Alhamdulillah, segala puja dan puji marilah senantiasa kita ucapakan atas
makalah yang diberikan kepada kami. Sholawat bersamaan dengan salam juga
marilah kita hadiahkan kepada baginda rasullah SAW. Semoga kita, orang tua
kita, nenek dan kakek kita, guru-guru dan orang terdekat kita mendapatkan syafaat
Beliau di Yaumil Mahsyar kelak. Aamiin ya Rabbal Alamin Adapun tujuan utama
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Metode Studi
membantu dalam penulisan makalah dari awal sehingga sesesai. Kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah kami juga sangat
menghrapkan kritik serta saran dari para para pembaca umtuk bahan
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANGTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
hukum itu sendiri. Penyebab hukum tidak relevan dengan kenyataan masyarakat
dikarenakan hukum yang ada dibentuk berasal dari kehendak kaum elit
dapat berlaku secara responsif maka hukum harus dibentuk dari kenyataan yang
1
1.2 Rumusan masalah
kehidupan bermasyarakat?
dalam hukum?
sebagai berikut:
kaidahnya
2
5.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Masyarakat Sosial
Sudah menjadi kodrat dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa bahwa
manusia itu hidup selalu berkelompok, bersuku, berbangsa, dan tidak pernah
Darwin)
kehendak Tuhan melalui embrio yang bernama Nabi Adam AS (suami) dan
Siti Hawa (istri). Dari kedua insan itulah asal mulanya bibit manusia yang
sehingga kini memenuhi dunia. Pertama Allah SWT menciptakan Adam, dan
Seandainya mamusia bisa hidup tanpa orang lain, maka hal itu
merupakan dongeng belaka seperti dongeng Tarsan dan Robins Crusoe, yang
1
Mudakir Iskandar Syah, SH., MH (pengantar ilmu hukum dan tata hukum) hlm. 2
4
hidup tanpa mahluk lain melainkan hanya dirinya sendi dan hal seperti itu
hidupnya tidak lepas dengan bantuan orang lain, baik dalam pemenuhan
kebutuhan fisik maupun non fisik. Melihat kondisi yang demikian, secara
realita bahwa sebetulnya manusia itu pada prinsipnya penuh denga kelemahan,
kebutuhan yang tidak bisa dihindari lagi, hal itu bukan berarti karena yang
mempunya cita-cita hidup, dan cita-cita hidup itu tidak akan bisa tercapai
tanpa adanya individu lain atau masyarakat, karena kebutuhan individu akan
dan Tata Hukum Indonesia, bahwa golongan itu bisa terjadi karena 3 hal:
5
Kebutuhan antara orang yang satu dengan yang lainnya pasti tidak sama,
demikian akan menjadi perselisihan antara yang satu dengan lainnya atau
untuk mengatur agar yang lemah tidak menjadi mangsa yang kuat. Dengan
kata lain hukum mengatur tata cara kehidupan dalam masyarakat agar tidak
terjadi kekerasan. Dan sebaliknya hukum baru hidup dan bermanfaat apabila
akan terjadi pasti antara yang satu dengan yang lainnya akan saling menindas.
yang lemah menjadi mangsa yang kuat dan sebagainya. Karena sifat manusia
antara individu dengan individu atau antara golongan dengan golongan tidak
akan bisa mengadakan hubungan, dalam kondisi yang demikian hukum selalu
3
Ibid, hlm 3
6
Manusia yang hidup bermasyarakat, pada dasarnya mempunyai
pandangan-pandangan tertentu, tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
dan nilai ketertiban. Dengan demikian, sesuai dengan hakikat manusia sebagai
individu dan sekaligus juga sebagai makhluk sosial, mutlak diperlukan adanya
bermasyarakat.
terpenuhi. Pemenuhan terhadap kepentingan pribadi tidak boleh terlalu bebas atau
tanpa batas, tetapi juga harus mengindahkan kepentingan orang lain yang berarti
hendaknya kepentingan pribadi sedikit banyak juga harus diperhatikan atau harus
tersebut ada yang positif dan ada pula yang negatif. Selanjutnya nilai-nilai
tersebut menjadi pedoman atau patokan bagi manusia tentang apa yang baik yang
harus dilakukan, dan apa yang dianggap buruk yang harus dihindari. Pola-pola
4
7
berpikir manusia mempengaruhi sikapnya, yang merupakan kecenderungan-
kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap manusia yang
manusia cenderung untuk hidup teratur dan pantas. Kehidupan yang teratur dan
sepantasnya menurut manusia yang satu dengan yang lain belum tentu sama, oleh
penjabaran secara konkrit dari pasangan nilai-nilai yang bersifat abstrak yang
telah diserasikan.
baik terhadap ancaman yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam
(manusia sendiri).
bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Atau dapat
juga dikatakan kaidah sosial adalah pedoman tingkah laku manusia dalam hidup
telah diuraikan, bahwa kaidah sosial merupakan bentuk penjabaran secara konkrit
dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal itu berarti, kaidah sosial pada
5
Ibid, hlm.31
8
dilakukan, yang seharusnya tidak dilakukan, yang dilarang dilakukan atau yang
sebagai pedoman berfikir atau melakukan kegiatan dengan menjelaskan dua atau
lebih kejadian (variabel), misalnya: siapa yang tidak sholat, akan masuk neraka;
siapa tidak bicara jujur, akan menyesal; siapa tidak sopan dan tidak menghormati
orang tua, akan dicemoohkan masyarakat; siapa masuk rumah orang lain harus
minta ijin terlebih dahulu; siapa mengendarai mobil lewat jalan tol harus
dilaksanakan atau untuk tidak dilaksanakan, artinya kalau terjadi variabel yang
satu, maka harus ada kejadian atau variabel yang lainnya. Variabel-variabel
variabelnya dapat bertambah: cara mencurinya, niatnya untuk apa, harus melalui
yang damai atau tata kehidupan masyarakat yang tertib dan tentram.
pandangan-pandangan tertentu, tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
6
Ibid , hlm. 31
9
Pandangan-pandangan tersebut biasanya saling berpasangan satu sama lain,
dan nilai ketertiban. Dengan demikian, sesuai dengan hakekat manusia sebagai
individu dan sekaligus juga sebagai makhluk sosial, mutlak diperlukan adanya
bermasyarakat.
Nilai-nilai tersebut ada yang positif dan ada pula yang negatif. Selanjutnya nilai-
nilai tersebut menjadi pedoman atau patokan bagi manusia tentang apa yang baik
yang harus dilakukan, dan apa yang dianggap buruk yang harus dihindari. Pola-
kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap manusia yang
dengan kontak adalah bertemunya kepentingan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain, atau antara manusia dengan kelompoknya, atau antara
10
Kontak yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan baik atau
menguntungkan kedua belah pihak, tidak jarang yang terjadi adalah kontak tidak
atau sebaliknya saling bertentangan satu sama lain, atau mungkin kepentingannya
sama, tetapi tidak mungkin terpenuhi semua secara bersama-sama, sebab alat
berkaitan dengan kebutuhan air di suatu daerah yang tandus dan kering, lebih-
lebih di musim kemarau panjang, sumber air banyak yang kering, yang tinggal
pemenuhan kebutuhan air dari telaga tersebut. Semua warga desa yang datang ke
mengambi lair untuk masak, ada yang untuk mandi, ada yang untuk mencuci, ada
yang untuk menyiram tanaman, bahkan ada yang datang untuk memandikan
sapinya.
8
Kalau semua kepentingan tersebut dipenuhi dalam waktu yang
11
Dalam pemenuhan kebutuhannya, manusia harus selalu berusaha agar
laku tinda kan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau
memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang
hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul
orang dan bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama serta
akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan- peraturan yang
lainnya.
12
M. H. Tirtaamidjata, hukum adalah semua aturan (norma) yang
harus diturut dalam tingkah laku dan tindakan dalam pergaulan hidup
dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan itu yang
mana berbagai pola tingkah laku yang khas menjadi pengikat satu
ditaati oleh masyarakat. Kaidah sosial, yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan social norms, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan sociale
normen terdiri atas dua suku kata, yang meliputi kaidah sosial.
10
Dr. Orpa J. Nubatonis, S.H., M.Hum Yossie M. Y. Jacob, S.H., M.Hum Chatryen M. Dju Bire,
S.H., M.H(HUKUM INVESTASI), hlm, 3.
13
11
Pengertian kaidah, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan norms,
d. Kegunaan norma adalah sebagai: pedoman tingkah laku yang diatur oleh
atau tidak berbuat agar kepentingan kita terlindungi dari gangguan atau
sebagai peraturan. Peraturan itu dibagi menjadi dua macam, yang meliputi:
14
sama."Norma atau aturan yang telah ditetapkan oleh pejabat yang
kaidah sosial, yaitu aturan yang ditaati dan dipatuhi oleh masyarakat.
a. Kaidah sosial yang dibuat oleh negara (state law), seperti undang-
(unstatelaw).
types of social rules, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan de aard
yang menyajikan dua jenis, ada juga yang menyebutnya tiga jenis, dan ada
juga yang menggolongkan menjadi empat jenis kaidah sosial. Pandangan ahli
15
a. Norma kesusilaan
buruk. Baik dan buruk merupak dua sisi yang bertolak belakang dan
hidup yang berkaitan dengan perilaku baik dan buruk yang didasarkan
16
Contoh perbuatan yang masuk dalam melanggar norma kesusilaan,
b. Norma kesopanan
14
Norma kesopanan, pada umumnya bergerak pada dimensi
pedoman dan peraturan kehidupan atau nilai nilai yang telah diatur,
ucapkan salam dan lain sebagainya yang mengatur tata cara hidup
14
Ibid, hlm.31.
17
yang baik, damai dan harmoni. Sanksi pelanggar norma kesopanan,
pada umumnya berkisar pada ranah etika dan perasaan akibat cibiran,
norma kesopanan.
c. Norma agama
15
Norma agama bersifat dogmatis, artinya bahwa ajarannya sudah
Maha Esa, yang di tulis dalam kitab suci masing-masing agama dan
perintah, larangan dan ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha
Esa.
tidak berbohong, tidak boleh mencuri, dan lain sebagainya. Sanksi dari
kelak.
d. Norma hukum
yang dibuat oleh negara untuk ditaati, dipatuhi dan dijalankan oleh
18
diproses secara formal oleh lembaga penegak hukum untuk diadili agar
Pidana (KUHP), Perdata dan Tata Usaha Negara. Dalam hal ada
yang meliputi:
a. Kaidah kepercayaan
Norma atau aturan yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
maupun terus-tetua adar yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, serta
ditaati dan dipatuhi oleh masyarakat Esensi kaidah-kaidah sosial, yaitu aturan
16
Ibid , hlm.31.
19
yang ditaati dan dipatuhi oleh masyarakat. Kaidah sosial digolongkan menjadi
a. Kaidah sosial yang dibuat oleh negara (state law), seperti undang-undang,
(unstate law). Kaidah sosial yang hidup dan berkembang artinya kaidah
17
Ibid , hlm.31.
20
masyarakat, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan
kaidah agama dan kesusilaan dalam arti sempit mengatur sikap batin
sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan dalam arti sempit hanya
memberikan kewajiban.
18
Berdasarkan kekuatan mengikatnya, kaidah hukum dipaksakan secara
konkret oleh kekuasaan dari luar, sedangkan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan dalam arti sempit bergantung pada yang bersangkutan (dari dalam
diri).
18
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/sistem-politik-di-indonesia/
perbedaan-kaidah-hukum-dengan-kaidah-sosial-lainnya/23406419
21
a. Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata
dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan
sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri
bersangkutan sendiri.
19
Ibid , hlm.3.
22
1) Kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban, sedangkan kaidah
resmi.
Misalnya kaidah kesopanan dari luar diri manusia, kaidah agama dan
manusia. Kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan
20
Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban,
2.5 Hubungan Kaidah Hukum Dengan Ketiga Kaidah Sosial Yang Lain
mempunyai dua fungsi dalam hubungannya dengan ketiga kaidah sosial yang lain.
Berkaitan dengan fungsi khusus kaidah hukum yang pertama, diperoleh gambaran
adanya hubungan fungsional antara kaidah hukum dengan ketiga kaidah sosial
yang lain. Hal ini berarti juga, walaupun keempat kaidah sosial itu dapat
23
Kaidah agama dan kaidah kesusilaan yang tujuannya adalah untuk
penyempurnaan manusia agar mempunyai sikap batin yang baik, sebagai insan
yang beriman dan mempunyai budi pekerti yang luhur, akan mendorong manusia
sebagai anggota mayarakat kepada hukum, dan pada akhirnya akan menciptakan
kedamaian hidup bersama atau suatu masyarakat yang tertib dan tenteram. Kaidah
kesusilaan yang bersumber pada hati nurani, kalau dihubungkan dengan suatu
hukum yang paling baik adalah yang didukung oleh alasan kesusilaan atau
bahwa, kalau ada orang yang melakukan suatu tindak kejahatan dan yang
pelanggaran terhadap kaidah-kaidah sosial yang lain hilang. Hal itu berarti, sanksi
karena dosa, penyesalan, atau mungkin cemoohan dari masyarakat masih terasa.
sosial yang lain, di samping dengan perumusan yang jelas, tegas dan disertai
dengan sanksi yang pelaksanaannya dapat dipaksakan oleh instansi resmi, dalam
perumusan kaidah hukum juga memperhatikan apa yang dikehendaki oleh kaidah
yang lain.
21
http://repository.ut.ac.id ,hlm,24-27.
24
A. Kaidah hukum dan kaidah agama
kepercayaan itu; Pasal 2 ayat (1) UU No.16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
hal ini batas minimal umur perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan batas
minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (sembilan belas) tahun. Batas usia
perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir
pada perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan
juga kenaikan batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi
wanita untuk kawin akan mengakibatkan laju kelahiran yang lebih rendah dan
menurunkan resiko kematian ibu dan anak. Apabila dilakukan menurut hukum
kehakiman, jaminan kedudukan dan perlakuan yang sama bagi setiap orang dalam
ada kaidah agama yang pengaturan berbeda dengan kaidah hukum, contoh kaidah
25
agama Islam melarang adanya adopsi (’tabanni’), lebih-lebih kalau sampai
memberikan status sama dengan anak kandung, dalam Al Quran surah Al Ahzab
ayat 4 dan 5 antara lain Allah bersabda Panggilah mereka (anak-anak angkat itu)
dengan memakai nama bapakbapak mereka. Itulah yang lebih adil pada sisi Allah
dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka)
atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya. Dan adalah Allah Maha
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
manusia.
kaidah kesopanan dan kaidah hukum dalam masyarakat sifat hubungannya adalah
26
saling membutuhkan, pengaruh mempengaruhi dan tergantung satu sama lain.
ketertiban. Prilaku yang bisa dilakukan dalam kurung waktu yang lama dan
dan disertai sanksi yang tegas dan dapat dipaksakan oleh instansi resmi.
sosial yang lainnya. Saling menggeser antara hukum dan kaidah kesopanan
3.2 Saran
Agar hukum bisa dibilang memadai dan berjalan secara optimal dalam
mengatur manusia dalam bermasyarakat, hukum harus memilik kriteria baik pada
sub-sub sistemnya. Struktur hukum harus berisi aturan-aturan yang sesuai dengan
terdiri dari orang-orang yang menjunjung tinggi keadilan dan memiliki kerja
27
dapat meningkatkan kesadaran yang tinggi sehingga rasa kepatuhan masyarakat
28
DAFTAR PUSTAKA
Mudakir Iskandar Syah. 2008. Pengantar Ilmu Hukum & Tata Hukum
Indonesia Cetakan I, tahun 2008
Salim HS. 2019. Pengantar Ilmu Hukum Erlies Septiana Nurbani, Introduction
to Legal Science
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/sistem-politik-di-
indonesia/perbedaan-kaidah-hukum-dengan-kaidah-sosial-lainnya/23406419
http://repository.ut.ac.id
29