Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmatdanhidayahNyasehinggakamidapatmenyelesaikanmakalahKemuhammad
iyahan tentang “Latar Belakang Berdirinya Muhamadiyah” tepatpada waktunya.

Makalah ini dibuat berdasarkan penilaian dalam studi


kemuhammadiyahanpada semester satu sebagai bahan presentasi kelompok juga
sebagai pengetahuanbagi penulis maupun pembaca makalah ini untuk lebih
mengetahui dasar-dasardari kemuhammadiyahan.

Kami sangat menyadari akan kekurangan yang dimiliki begitu pula


denganpembuatan makalah ini. Karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan
gunamemperbaiki segala kekurangan dalam makalah ini.

Ucapan terimakasih tak lupa penulis haturkan kepada dosen mata


kuliahkemuhammadiyahan yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh


darisempurna oleh karena itu kritik dan saran yangh sifatnya membangun
dariberbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
1.SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah adalah bagian dari sejarah Indonesia. Kontribusinya
sebagai pembawa modernitas dalam Islam tidak bisa dianggap enteng.
Di tangan pendirinya, Kiai Haji Ahmad Dahlan, Muhammadiyah menjadi ormas
Islam yang besar. Apalagi Muhammadiyah berdiri dengan napas amar ma'ruf
nahi munkar dan tajdi
Muhammadiyah tidak hanya mengusung paham agama Islam tetapi juga turut
memajukan bidang pendidikan, terutama memberantas keterbelakangan,
kebodohan, dan kemiskinan di kalangan penduduk pribumi.

Merujuk situs resminya, Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 di


Desa Kauman, Yogyakarta. Organisasi ini didirikan tepat setelah KH. Ahmad
Dahlan tiba dari Tanah Suci, Mekkah.

Di Mekkah, pria bernama asli Muhammad Darwis ini mewarisi ilmu yang
didapatnya dari belajar agama dan tinggal bersama ulama setempat.

Bagi KH. Ahmad Dahlan, niat mendirikan Muhammadiyah mulanya tidak lain
untuk memerangi praktik mistik sekaligus mengentaskan kemiskinan
masyarakat pribumi akibat penjajahan Belanda.

Menurut Ridho Al-Hamdi dalam buku Paradigma Politik Muhammadiyah


(2020) mengutip VOI, ajaran yang dianut KH. Ahmad Dahlan di
Muhammadiyah sepenuhnya mengembuskan renungan kritis terhadap ayat-ayat
Alquran yang diselaraskan dengan konteks dan permasalahan zaman.

Memadukan antara nash (dalil) dan waqi' (konteks zaman) berhasil


menghadirkan wajah peradaban Islam yang positif dan progresif.

KH. Ahmad Dahlan menggunakan Alquran sebagai inspirasi untuk membentuk


Muhammadiyah yang tumbuh menjadi gerakan reformis-modernis.
Gerakan ini kemudian mampu mencerahkan dan memajukan ilmu pengetahuan
serta teknologi dalam memerangi kemiskinan dan kebodohan khususnya di
Yogyakarta.

Langkah yang membawanya dalam keberhasilan ini kemudian membuat nama


Muhammadiyah menggema di Yogyakarta hingga merambah di dalam dan luar
Jawa.

Apalagi seluruh program yang dihadirkan Muhammadiyah saat itu diarahkan


untuk membebaskan dan memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan.

Sejak Muhammadiyah berdiri, KH. Ahmad Dahlan pun sering mengajak murid-
muridnya untuk mengasuh anak yatim piatu yang kurang mampu.
Semangat keberpihakan kepada rakyat yang tidak memiliki keberdayaan
menjadi semangat dan napas gerakan Muhammadiyah.

Selain panti asuhan, Muhammadiyah juga mendirikan rumah sakit untuk fakir
miskin. Selain itu, ada juga sejumlah kegiatan pendidikan bagi masyarakat
miskin.

Apalagi organisasi perempuan Muhammadiyah juga terbilang aktif, yang


kemudian dikenal dengan nama Aisyiyah pada 1917. Organisasi otonom ini
berfokus mengembangkan pendidikan anak-anak dan perempuan tanah air.

Atas sumbangsihnya, presiden pertama Indonesia Soekarno bahkan mengaku


takjub. Muhammadiyah, kata Bung Karno, telah berani muncul untuk
memodernisasi cara mengembangkan Islam di seluruh Nusantara.

Kesepahaman bersama antara Muhammadiyah dan Bung Karno dalam


mengentaskan kemiskinan menjadi dasar untuk terus mendukung ormas-ormas
Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan tumbuh dewasa.
2.EMPAT 4 TOKO PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA

1.KH.AHMAD DAHLAN
”Sejak umur 15 tahun, saat saya berdiam di rumah Tjokroaminoto,” cerita
Bung Karno, “saya telah terpukau dengan KH Ahmad Dahlan.” Bung Karno
bahkan menjadi anggota Muhammadiyah dan pernah menyatakan keinginan
“dikubur dengan membawa nama Muhammadiyah atas kain kafan.”

Muhammadiyah, salah organisasi Islam terpenting di Indonesia, didirikan


Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Tujuannya, “menyebarkan pengajaran
Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera” dan
“memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”. Organisasi ini
bergerak di bidang kemasyarakatan, kesehatan, dan pendidikan ketimbang
politik. Dari ruang gerak terbatas di Kauman, Yogyakarta, organisasi ini
kemudian meluas ke daerah lain, termasuk luar Jawa.

Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, pada 1 Agustus 1868 dengan menyandang


nama kecil Muhammad Darwis. Ayahnya, KH Abubakar, seorang khatib masjid
besar di Kesultanan Yogyakarta, sedangkan ibunya, Siti Aminah, putri seorang
penghulu. Praktis, sejak kecil, dia mendapat didikan lingkungan pesantren serta
menyerap pengetahuan agama dan bahasa Arab.

Ketika menetap di Mekah, di usia 15 tahun, dia mulai berinteraksi dan tersentuh
dengan pemikiran para pembaharu Islam. Sejak itu, dia merasa perlunya
gerakan pembaharuan Islam di kampung halamannya, yang masih berbaur
dengan sinkretisme dan formalisme. Mula-mula dengan mengubah arah kiblat
yang sebenarnya, kemudian mengajak memperbaiki jalan dan parit di Kauman.
Robert W Hefner, Indonesianis asal Amerika Serikat, menyebut Dahlan
merupakan sosok pembaharu Islam yang luar biasa di Indonesia, bahkan
pengaruhnya melampaui batas puncak pemikiran Muhammad Abduh dari
Mesir.

Ahmad Dahlan wafat d Yogyakarta pada 23 Februari 1923 dan dimakamkan di


Karang Kuncen, Yogyakarta.

2.AHMAD SUKARTI : MEMPERCEPAT KEMERDEKAAN


Dalam Muktamar Islam I di Cirebon pada 1922, terjadi perdebatan antara
Ahmad Surkati dari Al-Irsyad dan Semaun dari Sarekat Islam Merah. Temanya
mentereng: “Dengan apa Indonesia ini bisa merdeka. Dengan Islamismekah
atau Komunisme?” Perdebatan berlangsung alot. Masing-masing kukuh pada
pendapatnya. Toh, ini tak mengurangi penghargaan di antara mereka. “Saya
suka sekali orang ini, karena keyakinannya yang kokoh dan jujur bahwa hanya
dengan komunismelah tanah airnya dapat dimerdekakan,” ujar Surkari.

Ahmad Surkati dilahirkan di pulau Arqu, daerah Dunggulah, Sudan, pada 1875.
Sempat mengenyam pendidikan di Al-Azhar (Mesir) dan Mekah, Surkati
kemudian datang ke Jawa pada Maret 1911. Ini bermula dari permintaan Jami’at
Khair, organisasi yang didirikan warga keturunan Arab di Jakarta, untuk
mengajar. Karena ketidakcocokkan, dia keluar serta mendirikan madrasah Al-
Irsyad Al-Islamiyah di Jakarta pada 6 September 1914. Tanggal pendirian
madrasah itu kemudian menjadi tanggal berdirinya Perhimpunan Al-Irsyad.
Tujuan organisasi ini, selain memurnikan Islam, juga bergerak dalam bidang
pendidikan dan kemasyarakatan.

Sejarawan Belanda G.F. Pijper dalam Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di
Indonesia 1900-1950 memandang hanya Al-Irsyad yang benar-benar gerakan
pembaharuan yang punya kesamaan dengan gerakan reformis di Mesir
sebagaimana dilakukan Muhammad Abduh dan Rashid Ridha. Dengan
demikian, Surkati juga seorang pembaharu Islam di Indonesia. Sukarno bahkan
menyebut Surkati ikut mempercepat lahirnya kemerdekaan Indonesia.

Ahmad Surkati wafat pada 6 September 1943. Sejak itu, perkembangan Al-
Irsyad tersendat, sekalipun tetap eksis hingga kini.

3.AHMAD HASAN:RUJUKAN KAJIAN ISLAM


Nama kecilnya Hassan bin Ahmad, lahir di Singapura pada 1887 dari
keluarga campuran, Indonesia dan India. Semasa remaja dia melakoni
Sekalipun kerap berpolemik, Bung Karno pernah berpolemik dan melakukan
surat-menyurat dengan Ahmad Hassan, sebagaimana tersurat dalam surat-surat
dari Endeh dalam buku di Bawah Bendera Revolusi. Tak heran jika Bung Karno
begitu menghargai pemikiran Islam Hassan.

beragam pekerjaan; dari buruh hingga penulis, di Singapura maupun Indonesia.


Hassan pernah tinggal di rumah Haji Muhammad Junus, salah seorang pendiri
Persatuan Islam (Persis), di Bandung.

Ketika pabrik tekstilnya tutup, dia mengabdikan diri di bidang agama dalam
lingkungan Persis, dan segera popular di kalangan kaum muda progresif. Di
Bandung pula Hassan bertemu dengan Mohammad Natsir, kelak jadi tokoh
penting Persis, yang kemudian bersama-sama menerbitkan majalah Pembela
Islam dan Al-Lisan. Dia juga mendirikan pesantren Persis, di samping pesantren
putri, untuk membentuk kader, yang kemudian dipindahkan ke Bangil, Jawa
Timur.

Persis didirikan di Bandung pada 12 September 1923 oleh aktivis keagamaan


yang dipimpin Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus, keduanya pedagang.
Dalam Persatuan Islam: Pembaharuan Islam Indonsia Abad XX, Howard M.
Federspiel menulis bahwa Persis adalah organisasi biasa, kecil, tak kukuh serta
tak bergigi dalam percaturan politik saat itu. Namun, Persis berusaha keras
memperbarui umat Islam saat itu yang mengalami stagnasi pemikiran dan penuh
bid’ah, tahayul, dan khurafat.

Ahmad Hasan dikenal sebagai ulama pembaharu. Pikiran-pikirannya sangat


tajam dan kritis terutama dalam cara memahami nash (teks) Alquran maupun
hadits. Keahliannya dalam bidang hadits, tafsir, fikih, ushul fiqih, ilmu kalam,
dan mantiq menjadikannya sebagai rujukan para penanya dan pemerhati kajian
Islam. Dia juga ulama yang produktif menulis.

Ahmad Hassan tutup usia pada 10 November 1958 dalam usia 71 tahun.

4.KH HASYIM ASY’ARI


“Jangan kamu jadikan semuanya itu menjadi sebab buat bercera-berai,
berpecah-belah, bertengkar-tengkar, dan bermusuh-musuhan... Padahal agama
kita hanya satu belaka: Islam!” ujarnya dalam kongres NU di Banjarmasin,
Kalimantan, pada 1935. KH Hasyim Asy’ari sadar perlunya menghapus
pertentangan antara kalangan tradisi maupun pembaharu.

Lahir pada 14 Februari 1871 di Desa Nggedang-Jombang, Jawa Timur, Hasyim


Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama, artinya kebangkitan ulama, organisasi
Islam terbesar di Indonesia. Dia mendirikannya bersama Kyai Wahab
Chasbullah pada 31 Januari 1926 guna mempertahankan faham bermadzhab dan
membendung faham pembaharuan.

Hasyim pernah belajar pada Syaikh Mahfudz asal Termas, ulama Indonesia
yang jadi pakar ilmu hadits pertama, di Mekah. Ilmu hadits inilah yang
kemudian menjadi spesialisasi Pesantren Tebuireng, yang kelak didirikannya di
Jombang sepulangnya dari Tanah Suci. Lewat pesantren inilah KH Hasyim
melancarkan pembaharuan sistem pendidikan keagamaan Islam tradisional. Dia
memperkenalkan pengetahuan umum dalam kurikulum pesantren, bahkan sejak
1926 ditambah dengan bahasa Belanda dan sejarah Indonesia. Dalam
buku Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Zamakhsyari
Dhofier manggambarkan Hasyim Asy’ari sebagai sosok yang menjaga tradisi
pesantren.

Di masa Belanda, Hasyim bersikap nonkooperatif. Dia mengeluarkan banyak


fatwa yang menolak kebijakan pemerintah kolonial. Yang paling spektakuler
adalah fatwa jihad: “Wajib hukumnya bagi umat Islam Indonesia berperang
melawan Belanda.” Fatwa ini dikeluarkan menjelang meletusnya Peristiwa 10
November di Surabaya.

Hasyim Asy’ari wafat pada 25 Juli 1947. Dalam perjalanannya, NU larut dalam
politik praktis hingga akhirnya kembali ke khitah 1926.

DAFTAR ISI
1.SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH.................................................2
2.EMPAT 4 TOKO PEMBARUAN ISLAM DI INDONESIA................................4
1.KH.AHMAD DAHLAN........................................................................................4
2.AHMAD SUKARTI : MEMPERCEPAT KEMERDEKAAN..............................4
3.AHMAD HASAN:RUJUKAN KAJIAN ISLAM..................................................5
4.KH HASYIM ASY’ARI........................................................................................6

KEMUHAMMADIYAHAN

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah dan


Empat 4 Tokoh Pembaruan Islam Di Indonesia

Dosen Pengampu : Tamam, S.E,M.M.


Di Susun Oleh:

ALDY YANSYAH

NPM(20010020)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH


KALIANDA 2022

Anda mungkin juga menyukai