1
Ach Syaiful, “Konsep Pendidikan Islam KH. A. Wahid Hasyim,” Kariman: Jurnal Pendidikan dan Keislaman
7, no. 1 (30 Agustus 2019): 1–16, https://doi.org/10.52185/kariman.v7i1.97.
dalam pendidikan dan implikasi terhadap terhadap pendidikan dinamika
pendidikan Islam kontemporer.
Pendidikan Islam adalah sebuah bimbingan sadar terhadap jasmani-
rohani peserta didik berdasarkan beberapa hukum agama Islam menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut beberapa ukuran Islam.
apalagi setelah pemerintah melambungkan gaji PNS sehingga kalimat
“guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa” di Indonesia sudah mulai luntur dan
khalayak mulai melirik profesi guru karena lebih menjanjikan, meskipun
terkadang tidak punya kompetensi sebagai guru.
Hal yang demikian mungkin salah satu sebab dunia pendidikan di
Indonesia semakin tahun penuh dengan masalah yang komplek, khususnya
dunia
Pendidikan Islam belakangan ini mengalami berbagai kasus yang
terjadi, karena Pendidikan yang ada di Indonesia semakin tahun penuh dengan
masalah yang komplek. Mulai dari adanya peserta didik yang minim dalam
beretika hingga tak ada sopan santun dan tata krama. Begitu juga sebaliknya,
ada seorang guru yang melakukan Tindakan kekerasan kepada peserta didik
bahkan berbuat asusila, sementara pihak peserta didik tidak menerima
sehingga melaporkan permasalahan tersebut kepada pihak yang berwajib.
Pada akhirnya permasalahan tersebut menjadi konsumsi publik, dan bahan
perbincangan yang rumit serta berlarut-larut di masyarakat umum.
Biografi
Abdurrahman Wahid adalah seorang tokoh fenomenal yang memiliki
gaya unik dan khas, pemikiran dan sepak terjang semasa hidupnya sering kali
menimbulkan kontroversi. Abdurrahman Wahid atau akrab dengan nama
panggilan Gus Dur, Gus adalah nama kehormatan yang diberikan kepada putra
kiai yang bermakna mas.2
KH. Abdurrahman Wahid yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Dur
adalah mantan presiden RI yang ke-empat, beliau merupakan tokoh yang
terlahir di lingkungan pesantren dan para tokoh kemerdekaan, tak jarang
pemikiran beliau yang ajaib selalu menimbulkan kontroversi di kalangan
masyarakat, karena ketidak sampainya masyarakat dalam memahami apa yang
2
Eko Setiawan, “Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Prinsip Pendidikan Islam Multikultural Berwawasan
Keindonesiaan,” Edukasia Islamika, 3 Juni 2017, 32–45, https://doi.org/10.28918/jei.v2i1.1628.
beliau katakan dan lakukan, maka dari itu beberapa orang mengatakan bahwa
Gus Dur adalah seorang wali masa kini.
Masa kecil Gus Dur dihabiskan dalam lingkungan pesantren
milik kakeknya Hasyim Asy‘ari (pendiri pondok pesantren Tebuireng
jombang) dan Kyai Bisri Syamsuri (pendiri pondok pesantren Denanyar).
Berkat arahan dan bimbingan ibundanya, Gus Dur pada usia 4 tahun sudah
bisa membaca Alquran serta ilmu tajwidnya dan ditambah lagi dengan
kehidupan pesantren yang sudah terbiasa dengan dunia kitab kuning yang
berbahasa arab tanpa sakal dengan arti Indonesia maupun Jawa. Kemudian
pada usia 4 tahun, Gus Dur tinggal bersama ayahandanya di Menteng Jakarta
Pusat, ketika itu KH. Wahid Hasyim dipercaya menjadi kepala Shumubu
(semacam kantor urusan agama atas permintaan pemerintah Jepang).3
Sejak tinggal di Jakarta bersama dengan ayahnya, Gus Dur langsung dibimbing oleh
ayahnya dan sekaligus mendapatkan wawasan yang cukup. Dan sejak saat itulah awal mula ia
diperkenalkan dengan lingkungan yang sangat berbeda dari kehidupan pesantren yaitu:
perkotaan yang penuh dengan kosmopolitan. Mulai saat itulah Gus Dur diperkenalkan dengan
orang-orang yang mempunyai berbagai ideologi dan latar belakang yang berbeda dengan
dirinya
Karena keinginan yang tinggi maka Gus Dur sering diajak
dalam setiap pertemuan-pertemuan ayahandanya, dengan harapan ia dapat
mengenal terhadap berbagai realitas dan masyarakat tanpa memilah-milah
golongan dan status sosial. Gus Dur dimasukkan pada sekolah yang tergolong
bonafit namun ia lebih menyukai kehidupan yang wajar dengan memilih
sekolah biasasaja. Gus Dur masuk Sekolah Dasar KRIS Jakarta Pusat mulai
kelas 3-4 tetapi kemudian ia pindah ke Sekolah Dasar Matraman
Perwari,Jakarta Pusat dekat rumahnya yang baru.
Tempat Wahid Hasyim di Matraman sering dikunjungi tamu-tamu
Eropa, Belanda,Jerman dan kalangan aktivis mahasiswa serta berbagi
lapisanmayarakat. Dengan demikian Gus Dur sejak kecil telah diperkenalkan
dengan tokoh-tokoh besar, dan ayahnya selalu menganjurkan kepada anak-
anaknya untuk giat membaca tanpa membatasi buku apa yang dibaca.
3
Ady Ashari dan Nasrul Amin, “REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PANDANGAN
KH. ABDUR RAHMAN WAHID,” Jurnal Al-Murabbi 4, no. 1 (2018): 151–64.
Sebagian jenjang Pendidikan formal Abdurrahman Wahid banyak dihabiskan
di sekolah sekolah sekuler.