Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FAZHUR RAHMAN DAN NEO-MODERNISME ISLAM


Mata Kuliah : PPDMI

Dosen Pengampu : Nispi Syahbani S.Ag M.Pd.I

Disusun oleh :

 Mangaraja Saputra ( 201181628 )


 Aulia Putri Agustina ( 201181600 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2020

i
PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayahNya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah PPDMI tentang “ FAZHUR RAHMAN DAN
NEO-MODERNISME ISLAM “ , yang mana referensinya berasal dari buku, jurnal, maupun
surat kabar/majalah.
Dan kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.Namun tentu saja makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami sangat mengharapkan saran-saran positif yang bersifat membangun guna kesempurnaan ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga
penulis pada khususnya.Sekian dan terimakasih.

Jambi , 15 April 2020

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I

A. Latar belakang 1

B. Rumusan masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II

A. Biografi Fazhur Rahman 3

B. Pemikiran Fazhur Rahman 6

C. Neo-modernisme Islam 9

BAB III

A.Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Krisis fundamental yang dihadapi Islam pada masa modern ini adalah
semacam perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan sejarah Islam. Oleh
karena itu, problem mendasar kaum muslimin modern adalah bagaimana
merehabilitasi sejarah tersebut dan membuatnya berjalan lagi dengan kekuatan
penuh sehingga masyarakat Islam dapat maju ke depan sebagaimana mestinya
masyarakat yang terpimpin secara Ilahiyah. Ide-ide pembaharuan sebagai upaya
mengantisipasi krisis ini telah banyak muncul. Akan tetapi metode yang
dikembangkan oleh pembaharu dalam menjawab krisis tersebut terlihat belum
memuaskan. 
Dengan latar belakang inilah, Rahman berupaya merumuskan metodologi
sistematisnya dalam gerakan pembaharuan yang sering dikenal dengan neo-
modernisme. Rahman menyadari bahwa krisis yang digambarkan tersebut mempunyai
implikasi yang serius terhadap masa depan Islam dan umatnya. Dan akar krisis
ini bagi Rahman terletak pada sejarah keagamaan Islam karena sejak penghujung
abad pertama hijriyah kaum muslimin telah mengembangkan suatu sikap yang kaku
dalam memandang kedua sumber pemikiran Islam, yakni al-Qur’an dan sunnah Nabi
lewat pendekatan-pendekatan historis, literalis, dan atomistis. Pendekatan-
pendekatan semacam ini telah menceraikan al-Qur’an dan sunnah Nabi dari akar
kesejarahannya dan mereduksi keduanya menjadi kompendia yang terdiri dari
bagian-bagian yang terisolasi dan fragmentasi.
Fazlur Rahman merupakan seorang pemikir yang cukup besar perhatian dan
pengaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam. Karena perhatiannya
tersebut, salah seorang muridnya di tanah air, Ahmad Syafi’i Ma’arif
mengatakan bahwa barangkali Fazlur Rahmanlah yang dipandang sebagai salah
seorang yang paling serius memikirkan persoalan Islam di antara pemikir
kontemporer yang ada jika diperhatikan kiprahnya yang dinamis dalam

1
menggulirkan ide-ide pembaharuannya demi membangkitkan dan mengembangkan
intelektualitas umat Islam.

Memang, diakui maupun tidak, gagasan-gagasannya telah memberikan


pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan intelektual di dunia Islam. Bahkan
pengaruh pemikirannya begitu terasa di tanah air lewat banyaknya karya Fazlur
Rahman yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan ini setidaknya
merupakan bukti bahwa ide-ide Fazlur Rahman mendapat sambutan positif dan
mempengaruhi umat Islam Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut, maka penulis
akan memaparkan lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah

1. Siapa itu Fazhur Rahman ?


2. Bagaimana Pemikiran fazhur rahman ?
3. Apa itu Neo-Modernisme Islam ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui siapa sosok Fazhur Rahman
2. Untuk mengetahui apa saja karya-karya Fazhur Rahman
3. Untuk mengetahui apa saja pemikiran Fazhur Rahman kepada perkembangan islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Fazhur Rahman


1. Biografi
Fazlur Rahman Malik (Urdu: ‫( )فضل الرحمان ملک‬21 September 1919 – 26 Juli 1988)
adalah seorang pemikir Islam.

Fazlur Rahman dapat dikategorikan sebagai salah satu pemikir neomodernis yang
paling serius dan produktif dewasa ini. Ia dilahirkan pada tanggal 21 September 1919
dan meninggal 26 Juli 1988 di Hazara, suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan
yang sekarang terletak di barat laut Pakistan. Wilayah Anak Benua Indo-Pakistan
sudah tidak diragukan lagi telah melahirkan banyak pemikir Islam yang cukup
berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Islam, seperti Syah Wali Allah, Sir
Sayyid Ahmad Khan, hingga Sir Muhammad Iqbal. Fazlur Rahman dilahirkan dalam
suatu keluarga Muslim yang sangat religius. Ia dibesarkan dalam suatu keluaraga
dengan tradisi keagamaan mazhab Hanafi yang cukup kuat. Oleh karenanya,
sebagaimana diakuinya sendiri bahwa ia telah terbiasa menjalankan ritual-ritual
agama, seperti shalat dan puasa se-cara teratur sejak masa kecilnya dan tidak pernah
meninggalkannya.

Dasar pemahaman keagamaan keluarganya yang cukup kuat itu dapat ditelusuri dari
ayahnya yang bernama Maulana Shihab ad-Din, seorang ulama tradisional kenamaan
lulusan Dar al-‘Ulum, Deoband. Maulana Shihab ad-Din sendiri adalah seorang
ulama modern, meskipun terdidik dalam pola pemikiran Islam tradisional.Ayahnya
ini memiliki keyakinan bahwa Islam melihat modernitas sebagai tantangan-tantangan

3
dan kesempatan-kesempatan yang harus dihadapi. Keyakinan seperti ini pulalah yang
kemudian dimiliki dan mewarnai kehidupan dan pemikiran Fazlur Rahman.

Bekal dasar tersebut di atas memiliki pengaruh signifikansi yang cukup berarti dalam
pembentukan kepribadian dan intelektualitas Fazlur Rahman pada masa-masa
selanjutnya. Melalui didikan ayahnya, Fazlur Rahman menjadi sosok yang cukup
tekun untuk menimba pengetahuan dari berbagai sumber dan media, termasuk karya-
karya Barat. Pengajaran dan pendidikan tradisional ilmu-ilmu keislaman pada waktu
kecil beliau terima dari ayahnya Maulana Shihab ad-Din di rumah. Dengan latar
belakang kehidupan keagamaan yang demikian, maka menjadi wajar ketika berumur
sepuluh tahun ia sudah dapat meRahman sempat mengajar di Durham University.
Kemudian pindah mengajar ke Institute of Islamic Studies, McGill University,
Kanada, dan menjabat sebagai Associate Professor of Philosophy sampai awal tahun
1960.

Pengaruh ayah dan ibunya tersebut sangat kuat dalam membentuk kerangka
pemikiran dan pengamalan keagamaan Fazlur Rahman. Sang ayah yang dididik
dalam pola pemikiran Islam tradisional namun toleran terhadap nilai-nilai modernitas
sebagai kenyataan sehari-hari. Dari ibunya diajarkan nilai-nilai kebenaran, kasih
sayang, ketabahan dan cinta. Kedua orangtuanya ini ikut memberikan bekal yang
cukup signifikan dan mendasar terhadap pembentukan kepribadian dan
keintelektualan Fazlur Rahman pada masa selanjutnya.
Pemikiran-Pemikiran Fazlur Rahman

Jika di kategorikan mka pemikiran Fazlur Rahman terbagi menjadi 7 bagian


diantarannya;

Wujud Tuhan; Fazlur Rahman dalam menerangkan gagasan tentang Tuhan dan
alam semesta senantiasa mengacu pada Al Qur’an sebagai sumber otoritas primer dan
senantiasa aktual dan kontekstual dalam setiap masa dan keadaan dimana manusia
berada.

4
Kenabian dan Wahyu; Fazlur Rahman mengemukakan tentang perbandingan antara
pandangan kaum filosof dan ahli kalam atau teolog ortodoks mengenai konsep
kenabian dan wahyu. Pembahasannya dimulai tentang konsep akal manusia menurut
Ibn Sina (w. 1037 M)
Kedudukan Akal dan dan Fungsi Wahyu; Manusia merupakan makhluk Tuhan
yang paling sempurna dan mulia. Ketinggian, keutamaan dan kelebihan manusia dari
makhluk lainnya terletak pada akal yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Takdir atau Hukum Alam; Salah satu fungsi utama dari adanya gagasan tentang
Tuhan adalah untuk menjelaskan keteraturan alam semesta. Menurut Fazlur Rahman,
ajaran fundamental Al Qur’an tentang alam semesta ialah; 1). Bahwa ia merupakan
sebuah kosmos, sebuah tatanan, 2). Bahwa ia merupakan suatu tatanan yang
berkembang, yang dinamis. 3). Bahwa ia bukanlah suatu permainan yang sia-sia,
tetapi harus ditanggapi secara serius; manusia harus mempelajari hukum-hukumnya
yang merupakan bagian dari perilaku Tuhan, dan men-jadikannya sebagai panggung
dari aktivitas manusia yang punya tujuan.
Hari Akhir; Ide pokok yang mendasari ajaran-ajaran Al Qur’an tentang akhirat
adalah bahwa akan tiba saat ketika manusia menemukan kesadaran unik yang tidak
pernah dialaminya di masa sebelumnya mengenai amal perbuatannya. Alam semesta
ada batasnya, pada saatnya nanti ia akan hancur bersama seluruh kandungannya,
itulah yang dinamakan kiamat.
Politik dan Kepemimpinan; Dalam berbagai tulisannya Fazlur-Rahman
menekankan masyarakat Islam adalah masyarakat menengah yang tidak terjebak pada
ekstrimitas, dan ûlil al-amri-nya (para pemegang kekuasaan) adalah mereka yang
tidak menerima konsep elitisisme ekstrim.
Konsep Etika; Berkaitan dengan ini, Fazlur Rahman mengemukakan bahwa etika
bukan saja sebagai the basic elan of the Quran (esensi dalam ajaran Al Qur’an), tetapi
juga merupakan aspek universal yang ada dalam setiap diri manusia. Hukum etika
atau moral yang hakiki tak dapat diubah. Ia merupakan “perintah” Tuhan (God’s
Command) manusia tak dapat membuat hukum moral. Ketundukan terhadap moral
itulah “Islam” dan perwujudannya disebut dengan “ibadah”.

5
2. Karya Fazhur Rahman

 Islam, University of Chicago Press, 2nd edition, 1979. ISBN 0-226-70281-2


 Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, University of Chicago Press,
1982. ISBN 0-226-70284-7
 Major Themes of the Qur'an, University of Chicago Press, 2009. ISBN 978-0-226-70286-5
 Revival and Reform in Islam (ed. Ebrahim Moosa), Oneworld Publications, 1999. ISBN 1-85168-
204-X
 Islamic Methodology in History, Central Institute of Islamic Research, 1965.
 Health and Medicine in the Islamic Tradition, Crossroad Pub Co, 1987. ISBN 0-8245-0797-5
(Hardcover), ISBN 1-871031-64-8 (Softcover).
 Riba and Interest, Islamic Studies (Karachi) 3(1), Mar. 1964:1-43.
 Shariah, Chapter from Islam [Anchor Book, 1968], pp. 117–137.

B. Pemikiran Fazlur Rahman


 
1. Kaitan Islam dengan Akar Sejarah.
Rahman amat kritis terhadap pemikiran Islam yang tidak berakar dalam sejarah dan
tidak relevan bagi perkembangan masyarakat. Sikap ini mungkin juga disebabkan
oleh minat dan kecenderungan intelektualnya sendiri, ia memandang bahwa suatu
bentuk  pengembangan pemikiran Islam yang tidak berakar dalam kejayaan
pemikiran Islam klasik atau luput dari kemampuan menelusuri benang
kesinambungannya dengan masa lalu adalah otentik. Pengembangan pemikiran Islam
yang tidak melihat kontinuitasnya dengan masa lalu Islam akan kehilangan
otentisitasnya yang akibatnya akan tidak mampu mengembangkan dinamika
internalnya serta tidak sanggup bertahan karena kekurangan segi kemantapan.
Pemikiran yang goyah seperti itu akan mudah kehilangan energi, dan dengan begitu
juga  berarti terancam untuk lekas padam. Di samping itu, mengabaikan sejarah masa
lalu tidak saja mengisyaratkan pengingkaran akan eksistensi sejarah itu sendiri, tetapi

6
juga nisa mengakibatkan diajukannya pertanyaan serius tentang eksistensi diri sendiri
dan sistem keyakinan sendiri dalam kerangka sejarah masa kini. Maka dalam hal ini
Fazlur Rahman adalah orang yang sangat teguh memegang prinsip “memelihara yang
lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik”.

2. Dialektika Teologi (Ilmu Ketuhanan).


Al-Qur'an pada pokoknya merupakan suatu dokumen agama dan etika yang
menitikberatkan pada tujuan praktis penciptaan kebaikan moral dan membangun
masyarakat manusia yang benar dan beragama dengan kesadaran ber-Tuhan.
Konsekuensinya, menurut teori paling sedikit harus suci. Spekulasi tersebut berisi
anjuran merenungkan, kebesaran dan teraturnya alam semesta. Argumen itu bukan
bertujuan untuk menetapkan teori adanya Tuhan, melainkan untuk melihatkan
keagungan-Nya. Titik berat pada iman adalah perbuatan. Setiap manusia
bertanggungjawab atas perbuatannya. Watak manusia ditandai dengan lemahnya
berbagai kemampuan, namun akal yang berperan dalam gagasan manusia terjamin
pemeliharaannya. Gerakan filsafat Islam, dalam perkembangan Islam merupakan
hasil ilmu kalam Muktazilah. Fazlur Rachman banyak menggaris bawahi dan
mengkritik pemikiran filsafat Al-Ghazali sebagai wakil reaksi pertama yang besar
pengaruhnya pada filsafat Islam. Fazlur Rachman mengkritik bahwa Al-Ghazali
merupakan salah satu filsuf yang membingungkan. Ini dibuktikan dengan sebagian
ingin mengetahui apakah dia seoarng mistik atau ahli agama, walaupun dia
digolongkan keduanya. Beberapa golongan telah berani memutuskan sikapnya atas
masalah ini, mistiknya ditolak dengan alasan bahwa dia seorang yang  benar-benar
mutakallim (pembicara) ynag menyemboyankan suatu metode konsentrasi psikologi
murni. Bagi Fazlur Rachman ini sebagai kesalahpahaman besar Al-Ghazali karena
secara mendasar Al-Ghazali membenarkan sifat abadi dan mutlak Tuhan dan menolak
Sufi ekstrim. Sistematik ilmu Ke-Tuhanan dalam Islam, sesudah Al-Ghazali tidak
pernah dikaji secara layak oleh para sarjana modern. Namun, dalam doktrin ekstrim,
sistematik ilmu ke-Tuhanan menguatkan ajaran filosof mengenai penentuan terhadap
kekuasaan manusia.
 

7
3. Gerakan Filsafat .
Pada permulaannya ilmu agama dibawah pengaruh penterjemahan  bahasa Arab dari
karya filsafat Yunani menghasilkan karya yang besar dan sangat berpengaruh dalam
dunia filsafat. Maksud dari disini bukan untuk menggambarkan pemikiran yang
seperti itu ataupun pengaruhnya terhadap agama dari Filsafat Eropa namun untuk
mendapat kesan kekuatan dampaknya atas pemikiran Islam yang tidak secara
langsung diterima mentah-mentah namun dissaring dan diserap sesuai dengan ajaran
Islam. Materi yang dikaitkan dengan sistem filsafat yaitu ide-ide Yunani dengan
memperhatikan penyesuaian dengan ajaran agama Islam jug hanya diperkenankan
terbatas pada pemikiran yang rasional. Dalam rangka melakukan keadilan terhadap
keyakinan beragama, dunia merupakan efek keabadian Tuhan. Tuhan ialah wujud
yang pasti sedangkan dunia ialah ketidakpastian. Pada dasarnya filsafat itu dicari
untuk melaksanakan agama yang  jernih dan kebutuhan individu untuk hidup damai
dengan alam semesta. Karenanya filsafat dalam Islam tidak pernah mati meskipun
sempat redup setelah Al-Ghazali berasumsi bahwa berfilsafat itu haram. Filsafat
sebagai suatu upaya rasional untyk memahami sifat rasional obyektif kemudian
menjelma ke dalam suatu upaya spiritual untuk hidup dalam keharmonisan realitas
tersebut.
 
4.  Neomodernisme Islam .
Menurut para pemerhati pemikiran Islam, Fazlur Rahman adalah tokoh yang
pemikirannya dikategorikan sebagai neomodernisme Islam. Fachri Ali
mendeskripsikan bahwa neomodernisme Islam adalah pola  pemikiran yang
menggabungkan dua faktor penting, yakni modernisme dan tradisionalisme.

 Dalam beberapa hal, tradisionalisme dan modernisme bisa berjalan seiring. Fazlur
Rahman sangat berkepentingan untuk membangun kembali kesadaran umat Islam akan tanggung
jawab sejarahnya dengan fondasi moral yang kokoh. Fondasi ini hanyalah mungkin diciptakan
bila Al-Qur’an sebagai sumber ajaran moral yang sempurna dipahami secara utuh dan padu.

8
Pemahaman yang benar dan utuh ini harus dikerjakan melalui suatu metodologi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara agama dan secara ilmu. Menurut Rahman, tanpa suatu
metodologi yang akurat dan benar, pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an boleh  jadi
menyesatkan, apalagi apabila didekati secara parsial dan terpisah- pisah.

C. Neo-Modernisme Islam

Gerakan modernisme Islam, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Sayyid


Ahmad Khan dan Muhammad Abduh, sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pemikiran Islam abad ke-20. Mungkin banyak yang menganggap pemikir seperti Fazlur
Rahman sebagai “modernis”, tetapi akan lebih pas jika dikatakan bahwa ia adalah
seorang “neo-modenis”.

Menurut Abdullah Saeed (2012), kaum neo-modernis lebih menitikberatkan pada


esensi ajaran Islam itu sendiri daripada bentuk formal ajarannya.

Misalnya, mereka lebih tertarik pada persoalan apakah wanita muslimah


kehidupannya lebih etis dan produktif daripada mempersoalkan apakah mereka harus
memakai hijab atau tidak. Dan mereka juga berpandangan bahwa perubahan sosial yang
terjadi saat ini harus didasari oleh refleksi atas penafsiran Islam.

Selain itu, mereka juga memandang perlunya ijtihad dengan metodologi yang baru
untuk menangani masalah-masalah kontemporer. Kaum neo-modernis meyakini bahwa
urusan sosial dan ekonomi harusnya menjadi prioritas bagi umat Islam saat ini daripada
urusan kekuasaan politik.

Mereka cenderung tidak terlalu bermusuhan dengan Barat maupun dengan


pengaruh-pengaruh eksternal lainnya; mereka justru lebih tertarik dengan kelompok-
kelompok sekular, bahkan bekerja sama dengan mereka secara berkelanjutan.

9
Tulisan-tulisan Fazlur Rahman mengulas semua ini dengan mengambil sikap dan
pandangan yang mungkin akan tidak menyenangkan bagi kalangan modernis seperti
Abduh.

Pemikiran Rahman ini telah memainkan peran penting dalam perkembangan


pemikiran Islam pada akhir abad ke-20. Semua itu berkat karya-karyanya yang
diterbitkan, dan berkat murid-muridnya yang pernah belajar kepadanya di Chicago. Ia
adalah salah satu kontributor yang paling berani dan paling orisinal bagi diskusi tentang
reformasi pemikiran Islam di abad ke-20.

Fazlur Rahman lahir pada tahun 1919 di daerah Hazara, wilayah yang kini terletak
di negara Pakistan, di sebuah daerah yang memiliki akses pendidikan keislaman yang
kuat. Ayahnya, Maulana Syihabuddin, adalah seorang agamawan lulusan dari seminari
Deoband di India. Rahman lebih banyak mendapat bimbingan dari ayahnya dalam bidang
penafsiran Alquran, hadis, hukum, teologi, dan filsafat daripada di sekolah seminari di
mana ia belajar.

Ia belajar di Universitas Punjab di Pakistan dan memperoleh gelar Sarjana dan


Master dalam bidang bahasa Arab. Ia lalu pergi ke Oxford, di mana ia menulis disertasi
tentang Filsafat Ibn Sina. Meskipun minat utamanya di awal karier akademiknya adalah
filsafat Islam, namun ia juga banyak membaca tentang sejarah dan hukum Islam, etika,
dan penafsiran Alquran dan hadis.

Setelah menyelesaikan studinya di Oxford, Rahman pindah ke Durham University


di Inggris Utara di mana ia belajar filsafat Islam dari tahun 1950 sampai 1958. Ia
kemudian meninggalkan Inggris untuk pergi ke Canada untuk mengambil posisi sebagai
profesor di Institute of Islamic Studies di McGill University, ia menetap di sana selama
tiga tahun.

Ia diundang ke Pakistan oleh Jendral Ayyub Khan, Presiden Pakistan, yang sedang
mencari seorang pemikir Islam yang berhaluan reformis liberal untuk memimpin

10
semacam lembaga penelitian Islam dan menjadi penasihat pemerintah dalam urusan
agama.

Tapi ia tinggal di Pakistan tidak begitu lama (1961-1968). Ia harus meninggalkan


Pakistan menuju Amerika Serikat karena pemikiran-pemikirannya banyak ditentang dan
dianggap tidak sesuai dengan pandangan koservatif yang berlaku di Pakistan. Ia
kemudian diangkat menjadi profesor pemikiran Islam di Universitas Chicago tahun 1968.
Ia menetap di sana hingga wafatnya pada tahun 1988.

Di Chicago, ia memainkan peranan penting dalam melatih mahasiswa-mahasiswa


pascasarjana yang berasal dari negara-negara seperti Indonesia dan Turki.

Meskipun pemikiran Rahman umumnya tidak dikenal di dunia Arab atau di negara-
negara yang lingkungan agamanya cenderung tradisionalis, tetapi di tempat lain seperti
Turki dan Indonesia, Rahman adalah tetap yang paling berpengaruh. Banyak dari murid-
muridnya menempati jabatan akademik senior di negara-negara tersebut.

Di Amerika Serikat, di mana ia menghabiskan dua puluh tahun terakhir masa


hidupnya, beberapa mahasiswa mengangkat pemikirannya dan berusaha
menginterpretasikan kembali bagian tertentu dari kandungan etika-hukum Alquran.
Contoh yang menarik dalam hal ini adalah Amina Wadud, yang karyanya berjudul
“Quran and Woman” merupakan contoh aplikasi pemikiran Rahman dalam bidang
penafsiran Alquran.

Tulisan-tulisan Rahman sangat luas dan jauh lebih luas daripada bidang utama yang
menjadi latar belakang akademiknya filsafat Islam. Karya-karyanya mencakup tentang
reformasi pendidikan agama Islam, hermeneutika, kritik hadis, perkembangan tradisi
intelektual Islam awal, reformasi hukum Islam, dan etika Islam.

11
Buku-buku dan artikel-artikelnya yang begitu banyak membuktikan kedalaman dan
keluasan kajian keilmuannya. Tema pokok seluruh karyanya adalah reformasi dan
pembaruan, dan pentingnya metode dalam reformasi ini.

Di antara proyek besarnya yang paling penting baginya adalah reformasi


pendidikan Islam. Tidak seperti kebanyakan pemikir reformis Islam periode modern,
Rahman tidak terlalu terlibat dalam gerakan massal, tidak pula terlibat dalam konflik
politik. Ia menghindari pendekatan propagandis dan aktivisme. Ia merasa lebih nyaman
dengan membatasi dirinya pada lingkup pengajaran dan penelitian di Universitas.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Fazlur Rahman adalah pelopor neo modernisme berawal dari kegelisahan paling
mendasar dari seorang Fazlu Rahman, yang pasti juga dirasakan oleh banyak kalangan
Muslim, yaitu kondisi dimana kaum Muslim telah menutup rapat-rapat pintuj ijtihad,
sehingga yang terjadi adalah stagnasi intelektual yang luar biasa. Rahman merasakan
situasi ini sangat tidak kondusif untuk mengetengahkan Islam sebagai agama alternatif di
tengah gelombang perubahan zaman yang kian dinamis. Tertutupnya pintu ijtihad
misalnya yang dianggapnya telah mematikan kreatifitas intelektual umat yang pada awal-
awal sejarah umat Islam tumbuh begitu luar biasa. Pada akhirnya Islam menjadi
seperangkat doktrin yang beku dan tentu sulit untuk tampil memberi jawaban-jawaban
atas problem keummatan di tengah gelombang modernitas.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Fazlur_Rahman

https://www.qureta.com/post/gagasan-fazlur-rahman-tentang-neo-modernisme-dalam-islam

https://www.academia.edu/37935507/Filsafat_Islam_-_Pemikiran_Fazlul_Rahman

13

Anda mungkin juga menyukai