Anda di halaman 1dari 9

REVIEW BUKU SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

DI SUSUN OLEH :

MAIMUNAH

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )


AL HIIKMAH JAKARTA
Jalan Jeruk Purut No. 10 Cilandak Timur
Pasar Minggu – Jakarta Selatan
REVIEW BUKU SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan riview buku ini.
Review buku ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu
Pendidikan Islam yang diampu oleh Ibu DRA.HJ.LATIFAH, M.Pd dan sebagai alat penunjang
belajar. Dengan memahami dan membaca buku ini dapat mengetahui bagaimana dan apa itu
sejarah pendidikan Islam.
Sungguh saya menyadari bahwa dalam review buku ini masih terdapat kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, saya akan berbesar hati dan berlapangan dada, apabila Ibu Dosen
berkenan memberikan saran perbaikan untuk review buku ini. Dengan harapan dapat menjadi
pembelajaran buat saya. Semoga review ini bermanfaat bagi kita semua.Amiin.

Jakarta, 3 April 2022

Maimunah

Sejarah Pendidikan Islam

A. RESENSI BUKU

Identitas Buku
Judul Buku         : Sejarah Pendidikan Islam
Nama Penulis : Dra. Zuhairini
Penyunting : Drs. Baihaqi. AK, Drs. Somad Zawawi
Penerbit              : PT Bumi Aksara, Jakarta
Tahun Terbit      : 2015
Jumlah Halaman: 253
Nomor ISBN     : 979-526-086- 3

B. IHTISAR BUKU

Manusia tidak akan bisa lepas dari sejarah. Dilihat dari segi bahasa, sejarah menurut bahasa
arab berarti tarikh atau ketentuan masa. Tarikh erat kaitannya dengan tinjauan waktu dan
kejadian. Kemudian yang dimaksud ilmu tarikh adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui
kejadian yang telah terjadi di masa lampau atau masa sekarang.
Buku ini sendiri dibagi menjadi tiga bahasan besar,yaitu ;
1. Hakikat sejarah pendidikan islam yang meliputi definisi, tujuan serta manfaat adanya
sejarah pendidikan islam.
2. Perkembangan dan pertumbuhan sejarah pendidikan islam yang didalamnya terdapat
awal mula adanya pendidikan islam dari masa Nabi Muhammad SAW, perkembangan
dan masa-masa periodenya.
3. Bagian terakhir membahas tentang perkembangan sejarah pendidikan islam di
Indoneesia.

Yang perlu kita ketahui bahwa sejarah pendidikan tidak mungkin lepas dari adanya peran
wahyu dari Allah SWT. Sejarah pendidikan dimulai dari saat manusia pertama
diturunkan ke bumi yaitu Nabi Adam selaku khalifah memegang estafet yang secara
langsung di wahyukan Allah pada seluruh manusia saat itu.
Hal itu dimaksudkan untuk menjaga dari perbuatan yang keluar dari koridor nilai-nilai
kebenaran agama. Hal yang sama juga terjadi dimasa nabi-nabi setelah nabi Adam
sampai Baginda Besar Nabi Muhammad SAW. Fungsinya juga sama, yaitu menegakkan
aturan yang dibuat Allah SWT untuk kebaikan manusia sendiri.
Dalam perkembangannya, pendidikan islam telah melalui banyak sekali pola, baik model
maupun bentuk. Terbukti dengan meningkatnya jumlah populasi manusia seiring
bertambahnya waktu. Semenjak nabi Adam, banyak sekali pendidikan yang telah
ditularkan oleh sang pembawa risalah (nabi) seperti ilmu menjahit dari nabi Idris, politik
dan hukum dari nabi Sulaiman dan sebagainya. Sekali lagi pendidikan tidak mungkin
terpisah dari adanya intuisi/ilham dari Allah.
Pendidikan islam mulai banyak sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Al-
Qur’an adalah sumber paling utama dalam pendidikan islam. Dari beredarnya ayat quran
dan hadits pula, dapat diketahui bagaimana pola perkembangan pendidikan yang
diajarkan nabi. Misalnya dalam periode Makkah lebih ditekankan sisi ketauhidannya.
Berbeda dengan pada masa Madinah, dikota ini dapat diketahui bahwa pola yang
diajarkan nabi adalah sosial, politik, dan amaliah sehari-hari.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pendidikan islam juga banyak sekali berkembang.
Meski mengalami pasang surut, pendidikan islam ternyata terbukti banyak berkontribusi
dalam ilmu pengetahuan saat ini. Kejayaan pendidikan islam pernah mencapai puncaknya
pada masa disnati Abbasiyah.
Pendidikan islam juga pernah mengalami masa kemundurannya pada abad 13-18. Hal ini
dikarenakan lemahnya pemerintahan serta kepedulian terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan yang lemah. Hal lain adalah banyaknya porsi filasafat yang masuk oleh Al-
Ghozali. Setelah masa kemunduran, pendidikan islam perlahan bangkit oleh para
pembaharu di daerah Turki, Mesir dan India sekitar akhir abad ke-18 sampai pertengahan
abad 19.
Adapun pembahasan terakhir adalah pendidikan islam di Indonesia. Penyebaran islam di
Nusantara tidak mungkin lepas dari pengaruh para pedagang Arab yang berniaga di
daerah Malaka dan sebagian Jawa. Adanya Walisongo, dan para mubaligh asal Persia dan
Gujarat menjadi tonggak awal agama Islam di Indonesia. Adanya metode dakwah melalui
pendekatan budaya setempat juga merupakan amunisi yang sangat ampuh dalam
penyebaran agama Islam.
Lahirnya beberapa organisasi Islam di Indonesia lebih banyak karena didorong oleh
mulai tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme. Langkah pertama diwujudkan
dalam bentuk kesadaran berorganisasi yang berdasarkan sosial keagamaan yang banyak
melakukan aktivitas kependidikan Islam. Berikut Organisasi-Organisasi Islam yang
banyak berkembang dan membawa dampak yang sangat baik untuk masyarakat banyak:
1. Al-Jami’at Al-Khairiyah
Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Al-Jami’at Al-Khairiyah didirikan di
Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Anggota organisasi ini mayoritis orang-orang
Arab. Dua bidang kegiatan yang sangat diperhatikan oleh organisasi ini, yaitu:
 Pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar.
 Pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi.
2. Al-Islah Wal Irsyad
Al-Islah Wal Irsyad didirikan oleh Syeikh Ahmad Surkati pada tahun 1914 di Jakarta
yang terdiri dari golongan-golongan Arab yang anggotanya kebanyakan pedagang.
Al-Irsyad mengutamakan perhatian pada bidang pendidikan terutama masyarakat
Arab, ataupun permasalahan-permasalahan yang timbul dikalangan masyarakat Arab.
3. Persyerikatan Ulama
Persyerikatan Ulama didirikan oleh KH. Abdul Halim pada tahun 1917.Organisasi
Persyerikatan Ulama tidak hanya berfokus kepada dunia pendidikan, rumah yatim,
bahkan juga bisa membuat sebuah perusahaan percetakan dan perusahaan tenun yang
didirikan pada tahun 1939.
4. Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 atau 18
Zulhijjah 1330 H. Muhammadiyah didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta. Organisasi ini bertujuan untuk “menyebarkan pengajaran Nabi
Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera dan memajukan hal agama Islam
kepada anggota-anggotanya”
5. Nahdatul Ulama’
Nahdatul Ulam’ didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H. atau 31 Januari 1926 M di
Surabaya. Nahdatul Ulama’ didirikan oleh para alim ulama dari tiap-tiap daerah di
Jawa Timur, seperti;
1) K.H. Hasyim Asyari Tebuireng
2) K.H. Abdul Wahab Hasbullah
3) K.H. Bisri Jombang
4) K.H. Ridwan Semarang
5) K.H. Nawawi Pasuruan
6) K.H. R.Asnawi Kudus
7) K.H. R.Hambali Kudus
8) K.H. Nakhrawi Malang
9) K.H. Doromuntaha Bangkalan
10) K.H.M.Alwi Abdul Aziz
11) Dan lain-lain
NU didirikan berasaskan agama Islam dan bertujuan untuk menegakkan syari’at
Islam dengan berhaluan salah satu daripada empat mazhab; Syafi’I, Maliki,
Hanafi, dan Hambali, serta melaksanakan berlakunya hukum-hukum Islam dalam
masyarakat.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan pertama di Indonesia, memiliki sejarah
yang panjang, pondok pesantren merupakan basic atau tempat penyaluran pendidikan
islam yang kompleks. Mulai dari ilmu tauhid, fiqih, akhlaq, dan sebagaqinya. Dari
pondok pesantren pula banyak tokoh-tokoh pendidikan islam yang muncul, seperti:
1. KH. Ahmad Dahlan ( 1869-1923 )
KH. Ahamad Dahlan lahir 1 Agustus 1869 dengan nama Muhammad Darwisydari
keluarga besar ulama Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Menunaikan ibadah haji
ke Mekkah pada usia 15 tahun dan tinggal selama 2 tahun untuk memperdalam Islam.
Berguru kepada Syeh Ahmad Khatib di Mekkah yang merupakan guru pendiri
Nahdatul Ulama ( NU ), Hasyim Asyari. Mendirikan organisasi Muhammadiyah di
Kauman, Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Menjabat komisaris dan
penasehat Sarekat Islam ( SI ) sekaligus sebagai pemimpin SI cabang Yogyakarta. 23
Febuari 1923 meninggal dunia di Yogyakarta. Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional
pada tahun 1961 oleh pemerintah Republik Indonesia.
Kata Kenangan KH. Ahmad Dahlan “ Aku sangat yakin seyakin-yakinnya bahwa
memperbaiki urusan yang terlanjur salah dan disalahgunakan atau diselewengkan
adalah merupakan kewajiban setiap manusia, terutama kewajiban umat Islam”
2. KH. Hasyim Asyari ( 1871-1947 )
KH. Hasyim Asyari lahir di Pondok Nggedang, Jombang Jawa Timur, 10 April 1875.
Dalam usia 15 tahun, perjalanan awal menuntut ilmu, Muhammad Hasyim belajar ke
pondok-pondok pesantren yang masyur di tanah Jawa, khususnya Jawa Timur.
Diantaranya adalah Pondok Pesantren Wonorejo di Jombang, Wonokoyo di
Probolinggo, Tringgilis di Surabaya, dan Langitan di Tuban. Tahun 1313 H/1899 M,
beliau pertama kali mengajar di Pesantren Ngedang yang diasuh oleh mendiang
kakeknya. Disamping aktif mengajar beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan, baik
yang bersifat lokal atau nasional. Pada tanggal 16 Sa’ban 1344 H/ 31 Januari 1926 M,
di Jombang Jawa Timur didirikanlah Jam’iyah Nahdlotul Ulama’ ( kebangkitan
ulama ) bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah dan ulama’-ulama’
besar lainnya. Pada tahun 1899 KH. Hasyim Asyari mendirikan Pesantren Tebu
Ireng. Peran KH. M. Hasyim Asyari tidak hanya terbatas pada bidang keilmuan dan
keagaman, melainkan juga dalam bidang sosial dan kebangsaan, beliau terlibat secara
aktif dalam perjuangan membebaskan bangsa dari penjajahan Belanda. Pada tanggal
25 Juli 1947 KH. Hasyim Asyari meninggal dunia dan dimakamkan di Tebu Ireng,
Jombang Jawa Timur. Pesan KH. Hasyim Asyari “ Agama dan nasionalisme adalah
dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan
keduanya saling menguatkan”.
3. KH. Abdul Halim ( 1887-1962 )
KH. Abdul Halim lahir di Majalengka. Pada tahun 1898 beliau belajar di Pesantren
Lontang Jaya, pesantren Bobos di Cirebon, pesantren Ciwedus di Kuningan. Pada
tahun 1911-1916 KH. Abdul Halim mendirikan Madjlisoel ‘ilmi (1911 ), Hajatoel
Qoeloeb ( 1912 ), Persyirakatan Oelama ( 1916 ). Pada tahun 1945 beliau aktif di
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) dan
menjadi anggota KNID ( Komite Nasional Indonesia Daerah ) di Karesidenan
Cirebon. Dan pada tanggal 7 Mei 1962 KH. Abdul Halim wafat di Sabti Asromo
Pasirayu, Majalengka.
Sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak terdapat lembaga
pendidikan Islam yang memegang peranan sangat penting dalam rangka penyebaran
ajaran Islam di Indonesia, disamping perannya yang cukup menentukan dalam
membangkitkan sikap patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai
kemerdekaan Indonesia serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasioanal.
Jenis-jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia dibagi menjadi 2,yaitu;
1. Lembaga pendidikan Isalm sebelum kemerdekaan Indonesia; pendidikan Islam mulai
bersemi dan berkembang pada awal abad ke 20 Masehi dengan berdidrinya madrasah
Isalam yang bersifat formal. Dan pesantren-pesantren yang mulai berdiri dan
berkembang sangat pesat di Indonesia, seperti pesantren:
 Pesantren Tebuireng di Jombang Jawa Timurnyang berdiri pada tahun 1899 M
oleh K.H. Hasyim Asy’ari
 Pesantren Tambak Beras di Jombang Jawa Timur yang didirikan oleh K.H.
Wahab Hasbullah
 Pondok Modern Gontor berdiri tahun 1926 M oleh K.H. Imam Zarkasy dan K.H.
Sahal
 Di Kudus berdiri Madrasah Aliyah,Sanawiyah Muawanatul Musliminpada tahun
1915 oleh Syarikat Isalam
 Di Yogyakarta berdiri Madrasah Islamiyah yang didirikan oleh organisasi
Muhammadiyah pada tahun 1912, yaitu: Kweek School, Mualimin, Muallimat,
Zu’ama, dan lain-lain
 Di Solo berdirilah Madrasah Mambaul Ulum pada tahun 1905 oleh R. Hadipati
Sosrodiningrat dan R. Panghulu Tafsirul Anam, yang dibiayai oleh Kraton
Surakarta.
2. Lembaga pendidikan Islam sesudah Indonesia merdeka; setelah Indonesia merdeka
dan mempunyai Departemen Agama, maka secara instansional Departemen Agama
diserahi kewajiban dan bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan
pendidikan agama dalam lembaga-lembaga tersebut. Lembaga pendidikan agama
Islam ada bersetatus negeri dan ada yang bersetatus swasta.
Pendidikan agama Islam yang bersetatus negeri misalnya;
 Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( Tingkat Dasar )
 Madrasah Sanawiyah Negeri ( Tingkat Menengah Pertama )
 Madrasah Aliyah Negeri ( Tingkat Menengah Atas ) dahulunya berupa Sekolah
Guru dan Hakim Agama ( SGHA ) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri ( PHIN )
 Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN ) yang kemudian berubah
menjadi IAIN ( Institut Agama Islam Negeri )

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Kelebihan
Dalam buku ini, bahasa yang digunakan bisa dibilang sederhana. Tidak banyak
menggunakan bahasa istilah yang biasanya dipakai dalam buku-buku sejarah pada
umumnya. Isinya yang ringkas dan penggunaan priodesasi masa, juga menambah
sisi plus buku ini.

Kekurangan
Di dalam beberapa bahasan, fakta-fakta yang disajikan kurang tajam dan spesifik.
Misalnya pada bahasan awal mula sejarah pendidikan islam pada zaman nabi
Adam. Pengulangan ulasan di dalam beberapa bagian juga terbilang terlalu
banyak, jadi terkesan membosankan.

D. KESIMPULAN

Manusia memang tak bisa lepas dari sejarah. Sebagai pelaku sejarah dan objek
sejarah itu sendiri, prilaku manusia memang jadi pusaran sejarah itu sendiri.
Adanya agama Allah SWT sebagai penuntun tingakah laku manusia adalah sebagai
kontrol apabiala akal manusia sudah tidak lagi relevan. Dengan ajaran pendidikan
yang ditransfer Allah SWT pada manusia melalui para nabinya, manusia bukan
tidak mungkin akan menemui jati dirinya yang sebenarnya. Dimulai dari nabi
Adam, pendidikan berlangsung dan berkembang sesuai kebutuhan zaman.
Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai risalah terakhir, sudah menuturkan
semua yang dibutuhkan manusia, baik dari segi prilaku sikap dan pengembangan
potensi melalui ayat al-qur’an dan hadits yang telah disampaikan beliau.
Pendidikan juga tidak bisa lepas dari peran penguasa sebagai pematik
perkembangan pendidikan itu sendiri. Dengan adanya penguasa ( Umaro) dan ahli
ilmu (Ulama) maka perkembangan pendidikan unutk mensejahterakan kehidupan
manusia tidak akan berhenti.
Dengan demikian, kolaborasi antar keduanya harus tetap terjaga. Apabila satu
bagian tidak mau berkompromi, bisa dipastikan akan mundur atau bahkan hilang
yang namanya perkembangan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai