2023
KATA PENGANTAR
Hal ini tentu tidak lepas dari hasil usaha kelompok 2 dalam proses
penyusunan makalah ini, kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nor
Illiyana, S.H.I., M.H., C.Med. Selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Hukum, yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kelompok 02
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Analisis Masyarakat dan Hukum..........................................................................4
B. Perilaku Masyarakat dalam mematuhi Hukum.....................................................5
C. Tahapan Perkembangan Individu..........................................................................8
BAB III.......................................................................................................................14
PENUTUP..................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
baik, begitu pula sebaliknya. Banyaknya pengaruh yang tidak baik akan
menyebabkan munculnya akibat dalam masyarakat, salah satunya adalah
munculnya kejahatan. Perkembangan di segala bidang selain membawa
kemajuan di berbagai bidang, juga membawa dampak negatif berupa
berkembangnya berbagai kejahatan. Kejahatan merupakan bentuk tingkah
laku manusia yang berkembang dari proses yang dipengaruhi oleh aspek
kehidupan yang ada di sekitarnya. Kejahatan merupakan problem yang ada
dalam masyarakat yang merupakan produk dari masyarakat yang
berkembang selaras dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri.
Meningkatnya berbagai kejahatan akan mengakibatkan kecemasan dalam
masyarakat, sehingga masyarakat tidak bisa hidup dengan rasa nyaman
dan tentram. Hak untuk hidup merupakan salah satu hak asasi manusia
yang paling mendasar dan melekat pada setiap diri manusia secara kodrati,
berlaku universal dan bersifat abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa. Namun pada kenyataannya, masih banyak manusia yang dengan
sengaja melakukan berbagai cara untuk mengakhiri kehidupannya sendiri
maupun orang lain secara tidak alamiah. Hal ini tentu saja sangat
bertentangan dengan keyakinan setiap umat beragama yang percaya bahwa
hanya Tuhan pemilik hidup ini dan berhak atas kehidupan manusia dan
ciptaan- Nya,juga hanya Tuhan yang akan menentukan batas akhir
kehidupan setiap manusia di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Hadirnya hukum sebagai kaidah bertujuan untuk menjamin
kepastian hukum di masyarakat, sehingga apa yang dituju sebagaimana
hukum itu sendiri berjalan dan terwujud sebagaimana mestinya, atau
sesuai dengan harapan seluruh lapisan masyarakat maupun negara, untuk
mewujudkan hal tersebut maka perlu adanya kepatuhan terhadap hukum
itu sendiri pada setiap diri individu.
Ketika sikap sadar pada hukum bisa tertanam pada diri masing-
masing, maka akan menyebabkan terciptanya keselarasan antara perilaku
yang sesuai dengan hukum, dimana semua orang mampu membedakan
perilaku yang benar (sesuai hukum) dengan perilaku yang menyimpang
(tidak sesuai dengan hukum). Di sisi lain hukum juga berfungsi sebagai
alat kontrol dalam kehidupan bermasyarakat, guna menentukan mana
perilaku yang merupakan penyimpangan terhadap aturan hukum, sekaligus
menentukan sanksi atau tindakan hukum yang berlaku terhadap setiap
penyimpangan aturan hukum tersebut1.
1
Syifa S. Mukrimaa et al., “Hukum Dan Masyarakat Dalam Perspektif Sosiologi Hukum,” Jurnal
Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar 6, no. August (2016): 128.
5
oknum yang melakukan tindakan seperti ini, disebut sebagai orang-orang
yang tidak sadar atau tidak patuh akan hukum2.
Dalam konteks hukum, seseorang yang melakukan tindakan terbagi
kedalam dua kondisi, pertama orang yang melakukan pelanggaran-
pelanggaran hukum karena memang ia jahat, kedua orang yang tidak
melakukan sesuatu karena takut akan adanya sanksi. Dan dalam kondisi
seperti ini diperlukan adanya tanggung jawab dan penindak lanjutan
terhadap setiap kejahatan akan ada sanksinya, terlepas dari pelaku
pelanggaran hukum itu menerima atau tidak menerima.
Sejatinya kewajiban menaati hukum merupakan implikasi dari sifat
hukum yang diaplikasikan oleh negara kepada rakyatnya, sebab pada
praktiknya hukum yang sifatnya memaksa, sementara kewenangan
terhadap penyusunan dan penetapan hukum dimiliki oleh institusi yang
berwenang. Kepatuhan dan juga ketaatan terhadap hukum sejatinya
merupakan hal yang harus ditanamkan dan harus melekat pada setiap
individu, bahkan dalam konteks kewarganegaraan komitmen untuk patuh
terhadap hukum merupakan bagian dari kesiapan dan keihklasan sebagai
warga negara.
Kewajiban untuk menaati hukum adalah ketentuan yang sifatnya
memaksa. Dan paksaan untuk patuh terhadap hukum merupakan sebuah
legitimasi atau konsensus bersama antara negara dan rakyat, artinya negara
secara politik memaksa rakyatnya untuk menaati hukum, demi mencegah
bahaya yang lebih besar, dan hal ini dibenarkan secara moral.
Dalam konteks individu orang atau seseorang untuk mengamankan
kepentingannya maka kewajiban untuk patuh pada hukum merupakan
langkah strategis. Dan secara bersamaan kepatuhan seseorang sebagai
subjek hukum merupakan tanggungjawab terhadap kepentingan bersama
yang lebih baik kedepan. Karena hukum dan kekuasaan tidak bisa
dipisahkan, maka kewajiban metaati hukum artinya adalah kewajiban
2
Ellya Rosana, “Kepatuhan Hukum Sebagai Wujud Kesadaran Hukum Masyarakat,” Jurnal
TAPIs 10, no. 1 (2014): 1–25, http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1600.
6
warga negara untuk patuh terhadap negaranya. Sebagai bagian dari warga
negara misalnya, setiap orang sebagai individu dan subjek hukum dalam
suatu negara, memiliki sediktinya 3 (tiga) tanggungjawab, yaitu:
1. Tanggungjawab Moral
Tanggungjawab moral adalah tanggungjawab seorang
individu terhadap moral yang diyakininya sebagai suatu
kebenaran. Hal ini berkaitan dengan etik seorang individu,
dan bahkan keyakinan seorang individu terhadap suatu nilai
kebenaran yang dianggap absolut, seperti keyakinan pada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Tanggungjawab Sosial
Setiap individu memiliki tanggungjawab terhadap
lingkungan sekitarnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Plato bahwa, manusia adalah zoon politicon, yang berarti
manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin bisa
hidup sendiri. Adanya kenyataan ini memang tidak bisa di
intervensi, adanya ketergantungan terhadap lingkungan
sekitar merupakan bagian dari kebutuhan dan juga
kepentingan bagi manusia. Sehingga muncul suatu perasaan
untuk menjaga, atau mentaati suatu hukum atau aturan
dalam kehidupan sosial.
3. Tanggungjawab Konstitusional
Manusia sebagai bagian dari warga negara berarti seseorang
individu merupakan bagian dari anggota dari kelompok
masyarakat hukum yang disebut sebagai negara. Sebagai
masyarakat hukum atau warga negara maka tentulah ada
aturan hukum yang dibuat untuk ditaati, yang difungsikan
untuk mengatur kepentingan hidup masyarakatnya. Aturan
hukum ini disebut konsitusi.3
3
Muhtadin Muhtadin, “Hak Menolak Dan Mematuhi Hukum Dalam Kehidupan Masyarakat,”
Ahkam 1, no. 1 (2022): 26–44, https://doi.org/10.58578/ahkam.v1i1.714.
7
Sebagai manusia yang tinggal di lingkungan masyarakat hukum
atau warga negara, maka sudah selayaknya kita menjalankan kewajiban
kita untuk mematuhi hukum, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
adanya kesadaran hukum di dalam diri masing-masing manusia. Untuk
membentuk kesadaran itu diperlukan adanya proses yang tidak bisa sekali
jadi, tetapi ada tahap demi tahap yang bisa diterapkan, diantaranya:
1. Tahap Pengetahuan Hukum
Melalui tahap ini seseorang akan mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan perilaku yang diatur oleh hukum, yakni
terkait hal-hal yang dilarang oleh hukum dan hal-hal yang
diperbolehkan oleh hukum.
2. Tahap Pemahaman Hukum
Melalui tahap ini seseorang akan mengetahui informasi
tentang isi dari aturan hukum, baik itu berupa tujuan atau
manfaat dari adanya hukum tersebut.
3. Tahap Sikap Hukum (legal attitude)
Pada tahap ini seseorang akan cenderung lebih teliti dalam
menerima atau menolak hukum, hal ini didasari adanya
pengetahuan mengenai manfaat atau mudharat dari adanya
hukum tersebut.
4. Tahap Pola Perilaku Hukum
Pada tahap ini hukum di masyarakat akan ditinjau sejauh
mana hukum itu berlaku dan sejauh mana masyarakat
mematuhi hukum tersebut.4
4
Rosana, “Kepatuhan Hukum Sebagai Wujud Kesadaran Hukum Masyarakat.”
8
Adapun perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan
setiap individu merupakan hasil dari proses biologis, kognitif, dan sosio-
emosional. Pada proses biologis biasanya meliputi perubahan yang bersifat
fisik, yang semakin bertambah usia akan semakin mengalami kematangan.
Sementara pada proses kognitif meliputi perubahan pada pola pikir,
intelektual, dan kemampuan berbahasa. Adapun untuk proses sosio-
emosional meliputi perubahan emosi dan kepribadian, serta adanya
peningkatan dalam kemampuan bersosialisasi dengan individu lainnya.5
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif menurut
pola yang teratur sebagai akibat dari kematangan dan pengalaman.
Perkembangan sebagai suatu proses mengintegrasikan berbagai struktur
dan fungsi yang kompleks dari diri manusia.
Hal ini kareka sebagai makhluk hidup, manusia selalu akan
mengalami perkembangan yang dalam prosesnya merupakan perubahan-
perubahan kemampuan fisik dan psikologisnya. Hal ini terjadi sejak
manusia dilahirkan sampai dengan dewasa akhir. Adapun ciri dari
perkembangan manusia terdiri atas sebagai berikut :
1. Masa kanak-kanak yang merupakan periode dasar dari
kehidupannya.
2. Perkembangan merupakan hasil dari kematangan dan belajar.
3. Perkembangan berlangsung mengikuti pola yang teratur.
4. Dalam perkembangan terdapat perbedaan-perbedaan
individual.
5. Tiap tahapan perkembangan mempunyai ciri-ciri yang khas dan
disertai dengan risiko perkembangan masing-masing.
Setiap individu dalam perkembangannya mesti melalui tahapan
usia, yang memiliki progres masing-masing pada setiap periodenya,
tahapan perkembangan itu terdiri dari:
5
Nurhayati Dosen Program et al., “Perkembangan Individu,” Jurnal Teknologi Pendidikan
Madrasah 2, no. 1 (2019): 26–46, https://doi.org/10.5281/zenodo.2575106.
9
1. Masa anak-anak
a. Pranatal: saat pembuahan sampai lahir
b. Infancy: dari lahir sampai akhir minggu kedua.
c. Babyhood: akhir minggu kedua sampai 2 tahun.
d. Masa anak awal: 2-6 tahun.
e. Masa anak akhir: 6-12 tahun.
2. Masa remaja
a. Prapubertas: 12-14 tahun.
b. Remaja: 14-16 tahun.
3. Masa dewasa
a. Masa dewasa awal: 18-40 tahun.
b. Masa dewasa madya: 40-60 tahun
c. Masa dewasa akhir: 60 sampai seseorang
dinyatakan wafat.
6
Hendra Akhidat and Rosleny Marliani, Psikologi Hukum (Bandung: CV. Pustaka Setia, n.d.).
10
1. Masa Anak-Anak
a. Pranatal
1.) Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam
kandungan
a.) Genetika (keturunan)
b.) Ketidak mampuan
c.) Penyesuaian diri
2.) Faktor-faktor yang menimbulkan gangguan kejiwaan pada embrio.
Dalam hal ini, ada 3 kelompok bahaya yang dapat mengganggu
perkembangan embrio, yaitu bahaya ringan, sedang, dan berat.
b. Infacy
11
d. Masa Anak Awal
Berakhirnya masa kanak-kanak merupakan masa peralihan bagi
anak-anak. Pada saat menemukan dirinya anak akan menyadari seperti
orang lain mempunyai kebebasan berbuat, berkehendak, dan
melakukan sesuatu yang dinginkan. Sejak saat itu, ia menyadari bahwa
dirinya memiliki pribadi yang harus dapat berdiri sendiri tanpa harus
tunduk kepada orang lain.
Pada umumnya, sikap trotz pada anak terdiri atas:
1.) egosentris, artinya ingin memusatkan segala sesuatu untuk
kepenting an dirinya;
2.) menentang, membantah, meminta, menyuruh, larang,
menganjurkan, dan mengharuskan;
3.) berusaha menarik perhatian;
4.) meminta untuk dihargai, dipuji, dan tidak mau dicela, tidak
mau disalahkan, atau dianggap tidak dapat melakukan sesuatu;
5.) menuntut kebebasan;
6.) keberaniannya bertambah dan rasa takut mulai berkurang.
e. Masa Anak Akhir
Masalah-masalah yang dijumpai pada saat anak sekolah
1.) Adanya keharusan menaati tata tertib sekolah
2.) Adanya tuntutan-tuntutan tertentu
3.) Adanya persaaingan
4.) Adanya sikap yang tidak menguntungkan
f. Masa Remaja
Tahapan masa remaja terdiri atas bagian berikut:
1.) Praremaja (prapubertas)
a.) Fase Pueral
b.) Fase Negatif
12
g. Masa Dewasa
4.)
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Akhidat, Hendra, and Rosleny Marliani. Psikologi Hukum. Bandung: CV. Pustaka
Setia, n.d.
Mukrimaa, Syifa S., Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni, ANIS YULIA CITRA,
Nathaniel David Schulz, غسان.د, Tukiran Taniredja, Efi Miftah. Faridli, and
Sri Harmianto. “Hukum Dan Masyarakat Dalam Perspektif Sosiologi
Hukum.” Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar 6, no. August
(2016): 128.
16