SOSIOLOGI HUKUM
PENGANTAR
SOSIOLOGI HUKUM
Copyright@2020
Desain Sampul
Bichiz DAZ
Editor
Tika Lestari
Penata Letak
Dhiky Wandana
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
Ketentuan Pidana Pasal 112–119
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
Memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
Tanpa izin tertulis dari penerbit
Diterbitkan dan dicetak pertama kali oleh
CV. Jakad Media Publishing
Graha Indah E-11 Gayung Kebonsari Surabaya
(031) 8293033, 081230444797, 081234408577
https://jakad.id/ jakadmedia@gmail.com
Anggota IKAPI
No. 222/JTI/2019
Perpustakaan Nasional RI.
Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN: 978-623-7681-73-1
vi + 88 hlm.; 15,5x23 cm
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji syukur selalu terucap kepada Allah SWT atas berkah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
buku yang berjudul Pengantar Sosiologi Hukum. Buku ini
merupakan buku yang membahas tentang pengertian sosiologi
hukum, istilah sosiologi hukum serta teori-teori dalam sosiologi
hukum dan dapat dijadikan sumber belajar bagi mahasiswa sebagai
dasar dalam melakukan pembelajaran. Buku ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan
di bidang akademisi sehingga menjadi buku yang signifikan. Untuk
memudahkan pembaca dalam memahaminya, penulis menyusun
buku ini dalam beberapa bagian bab.
Dengan adanya buku ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka
untuk melakukan pengkajian pada bidang ilmu yang diperlukan.
Disadari selama penyusunan buku ini, penulis mengalami banyak
kendala sehingga terdapat beberapa kekurangan dan masih perlu
penyempurnaan. Namun, berkat bantuan, dorongan, dan kerja sama
dari berbagai pihak, buku ini dapat diselesaikan.
iii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan
teman-teman yang telah mensupport dan memberikan masukan
dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat menyempurnakan.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN............................................................ 1
A. Prolog...................................................................... 3
B. Pentingnya Mata Kuliah Sosiologi Hukum............. 9
v
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 83
BIODATA PENULIS.......................................................................... 87
vi
Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Prolog
Berbicara tentang sosiologi, tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang hidup dalam
kelompok besar maupun kelompok kecil. Manusia sesuai
kodratnya tidak bisa hidup sendiri, melainkan memerlukan
kelompok lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan
tersebut seperti: kebutuhan akan makan, sandang, pangan
dan papan serta kebutuhan yang lain dalam mempertahankan
kehidupannya sebelum datang kematian.
Kebutuhan akan makan, kebutuhan ini sangat diperlukan
bagi manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya, tanpa
memenuhi kebutuhan makannya, maka manusia tidak bisa hidup
lebih lama. Oleh karena itu kebutuhan akan makan ini sangat vital
untuk kehidupan manusia. Manusia oleh sang pencipta diberikan
suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya,
manusia diberikan akal dan pikiran, agar dalam kelangsungan
hidupnya bisa memenuhi kebutuhan yang diperlukan seperti
makan, dengan cara menanam padi, ubi-ubian, singkong dan lain
sebagainya.
Kebutuhan akan sandang yaitu, suatu kebutuhan tentang
pakaian yang dibutuhkan dalam memelihara keindahan dalam
tubuhnya, yaitu dengan memakai busana atau baju untuk
menutupi dari sengatan terik matahari maupun hawa dinginnya
3
alam semesta. Di samping itu kebutuhan pakaian untuk menutup
aurat bagi laki-laki dan perempuan, sehingga dengan pakaian
yang bagus dan rapi, maka manusia itu terlihat indah, cantik
dan menawan. Keinginan manusia untuk keindahan ini tidak lain
karena kodrat manusia senantiasa hendak berbuat yang terbaik
dalam hidupnya.
Kemudian kebutuhan akan papan seperti tempat tinggal
yang layak atau rumah tempat tinggal, kebutuhan ini diperlukan
agar manusia bisa melangsungkan kehidupannya. Kehidupan
yang diharapkan adalah untuk membina rumah tangga atau
mengikatkan diri dalam suatu perkawinan. Dengan perkawinan,
maka manusia akan menambah jumlah komunitas kelompoknya
yang beranak pinak dan seratusnya. Siklus ini adalah gambaran
manusia yang hidup saling memerlukan dan saling membantu
satu sama lainnya. Dalam kelompok kecil kehidupan manusia,
akan tercipta aturan adat yang tidak tertulis yang senantiasa
dipatuhi oleh kelompok tersebut. Dalam kelompok manusia yang
lebih besar, atau adat yang tidak tertulis ini juga sangat dipatuhi
oleh anggota kelompok tersebut. Bagi merekan yang melanggar
aturan atau adat tersebut, maka ketua adat atau yang ditentukan
dalam komunitas kelompok tersebut akan memberikan sanksi
dengan hukuman yang telah ditetapkan. Dalam mempelajari
Sosiologi ada beberapa pengertian yaitu:
1. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar
manusia dengan manusia lainnya, dan memiliki pengaruh
hubungan timbal balik beraneka macam gejala sosial,
misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral.
Ilmu ini juga mempelajari hubungan dan pengaruh timbal
1
Bapak sosiologi adalah Auguste Comte (1789-1853). Kata sosiologi mula-mula
digunakan oleh Auguste Comte, dalam tulisannya yang berjudul Cours de Philoso-
pie Positive (Positive Philosophy) tahun 1842. Sosiologi berasal dari bahasa latin
yang dari dua kata, Socius dan Logos, h.2
2
Pitirim Sorokin (terjemahan bebas dari Sorokin, Contemporary Sociologi-
cal Theories, 1928: 760-761) menjelaskan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam geja-
la-gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga den-
gan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan lain
sebagainya h.2
15
dalam kelompok masyarakat, Hal ini sangat diperlukan, karena
kehidupan masyarakat tidak terlepas dengan interaksi antar
masyarakat dengan memperhatikan hak dan kewajiban. Untuk
menjaga dan mempertahankan antara hak dan kewajiban, maka
akan terlaksana kedamaian dan ketenteraman dalam masyarakat.
Tidak timbul persoalan yang berdampak buruk dalam komunitas
masyarakat. Kedua, sesuatu (thing), yaitu suatu keadaan dalam
masyarakat seperti budaya atau kebiasaan yang berkembang
dan berlaku dalam masyarakat ini harus diperhatikan. Karena
hukum negara yang diterapkan senantiasa melihat hukum yang
berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Agar pelaksaan dan
penerapan hukum negara itu tidak bertentangan dengan aturan
yang ada dalam masyarakat. Hukum negara tidak serta merta
dipaksakan untuk diberlakukan dalam masyarakat, hal ini akan
ditentang atau diabaikan oleh masyarakat, dengan demikian
efektivitas hukum negara itu patut dipertanyakan.
Ketiga, makna (meaning) yaitu, wujud dari kelompok
masyarakat itu berbeda-beda dengan kelompok masyarakat
lainnya. Hal ini perlu dilihat dan diperhatikan kondisi masyarakat
dengan masyarakat di lain tempat, budaya dan etika maupun
kebiasaan yang ada tentunya tidak sama. Kebiasaan antara
masyarakat dengan masyarakat di suatu tempat akan berbeda-
beda, etika, dan budayanya bermacam-macam. Sehingga hukum
negara penerapannya hendaknya menyesuaikan dengan kondisi,
budaya maupun kebiasaan serta hukum yang tidak tertulis yang
ada dalam masyarakat. Dengan demikian hukum tertulis atau
hukum negara bisa berjalan dan bisa diterima oleh masyarakat.
3
William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff dalam bukunya yang berjudul “So-
ciology” Edisi Keempat, halaman 39 dijelaskan bahwa sosiologi adalah penelitian
secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya berupa organisasai sosial, se-
bagaimana yang disitir oleh Cipto Subadi, Sosiologi, BP-FKIP UMS, 2008, h.2.
5
Suryo Sukanto dalam bukunya, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, CV. Rajawali,
Jakarta, 1986, h. 45.
6
27 Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati. 2011, Argumentasi Hukum, Cet
V, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, h. 31-32.
A. Obyek Formil
Yang menjadi obyek formil kajian sosiologi hukum adalah
keterkaitan interaksi antara manusia dengan kodratnya menjadi
makhluk sosial yang muncul dari hubungan dalam kehidupan
masyarakat. Adapun manusia hidup kecenderungan hidup
dengan berkelompok yaitu: keluarga sebagai tonggak yang
dibangun kelompok masyarakat, nilai-nilai, etika dan budaya
serta aturan diperlukan dalam melanggengkan hidup dalam
kelompok masyarakat. Dalam kehidupannya manusia diliputi
dan terdapat pengaruh yang berlaku dalam lingkungannya,
kemudian menyelaraskan dengan organ-organ yang ada, baik
secara individu maupun secara berkelompok. Manusia dalam
kelompok itu akan menilai dirinya secara kebiasaan menyangkut
asal-usul, tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan dan keadaan
dalam hubungan dengan masyarakat di sekitarnya, keadaan atau
kedudukan orang atau sesuatu di hadapan hukum.
Membentuk komunikasi yang ada dalam masyarakat dan
budaya yang berlainan, yang dapat membuat keadaan-keadaan
etika, budaya dan sebagainya. Hubungan ini saling menghormati,
menghargai satu sama lain sebagai harapan hidup manusia.
Realitas hidup manusia terbentuk melintasi adanya hubungan
dengan manusia lainnya. Demikian keadaan terjadi peralihan
antar bangsa maupun antar kelompok masyarakat, hubungan
31
ini mengakibatkan bercampurnya budaya maupun pribadi dan
kelompok masyarakat. Kondisi yang ada dan kondisi sosial
sekitarnya, bisa berpengaruh perilaku kehidupan manusia dan
sebaliknya. Perjalanan waktu hidup masyarakat akan terbawa
dalam mengalisa dan mempelajari masalah sosiologi, dengan
demikian persoalan sosial yang berkembang dalam masyarakat
bermacam-macam dan majemuk.
Dengan kehidupan manusia yang majemuk dan bermacam-
macam budaya, etika maupun kebiasaan ini, menggambarkan
sikap kerukunan sebagai modal utama terciptanya kesatuan dan
persatuan bangsa dan masyarakat. Sehingga kelangsungan hidup
manusia dapat berjalan dengan tenang, tenteram dan tercipta
jati diri manusia yang hakiki.
B. Obyek Materiil
Dalam sosiologi dikenal dengan obyek materiil yaitu semua
aspek kehidupan sosial, di dalamnya terdapat hubungan timbal
balik antar manusia dan termasuk persoalan-persoalan yang dapat
mempengaruhi kehidupan sosial. Sebagai manusia yang hidup
dalam masyarakat, tentunya untuk melanggengkan hidupnya ia
memerlukan tempat atau rumah, kebutuhan sekunder seperti
kendaraan, motor, mobil dan sebagainya. Persoalan ini penting
dalam menunjang kehidupannya. Realita ini tidak bisa dipungkiri,
manusia perlu untuk berbuat kebajikan, beramal dengan
sesamanya. Untuk dapat berbuat sesuatu kepada sesamanya,
diperlukan suatu modal atau harta untuk memberikan bantuan
kepada orang lain. Maka diperlukan suatu tindakan yang dapat
menghasilkan sesuatu yang dapat menunjang hidupnya maupun
berbuat sesuatu dalam membantu sesamanya.
37
2. Pengungkapan. Sosiologi hukum hendaknya meneliti kebenaran
empiris terhadap suatu ketentuan hukum atau pernyataan
hukum, sehingga dapat memperkirakan masalah hukum yang
selaras atau tidak dengan kondisi masyarakat tertentu.
3. Prediksi. Sosiologi hukum tidak melaksanakan penaksiran
terhadap hukum. Pokok permasalahan utama hanyalah pada
memberikan penjelasan terhadap objek yang dipelajari. 12
Rheistein, Max Weber on Law In Economy and Society, Translate by E. Shil and
13
14
Geral Turke dalam Achmad Ali, Menjejalahi Kajian Empiris Terhadap Hukum.
Kencana Prenada Media Grup Jakarta, 2012.
15
Satjipto Rahardjo dalam Serlika Aprita, Sosiologi Hukum, Kecana Prenada
Media Group, Jakarta, 2021, h.14-15.
16
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence) Termasuk Interprestasi Undang-undang (Legisprudence), Kecana, Jakar-
ta, 2009, h. 64.
17
Ibid. h. 73-74.
18
Yahman, Cara Mudah Memahami Wanprestasi & Penipuan Dalam Hubunga
Kontrak Komersial, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2016, h. 29.
prestasi & Tindak Pidana Penipuan Yang lahir Dalam Hubungan Kontraktual, Kencana
Prenada Media Group, Cetakan ke2, Jakarta, 2015, h.43.
Editor Candra Setia Budi, Kompas.com, Duduk Perkara Kasus Nurhayati, Be-
22
rawal dari Laporan Korupsi Kepala Desa Jadi Tersngka, Hingga Statusnya di Batalkan,
diakses tanggal 28 Februari 2022.
23
Hebert El Paker dalam Yahman, Cara mudah memahami Wanprestasi & Pe-
nipuan Dalam Hubungan Kontrak Komersial, Kencana Prenada Media Group, Jakar-
ta, 2016, h.3.
24
Darji Darmodiharjo, Pokok-Pokok filsafat Hukum; Apa Dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, 101.
25
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka Jakarta, 2002.
53
Teori sosiological jurisprudence juga dikembangkan di
Amerika sebagai pelopornya adalah Roscoe Pound, adapun hasil
penelitiannya dikenal yaitu Scope and Purpose of sosiological
jurisprudence tahun 1912, di dijelaskan bahwa teori ini merupakan
salah satu aliran dari hasil kajian dan penelitian dari filsafat hukum
dan lain sebagaimanya. Kemudian tokoh yang lain di antaranya
Benjamin Cordozo dan Kantorowics.26
Mencermati pendapat atau teori sociological jurisprudence
tersebut, penulis berpendapat bahwa, ke semua berlakunya
hukum dalam implementasinya harus mengedepankan nilai-nilai
kemanusiaan dan keadilan. Hal ini terkait perlindungan hak dasar
yang dilindungi oleh undang-undang, tidak dibenarkan melanggar
Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam praktiknya hukum terkadang
melenceng dari tujuan hukum itu sendiri, terjadi penyalahgunaan
wewenang dalam penerapannya. Penyelewengan ini terjadi
ada kalanya ada unsur kesengajaan maupun kelalaian, sehingga
seharusnya seseorang yang tidak bersalah akan berhadapan
dengan hukum. Untuk menghindari penyelewengan hukum ini,
maka diperlukan suatu pengawasan agar penerapannya sesuai
dengan norma-norma yang berlaku.
Oleh karena itu dalam penerapan hukum yang diberlakukan
terhadap masyarakat, senantiasa dilalukan pengawasan oleh
lembaga yang berwenang pada masing-masing institusi penegak
hukum. Sehingga masyarakat tidak mengalami perlakukan yang
buruk dari pelaksana hukum. Hukum dapat berjalan sesuai
mekanisme yang telah ditentukan, dengan demikian tidak terjadi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju,
26
Lili Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum; Apakah Hukum itu?, Remadja Karya,
27
29
Sukarno Aburarea, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Kencana, Jakarta,
2014,h.94-95.
30
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006,h.260.
34
Lili Rasjidi, Pengantar…..Loc.Cit. h.58
40
7 Ibid, h.142.
41
Ratno Lukito, Tradisi Hukum Indonesia, Penerbit Teras, Jogjakarta, 2008, h.18.
42
Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum: Sebuah Sketsa, PT. Refika
Aditama, Bandung,2003, h. 23-24.
43
Zaenul Mahmudi, Keadilan Dalam Pembagian Warisan Bagi Perempuan Dalam
Islam, Disetasi. IAIN Suan Ampel Surabaya, 2012, h. 234.
44
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Universitas Atma Jaya, Jogjakarta,
2010, h.100.
yarakat Hukum Adat atas Tanah, LaksBang Pers Sindo, 2010, h.30.
3. Hukum Adat
Berhubungan dengan hukum adat istilah hukum adat
brasal darai “adatrecht”. Snouck Hurgronje berpendapat
beliau yang pertama kali menggunakan suatu istilah
“adatrecht.” Pengertian “adatrecht” selanjutnya disitir dan
oleh Van Vollenhoven sebagai tehnis-juridis.48 Hukum adat
merupakan kumpulan norma yang majemuk berasal pada
rasa keadilan rakyat yang senantiasa tumbuh kembang serta
mencakup aturan-aturan perilaku manusia dalam interaksi
hidup keseharian masyarakat. Hukum adat aturan tidak
tertulis yang ditaati oleh masyarakat, sebab hukum adat
tersebut memiliki akibat hukum yaitu sanksi.49
Menurut Van Vollenhoven dalam kajiannya telah
mengungkapkan bahwa masyarakat asli yang hidup di
Indonesia, sejak ratusan tahun sebelum kedatangan bangsa
Belanda, telah memiliki dan hidup dalam tatanan hukumnya
sendiri. Tatanan hukum masyarakat asli tersebut dikenal
dengan sebutan hukum sebagaimana yang disitir oleh Otje
Salman.50 Sedangkan menurut Soediman Kartohadiprodjo
berpendapat hukum adat bukan karena bentuknya tidak
tertulis, melainkan karena hukum adat tersusun dengan
48
Muhammad, Bushar, Asas-Asas Hukum Adat Suatu Pengantar, Jakarta, Prad-
nya Paramita, 1986, h.9.
49
Soeroyo Widnjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, Haji Masa-
gung, Jakarta, 1987, h.7
50
Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Refika Adi Tama, Ja-
karta, 2001.h. 17.
51
Abdurrahman, Hukum Adat Menurut Perundang-undangan Republik Indone-
sia, Cendana Press, Jakarta h. 17.
52
Van Vollenhoven, Penemmuan Hukum Adat, Djambatan, Jakarta 1983, 14.
75
gejala sosial masyarakatnya. sebagai gambaran yakni: Peraturan
tentang hak cipta Undang-Undang tentang Pemilihan Presiden
secara langsung terhadap gejala politik. 53
Ciri dan Analisa Sosiologi Hukum yaitu suatu fenomena
hukum yang berkembang dalam kehidupan masyarakat dalam
memunculkan: (1) Deskripsi, (2) Penjelasan, (3) Pengungkapan,
(4) Prediksi.
1. Sosiologi Hukum melakukan jawaban dan gambaran tentang
deskripsi para suatu praktik-praktik hukum dalam masyarakat.
Jika dalam praktik-praktik hukum dalam masyarakat itu
dibedakan, maka pembentukan peraturan perundang-
undangan, berlakunya dalam praktik pengadilan, maka ia juga
menganalisa bagaimana praktik yang terjadi pada masing-
masing pelaksanaan penerapannya.
2. Sosiologi Hukum bertujuan untuk menjelaskan: mengapa
suatu praktik-praktik hukum di dalam kehidupan sosial
masyarakat itu terjadi, sebab-sebabnya, faktor-faktor apa
yang berpengaruh, latar belakangnya, dan sebagainya.
Satjipto Raharjo mengutip pendapat Max Weber yang
menamakan cara pendekatan yang demikian itu sebagai suatu
interpretative understanding, yaitu cara menjelaskan sebab,
perkembangan, serta efek dari tingkah laku sosial. dengan
demikian, mempelajari Sosiologi Hukum adalah menyelidiki
tingkah laku orang dalam bidang hukum sehingga mampu
mengungkapkannya.
3. Sosiologi Hukum senantiasa menguji kesahihan empiris dari
suatu peraturan atau pernyataan hukum, sehingga mampu
53
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika. Jakarta, 2005, h.4.
54
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, Ibid. h.8.
55
Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum, Perkembangan Metode Dan Pilihan Mas-
alah. Genta Publishing. Yogyakarta, 2010.h. 12.
C. Penyelesaian Adat
Penyelesaian Adat, dapat kita lihat ketentuan sebagaimana
diatur dalam Pasal 1 angka 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga
Kemasyarakatan menyatakan bahwa lembaga adat adalah
Lembaga Kemasyarakatan baik yang sengaja maupun tidak
sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan
56
Soetandyo.Wignjosoebroto, Hukum: Paradigma, Metode Dan Masalah. Lem-
baga Studi Dan Advokasi Masyarakat (Elsam), Perkumpulan Untuk Pembaruan Hu-
kum Berbasis Masyarakat Dan Ekologi, (Huma). Jakarta, 2002.