Abstrak
Abstract
1
Cindy Mutiara Annur, “10 Negara Dengan Jumlah Penduduk Terbanyak Di Dunia Pertengahan
2023,” databoks.katadata.co.id, 2023, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/28/10-
Negara-dengan-jumlah-penduduk-terbanyak-di-dunia-pertengahan-2023.
2
Aulia Mutiara Hatia Putri, “Negara Dengan Umat Muslim Terbanyak Dunia,” CNBC INDONESIA,
2023, https://www.cnbcIndonesia.com/research/20230328043319-128-424953/Negara-dengan-umat-
muslim-terbanyak-dunia-ri-nomor-berapa.
3
Wazin Baihaqi, “Pengaruh Islam Terhadap Perkembangan Kekuasaan Politik Di Indonesia,” Al-
Qalam 22 (2005): 1–20, https://doi.org/https://doi.org/10.32678/alqalam.v22i1.1437.
4
Sirojul Munir, “Pengaruh Hukum Islam Terhadap Politik Hukum Indonesia,” Istinbath 13, no. 1
(2014): 1–25.
Pada saat menempuh pendidikan di Jogja Gus Dur kerap kali melihat
berbagai pertunjukan seni, diketahui bahwa Gus Dur sejak kecil sudah
mengenal berbagai dunia seni mulai dari seni yang identik dengan budaya
8
Muhammad Rifai, Gus Dur KH. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009, ed. Atania Rahma
(Jogjakarta: Garasi, 2014).
9
Indo Santalia, “K.H. Abdurrahman Wahid : Agama Dan Negara, Pluralisme, Demokratisasi, Dan
Pribumisasi,” Jurnal Al-Adyan 1 (2015): 138–46.
10
Rifai, Gus Dur KH. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009.
11
Santalia, “K.H. Abdurrahman Wahid : Agama Dan Negara, Pluralisme, Demokratisasi, Dan
Pribumisasi.”
Menurut Barton, Gus Dur adalah sosok yang sangat terbuka terhadap
pluralitas dalam Islam. Dia mencoba memahami dan menghormati berbagai
aliran dan tradisi dalam Islam, serta menyuarakan pesan toleransi, dialog
antaragama, dan kebebasan beragama. Barton juga menggambarkan Gus Dur
sebagai seorang yang sangat cerdas secara politik, namun sering kali kurang
dipahami oleh banyak orang karena kecenderungannya untuk berbicara dalam
bahasa yang kompleks dan filosofis. Secara keseluruhan, Barton
menggambarkan Gus Dur sebagai sosok yang sangat inspiratif dan
berpengaruh dalam membawa pesan toleransi, pluralisme, dan pemahaman
Islam yang inklusif di Indonesia.12
12
Greg Barton, Gus Dur : The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid (Yogyakarta: Equinox
Publishing, 2008).
13
Muh Rusli, “Pemikiran Keagamaan & Kebangsaan Gus Dur,” Jurnal Farabi 12 (2015): 50–71.
14
Ach Khoiri, “Islamic Political Thought in Indonesia (Thought Study KH. Abdurrahman Wahid
Concerning the Relationship Between Islam and the State),” Voice Justisia: Jurnal Hukum Dan
Keadilan, 2019, 1–22.
15
Rusli, “Pemikiran Keagamaan & Kebangsaan Gus Dur.”
Selain itu menurut Gus Dur menjadikan agama apapun baik itu Islam
ataupun agama lainnya sebagai ideologi Negara secara formal di Negara yang
pluralistik seperti Indonesia hanya akan memicu terjadinya disintegrasi, sebab
sangat tidak mungkin menjadikan salah satu agama sebagai dasar ideologi
Negara, ditengah keberagaman agama yang ada di Indonesia. Sejatinya
keberagaman yang ada di Indonesia sudah menjadi hukum alam dan sudah
16
“QS. Saba Ayat 15,” n.d., https://quran.nu.or.id/saba‟/15#:~:text=Sungguh%2C pada kaum Saba‟
benar,Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya.
17
Khoiri, “Islamic Political Thought in Indonesia (Thought Study KH. Abdurrahman Wahid
Concerning the Relationship Between Islam and the State).”
18
Santalia, “K.H. Abdurrahman Wahid : Agama Dan Negara, Pluralisme, Demokratisasi, Dan
Pribumisasi.”
Keinginan Gus Dur untuk tidak menjadikan Islam sebagai ideologi dan
landasan formal dalam berNegara sejalan dengan keinginan sebagian besar
warga Negara yang mayoritas Islam, menurutnya Negara ini bukan hanya
semata-mata milik orang Islam saja, melainkan juga milik seluruh warga
Negara terlepas apapun agama yang dianutnya. Perjuangan pluralisme Gus
Dur merupakan perjuangan pluralitas agama, artinya tidak bersikap
diskriminatif terhadap agama lain selain Islam. Dalam negeri yang majemuk
yang kaya akan keberagaman seperti Indonesia ini harus memberi kesempatan
bagi siapapun untuk menjalankan perintah agama sesuai kepercayaan masing-
masing. Hal ini sesuai dengan prinsip tasamuh pada QS. Al-Mumtahanah ayat
8 yang berbunyi:
ُّ ََل يَْن ٰهى ُك ُم ال ٰلّهُ َع ِن الَّ ِذيْ َن ََلْ يُ َقاتِلُ ْوُك ْم ِِف الدِّيْ ِن َوََلْ ُيُْ ِر ُج ْوُك ْم ِّم ْن ِديَا ِرُك ْم اَ ْن تَبَ ُّرْوُه ْم َوتُ ْق ِسطُْوٓا اِلَْي ِه ْمٓ اِ َّن ال ٰلّهَ ُُِي
ب
ي ِِ
َ ْ الْ ُم ْقسط
19
Khoiri, “Islamic Political Thought in Indonesia (Thought Study KH. Abdurrahman Wahid
Concerning the Relationship Between Islam and the State).”
Pernyataan dan sikap diatas bukan menandakan bahwa Gus Dur dan
mayoritas yang mendukungnya berpandangan sekularisme dalam arti ingin
memisahkan urusan agama dan Negara, tentu hal tersebut juga tidak
dibenarkan. Akan tetapi sikap Gus Dur disini ingin mempertahankan keadaan
yang majemuk dan perbedaan latar belakang agama, sebab jika kelak
Indonesia menjadi Negara Islam, dan Islam di terima sebagai ideologi Negara,
akan timbul persepsi dari kalangan umat agama lain bahwa Indonesia hanya
mengedepankan umat yang mayoritas saja, dan jika di realisasikan maka tentu
akan terjadi konflik dan perpecahan di kalangan rakyat Indonesia, hal ini tidak
diwujudkan dengan maksud ingin menghormati masyarakat yang bukan dari
agama Islam21.
20
“QS. Al-Mumtahanah Ayat 8,” n.d., https://quran.nu.or.id/al-mumtahanah/8.
21
Rusli, “Pemikiran Keagamaan & Kebangsaan Gus Dur.”
22
Kiki Muhamad Hakiki, “Islam Dan Demokrasi: Pandangan Intelektual Muslim Dan Penerapannya
Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya, 2016, 1–17.
23
Ajat Sudarjat, “Islam Dan Demokrasi (Masalah Adaptasi Parsial),” Universitas Negeri Yogyakarta,
n.d., 1–30.
24
Rifai, Gus Dur KH. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009.
Pada masa pemerintahan orde baru yang pada saat itu dipimpin oleh
presiden Soeharto seringkali mengalami pro dan kontra, demokrasi yang
diterapkan pada masa itu hanya sebatas formalitas, hal ini dibuktikan dengan
ketatnya pengawasan terhadap kaum oposisi yang tidak sejalan dengan
pemerintah negara pada masa itu, sehingga kebebasan dalam berpendapat
sangatlah terbatas bahkan membuat klaim seolah masyarakat dilarang
menentang pemerintah karena itu termasuk tindakan subversif yang imbasnya
akan berurusan dengan aparat negara.
30
Aat Hidayat, “Syura Dan Demokrasi Dalam Perspektif Al-Qur‟an,” Jurnal Addin 9, no. 2 (2015):
401–20.
31
Muhammad Abror, “Kisah Umar Bin Khattab Bentuk Majelis Syura Untuk Memilih Khalifah,” NU
online, 2021, https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/kisah-umar-bin-khattab-bentuk-majelis-syura-
untuk-memilih-khalifah-LBa5w.
32
“Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000, Pada 17 Januari 2000 Tentang Pencabutan
Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, Dan Adat Istiadat Cina,”
2000.
33
Aru Lego Triono, “Perubahan Besar Era Presiden Gus Dur: Tionghoa, Papua, Hingga Tentara,” NU
online, 2020, https://www.nu.or.id/nasional/perubahan-besar-era-presiden-gus-dur-tionghoa-papua-
hingga-tentara-Wzzcu.
34
Abu Naim, “Tipologi Kepemimpinan Politik Gus Dur,” Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan,
Komunikasi, Dan Pemikiran Hukum Islam VI, no. 1 (2014): 1–20.
35
Lukman Hadi Subroto and Tri Indriawati, “Alasan Gus Dur Membubarkan Departemen
Penerangan,” Kompas.com, 2022, https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/29/160000979/alasan-
gus-dur-membubarkan-departemen-penerangan?page=all.
36
Syahrizal Sidik, “Alasan Gus Dur Hapus Kemensos, „Tikus Sudah Kuasai Lumbung,‟” CNBC
INDONESIA, 2020, https://www.cnbcindonesia.com/news/20201206192037-4-207191/alasan-gus-
dur-hapus-kemensos-tikus-sudah-kuasai-lumbung.