakukan dialog yang
mengagumkan, sehingga yang semula jadi lawan malah menjadi kawan
seperjuangan dalam dakwah.
Kemudian tepat pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912
M Muhammadiyah didirikan yang penggagasnya adalah KH. Ahmad Dahlan,
beliau mulai terinpirasi mendirikan Muhamadiyah setelah menunaikan ibadah
haji dan bermukim yang kedua kali pada 1903 di Makkah. Ide ini ia dapat
setelah berguru pada ulama ulama asal Indonesia yang berada di Makkah dari
sinilah KH. Ahmad Dahan mulai menyebarkan pembaruan Islam di tanah air.
Keadaan Islam sebelum pembaruan KH. Ahmad Dahlan mengalami
kemunduran dan keterbelakangan. Adanya pengaruh Hindu Buddha
menjadikan ajaran Islam yang berkembang di tengah masyarakat tidak sesuai
dengan al-Quran dan Hadis. Banyak praktek paraktek keagamaan yang
masyarakat lakukan bertentangan dengan ajaran Islam. Keadaan Islam
sebelum pembaruan KH. Ahmad Dahlan juga dipengaruhi oleh adanya
penjajahan dan kristenisasi. Penjajahan menjadikan masyarakat muslim beku
dalam kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Berbagai kebijakan
seperti politik asosiasi, penerapan theori receptie dan ordonansi guru dibuat
oleh pemerintah kolonial untuk menekan dan menghambat perkembangan
Islam. Berbagai usaha dikerahkan oleh pemerintah Belanda agar masyarakat
tidak memegang teguh ajaran Islam. Pada masa ini gerakan kristenisasi
meluas dengan mendirikan layanan masyarakat yang disertai dengan kegiatan
penyebaran ajaran agama Kristen.
4. Masa Tua KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan mengalami gangguan kesehatan sejak tahun 1922
karena mobilitas beliau yang begitu tinggi. Dengan saran dokter, pada tahun
1923 beliau menyempatkan diri untuk beristirahat di gunung tretes Malang

4
Jawa Timur, sebelum akhirnya beliau kembali ke Yogyakarta untuk
menghadii rapat tahunan Muhmmadiyah dalam pembukaan rapat tersebut
beliau masih sempat untuk memberikan sambutan, kesehatan beliau terus
menurun hingga akhirnya beliau meninggal pada tanggal 23 februari 1923,
KH. Ahmad Dahlan wafat di Yogyakarta, beliau kemudian dimakamkan di
karangkajen, Yogyakarta.
Pemerintah Republik Indonesia melalui keputusan presiden nomor 657
tanggal 27 desember tahun 1961 menganugerahkan KH. Ahmad Dahlan sebagai
pahlawan nasional atas kiprah monumentalnya dalam hal :
1. Pelopor pembangunan umat islam Indonesia untuk menyadari nasibnya
sebagai bangsa yang terjajah
2. Organisasi Muhammadiyah yang didirikan telah memberikan ajaran
islam yang murni kepada bangsanya
3. Organisasi Muhammadiyah telah memelopori amal soial, dan
pendidikan, yang amat diperlukan bangsa
C. Pembaruan Islam
1. Pengertian Pembaruan Islam dan Istilah-Istilah Pembaruan Islam
Kata pembaharuan dalam bahasa Arab dikenal dengan tajdid, bentuk
masdar dari kata jaddada-yujaddidu-tajdidan yang bermakna memperbaharui
sesuatu.7 Secara istilah, tajdid adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
memperbaharui kehidupan keagamaan, baik berbentuk pemikiran maupun
gerakan, sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tantangan internal maupun
eksternal yang menyangkut keyakinan dan urusan sosial umat Islam.8 Istilah
tajdid atau pembaharuan sering digunakan dalam konteks gerakan Islam
modern, ini juga mempunyai akar yang kuat pada Islam klasik. Paling tidak
ada dua kecenderungan (trend) pembaharuan di dunia Islam, yaitu

7
Ahmad Warson Munnawir, 1997, Kamus Al-Munawir: Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka
Progresif), hlm. 173.
8
Sudarno Shobron, 2006 et al, Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, idiologis, dan Organisasi, (Surakarta:
LPID UMS), hlm. 1.

5
kecenderungan salafi dan reformis (modernis). Pembaruan Islam adalah
usaha yang dilakukan untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Dalam bahasa arab gerakan pembaruan islam disebut
tajdid, secara harfiah tajid berarti pembaruan dan pelakunya disebut
mujaddid. Yang dimaksud dengan pembaruan dalam Islam bukan mengubah
al Qur’an dan Hadis, tetapi justru kembali kepada al Qru’an dan Hadis,
sebagai sumber ajaran islam yang utama dengan pengalaman pengalaman
yang murni tanpa terkontaminasi paham paham yang bertentangan dengan al
Qur’an dan Hadis itu sendiri
2. Sejarah Pembaruan Islam
Gerakan pembaruan islam di Indonesia mulai berakar pada abad 20.
Pembaruan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pembaruan yang terjadi
di Timur Tengah dan Mesir. Terutama pemikiran pemikiran para tokoh
seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Ibn Abdul Wahhab, Jamaludin al
Afghani, dan Muhammad Abduh. Segi pemurnian gerakan pembaruan islam
di Indonesia bnayak diilhami oleh Ibnu Taimiyah dan Muhammad Ibn Abdul
Wahhab. Gerakan pendidikan dipengaruhi oleh Muhammad Abduh,
sedangkan gerakan politik dipengaruhi oleh Jamaluddin al Afghani.
3. Urgensi Pembaruan Islam
Gerakan pembaruan islam menurut Taufik Abdullah, sebagaimana dikutip
Jalaluddin Rahmat, selalu dibayangi oleh dua aspek penting, yakni
pengembalian Islam kepada etik yang sesungguhnya sebagai agama yang
mutlak benar, dan lebih khusus lagi mengambilnya sebagai sumber dan dasar
bagi kecerdasan dan kesejahteraan umat. Dengan demikian di satu sisi
pembaruan islam merupakan respon terhadap realitas dan tuntunan aktual
tertentu baik menyangkut doktrin keagamaan maupun realitas sosial seperti
ekonomi, politik, dan adat. Di satu sisi ia merupakan usaha untuk

6
menerjemahkan Islam dalam konteks tertentu dengan menekankan aktualisasi
dan relevansi prinsip prinsip etik dan moral islam itu sendiri.9
Hal ini juga sejalan dengan pandangan Muhammad Abduh dalam kutipan
Ramayayulis, yang menyatakan bahwa umat Islam harus dikembalikan pada
ajaran yang berkembang di masa klasik semula yaitu seperti yang pernah
dilakukan di zaman salaf. 10Inilah salah satu alasan Abduh untuk melakukan
pembaruan dalam islam, sehingga Abduh berkesimpulan bahwa pintu ijtihad
masih dibuka.
Nurcholish Majdid menambahkan, mengenai perlunya pembaruan dalam
Islam adalah merupakan suatu keharusan, bahkan kewajiban yang mutlak.
Pembaruan merupkan pelaksanaan perintah dan ajaran Tuhan Yang Maha
Esa 11tentunya pembaruan yang di maksud adalah pembaruan yang identik
atau hampir identik dengan rasionalisasi. Dasar sikap itulah menurut
Nurcholish Majdid adalah sebagai berikut :
a. Allah menciptakan seluruh alam ini dengan haq (benar), bukan bathil
(palsu), (Qs.Al-Nahl(16):3, Shad (38):27).
b. Allah menciptakan seluruh alam raya ini untuk kepentingan manusia,
kesejahteraan hidup, dan kebahagiaannya, sebagai rahmat darinya. Akan
tetapi hanya golongan manusia yang berpikir atau rasional yang akan
mengerti dan kemudian memanfaatkan karunia itu (Qs. Al- Jasiyah
(45):13).
c. Karena adanya perintah untuk menggunakan akal pikiran (rasio) itu,allah
melarang segala sesuatu yang menghambat segala perkembangan
pemikiran, terutama merupakan pewarisan membuta terhadap tradisi

9
Jalaluddin Rahmat, 2003 Prof. Dr. Nurcholis Majdid, Jejak Pemikiran Dari Pembaharu Sampai Guru Bangsa
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar) Hlm. 332
10
Ramayulis Dan Samsul Nizar, 2005 Ensiklopedi Tokoh Pendiidkan Islam: Mengenal Tokoh Pendidikan Islam
Di Dunia Islam Dan Indonesia. Hlm. 49
11
Nurcholis Majdid 2008, Islam, Kemodernan, Keindonesiaan (Jakarta Mizan Pustaka Hlm. 181

7
tradisi lama, yang merupakan cara berpikir dan tata kerja sebelumnya
(Qs. Al Baqarah (2):170, Al Zuhruf (43):22-25)12
4. Macam-macam Gerakan Pembaruan Islam
Dalam melaksanakan proses pembaruan Islam tentunya berbeda pada
masing masing tokoh. namun secara umum gerakan pembaruan di Indonesia
sudah ada sejak dahulu misalnya :
a. Jami’atul Khair
Jami’atul Khair yang didirikan pada tanggal 15 Juli 1905,
merupakan organisasi pembaruan pertama pendirinya adalah Sayid
Muhammad al Fatchur Ibn Abdurrahman al Masjhur. Meskipun
organisasi ini anggotanya adalah orang orang Arab tetapi terbuka
pada setiap muslim tanpa diskriminasi. Kegiatan yang menjadi
perhatian organisasi ini meliputi dua bidang, pendirian dan pembinaan
sekolah pada tingkat dasar, dan pengiriman anak anak muda ke Turki
untuk melanjutkan studi. Jamiatul Khair dianggap sebagai pelopor
organisasi Islam modern karena organisasi ini mentradisikan ciri
organisasi modern seperti umpamanya memiliki anggaran dasar,
daftar anggota tercatat, rapat-rapat berkala, dan mendirikan sekolah
yang memiliki sistem kurikulum, sistem klasikal, dan perlengkapan
kelas. Sayangnya, umur organisasi ini tidak panjang, karena faktor
perpecahan internal organisasi
b. Sarekat Islam
Sarekat Islam (SI) berdiri di Solo pada tanggal 11 November
1912. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Samanhoedi, M.
Asmodimedjo, M. Kertotaruno, M. Sumowerdojo dan Hadji Abdul
Radjak. SI sebelumnya bernama Serikat Dagang Islam (SDI) yang
terkenal dipimpin oleh Samanhoedi. Kemudian SDI mengubah diri
menjadi Sarekat Islam (SI) dan terkenal di tangan H. Oemar Said
12
Ibid, 181-182.

8
Cokroaminoto. Pada awalnya, organisasi ini lahir karena adanya
kompetisi dalam perdagangan batik dan menjadi benteng bagi orang-
orang Indonesia yang umumnya terdiri dari pedagang-pedagang batik
Solo dengan golongan Cina, dan sikap superioritas orang Cina
terhadap orang Indonesia sehubungan dengan berhasilnya revolusi
Cina pada 1911. Seiring berjalanya waktu organisasi ini mengubah
haluan menjadi organisasi yang bergerak di bidang politik. SI
berkeyakinan bahwa Islam itu membuka pemikiran tentang
persamaan derajat manusia. Mereka tidak mengakui suatu golongan
berkuasa di atas golongan lainnya. Oleh karena itu, segala bentuk
penindasan oleh kapitalisme dan kolonialisme harus dihentikan.
c. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal
8 Dzulhijah 1330 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18 November
1912 Miladiyah di Kota Yogyakarta. Muhammadiyah dikenal sebagai
organisasi yang telah mengembuskan jiwa pembaruan pemikiran
Islam di Indonesia dan bergerak di berbagai bidang kehidupan umat.13
D. Kondisi Umat Islam di Indonesia
1. Kondisi Keagamaan Umat Islam Indonesia
Sebelum adanya pembaruan Islam di Indonesia kondisi keagamaan umat
Islam sangat berantakan dan jauh dari nilai Islam yang sebenarnya. Umat
Islam sudah terperangkap dalam praktek praktek keagamaan yang keliru
sehingga mengakibatkan mereka terperangkap dalam kejumudan yang
mengakibatkan umat Islam berada dalam kemunduran.

2. Kondisi Pendidikan Umat Islam Indonesia

13
Sudarno Shobron, Et Al, Studi Kemuhammadiyahan, hlm. 25-26

9
Pendidikan tidak banyak dirasakan oleh masyarakat pribumi dengan
alasan tertentu kemudian kurangnya kesadaran dalam memperoleh
pendidikan adalah salah satu alasan yang membuat bangsa Indonesia
khususnya umat Islam semakin terbelakang. Berbagai usaha dilakukan oleh
salah satu tokoh pembaharu Islam yang cukup terkenal dalam hal ini
Muhammad Abduh, upya tersebut menurut Abduh harus dimulai dari segala
penjuru terutama melalui pendidikan karena hanya dengan pendidikan yang
baiklah akan memunculkan ide ide yang cemerlang sehingga masyarakat bisa
merdeka, dalam arti yang luas merdeka dari segala bentuk penindasan yang
tidak manusiawi.
3. Kondisi Ekonomi Umat Islam Indonesia
Tidak cukup dibidang agama dan pendidikan, kondisi ekonomi
masyarakat juga sangat terpuruk, banyak kaum yang termarginalkan, kaum
miskin, yatim piatu dan anak terlantar tidak diperhatikan oleh negara. Yang
kaya semakin semena mena yang miskin semakin tertindas. Semua sektor
dikuasai oleh negara asing yang membawa misi kristenisasi pada saat itu.
4. Kondisi Sosial-Budaya Umat Islam Indonesia
Khusus di bidang sosial budaya mulai terkikis secara perlahan, masuknya
orang orang yang membawa misi kristenisasi tentu sangat mempengaruhi
kondisi sosial budaya masyarakat islam. Banyak orang islam yang
mengalami kesengsaraan seperti tidak adanya pelayanan rumah sakit hanya
orang orang tertentu yang boleh selain itu sistem kasta juga masih sangat
kental di masyarakat dan lain sebagainya.
E. Gerakan Muhammadiyah
1. Tujuan Muhammadiyah
Gerakan Muhammadiyah bertujuan untuk menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan,
Muhammadiyah melakukan berbagai usaha di berbagai bidang, seperti

10
bidang agama, pendidikan, sosial dan kesehatan, dengan mendirikan banyak
amal usaha yang mempunyai manfaat kepada masyarakat. Dalam mencapai
tujuan ini KH. Ahmad Dahlan mendapatkan penolakan hinaan dan disalah
pahami sebagai kyai kafir karena berusaha mengubah paham-paham yang
telah lama dipercaya masyarakat tradisional.
2. Landasan berdirinya Muhammadiyah
Landasan Normatif atau Faktor Subjektif
Yang dimaksud dengan faktor subjektif ini adalah faktor yang berkaitan
dengan pribadi KH. Ahmad Dahlan, bahwa beliau sebagai pendiri
Muhammadiyah pada saat itu dianggap memiliki karakterisik, antara lain:
a. Sebagai ulama dan intelektual muslim yang relatif cerdas pada zamannya.
Hal ini dibuktikan antara lain pada saat itu beliau pergi ke Lembang
Bandung untuk mencocokkan hasil penghitungan hisabnya dengan
teknologi meterologi dan geofisika di tempat itu
b. Memiliki kepekaan sosial yang tinggi, cepat mendiagnosa penyakit umat
dan menentukan terapinya. Salah satu obsesinya ialah ingin menyatukan
ulama di Indonesia serta meningkatkan pendidikan umat islam, sebab
hanya dengan pendidikan yang memadai umat islam bisa lebih siap dalam
menghadapi berbagai tantangan. Kebodohan dan keterbelakangan, hanya
bisa di atasi dengan satu kata, “pendidikan”.
c. Sebagai ulama bertipe ulama praktis, bukan ulama teoritis, hal ini terbukti
antara lain dari pengajian tafsir yang dilakukannya menggunakan metode
tematik yaitu memulai dari ayat ayat yang paling mudah dipahami dan
mudah di amalkan
d. Sebagai ulama bertipe ulama praktis, bukan ulama teoritis, hal ini terbukti
antara lain dari pengajian tafsir yang dilakukannya menggunakan metode
tematik yaitu memulai dari ayat ayat yang paling mudah dipahami dan
mudah di amalkan.
Landasan Historis atau Faktor Objektif

11
Faktor objektif di sini adalah fakta fakta riil yang terjadi dan menimpa
umat dan bangsa Indonesia, faktor objektif ini dapat dibedakan menjadi dua
yaitu internal dan eksternal.
Dari segi internal antara lain :
a. Kondisi umat islam Indonesia saat itu secara umum adalah rendah
pemahamannya terhadap ajaran islam. Hal ini akibat rendahnya
kualitas pendidikan yang dimiliki
b. Keterbelakangan umat islam dan bangsa Indonesia akibat penjajahan.
Penjajahan ini juga mengakibatkan umat islam dan bangsa Indonesia
menjadi bodoh dan miskin
c. Lembaga pendidikan khususnya umat islam di Indonesia di samping
secara akademis tidak memenuhi syarat sebagai lembaga pendidikan
yang modern, juga tidak berorientasi ke depan yang bersifat problem
solfer terhadap berbagai tantangan yang sedang dihadapi umat islam
dan bangsa indonseisa pada saat itu14
Dari segi eksternal antara lain:
a. Kondisi bangsa Indonesia pada saat itu dijajah oleh Belanda, dan sangat
logis bahwa bangsa yang terjajah adalah bangsa yang rendah harga
dirinya,bodoh, miskin, serta kehlangan dinamika
b. Penjajah belanda bukanhanya menjajah, tetapi juga menyiarkan ideologi
agama lain, penjajah bukan hanya memperoleh keuntungan finansial
tetapi juga mempunyai misi kristenisasi
c. Secara global pada saat itu sedang terjadi tren kebangkitan umat islam
yang didengarkan oleh para tokoh islam di berbagai negara islam di
dunia serta sedang memuncaknya semangat umat islam khususnya
Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan.15

14
Clifford eertz, 1960 The Relegion Of Java (Chicago: The University Of Chicago Press). Hlm 5

15
Yusron Asyrofi, Kyai Ahmad Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya,hlm. 27-40

12
3. Identitas Gerakan Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menyebarluaskan misi
dakwah dan tajdid memiliki karakter atau identitas diri dengan ciri paham
agama dan ideologi gerakannya yang khas. Secara umum memang
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, artinya seluruh dasar atau
landasan, pandangan, dan cita cita utamanya berbasis pada Islam serta
menjadikan Islam sebagai seluruh orientasi gerakan sebagaimana gerakan
gerakan Islam yang lainnya Muhammadiyah itu segala halnya Islam dengan
rujukan sumber ajarannyaa ialah al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbullah
(sunnah yang dapat diterima), disertai dengan penggunaan akal pikiran sesuai
jiwa ajaran Islam. Islam menjadi fondasi, jiwa, pikiran, identitas, cita cita,
pola gerakan Muhammadiyah sehingga disebut dengan gerakan Islam .16
Seluruh prinsip ajaran islam sebagaimana terkandung dalam rukun iman
dan rukun islam serta segala aspek fundamental dari ajaran islam menjadi
pedoman hidup (way of life) yang utama dan menyatu dalam gerakan
Muhammadiyah. Muhammdiyah itu Islam, Muhammadiyah tidak lain dan
tidak bukan kecuali Islam. Karena itu Muhammadiyah jangan
dipertentangakan dengan Islam, karena segala sesuatunya yang esensial ialah
Islam. Muhammaidyah dengan menisbahkan atau mengaitkan dirinya pada
nama Nabi Muhammad Saw. memang tidak lain untuk menjadikan
gerakannya sebagai pengikut dan penyebar risalah islam sebagaiamana yang
dibawa oleh Nabi akhir zaman itu.
Muhammadiyah memiliki manhaj atau metedologi dalam memahami dan
mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh (komprehensif). Dengan
memadukan pemahaman secara bayani (tekstual nash), burhani (kontekstual
ijtihad), dan irfani (spiritual ihsan). Sehingga sampai pada esensi keutuhan
dari Islam itu sendiri. Muhammadiyah dalam memahami dan mengamalkan
ajaran Islam secara multiaspek meliputi akidah, ibadah, akhlak, dan
16
Proh. H Haedar Nashir, M.SI. Kuliah kemuhammadiyaan 2 hlm. 2-4

13
mu’amalah dunyawiyyah sehingga terwujud kemeyeluruhan islam (kaffah).
Muhammadiyah tidak bermazhab tertentu, tetapi tidak anti mazhab, sehingga
mengembangkan keterbukaan dalam memahami dan mengamalkan ajaran
Islam. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki prinsip ideologis
sebagaimana terkandung dalam muqaddimah, kepribadian, matan keyakinan
dan cita cita hidup, khittah, pedoman hidup Islami, dan pernyataan pikiran
Muhammadiyah. Dengan prinsip ideologis tersebut Muhammadiyah
menegaskan diri sebagai ideologi yang berkemajuan (reformis-modernis)
yang berwatak tengahan (wasathiyyah, moderat). Yang berarti tidak menganut
paham ekstrem atau radikal. Muhammadiyah menghormati paham dan
ideologi lain sejauh sejalan dengan prinsip prinsip islam yang fundamental.
Pemikiran pemikiran dan jejak langkah dakwah serta pembaruan KH.
Ahmad Dahlan sebagai pendiri dan menjadi tonggak kelahiran
Muhammadiyah generasi awal menjadi rujukan historis dan sosiologis yang
memberi warna dan karakter ideologi Muhammadiyah, yang membedakan
dengan gerakan Islam lain. Dari prinsip ideologis tersebut Muhammadiyah
menjadi gerakan Islam yang berkemajuan. Dalam prinsip ideologi
Muhammadiyah bahwa antara keislaman, dan keindonesiaan, tidak dapat
dipertentangkan, tetapi saling mengisi sehingga Muhammadiyah menjadi
kekuatan bangsa yang religius sekaligus nasionalis. Muhammadiyah dalam
perspektif negara pancasila darul ahdi wa syahadah ingin mewujudkan
Indonesia berkemajuan sejalan dengan cita-cita baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur. Salah satu komitmen Muhammadiyah sejak berdirinya sampai
sekarang adalah bahwa Muhammadiyah memposisikan dirinya sebagai
gerakan dakwah islam berbasis akidah yang murni. Komitmen dasar ini
sekaligus menjadi karakter utama dalam pengembangan pemikiran keagamaan

14
yang dilakukannya. Seorang dianggap beragama jika dia berbuat atau beramal
serta mempraktikkan ajaran ajaran yang ada dalam al-Quran dan Hadis.17
4. Kondisi Muhammadiyah Kekinian
a. Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)
Sebagai organisasi pembaruan Islam, Muhammadiyah memiliki
karakter yang khas yakni pola pembaruan yang dilakukan melalui
penataan organisasi yang rapi dan terencana. Pokok pokok pemikiran
Muhammadiyah diaplikasikan dalam kehidupan amal usaha, baik pada
bidang keagamaan, pendidikan maupun kemasyarakatan. Amal usaha
Muhammadiyah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
pertambahan amal usaha yang secara kuantitatif ini diimbangi oleh usaha
usaha peningkatan kualitatif agar mampu berkembang secara lebih baik di
masa mendatang.18 Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah
merupakan organisasi Islam terdepan dan terbesar dibandingkan dengan
organisasi yang lainnya. Muhammadiyah berhasil membangun sistem
pendidikan sendiri seperti sekolah model barat, tetapi dimasukkan materi
pelajaran agama di dalamnya, sedangkan sekolah agama dengan
menyertakan pelajaran sekuler. Dalam penyelenggaraanya proses belajar
mengajar tidak lagi diadakan di masjid atau langgar, tetapi di gedung
yang khusus, yang dilengkapi dengan meja kursi, dan papan tulis
sehingga tidak lagi duduk di lantai. Jumlah AUM di bidang pendidikan
berdasarkan data yang terhimpun di sekretariat kantor pimpinan pusat
Muhammadiyah adalah (1) Taman Kanak-kanak/TPA (4.623 buah); (2)
Sekolah Dasar/ MI (2.604 buah); (3) Madrasah Tsanawiyah/SMP (1.772
buah); (4) Madrasah Aliyah/ SMK/SMA (1.143 buah); (5) Pondok

17
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII Dan XVIII:
Melacak Akar Akar Pembaruan Pemikiran Islam Di Indonesia (Bandung : Mizan,1994),H 17-18
18
Agus Miswanto, S.Ag.,MA Sejarah Islam Dan Kemuhammadiyahaan Hlm. 59

15
Pesantren (67 buah); (6) Mu’alimin /Mu’allimat (25 buah), (7) Sekolah
Luar Biasa (71 buah); (8) Perguruan Tinggi (172 buah).19
b. Organisasi Otonom (Ortom)
Organisasi Otonom Muhammadiyah (ORTOM) ialah organisasi yang
dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan
pengawasannya diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga
sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan
dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mencapai maksud dan
tujuan Persyarikatan Muhammadiyah.
Adapun Organisasi Otonom Muhammadiyah (ORTOM) yang sudah
ada ialah sebagai berikut:
1. ’Aisyiyah (bergerak di kalangan wanita dan ibu-ibu)
2. Pemuda Muhammadiyah (bergerak di kalangan pemuda)
3. Nasyiatul Aisyiyah (bergerak di kalangan perempuan-perempuan
muda)
4. Ikatan Remaja Muhammadiyah (bergerak di kalangan pelajar dan
remaja)
5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (bergerak di kalangan mahasiswa)
6. Tapak Suci Putera Muhammadiyah (bergerak dalam aktivitas seni
bela diri)
7. Hizbul Wathan (bergerak dalam aktivitas kepanduan).
c. Isu-Isu Strategis Keumatan
 Fenomena Rezimintasi Paham Agama
Indonesia merupakan negara yang berdasarkan pancasila, bukan
negara agama atau negara sekuler. Karena bukan negara agama maka
tidak boleh ada agama yang mendominasi apalagi kelompok
keagamaan tertentu. Muhammadiyah menyarankan agar pertama,
negara negara agar bersikap moderat, kedua Kedua, mendorong
19
Ibid hlm. 60

16
ormas Islam semakin menguatkan paradigma wasathiyah Islam yang
genuine; Ketiga, mendorong negara untuk dapat menjadi fasilitator
semua ormas keislaman dan ormas keagamaan; Keempat, mendorong
negara untuk bersikap netral dan tidak menjadi alat politisasi agama;
Kelima, mendorong negara untuk tidak menciptakan segregasi politik
terhadap ormas Islam dengan tidak menjadikan isu keagamaan
sebagai isu politik mainstream dan nonmainstream.
 Membangun Kesalehan Digital
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menimbulkan
perubahan mendasar dalam hampir semua aspek kehidupan umat
manusia. Karenanya diperlukan dasar nilai yang membingkai perilaku
bermedia sosial dan penggunaan media digital secara bermoral dalam
wujud kesalehan digital, yaitu bagaimana adanya kesadaran moral
atau etik dalam memanfaatkan sistem dan hidup di era digital.
 Memperkuat Persatuan Umat
Umat Islam secara statistik adalah kelompok mayoritas di
Indonesia. Jumlah umat Islam Indonesia adalah yang terbesar di
dunia. Diperlukan komunikasi yang lebih intensif di antara pimpinan
organisasi-organisasi Islam untuk menghilangkan sentimen primordial
dan menjalin kedekatan personal serta persahabatan yang sejati.
 Beragama yang Mencerahkan
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius yang memiliki
ketaatan beragama, mengaji, dan mempraktikkan ajaran agama
dengan baik. Namun Tingginya semangat mengaji belum sejalan
dengan kualitas materi dan penyaji. Pengajian dan tabligh terkesan
lebih memelihara tradisi dan kerutinan, yang miskin substansi, bahkan
sebagian berubah menjadi pertunjukkan dan hiburan. Kajian agama
hendaknya diselenggarakan sebagai proses pencerahan agar umat

17
memahami agama secara luas dan mendalam, serta agar agama
menjadi sumber ajaran dan nilai-nilai yang menggerakkan dan
memajukan umat.
 Autentisitas Wasathiyah Islam
Masyarakat Islam Indonesia memiliki jati diri Islam yang
moderat, ramah, dan santun. Cara pandang beragama yang tengahan
(wasathiyah) dengan mengedepankan paham dan sikap yang adil,
ihsan, arif, damai, dan menebar rahmat baik dalam menyikapi
perbedaan maupun membangun kehidupan beragama. Setiap
kelompok yang berbeda saling menghargai dan menjaga persatuan.
Cara pandang yang menumbuhkan cara berfikir kritis, menghargai
kelompok lain, dan toleransi (tasamuh) dalam melihat perbedaan
dengan semangat persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah).20
5. Peran Pembaruan Islam KH. Ahmad Dahlan
Pembaruan Islam dalam pemikiran KH. Ahmad Dahlan meliputi bidang
keagamaan, pendidikan, politik dan sosial masyarakat.21
a. Dalam Bidang Keagamaan
Pemikiran KH. Ahmad Dahlan meliputi memperbaiki arah kiblat dan
melakukan pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut agama
Islam dengan mengajak masyarakat untuk hidup sesuai dengan tuntunan al-
Quran dan sunnah.
b. Dalam Bidang Pendidikan
KH. Ahmad Dahlan melakukan pembaruan dengan menciptakan
model sekolah berbasis integrasi ilmu agama dan ilmu umum. Langkah yang
diambil adalah dengan mengadopsi sistem pendidikan barat dan mereformasi
pendidikan pesantren yang tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif

20
http://www.muhammadiyah.or.id
21
Repository.unja.ac.id safitri Yeni(2020)KH. Ahmad Dahlan Dalam Pembaharuan Islam di Indonesia
1912-1922.S1 Thesis Universitas Jambi

18
metodenya karena hanya mengutamakan menghafal dan tidak merespon
ilmu pengetahuan umum.
c. Dalam Bidang Politik
Pembaruan KH. Ahmad Dahlan dalam bidang politik yaitu dengan
menerapkan politik duplikasi dalam menghadapi misi kristenisasi. Melalui
politik duplikasi ini KH. Ahmad Dahlan berusaha mempertahankan
kekuasaan di masyarakat tanpa melakukan penolakan terhadap kebijakan
politik yang telah ada dengan cara melawan gagasan dengan gagasan
melawan aksi dengan aksi. Berbagai pelayanan masyarakat yang didirikan
oleh zending dan misi di respon KH. Ahmad Dahlan dengan meniru dan
melakukan cara yang sama seperti yang dilakukan penyebar agama kristen
tanpa melakukan tindakan radikal. Politik duplikasi menjadi bentuk
resistensi Muhammadiyah dengan cara yang kooperatif jujur dan terbuka
dalam menghadapi masalah kristenisasi.
d. Bidang Sosial Masyarakat
Pembaruan dalam bidang sosial masyarakat yaitu dengan melakukan
gerakan al-ma’un,22mendirikan berbagai layanan masyarakat seperti rumah
sakit, rumah yatim dan rumah miskin. Pembaruan sosial lainnya adalah
dengan membentuk Aisyiyah bersama istrinya Siti Walidah, pada tahun
1917 sebagai wadah pergerakan perempuan Muhammadiyah dan pelopor
pembaruan keterlibatan perempuan dalam masyarakat. Pembaruan KH.
Ahmad Dahlan memberikan dampak terhadap masyarakat muslim dan non
muslim di Indonesia. Dampak terhadap masyarakat muslim yaitu semakin
banyak masjid di Yogyakarta yang diperbaiki arah kiblatnya, meningkatnya
pemahaman agama masyarakat muslim, serta mulai menjalani kehidupan
sesuai al-Quran dan Hadis. Pembaruan pendidikan berupa sekolah berbasis
integrasi ilmu pengetahuan agama dan ilmu umum berhasil mengubah sistem
pendidikan Islam yang konvensional menjadi lebih modern. Dampak yang
22
ibid

19
dirasakan rakyat pribumi yaitu mereka bisa mendapatkan kesempatan yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang sama seperti kaum bangsawan dan
priyayi tanpa diskriminasi. Dalam bidang politik berdampak pada semakin
luasnya ruang gerak Muhammadiyah dibawah badan hukum. Tersedianya
layanan masyarakat tanpa diskriminasi sosial, masyarakat yang melakukan
pengobatan perdukunan beralih ke balai pengobatan dan rumah sakit. Selain
itu ada beberapa juga dampak positif pembaruan Islam KH. Ahmad Dahlan
pada bidang sosial masyarakat saat ini antara lain Pelembagaan pengelola
zakat melalui Lazismu, metode hisab dalam penetapan awal bulan hijriah,
Salat id di lapangan, modernisasi pendidikan di Indonesia (integrasi
kurikulum islam dan ilmu pengetahuan)
6. Kesimpulan
Muhammadiyah dalam menghadapi dinamika sosial yang beragam
tidak boleh berhenti begerak. Dengan segala tantangan yang menghadang di
depan maka sungguh pendek waktunya Muhammadiyah di seluruh tingkatan
untuk menyatukan diri menggelorakan spirit dan langkah Muhammadiyah
berkemajuan. Semangat berkemajuan yang digelorakkan Muhammadiyah
dan usaha membangun pusat pusat keunggulan akan berdampak langsung
pada kapitalisasi kekuatan Muhammadiyah sendiri sekaligus berpengaruh
pada kemajuan Islam di negeri ini.
Muhammadiyah juga harus menjadi kekuatan pencerah dalam usaha
memajukan bangsa. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang masih
tertinggal di berbagai aspek kehidupan, di samping hal positif yang telah
diraih, melalui gerakan Islam yang membawa misi kemajuan itu maka akan
dibangun kondisi bangsa yang maju, adil, makmur, bermartabat dan
berdaulat sejajar dengan bangsa bangsa lain yang telah maju perdabannya.
Daftar Pustaka
Masihubnu Maryam, 2017 skripsi:”Pembaruan Pendidikan Islam menurut
Azyumardi Azra (UIN Raden Intan Lampung) hlm.20

20
Artikel Sutiyono. Tradisi Masyarakat Sebagai Kekuatan Sinkretisme Di Trucuk,
Klaten hlm.5
Soegijanto Padmo, 2007. Gerakan Pembaruan Islam Indonesia Dari Masa Ke Masa.
Jurnal Humaniora, vol.19,No 2 : 151
Sunanto Musyrifah, 2007 Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta raja grafindo
persada, hlm.308
Moh. Amien Rais, 1995 Intelektuakisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru.
(Bandung ): Mizan, hlm 32
Repository.unja.ac.id Safitri Yeni (2020) KH. Ahmad Dahlan Dalam Pembaruan
Islam di Indonesia 1912-1922. S1 Thesis Universitas Jambi
Faozan Amar 2009 (ed), Soekarno dan Muhammadiyah (Jakarta: al wasat)
Nurhayati dkk
Clifford Geertz, 1960 The Religion Of Java (Chicago: The University Of Chicago
Press). Hlm 5
Yusron Asyrofi, Kyai Ahmad Dahlan Pemikiran dan Kepemimpinannya, hlm. 27
Agus Miswanto, S.Ag.,MA Sejarah Islam Dan Kemuhammadiyahaan, hlm. 59-60
Prof. H Haedar Nashir, M.SI. Kuliah Kemuhammadiyaan 2, hlm. 2-4
Azyumardi Azra, 1994 Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
abad XVII dan XVIII: Melacak Akar Akar Pembaruan Pemikiran Islam Di
Indonesia (Bandung : Mizan),hlm. 17-18
Ahmad Warson Munnawir, 1997, Kamus Al-Munawir: Arab-Indonesia Terlengkap
(Surabaya: Pustaka Progresif), hlm. 173.
Sudarno Shobron, 2006 et al, Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, idiologis,
dan Organisasi, (Surakarta: LPID UMS), hlm. 1.

21

Anda mungkin juga menyukai