Anda di halaman 1dari 7

PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ABDURRAHMAN WAHID

MAKALAH

“PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM”

Dosen Pengampu : Nispi Syahbani, S. Ag. M. Pd. I

Disusun oleh kelompok 10:

Muhammad Alfitra (201181614)


Lia Maryati (201181611)

Lokal : IV/J

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ABDURRAHMAN WAHID

A. Pendahuluan
Di tengah-tengah situasi reformasi yang menghendaki dilakukannya
penataan ulang terhadap berbagai masalah ekonomi, politik, sosial, budaya,
pendidikan dan sebagainya. Sangat dibutuhkan adanya pemikiran-pemikiran
kreatif, inovatif dan solutif. K. H. Abdurrahman Wahid yang lebih akrab
dipanggil Gus dur termasuk tokoh yang banyak memiliki gagasan kreatif,
inovatif dan solutif tersebut. Pemikirannya yang terkadang keluar dari tradisi
Ahl Al-sunnah wal jama’ah menyebabkan ia menjadi tokoh kontroversial.
Perannya sebagai presiden Republik Indonesia yang keempat menyebabkan ia
memiliki kesempatan dan peluang untuk memperjuangkan dan tercapainya
gagasannya itu. Sebagai seorang ilmuwan yang jenius dan cerdas, ia juga
melihat bahwa untuk memperdayakan umat Islam harus dilakukan dengan cara
memperbaharui pesantren. Atas dasar ini ia dapat dimasukkan sebagai tokoh
pembaharu pendidikan Islam
B. Pembahasan
1. Biografi K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur lahir pada 4
Agustus 1940 di Jombang, Jawa Timur dengan nama lengkap Abdurrahman
Ad-dakhil putra pertama KH. Wahid Hasyim. Ayahnya dalah menteri
agama pertama Indonesia yang juga merupakan putra tokoh pendiri
Nahdatul Ulama, yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Waktu kecil, Gus Dur sudah
mulai menghafal sebagian isi Al-Quran dan banyak puisi dalam bahasa
Arab. Ia memulai pendidikannya di sekolah rakyat, Jakarta. Setelah itu ia
melanjutkan sekolah ke SMEP di Giwangan Yogyakarta, bersamaan dengan
belajar bahsa Arab di Pesantren Al-Munawir, Krapyak Yogyakarta di bawah
bimbingan KH. Ali Maksum (mantan Rais Am PBNU) dengan bertempat
tinggal di rumah KH. Junaid (ulama tarjih Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada tahun 1964, ia melanjutkan studinya ke Al-Azhar University Kairo
Mesir dengan mengambil jurusan Departement og Higher Islamic and
Arabic Studies. Selama 3 tahun di Mesir, ia lebih banyak meluangkan
waktunya untuk mengunjungi berbagai perpustakaan yang ada di Mesir.
Setelah beberapa lama tinggal di Mesir, Gus Dur memutuskan untuk
menghentikan studi ditengah jalan sewaktu beranggapan bahwa Kairo sudah
tidak kondusif lagi dangan keinginannya. Ia pindah ke Baghdad Irak dan
mengambil fakultas sastra. Pada saat di Baghdad ia menunjukkan minat
yang serius terhadap kajian Islam di Indonesia, hingga kemudian ia
dipercaya untuk meneliti asal-usul keberadaan Islam di Indonesia.
Sebagai intektual sunni tradisional pada umumnya, Gus Dur
membangun pemikirannya melalui paradigma kontekstualisasi khazanah
pemikiran sunni klasik. Oleh karena itu wajar saja jika yang menjadi
kepedulian utamanya minimal menyangkut tiga hal, yaitu :
a) Pertama, revitalisasi khazanah Islam tradisional Ahl-As-Sunnah Wal
Jama’ah.
b) Kedua, ikut berkiprah dalam wancana modernitas
c) Ketiga, berupaya melakukan pencarian jawaban atas persoalan konkret
yang dihadapi umat Islam Indonesia.
Corak pemikiran Gus Dur yang liberal dan inklusif sangat dipengaruhi
oleh penelitiannya yang panjang terhadap khazanah pemikiran Islam
tradisional yang kemudian menghasilkan reinterprestasi dan
kontekstualisasi.
Jika dilacak dari segi kultural, Gus Dur melintasi tiga model lapisan
budaya, yaitu :
a) Pertama, kultur dunia pesantren yang sangat hirarkis, penuh dengan
etika yang serba formal dan apreciate dengan budaya lokal.
b) Kedua, budaya timur tengah yang terbuka dan keras, dan
c) Ketiga, lapisan budaya barat yang liberal, rasional dan sekuler.
Semua lapisan kultural itu tampaknya terinternalisasi dalam pribadi Gus
Dur dalam membentuk sinergi. Hampir tidak ada yang secara dominan
berpengaruh membentuk pribadi Gus Dur. Ia selalu berdialog dengan semua
watak budaya tersebut. Dan inilah barangkali anasir yang menyebabkan Gus
Dur selalu kelihatan dinamis dan tidak segara mudah dipahami alias
kontroversi.
2. Gagasan Dan Pemikiran Gus Dur
Gagasan dan pemikiran seorang tokoh biasanya terlihat pada sejumlah
pidato dan karya tulisannya. Untuk itu pada bagian ini akan dikemukakan
sejumlah gagasan dan pemikiran Gus Dur yang dapat dijumpai dalam
sejumlah karya tulisannya.
Pertama, buku Bunga Rampai Pesantren. Di dalam buku ini terdapat 12
artikel yang secara umum bertemakan tentang pesantren. Di dalam buku ini
Gus Dur menunjukkan sikap optimismenya bahwa pesantren dengan ciri-ciri
dasarnya mempunyai potensi yang luas untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat, terutama pada kaum tertindas dan terpinggirkan. Bahkan
dengan kemampuan fleksibilitasnya, pesantren dapat mengambil peran
secara signifikan, bukan sala dalam wancana keagamaan tetapi juga dalam
setting sosial budaya bahkan politik dan ideologi Negara sekalipun.
Selanjutnya Gus Dur menjelaskan bahwa dalam melakukan modernisasi
dan dinamisasi pesantren perlu adanya langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pertama, perlu adanya perbaikan keadaan dipesantren yang didasarkan
pada proses regenerasi kepemimpinan yang sehat dan kuat.
b) Kedua, perlu adanya persyaratan yang melandasi terjadinya proses
dinamisasi tersebut.
Persyaratan yang dimaksud meliputi rekontruksi bahan-bahan pelajaran
ilmu-ilmu agama dalam skala besar-besaran. Dalam hubungan ini ia
mengatakan bahwa kitab-kitab kuno dan kitab-kitab pengajaran modern
seperti yang dikarang Mahmud Yunus dan Hasbi Ash-Shiddiqi telah
kehabisan daya dorongnya untuk mengembangkan rasa kepemilikan
terhadap ajaran agama.
Sejalan dengan visi, misi dan tujuan pendidikan pesantren sebagaimana
tersebut di atas, Gus Dur juga berbicara tentang kurikulum pendidikan
pesantren. Menurutnya kurikulum yang berkembang di dunia pesantren
selama ini dapat diringkas menjadi tiga hal, yaitu :
a) Pertama, kurikulum yang bertujuan untuk mencetak para ulama di
kemudian hari.
b) Kedua, struktur dasar kurikulumnya adalah pengajaran pengetahuan
agama dalam segenap tingkatan dan pemberian bimbingan kepada para
santri secara pribadi yang dilakukan oleh guru atau kiai.
c) Ketiga, secara keseluruhan kurikulum yang ada di pesantren bersifat
fleksibel, yaitu dalam setiap para santri memiliki kesempatan untuk
menyusun kurikulumnya sendiri, baik secara seluruhnya maupun
sebagian saja.
Selanjutnya Gus Gur dalam bidang pendidikan Islam dapat dilihat pada
karyanya yang berjudul Muslim Ditengah Pengumulan, dalam buku yang
menampung 17 artikel ini Gus Dur mencoba menjelaskan berbagai masalah
yang timbul dalam rangka merespon modernisasi sebagaimana tersebut di
atas. Selanjutnya dalam buku yang berjudul Kiai Nyentrik Membela
Pemerintah, Gus Dur mengajak pembaca untuk memikirkan kembali
persoalan-persoalan kenegaraan, kebudayaan dan keislaman.
Selain itu, terdapat pula berbagai buku yang membahas tentang pemikiran
dan gagasan Gus Dur, yaitu :
a) Buku yang berjudul Kiai Menggunggat.
b) Gus Dur Menjawab.
c) Sebuah Pergumulan Wancana dan Transformasi.
d) Tabuyan Gus Dur Islam.
e) Negara dan Demokrasi.
f) Himpunan Perenungan Percikan Gus Dur.
g) Gus Dur Menjawab Tantangan Perubahan.
h) Membangun Demokrasi Serta Melawan Lelucon.
Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui, bahwa selain sebagai
tokoh publik, negarawan, budayawan, kiai, Gus Dur juga sebagai seorang
akademisi yang memberikan perhatian yang cukup besar terhadap maju
mundurnya pendidikan Islam. Dengan titik tekan pada permasalahan
pendidikan pesantren, sebuah lembaga pendidikan tradisional dan tempat
pertama kali Gus Dur mengenal Islam.
Penerpan pemikiran Abdurrahman Wahid belum bisa dikatakan berhasil.
pemikirannya masih banyak mengundang pertentangan, baik itu dalam
masyarakat muslim sendiri, para tokoh politik dan cendikiawan muslim.
C. Kesimpulan
Bedasarkan uraian tersebut diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan.
Pertama, dilihat dari segi latar belakang pendidikan, Gus Dur adalah seorang
tokoh yang memiliki pengalaman pendidikan yang lengkap antara pendidikan
agama dan umum.
Kedua, dilihat dari pengabdiannya, Gus Dur bukan hanya mengabdikan
dirinya untuk kepentingan komunitas Islam atau kepentingan Indonesia saja
melainkan kemanusiaan di seluruh dunia.
Ketiga, dilihat dari segi corak gagasan dan pemikirannya, tampak bahwa
Gus Dur dapat dikategaorikan sebagai pemikir yang bercorak multi warna.
Keempat, gagasan dan pemikiran Gus Dur dalam bidang pendidikan secara
signifikan berkisar pada modernisasi pendidikan pesantren.
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Tokoh-tokoh Pembeharuan Pendidikan Islan di Indonesia. Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada. 2005
Brebesy Ma’MUN Murod. Menyiapkan Pemikiran Politik Gus Dur dan Amien Rais
Tentang Negara. Jakarta : Raja Grafindo. 1999
Hawi, Akmal. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Palembang : IAIN Raden Fatah.
2005
Umaruddin, Masdar. Membaca Pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang
Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1999
Pahrroji, M. Bukhori. Membebaskan Agama Dari Negara; Pemikiran Abdurrahman
Wahid dan Ali Abd Ar-Raziq. Bantul : Pondok Sanusi. 2003
Tim INCReS. Beyond The Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus
Dur. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2000

Anda mungkin juga menyukai