Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmatdanhidayahNyasehinggakamidapatmenyelesaikanmakalahKemuhammad
iyahan tentang “Latar Belakang Berdirinya Muhamadiyah” tepatpada waktunya.
Di Mekkah, pria bernama asli Muhammad Darwis ini mewarisi ilmu yang
didapatnya dari belajar agama dan tinggal bersama ulama setempat.
Bagi KH. Ahmad Dahlan, niat mendirikan Muhammadiyah mulanya tidak lain
untuk memerangi praktik mistik sekaligus mengentaskan kemiskinan
masyarakat pribumi akibat penjajahan Belanda.
Sejak Muhammadiyah berdiri, KH. Ahmad Dahlan pun sering mengajak murid-
muridnya untuk mengasuh anak yatim piatu yang kurang mampu.
Semangat keberpihakan kepada rakyat yang tidak memiliki keberdayaan
menjadi semangat dan napas gerakan Muhammadiyah.
Selain panti asuhan, Muhammadiyah juga mendirikan rumah sakit untuk fakir
miskin. Selain itu, ada juga sejumlah kegiatan pendidikan bagi masyarakat
miskin.
1.KH.AHMAD DAHLAN
”Sejak umur 15 tahun, saat saya berdiam di rumah Tjokroaminoto,” cerita
Bung Karno, “saya telah terpukau dengan KH Ahmad Dahlan.” Bung Karno
bahkan menjadi anggota Muhammadiyah dan pernah menyatakan keinginan
“dikubur dengan membawa nama Muhammadiyah atas kain kafan.”
Ketika menetap di Mekah, di usia 15 tahun, dia mulai berinteraksi dan tersentuh
dengan pemikiran para pembaharu Islam. Sejak itu, dia merasa perlunya
gerakan pembaharuan Islam di kampung halamannya, yang masih berbaur
dengan sinkretisme dan formalisme. Mula-mula dengan mengubah arah kiblat
yang sebenarnya, kemudian mengajak memperbaiki jalan dan parit di Kauman.
Robert W Hefner, Indonesianis asal Amerika Serikat, menyebut Dahlan
merupakan sosok pembaharu Islam yang luar biasa di Indonesia, bahkan
pengaruhnya melampaui batas puncak pemikiran Muhammad Abduh dari
Mesir.
Ahmad Surkati dilahirkan di pulau Arqu, daerah Dunggulah, Sudan, pada 1875.
Sempat mengenyam pendidikan di Al-Azhar (Mesir) dan Mekah, Surkati
kemudian datang ke Jawa pada Maret 1911. Ini bermula dari permintaan Jami’at
Khair, organisasi yang didirikan warga keturunan Arab di Jakarta, untuk
mengajar. Karena ketidakcocokkan, dia keluar serta mendirikan madrasah Al-
Irsyad Al-Islamiyah di Jakarta pada 6 September 1914. Tanggal pendirian
madrasah itu kemudian menjadi tanggal berdirinya Perhimpunan Al-Irsyad.
Tujuan organisasi ini, selain memurnikan Islam, juga bergerak dalam bidang
pendidikan dan kemasyarakatan.
Sejarawan Belanda G.F. Pijper dalam Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di
Indonesia 1900-1950 memandang hanya Al-Irsyad yang benar-benar gerakan
pembaharuan yang punya kesamaan dengan gerakan reformis di Mesir
sebagaimana dilakukan Muhammad Abduh dan Rashid Ridha. Dengan
demikian, Surkati juga seorang pembaharu Islam di Indonesia. Sukarno bahkan
menyebut Surkati ikut mempercepat lahirnya kemerdekaan Indonesia.
Ahmad Surkati wafat pada 6 September 1943. Sejak itu, perkembangan Al-
Irsyad tersendat, sekalipun tetap eksis hingga kini.
Ketika pabrik tekstilnya tutup, dia mengabdikan diri di bidang agama dalam
lingkungan Persis, dan segera popular di kalangan kaum muda progresif. Di
Bandung pula Hassan bertemu dengan Mohammad Natsir, kelak jadi tokoh
penting Persis, yang kemudian bersama-sama menerbitkan majalah Pembela
Islam dan Al-Lisan. Dia juga mendirikan pesantren Persis, di samping pesantren
putri, untuk membentuk kader, yang kemudian dipindahkan ke Bangil, Jawa
Timur.
Ahmad Hassan tutup usia pada 10 November 1958 dalam usia 71 tahun.
Hasyim pernah belajar pada Syaikh Mahfudz asal Termas, ulama Indonesia
yang jadi pakar ilmu hadits pertama, di Mekah. Ilmu hadits inilah yang
kemudian menjadi spesialisasi Pesantren Tebuireng, yang kelak didirikannya di
Jombang sepulangnya dari Tanah Suci. Lewat pesantren inilah KH Hasyim
melancarkan pembaharuan sistem pendidikan keagamaan Islam tradisional. Dia
memperkenalkan pengetahuan umum dalam kurikulum pesantren, bahkan sejak
1926 ditambah dengan bahasa Belanda dan sejarah Indonesia. Dalam
buku Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Zamakhsyari
Dhofier manggambarkan Hasyim Asy’ari sebagai sosok yang menjaga tradisi
pesantren.
Hasyim Asy’ari wafat pada 25 Juli 1947. Dalam perjalanannya, NU larut dalam
politik praktis hingga akhirnya kembali ke khitah 1926.
DAFTAR ISI
1.SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH.................................................2
2.EMPAT 4 TOKO PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA................................4
1.KH.AHMAD DAHLAN........................................................................................4
2.AHMAD SUKARTI : MEMPERCEPAT KEMERDEKAAN..............................4
3.AHMAD HASAN:RUJUKAN KAJIAN ISLAM..................................................5
4.KH HASYIM ASY’ARI........................................................................................6
KEMUHAMMADIYAHAN
ALDY YANSYAH
NPM(20010020)