Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam Indonesia
Oleh :
2020
1. PENGERTIAN SPII, OBJEK SPII, KEGUNAAN MEMPELAJARI SEJARAH
PENDIDIKAN DI INDONESIA
A. Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Dalam pembahasan tentangpengertian sejarah pendidikan Islam terdapat dua
konsep yaitu sejarah dan pendidikan Islam. Dalam bahasa Arab sejarah
dinamakan dengan tarikh yang artinya adalah pengetahuan tentang waktu,atau
waktu terjadinya sesuatu. Sedangkan menurut Suryanegara,secara terminology
sejarah adalahistilah yang diangkat dari bahasa Arab “syajarotun’’ yang berarti
pohon. Kata syajarotunmemberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih
analogis karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia
“pohon”,yang tumbuh dari pohon kecil menjadi pohon yang rindang dan
berkesinambungan. Dalam bahasa Inggris sejarah disebut “history”yang berarti
pengalaman masa lampau daripada umat manusia “the past experience of
mankind”. Pengertian selanjutnya memberikan maknasejarah sebagai catatan
yangberhubungan dengankejadian-kejadian masa silamyang diabadikan dalam
laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang luas. Kemudian sebagai
cabang ilmu pengetahuansejarah mengungkap peristiwa-peristiwa masa silam
baikperistiwa sosial, politik, ekonomi maupun agama dan budayadari suatu
bangsa,negara ataupun dunia. Menurut Sayid Quthub, sejarah bukanlah peristiwa-
peristiwa melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu dan pengertianmengenai
hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta
memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.
Oleh sebab itu, kegunaan sejarah pendidikan Islam meliputi dua aspek yaitu
kegunaan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus atau akademis. Yang
bersifat umum, sejarah pendidikan Islam mempunyai kegunaan sebagai faktor
keteladanan. Hal ini sejalan dengan makna yang tersurst dan tersirat dalam Firman
Allah SWT:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah. (QS.Al-Ahzab:21). Sedangkan yang bersifat
akademis, kegunaan sejarah pendidikan Islam selain membeikan perbendaharaan
perkembangan ilmu pengetahuan ( teori dan praktek) , juga untuk menumbuhkan
perspektif baru dalam rangka mencari relevansi pendidikan Islam terhadap segala
bentuk perubahan dan perkembangan ilmu teknologi.
2. PENDIDIK AGAMA ISLAMDI INDONESIA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PENDIDIKAN DI NUSANTARA
A. K.H. Ahmad Dahlan
1) Riwayt Hidup
Ahmad Dahlan lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1898 dan meninggal
pada tanggal 25 Pebruari 1923. Ia berangkat dari keluarga diktatis dan terkenal
alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama KH. Abu Bakar, seorang imam dan
khatib masjid besar kraton Yogyakarta. Sementara ibunya bernama Aminah,
putri KH. Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di kraton
Yogyakarta. Pada usia yang masih muda, ia membuat heboh dengan membuat
tanda shaf dalam masjid agung denan memakai kapur. Tanda shaf itu
bertujuan untuk memberi arah kiblat yang benar dalam masjid. Menurut dia
letak masjid yang tepat menghadap barat keliru, sebab letak kota Mekkah
berada disebelah barat agak ke utara dari Indonesia. Berdasarkan hasil
penelitian yang sederhana Ahmad Dahlan berkesimpulan bahwa kiblat di
masjid agung itu kurang benar, dan oleh karena itu harus dibetulkan. Penghulu
kepala yang bertugas menjaga masjid Agung dengan cepat menyuruh orang
membersihkan lantai masjid dan tanda shaf yang ditulis dengan benar.
KH. Ahmad Dahlan memperdalam ilmu agamanya kepada para ulma’ timur
tengah. Beliau memperdalam ilmu fiqih kepada kiai Mahfudz Termas, ilmu
hadits kepada Mufti Syafi’i, ilmu falaq kepada kiai Asy’ari Bacean. Beliau
juga sempat mengadakan dialog dengan para ulama nusantara seperti kiai
Nawawi Banten dan kiai Khatib dari Minangkabau yang dialog ini pada
akhirnya banyak mengalami dan mendorongnya untuk melakukan reformasi di
Indonesia adalah dialognya dengan syeikh Muhammad Rasyid Ridha, seorang
tokoh modernis dari Mesir. Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya
dalam mengikuti gagasan-gagasan pembaharuan islam, KH. Ahmad Dahlan
kemudian aktif menyebarkan gagasan pembaharuan islam ke pelosok-pelosok
tanah air sambil berdagang batik. KH. Ahmad Dahlan melakukan tabliah dan
diskusi keagamaan sehingga atas desakan para muridnya pada tanggal 18
November 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah.
Disamping aktif di Muhammadiyah beliau juga aktif di partai politik. Seperti
Budi Utomo da Sarikat Islam. Hampir seluruh hidupnya digunakan utnuk
beramal demi kemajuan umat islam dan bangsa. KH. Ahmad Dalhlan
meninggal pada tanggal 7 Rajab 1340 H atau 23 Pebruari 1923 M dan
dimakamkan di Karang Kadjen, Kemantren, Mergangsan, Yogyakarta.
2) Pemikiran Pendidikan
Hasyim Asy’ari yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren,
serta banyak menuntut ilmu dan berkecimpung secara langsung di dalamnya,
di lingkungan pendidikan agama Islam khususnya. Dan semua yang dialami
dan dirasakan beliau selama itu menjadi pengalaman dan mempengaruhi pola
pikir dan pandangannya dalam masalah-masalah pendidikan. Salah satu karya
monumental Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah
kitabnya yang berjudul Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj ilah al
Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wama Yataqaff al Mu’allim fi Maqamat
Ta’limih, namun dalam penulisan ini kami tidak menemukakan kitab aslinya
dan akhirnya banyak mengambil dari tulisan Samsul Nizar dalam bukunya
Filsafat Pendidikan Islam, dan buku-buku yang lain sebagai penunjang.
Pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada masalah
etika dalam pendidikan, meski tidak menafikan beberapa aspek pendidikan
lainnya.Di antara pemikiran beliau dalam masalah pendidikan adalah:
Signifikansi Pendidikan
Beliau menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahan adalah
mengamalkan. Hal itu dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan
manfaat sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Terdapat dua hal
yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu : pertama, bagi murid
hendaknya berniat suci dalam menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat
untuk hal-hal duniawi dan jangan melecehkannya atau menyepelikannya.
Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya
terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata. Agaknya pemikiran
beliau tentang hal tersebut di atas, dipengaruhi oleh pandangannya akan
masalah sufisme (tasawuf), yaitu salah satu persyaratan bagi siapa saja
yang mengikuti jalan sufi menurut beliau adalah “niat yang baik dan
lurus”. Belajar menurut Hasyim Asy’ari merupakan ibadah untuk mencari
ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat. Karenanya belajar harus diniatkan untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya untuk
sekedar menghilangkan kebodohan.
Semasa hidupnya, Mukti Ali telah menulis beberapa buku seperti : Beberapa
Persoalan Agama Dewasa ini, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia,
Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika, Ijtihad dalam Pandangan
Muhammad Abduh, Ahmad Dahlan, Muhammad Iqbal, Ta'limul Muta'alim
versi Imam Zarkasyi, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Asal Usul
Agama, dan Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan.
Abdul Mukti Ali meninggal dunia dalam usia 81 tahun pada tanggal 5 Mei
2004, sekitar pukul 17.30 di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga besar Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga di Desa Kadisoko, Kecamatan Kalasan,
Kabupaten Sleman
2) Pemkian pendidikan
Problematika kerukunan umat beragama dapat dinilai sebagai transformasi
religia intelektual dalam menemukan jawaban atas pergulatan pribadi
mengenai interaksi antar umat beragama di Indonesia. Maka menurutnya
betapa pentingnya mempelajari Ilmu Perbandingan Agama, dan muncullah
hal ini dalam kebijakan mentri agama tentang “Dialog Antar Umat
Beragama”.
Peningkatan mutu pendidikan Agama, diantaranya dengan mendirikan
Lembaga Pendidikan Tilawatil Qur’an atau sering disebut LPTQ baik di
tingkat daerah maupun pusat.
Memperbaiki dan menertibkan prosedur administrasi, organisasi, termasuk
personil yang ada dalam Departemen Agama.
Membentuk wadah persatuan Ulama’ Indonesia dengan nama MUI
D. SyedMuhammad Naquib Al-Attas
1) Riwayat hidup
Syed Muhammad al Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin al Attas
dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 5 September 1931, Ia adik kandung dari
Prof. DR. Hussein Al-Attas, seorang ilmuwan dan pakar sosiologi di
Univeritas Malaya, Kuala Lumpur Malaysia. Ayahnya bernama Syed Ali bin
Abdullah AL-Attas, sedangkan ibunya bernama Syarifah Raguan Al-Idrus,
keturunan kerabat raja-raja Sunda Sukapura, Jawa Barat. Ayahnya berasal dari
Arab yang silsilahnya merupakan keturunan ulama dan ahli tasawuf
yangterkenal dari kalangan sayid
2) Pemikiran pendidikan
Al-Atas menawarkan kepada kita hal-hal untuk memagari intervensi dan
pengaruh pedidikan barat yang tidak relevan dengan pendidikan agama Islam,
antara lain:
Konsep Ta’dib
menurutnya pendidikan lebih cocok menggunakan Ta’dib dari pada
Tarbiyah karena pendidikan dalam pengertian Islam meliputi gagasan
pendidikan dan segala yang terlibat dalam proses pendidikannya.
Pendidikan secara bertahap ditanamkan kedalam manusia yang
mempunyai akal. Maka ta’dib merupakan suatu upaya peresapan dan
penanaman pada diri manusia dalam proses pendidikan sedangkan adab
sendiri merupakan suatu muatan atau kandungan yang mesti ditanamkan
dalam pendidikan Islam. Adab melibatkan disiplin pikiran dan jiwa
menunjuk kebenaran dan melawan yang salah. Sedangkan tarbiyah berarti
menghasilkan, mengembangkan dari kepribadian yang tersembunyi dan
mengembangkan kepada segala sesuatu yang bersifat fisik dan material.
Universalitas
Menurutnya konsep pendidikan dalam Islam adalah berusaha mewujudkan
manusia yang baik atau manusia universal yang sesuai dengan fungsi
diciptakannya manusia yakni sebagai hamba Alloh dan kholifah dimuka
bumi. Dan Bukan menciptakan Negara yang baik.
Universitas
Dalam rangka mewujudkan insane Kamil maka ciri system pendidikan
mencerminkan aspek manusia itu sendiri, dan bukan Negara. Universitas
Islam yang dimaksud mampu mencerminkan pribadi Nabi sebagai Rosul
baik dalam hal ilmu maupun tindakan sehingga dapat menjadi manusia itu
sendiri beradab
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Suatu alternative agar pendidikan yang dilakukan umat islam saat ini
mampu memagari konsep-konsep barat yang bertentangan dengan ajaran
Islam. Dengan ditunjukkan mampu menjawaab persoalan agama dan
sekuler yang setidaknya mempersempit dikotomi keduanya.
Kurikulum
Kurikulum Ilmu Agama mutlak diadakan pada seluruh tingkat pendidikan.
Karena agama mampu membimbing dan menyelamatkan manusia di dunia
dan di akhirat.
3. PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA AWAL
A. Surau
1) Asal usul surau
Dalam hal ini surau sendiri mempunyai pengertian yang bermacam-macam. Di
antaranya secara bahasa berarti “tempat” atau “tempat penyembahan”. Dalam
pengertian asalnya surau mempunyai arti sebuah bangunan kecil yang
dibangun untuk penyembahan arwah nenek moyang, karena alasan ini surau
biasa dibangun di puncak bukit atau tempat yang lebih tinggi dari
lingkungannya. Pengertian ini dinyatakan oleh Azyumardi Azra dalam
bukunya Samsul Nizar Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual: Pendidikan
Islam di Nusantara, Disebutkan juga pendapat Sidi Gazalba yang menyatakan
bahwasanya surau merupakan bangunan peninggalan kebudayaan masyarakat
setempat sebelum datangnya Islam. Surau dalam sistem adat Minangkabau
adalah kaum atau suku. Dalam Ensiklopedi Islam dinyatakan bahwa surau
adalah suatu bangunan kecil tempat sholat yang digunakan juga sebagai
Pendapat lain yang membantah bahwa surau bukanlah tradisi Hindu-Buddha
melainkan berasal dari bahasa Arab yaitu syura yang berarti musyawarah.
Dalam adat Minangkabau surau mempunyai fungsi sebagai tempat untuk
bermusyawarah. Pendapat ini dibantah Sidi Gazalba dengan argumentasi
bahwa teori yang mengatakan bahwa surau berasal dari tradisi Islam akan
menimbulkan masalah di antaranya kenapa perayaan dan musyawarah
dilakukan di surau yang seharusnya dilaksanakan di masjid
2) Perkembangan kelembagaan surau
Dalam sejarah intelektual Islam peran surau agaknya bisa revitalisasi untuk
menjadi sekedar semacam langgar atau mushola, menjadi institusi awal dan
dasar bagi anak-anak Minangkabau setidak-tidaknya untuk belajar mengaji,
juga memungkinkan surau bisa sekaligus direvitalisasi untuk sosialisasi nilai-
nilai adat, budaya dan tradisi keminangan
3) Sistem pendidikan Surau
Lembaga surau lebih merupakan suatu proses belajar untuk sosialisasi dan
interaksi kultural daripada hanya sekedar mendapatkan ilmu pengetahuan saja.
Jadi, nampak jelas fungsi learning society di surau sangat menonjol.
Sistem pendidikan di surau tidak mengenal jenjang atau tingkatan kelas, murid
dibedakan sesuai dengan tingkat keilmuannya, proses belajarnya tidak kaku
sama muridnya (Urang Siak) diberikan kebebasan untuk memilih belajar pada
kelompok mana yang ia kehendaki. Dalam proses pembelajaran murid tidak
memakai meja ataupun papan tulis, yang ada hanya kitab kuning yang
merupakan sumber utamanya dalam pembelajaran. Sebagai lembaga
pendidikan, di dalam surau terdapat guru tertinggi -kalau tidak menyebutnya
dengan guru besar- yang biasanya disebut dengan Tuanku Syekh. Sementara
yang lainnya guru-guru biasa.
B. Pondok
Merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya. Adanya pondok sebagai
tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya dan bekerja sama untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, merupakan pembeda dengan lembaga
pendidikan lainnya. Pesantren juga menampung santri-santri yang berasal dari
daerah yang jauh untuk bermukim. Pada awalnya pondok tersebut bukan semata-
mata dimaksudkan sebagai tempat tinggal atau asrama para santri, untuk
mengikuti dengan baik pelajaran yang diberikan oleh kyai, tetapi juga sebagai
tempat latihan bagi santri yang bersangkutan agar mampu hidup mandiri dalam
masyarakat.
Para santri di bawah bimbingan kyai bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari dalam situasi kekeluargaan dan bergotong royong sesama warga
pesantren. Perkembangan selanjutnya, pada masa sekarang pondok tampaknya
lebih menonjol fungsinya sebagai tempat pemondokan atau asrama, dan setiap
santri dikenakan sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut
C. Pesantren
Secara garis besarnya, dijumpai dua macam pendapat yang mengutamakan
tentang pandangannya tentang asal usul pesantren, sebagai institusi pendidikan
Islam. Pertama, pesantren adalah institusi pendidikan Islam, yang memang berasal
dari tradisi lslam. Mereka berkesimpulan, bahwa pesantren lahir dari pola
kehidupan tasawuf, yang kemudian berkembang di wilayah Islam, seperti Timur
Tengah dan Afrika Utara yang dikenal dengan sebutan Zawiyat. Kedua, pesantren
merupakan kelanjutan dari tradisi Hindu-Buddha yang sudah mengalami proses
Islamisasi. Mereka melihat adanya hubungan antara perkataan pesantren dengan
kata shastri dari bahasa Sanskerta.
4. PENDIDIKAN ISLAM MASA KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA
A. Sejarah Islam di Sumatera
Masa kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini karena lahirnya kerajaan Islam yang
disertai berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu sangat mewarnai sejarah
Islam di Indonesia. Terlebih-lebih, agama Islam juga pernah dijadikan sebagai
agama resmi negara kerajaan pada saat itu. Perjalanan sejarah pendidikan Islam di
Indonesia tidak bisa mengesampingkan keadaan Islam pada masa kerajaan Islam
ini. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa kerajaan Islam di Indonesia
1) Sejarah Islam di Aceh
Kerajaan Samudera Pasai
Para ahli sependapat bahwa agama Islam sudah masuk ke indonesia
(khususnya Sumatera) sejak abad ke-7 atau 8 M. Meskipun Islam sudah
masuk pada abad ke-7 atau 8 M tersebut, ternyata dalam
perkembangaannya mengalami proses yang cukup lama, baru bisa
mendirikan sebuah kerajaan Islam
Kerajaan perlak
Kerajaan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia.
Sultan Mahdum Alauddin Muhammad Amin yang memerintah antara
tahun 1243-1267 M tercatat sebagai Sultan keenam. Di Perlak terdapat
suatu lembaga pendidikan lainnya berupa majelis taklim tinggi, yang
dihadiri khusus oleh para murid yang alim dan mendalam ilmunya. Pada
majelis taklim ini diajarkan kitab-kitab agama yang berbobot dan
pengetahuan tinggi, seperti kitab Al-Um karangan Imam Syafi’i. Dengan
demikian, pada Kerajaan Perlak ini proses pendidikan islam telah berjalan
dengan baik
Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12
Zulkaedah 916 H (1511 M) menyatakan perang terhadap buta huruf dan
buta ilmu. Hal ini merupakan tempaan sejak berabad-abad yang lalu, yang
berlandaskan pendidikan Islam dan Ilmu Pengetahuan. Proklamasi
Kerajaan Aceh Darussalam tersebut merupakan hasil peleburan Kerajaan
Islam Aceh di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsy Syah diangkat
menjadi raja dengan gelar Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah (1507-
1522).
Kerajaan siak
Sultan pertamanya adalah Abdul Jalil Rahmad Syah yang memerintah
sebagai Sultan Siak I (1723-1746 M). Pada masa kerajaan Siak II di bawah
kekuasaan Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1765 M)
adalah zaman panji-panji Islam berkibar di Siak. Islam diperkirakan masuk
ke Siak pada abad ke-12 M.
B. Sejarah pendidikan islam di sumatera
1) Pendidikan Islam di Minangkabau
Menurut sebagian ahli sejarah, Islam masuk ke Minangkabau kira-kira tahun
1250 M. Ulama yang termasyhur sampai sekarang sebagai pembawa Islam ke
Minangkabau adalah Syekh Burhanuddin yang dilahirkan di Sintuk Pariaman
tahun 1066 H/ 1646 M dan wafat tahun 1111 H/ 1691 M. Dia mengajarkan
agama Islam dan membuka madrasah (surau) tempat pendidikan dan
pengajaran agama Islam. Menurut Prof. H. Mahmud Yunus, Syekh inilah yang
pertama kali mendirikan madrasah untuk menyiarkan pendidikan dan
pengajaran Islam di Minangkabau dengan sistem yang lebih teratur sesuai
dengan sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang digunakan gurunya,
Syekh Abdul Rauf di Aceh.
Pendidikan Islam di Minangkabau mengalami perkembangan yang pesat
karena banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke sana.
Adapun susunan materi pendidikan Islam di Minangkabau antara lain :
Di samping para pedagang, ada juga orang-orang yang sangat berjasa dalam
menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam di Pulau Jawa, yaitu wali yang
Sembilan atau terkenal dengan sebutan Wali Songo. Kata Wali berasal dari bahasa
Arab dalam bahasa Indonesia mengandung pengertian dekat atau kerabat, teman
dan pelindung. Adapun yang dimaksud dengan kata Wali disini adalah sebutan
untuk orang Islam yang dianggap keramat dan mempunyai kelebihan-kelebihan
yang sulit dijangkau oleh pikiran manusia.Mereka merupakan kekasih Allah yang
selama hidupnya senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, Tidak suka dengan
kesenangan dunia, tidak mementingkan materi, suka mengasingkan diri dari
lingkungannya dengan mencari tempat yang dianggap tenang dan mempunyai
tilmu pengetahuan agama yang tinggi. Sedangkan kata Songo menurut sebagian
besar sejarawan dikatakan berasal dari bahasa Jawa yang berarti Sembilan.
Sebagian Sejarawan mengatakan bahwa kata songo itu berasal dari bahasa Arab
thana yang artinya terpuji.Dari uraian pengertian dua kata di atas maka dapatlah
diambil satu pengertian bahwa yang dimaksud dengan wali songo adalah nama
para wali berjumlah Sembilan orang yang tugasnya menyebarkan dan
mengembangkan agama islam khususnya di Jawa
Nama-nama para wali songo itu adalah:
1. Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama dari Persia,dan menyebarkan Islam di
daerah Jawa Timur, tepatnya di daerah Gresik. Di sini, ia membuka pusat
pengajaran Islam dan mempunyai banyak santri.
2. Sunan Ampel, yang bernama asli Raden Rahmat, ia memusatkan dakwahnya
di daerah Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang, bernama asli Makhdum Ibrahim menyebarkan agama Islam di
Jawa Timur, Tuban dan mendirikan pusat pengajaran Islam di Turban.
4. Sunan Giri ( Raden Paku ), putra Maulana Ishak, pernah ke pasai untuk
memperdalam agama Islam. Bersama putra Sunan Ampel, ia mendirikan pusat
pengajaran di Giri.
5. Sunan Drajat (Syaripudin), adik Sunan Bonang memusatkan daerah
dakwahnya di Sedayu, Jawa Timur. Ia dikenal sebagai ulama yang berjiwa social.
6. Sunan Kudus (Jafar Shidiq), sewaktu muda menjadi panglima perang Kerajaan
Demak, dan menyebarkan Islam di daerah Kudus sampai mendirikan sebuah
Masjid.
7. Sunan Kalijogon (R.M.Syahid), keturunan bangsawan Majapahit,
menyebarkan Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria (Raden Prawoto),putra Sunan Kalijaga, dalam dakwahnya lebih
mencurahkan pada ajaran tasawuf.
9. Sunan Gunung Djati (fatahillah atau Syekh Nurullah), menyebarkan ajaran
Islam di daerah Jawa Barat, yaiyu daerah Cirebon, dan wafat di Cirebon
6. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI SULAWESI
Agama Islam masuk ke Sulawesi sejak abad ke-16, tetapi baru mengalami
perkembangan pesat pada abad ke-17 setelah raja-raja Gowa dan Tallo menyatakan
diri masuk Islam. Rajanya bernama I Mallingkaang Daeng Manyonri yang kemudian
berganti nama Sultan Abdullah Awwalul islam. Menyusul dibelakangnya raja gowa
bernama Sultan Aluddin. Dalam waktu dua tahun seluruh rakyatnya telah memeluk
islam. Mubaligh islam yang berjasa di sana ialah Abdul Qadir Khatib Tunggal dengan
gelar Dato Ri Bandang yang berasal dari Minagkabau. Dakwah Islamiyah ke Sulawesi
berkembang terus sampai ke daerah kerajaan Bugis, Wajo, Sopeng, Sindenreng, dan
lain-lain. Suku Bugis yang terkenal berani, jujur dan suka berterus terang, semula sulit
menerima agama Islam namun secara berangsur-angsur mereka menjadi penganut
Islam yang setia. Pelaut-pelaut Bugis berlayar menjelajah seluruh Indonesia sampai
ke Aceh. Di antara mereka adalah pembesar Bugis bernama Daeng mansur yang di
Aceh lebih dikenal dengan panggilan Tengku di Bugis. Salah seorang puterinya
bernama puteri Sendi. Ia dikawinkan dengan Sultan Iskandar Muda, raja besar Aceh.
Sejak itu hubungan antara Aceh - Bugis sangat erat, sehingga banyak pengaruh
budaya Aceh di Bugis. Bentuk rumah dan cara hidup orang Bugis banyak
kesamaannya dengan Aceh. Tampaknya hubungan perdagangan yang diperkuat
dengan hubungan kekerabatan yang berdasarkan agama Islam itu telah memperkokoh
hubungan persatuan antara penduduk di seluruh wilayah Indonesia. Pendidikan islam
di Sulawesi pada awalnya merupakan pesantren atau surau. Perkembangan pendidikan
mulai pesat sejak adanya alim ulama yang berasal dari Tanah Suci yang datang ke
Sulawesi. Pada dasarnya sistem dan pengajaran islam di Sulawesi sama seperti di
jawa dan sumatera, mengingat sumber mereka adalah sama yaitu Mekkah.
Pada akhir 1372 H., tepatnya tanggal 15 Jumadil Akhir (1 Maret 1953 M)
Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islammiyah dan Nahdlatul Banat Diniyah
Islamiyah dengan seluruh cabang-cabangnya dijelmakan menjadi satu organisasi
dengan nama Nahdlatul Mathan (NW), yaitu organisasi pendidikan dan sosial
yang berpuat di Pancor (Lombok Timur) dan mendapat sambutan yang baik dari
umat Islam, sehingga tidak berapa lama cabang-cabang dan ranting-rantingnya
tersebar di seluruh pelosok pulau lombok. Selain daripada madrasah-madrasah
Nahdlatul Wathan, ada madrasah-madrasah lain yang berdiri sendiri di Nusa
Tenggara, diantaranya yaitu :
B. Muhammadiyah
Gerakan Pembaharuan yang bermula dari pemikiran keagamaan dalam
perkembangan berikutnya merambah pada bidang pendidikan. Hal ini sangat
wajar, mengingat pendidikan merupakan salah satu tonggak dalam upaya
mewujudkan produk pemikiran. Warna pemikiran seseorang sedikit banyak akan
dipengaruhi oleh pendidikan yang digelutinya. Dalam pembaharuan bidang ini,
Muhammadiyah tidak sematamata dilihat dari segi intelektualitasnya, tetapi justru
yang utama adalah mengenai cara dan pendekatan serta aplikasi perjuangan yang
sangat berbeda dengan sistem yang berjalan. Muhammadiyah tidak meniru
lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Timur Tengah sebagai pusat agama
Islam seperti al-Azhar di Mesir, namun Muhammadiyah justru menjadikan
pendidikan model Barat merupakan langkah alternatif yang diteladaninya, padahal
mereka tergolong non muslim.
Langkah tersebut lebih disebabkan oleh kenyataan yang sedang berlangsung, yang
mana pendidikan model Barat lebih maju dibandingkan pendidikan Islam yang
masih tradisional, seperti halnya pondok-pondok pesantren atau surau. Maka,
ketika Kyai H. Ahmad Dahlan melihat sekolah-sekolah Nasrani berkembang dan
banyak anak muslim, bahkan anak-anak dari tokoh masyarakat yang masuk ke
sekolah tersebut, beliau berfikir dan prihatin serta berpendapat bahwa jika anak-
anak keluarga miskin ini tidak bersekolah atau sekolah di sekolah Nashrani, maka
kedua-duanya tidak menguntungkan dalam jangka panjang bagi perkembangan
Islam. Kyai H. Ahmad Dahlan yakin hanya melalui pendidikan yang
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, bangsa Indonesia akan menjadi cerdas
dan berilmu.
D. Jamiatul Wasliyah
Jami’atul Wahsliyah didirikan di Medan pada tanggal 30 November 1930 oleh
para pelajar-pelajar dan para guru Maktab Islamiyah Tapanuli. Maktab ini adalah
sebuah madrasah yang diririkan di Medan pada tanggal 19 Mei 1918 oleh
masyarakat Tapanuli dan merupakan madrasah yang tertua di Medan. Sebagai
pengurus yang pertama dari organisasi ini adalah Ismail Banda dan Rahman
Syihab sedangkan penasehatnya adalah Syekh Muhammad Yunus. Lembaga
formal untuk pendidikan dan pengajaran atau Tarbiyah dikenal dengan nama
madrasah. Di Sumatera Timur madrasah disebut dengan “mandarsah danmaktab”.
Jami’atul Wahliyah mendirikan madrasah pertama di jalan Sinagar, Petisah,
Medan pada tahun 1932. Adapun bangunan yang dipakai sebagai madrasah adalah
sebuah rumah yang disewakan. Biaya sewa ditanggung bersama secara pribadi
oleh anggota pengurus. Al-Wahsliyah menyelenggarakan pendidikannya dengan
susunan sebagai berikut:
a. Madrasah Ibtidaiyah 6 tahun
b. Madrasah Tsanawiyah 3 tahun
c. Madrasah Qismul Ali 3 tahun
d. Pendidikan Guru Agama
e. SD al-Washliyah
f. SMP al-Washliyah
g. SMA al-Washliyah
Untuk lembaga pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas materi
pelajarannya adalah 70 % pengetahuan umum dan ilmu-ilmu agama sebanyak 30
%. Pada tahun 1958 Jami’atul Washliyah telah mampu mendirikan Perguruan
Tinggi Agama Islam (PTAI) di Medan dan Jakarta. Untuk cabang Medan
kemudian menjadi universitas dengan banyak mempunyai cabang, seperti Sibolga,
Kebon Jahe, Rantau Prapat, Langsa (Aceh) dan lain-lain, bahkan sampai ke
Kalimantan, tepatnya di Barabai, Kalimantan Selatan yang sekarang bernama
STIT al-Washliyah Barabai. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa Jami’atul
Washliyah sangat besar peranannya dalam menyukseskan bidang pendidikan di
Indonesia.
E. Jami’at Khair
Jami’at Khair didirikan pada tanggal 17 Juli 1905 di Jakarta. Organisasi yang
beranggotakan mayoritas orang Arab. Dua program utamanya adalah pendirian
dan pembinaan sekolah tingkat dasar, dan kedua, pengiriman anak-anak muda ke
Turki dan Timur Tengah untuk melanjutkan pelajaran (Noer, 1991: 68). Bidang
kedua ini terhambat karena kekurangan dana dan kemunduran khilafah dari dunia
Islam.
Pendidikan yang dikelola oleh Jami’at Khair sudah termasuk maju dibandingkan
dengan sekolah-sekolah rakyat yang ada dikelola secara tradisional, karena pada
sekolah-sekolah dasar Jami’at Khair pengajaran yang diberikan tidak semata-mata
pengetahuan agama, porsi pelajaran umumpun diperhatikan, sehingga cukup
mampu menyaingi sekolah-sekolah yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial.
Pada bidang kurikulum sekolah dan jenjang kelas-kelas umpamanya, sudah diatur
dan disusun secara terorganisir, sementara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu
dipergunakan sebagai bahasa pengantar. Sedangkan bahasa Belanda tidak
diajarkan, sebagai gantinya diajarkan bahasa Inggris dijadikan pelajaran wajib.
Sehingga terhimpunlah anak-anak dari keturunan Arab ataupun anak-anak Islam
dari Indonesia sendiri . Dalam hal pemenuhan kebutuhan tenaga pengajar, Jami’at
Khair berani mendatangkan guru dari luar negeri. Tercatat ada beberapa nama
seperti Al-Hasyimi dari Tunisia, Syekh Ahmad Urkati dari Sudan, Syekh
Muhammad Thaib dari Maroko dan Syekh Muhammad Abdul Hamid dari
Mekkah Salah seorang guru yang paling terkenal adalah Syekh Ahmad Surkati
dari Sudan. Dia tampil sebagai tokoh pemikiran-pemikiran baru dalam masyarakat
Islam Indonesia. Salah satu pemikirannya adalah bahwa tidak adanya perbedaan
di antara sesama muslim.
11. PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN
BELANDA
A. Masuknya Belanda ke Indonesia
Sebelum Belanda datang ke Indonesia, Agama Islam sudah masuk di Indonesia
melalui jalur perdagangan. Pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India sampai
ke kepulauan Indonesia sejak abad ke-7. Para pedagang dalam menjalankan misi
dakwahnya melalui pengajaran, aktualisasi ajaran Islam, sikap yang simpati
diperlihatkan kepada masyarakat termasuk kelompok bangsawan. Pengajaran
sangat sederhana, mula-mula mengajarkan Islam dengan syahadat sebagai
landasan ke Islaman, selanjutnya berkembang dengan pengajaran materi ”fikih
dengan mazhab syafii” . Dalam tradisi pendidikan Islam, pembelajaran ini dikenal
dengan sistem khalaqa. Sistem tersebut pada akhirnya berkembang menjadi
pesantren. Sementara berjalan proses pertumbuhan pendidikan Islam, Pemerintah
Belanda mulai datang menjajah Indonesia pada tahun 1619 yaitu ketika Jan Pieter
Coen menduduki Jakarta. Kemudian Belanda, satu demi satu memperluas
jajahannya ke berbagai daerah dan diakui bahwa Belanda datang ke Indonesia
bermotif ekonomi, politik dan agama. Belanda datang ke Indonesia, menghadapi
kenyataan bahwa sebagian besar penduduk yang dijajahnya di kepulauan
Nusantara ini adalah beragama Islam. Belanda sangat khawatir akan timbulnya
pemberontakan orang-orang Islam fanatik. Islam sangat ditakuti, karena
kurangnya pengetahuan mereka yang tepat mengenai Islam, sehingga mula-mula
Belanda tidak berani mencampuri agama ini secara langsung. Namun melihat
kondisi tersebut, kolonial Belanda sampai pada kesimpulan, bahwa mereka tidak
akan bertahan lama, apabila agama Islam dibiarkan tumbuh dan berkembang.
Sebab Islam adalah agama yang membenci segala bentuk penindasan dan
penjajahan. Dengan demikian pihak Pemerintah Belanda dalam membuat
kebijakan terhadap pendidikan Islam selalu arahnya ke penekanan terhadap
keberlangsungan Pendidikan Islam, di sisi lain menguntungkan pihak pemerintah
Belanda
Perkembangan madrasah yang cukup penting pada masa Orde Lama adalah
berdirinya madrasah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim
Islam Negeri (PHIN). Tujuan pendiriannya untuk mencetak tenaga-tenaga
profesional yang siap mengembangkan madrasah sekaligus ahli keagamaan
yang profesional. PGA pada dasarnya telah ada sejak masa sebelum
kemerdekaan. Khususnya di wilayah Minangkabau, tetapi pendiriannya oleh
Departemen Agama menjadi jaminan strategis bagi kelanjutan madrasah di
Indonesia. Sejarah perkembangan PGA dan PHIN bermula dari progam
Departemen Agama yang secara tehnis ditangani oleh Bagian Pendidikan.
Pada tahun 1950, bagian itu membuka dua lembaga pendidikan dan madrasah
profesional keguruan:
a. Sekolah Guru Agama Islam
b. Sekolah Guru Hakim Agama Islam
14. PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU
A. Makna Orde Baru
Orde baru adalah masa pemerintahan di Indonesia sejak 11 Maret 1966 hingga
terjadinya peralihan kepresidenan, dari presiden Soeharto ke presiden Habibi pada
21 Mei 1998. Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru membawa konsekuensi
perubahan strategi politik dan kebijakan pendidikan nasional. Pada dasarnya Orde
Baru adalah suatu korelasi total terhadap Orde Lama yang didominasi oleh PKI
dan dianggap telah menyelewengkan pancasila.
Orde Baru memberikan corak baru bagi kebijakan pendidikan agama islam,
karena beralihnya pengaruh komunisme ke arah pemurnian pancasila melalui
rencana pembangunan Nasional berkelanjutan. Terjadilah pergeseran kebijakan,
dari murid berhak tidak ikut serta dalam pelajaran agama apabila mereka
menyatakan keberatannya, menjadi semua murid wajib mengikuti pendidkan
agama mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Sejak ditumpasnya peritiwa G. 30 S/PKI pada tanggal 1 Oktoger 1965. Bangsa
Indonesia telah memasuki fase baru yang diberi nama orde baru. orde baru adalah:
1. Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan mengoreksi segala
penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945
2. Memperjuangkan adanya suatu masyarakat yang adil dan makmur, baik
materialmaupun spiritual melalui pembangunan
3. Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rakyat dan melaksanakan
pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dengan demikian, orde baru bukanlah merupakan golongan tertentu, sebab orde
baru bukan berupa pengelompokan fisik. Perubahan orde lama (sebelum 30
September 1965) menjadi orde baru berlangsung melalui kerja sama erat antara
pihak ABRI atau Tentara dan Gerakan-Gerakan Pemuda, yang disebut Angkatan
1966.
Dengan kata lain, pembaruan sesungguhnya lebih merupakan upaya atau usaha
perbaikan keadaan, baik dari segi cara, konsep, dan serangkai metode yang baik
ditetapkan dalam rangka mengantarkan keadaan yang lebih baik.
Dalam bahasa Arab modernisasi diterjemahkan menjadi tajdid. Modernisasi atau
pembaruan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas mental sebagai
warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntunan hidup masa kini.
Dengan demikian, jika kita kaitkan dengan pembaruan pendidikan islam dapat
diartikan sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum , cara,
metodologi, situasi dan pendidikan islam dari yang tradisional (ortodox) kearah
yang lebih rasional, dan profesional sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat itu.
Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam 2. ( Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal 12
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2033540-sejarah-pendidikan-
islam-di-sumatera/#ixzz4OPqy0yDb