Gus Dur
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pada saat ini, perkembangan Islam di Indonesia terus mengalami dinamika yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki
keberagaman dalam praktik keagamaan dan pemahaman Islam. Konsep "Islam
Nusantara" yang menekankan pada Islam yang moderat dan toleran tetap menjadi
landasan utama dalam pemahaman Islam di Indonesia. Pemikiran ini mendukung
kerukunan antar-umat beragama dan integrasi Islam dengan nilai-nilai nasional. Islam
memainkan peran penting dalam politik Indonesia. Partai-partai politik berbasis Islam
memiliki pengaruh dalam pemerintahan, dan isu-isu yang berkaitan dengan nilai-nilai
Islam sering kali menjadi perbincangan dalam arena politik. Sektor pendidikan Islam
terus berkembang, mencakup berbagai tingkat, mulai dari pendidikan formal hingga
pendidikan informal di pesantren (pondok pesantren). Pendidikan Islam juga semakin
terintegrasi dengan kurikulum nasional. Teknologi dan media sosial memainkan peran
signifikan dalam penyebaran informasi terkait Islam di Indonesia. Media sosial sering
digunakan untuk menyebarkan pemahaman agama, mendukung dakwah, dan
memperkuat komunitas Muslim. Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat juga
dapat memengaruhi perkembangan Islam. Masyarakat yang lebih sejahtera cenderung
memiliki akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan lebih terbuka terhadap nilai-
nilai moderat. Meskipun mayoritas Muslim Indonesia menganut Islam yang moderat,
terdapat tantangan dari kelompok-kelompok radikal dan ekstremis. Pemerintah dan
masyarakat secara aktif berupaya untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme
guna memelihara stabilitas dan keamanan. Peran perempuan dalam masyarakat Muslim
Indonesia terus berkembang. Perempuan semakin terlibat dalam berbagai bidang,
termasuk pendidikan, ekonomi, dan politik, menciptakan pergeseran dalam dinamika
sosial. Penting untuk diingat bahwa situasi dan perkembangan di Indonesia terus
berubah, dan pemahaman tentang Islam di negara ini sangat kompleks dan beragam.
Pemahaman yang holistik dan kontekstual diperlukan untuk memahami perkembangan
Islam di Indonesia pada masa kini.
PEMBAHASAN
Gus Dur, atau KH Abdurrahman Wahid, adalah salah satu tokoh penting dalam
sejarah Indonesia dan pemimpin spiritual Islam. Ia pernah menjabat sebagai Presiden
Indonesia dari tahun 1999 hingga 2001 dan juga menjadi salah satu pemimpin
organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai seorang tokoh
NU, Gus Dur membawa ideologi multikulturalisme yang jelas didasarkan pada
pemahaman yang mendalamnterhadapnajarannIslam dan tradisi keilmuan NU. 1
GusDurntidak hanya mengedepankan pengajaran dan praktik sikap toleransi serta
saling menghormati keyakinan semua individu, tetapi ia juga bersedia menerima nilai-
nilai baik dari agama lain. Pandangan Gus Dur terhadap perkembangan Islam di
Indonesia mencerminkan pendekatan yang inklusif, moderat, dan toleran. Gusdur
menyelesaikan pendidikan dasarnya di Jakarta. Setelah itu, ayahnya mengirimnya
untuknmengikuti kursus privat bahasa Belanda dengan Williem Bohl,nseorang warga
Jerman yang telah memeluk Islam danNmemperkenalkan musik-musiknklasik, Barat,
dan Eropa. Sambil mengikuti kursus tersebut, ia pun meneruskan atau melanjutkan
pendidikannya di SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) di Jakarta. Setahun
berikutnya, ia memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta dan menghuni pesantren
Krapyak yang dipimpin oleh KH. Ali Ma'sum hingga menyelesaikan pendidikan pada
tahun 1957.2
Pendidikan Multicultural
1
Moch Shohib, Substansi Pendidikan Multikultural Perspektif Gus Dur, edureligia, Vol. 04 No. 01
2
Santalia, Indo, K.H Abdurrahman Wahid: Agama dan Negara,Pluralisme, Demokratisasi, dan Pribumisasi.
Jurnal Al-Adyaan, Vol.1, no.2.
Hukum Islam tidak akan dipahami dan diaplikasikan oleh seseorang hanya
dengan proses pengajaran semata, melainkan harus melalui proses pendidikan. Nabi
telah mengajak orang untuk mempercayai ajaran Islam dan menerapkannya dalam
tindakan sehari-hari serta membentuk karakter yang baik dengan berbagai metode dan
pendekatan. Dari satu perspektif, pendidikan Islamnlebih berfokus pada peningkatan
sikapnmentalnyangnakan tercermin dalam tindakan baik, baik untuk kepentingan
pribadi maupun orang lain. Dari perspektif lainnya,npendidikannIslamntidak hanya
memiliki dimensi teoritis, namun bersifat praktis.3
3
Rosmiaty Aziz, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sibuku, 2019), hlm 6
4
Ibid. 4
5
Ibid. 5
6
Nur Solikhin, Gus Dur Dalam Keberagaman Pendidikan Islam, Jurnal Tashwirul Afkar Vol. 38, No. 01.
7
Moch Shohib, Substansi Pendidikan Multikultural Perspektif Gus Dur, edureligia, Vol. 04 No. 01
Islam dan Negara
Bagi Gus Dur, politik memiliki dimensi yang sangat manusiawi. Artinya, dasar
utama untuk semua tata dannpraktiknpolitiknadalahnmanusia,nsehingganmanusia
harus menjadi landasannnormatifndan tujuan etis dari tata pemerintahan. Konsep
politik Islam dalam pemikiran Gus Dur dapat disatukan dengan
8
Santalia, Indo, K.H Abdurrahman Wahid: Agama dan Negara,Pluralisme, Demokratisasi, dan Pribumisasi.
Jurnal Al-Adyaan, Vol.1, no.2.
9
Ibid.140
10
Ahmad Yani Fathur Rohman, Sembilan Nilai Utama Gus Dur PerspektifEtika IbnuMiskawaih, SOSMANIORA,
Vol. 2 No. 2 (Juni 2023)
filsafatnpolitiknkarenanGus Dur mengaitkan politik dengan manusia, dengan
mendasarkan pada hakikat ajaran Islam yang menghormati martabat manusia. Oleh
karena itu, pemikiran politik Gus Dur tidak dapat dianggap sebagai bagian darinideologi
Islam,nkarena perspektif keislaman Gus Dur tidak bersifat ideologis, melainkan bersifat
filosofis.
Pluralisme
11
Ibid. 143
tidak seharusnya hanya memberikan janji kehidupan setelah mati, sementara realitas
kehidupan di dunia diabaikan. Sikap Gusdur yang tidak pernah menunjukkan kebencian
terhadap kelompok minoritas juga memungkinkannya untuk berinteraksi dengan
berbagai kalangan. Gus Dur bahkan menyatakan bahwa informasi dan ungkapan diri
yang dianggap merugikan Islam sebenarnya tidak perlu diberikan perhatian. Hal ini
cukup diimbangi dengan informasi dan ungkapan diri yang bersifat positif dan
konstruktif. Gusdur berkeinginan untuk melihat perkembangan intelektual dalam
pemahaman agama dan melakukan tindakan-tindakan konstruktif. Ia mendukung
perluasan wawasan umat, pembinaan kembali akhlak umat, hingga mencapai
keseimbangan yang optimal antara emosi dan akal pikiran.
Kesimpulan
Pemikiran Gus Dur mencakup beberapa aspek utama yang mencerminkan nilai-
nilai kemanusiaan, toleransi, keadilan, dan inklusivitas. Dalam konteks pendidikan, Gus
Dur menekankan pentingnya pendidikan Islam yang tidak hanya teoritis tetapi juga
praktis, dengan tujuan membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Terkait hubungan Islam dan negara, Gus Dur mengajukan pandangan inklusif di mana
negara tidak harus berbentuk secara eksklusif sebagai negara Islam formal. Penerimaan
Pancasila sebagai ideologi negara juga diartikan sebagai langkah menuju keselarasan
dengan nilai-nilai Islam yang sesuai dengan keyakinan masyarakat. Pendekatan Gus Dur
terhadap pluralisme mencerminkan sikap toleran dan kerjasama antaragama.
Meskipun sering mendapat kritik dan tuduhan, Gus Dur tetap mempertahankan
pandangan inklusifnya untuk membela hak-hak minoritas dan mempromosikan dialog
antaragama. Dalam konteks pluralisme, Gus Dur juga membela kelompok minoritas,
termasuk Konghucu, dengan menunjukkan tanggung jawab sosial kebangsaan dan
semangat demokrasi. Gus Dur juga melihat persaudaraan sebagai landasan untuk
memajukan peradaban, dengan mengakui nilai-nilai kearifan tradisi Indonesia. Dalam
keseluruhan, pemikiran Gus Dur menggambarkan upaya untuk menciptakan
masyarakat yang adil, toleran, dan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks
keberagaman budaya dan agama.
Daftar Pustaka
Ahmad Yani Fathur Rohman, Sembilan Nilai Utama Gus Dur PerspektifEtika
IbnuMiskawaih, SOSMANIORA, Vol. 2 No. 2 (Juni 2023)
Moch Shohib, Substansi Pendidikan Multikultural Perspektif Gus Dur, edureligia, Vol. 04
No. 01
Nur Solikhin, Gus Dur Dalam Keberagaman Pendidikan Islam, Jurnal Tashwirul Afkar
Vol. 38, No. 01.