Anda di halaman 1dari 15

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

“MANUSIA MORALITAS DAN HUKUM”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 :

SITI HAJAR G30122012


YULIANI MILRESTY PUTRI G30122030
YULIARNOL ALIK KARURUKAN G30122048
ASWINDAH PUTRI MANTALI G30122066

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat-Nya, sertra kesempatan yang diberikan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaukan makalah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar yang berjudul
“Manusia Moralitas Dan Hukum” tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Harianto A.


Lamading, S.IP., M.Si. selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami. Serta semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan
pembacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap kritik dan kritik demi
perbaikabaikan makalah ini dan juga sebagai pengalaman buat kami untuk masa
yang akan datang. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
yang kurang berkenan serta berharap adanya kritik dan saran yang membangun.

Palu, 24 Nvember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Pengertian Manusia, Moralitas, Dan Hukum..........................................................6
B. Fungsi dari Nilai Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia.............................8
C. Proses terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara....10
D. Hubungan Antara Manusia Moralitas Dan Hukum...............................................11
E. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum...................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi


makhluk sosial yang memiiki kepribadian baik serta bermoral tidak secara
otomatis, perlu suatu usaha yang disebut pendidikan. Menurut pandangan
humanisme manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya
ketujuan yang positif dan rasional. Manusia dapat mengarahkan,
mengatur, dan mengontrol dirinya. Menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan ialah upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti
(kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani (Slamet Sutrisno, 1983,
26). Perkembangan kepribadian seseorang tidak lepas dari pengaruh
lingkungan sosial budaya tempat tumbuh dan berkembangnya
seseorang (cultural backround of personality).

Setiap orang pasti akan selalu berusaha agar segala kebutuhan


hidupnya dapat terpenuhi dengan baik sehingga dapat mencapai
kesejahteraan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup manusia selain ada
kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan bertentangan antara satu
dengan yang lain. Agar dalam usaha atau perjuangan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tidak terjadi tabrakan antara yang satu dengan yang
lain dalam masyarakat, maka diperlukan adanya suatu aturan, norma atau
kaidah yang harus dipatuhi oleh segenap warga masyarakat.
Oleh sebab itu di negara Indonesia, kehidupan manusia dalam
bermasyarakat diatur oleh hukum juga diatur oleh norma-norma agama,
kesusilaan, dan kesopanan, serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-kaidah
sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana
kaidah itu berlaku. Hubungan antara hukum dan kaidah-kaidah sosial
lainnya itu saling mengisi.

Penegakan hukum selalu menjadi suatu kewajiban yang mutlak


harus diadakan dalam negara hukum yang berdasarkan Pancasila.
Kewajiban tersebut bukan hanya dibebankan pada petugas resmi yang
telah ditunjuk dan diangkat oleh Pemerintah akan tetapi adalah juga
merupakan kewajiban dari pada seluruh warga masyarakat. Bukan
merupakan rahasia umum lagi bahwa kadang-kadang terdapat noda hitam
dalam praktek penegakan hukum yang perlu untuk dibersihkan sehingga
hukum dan keadilan benar-benar dapat ditegakkan.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari nilai, moral dan hukum?


2. Apa fungsi dari Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia?
3. Bagaimana proses terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam
Masyarakat dan Negara?
4. Apa hubungan antara manusia, moralitas, dan hukum?
5. Bagaimana perwujudan Nilai Moral dan Hukum?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari manusia, moralitas dan hukum.


2. Untuk mengetahui fungsi dari Nilai Moral dan Hukum dalam
Kehidupan Manusia.
3. Untuk mengetahui proses terbentuknya Nilai Moral dan Hukum dalam
Masyarakat dan Negara.
4. Untuk mengetahui hubgan antara manusia, moralitas, dan hukum
5. Untuk mengetahui perwujudan Nilai Moral dan Hukum
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia, Moralitas, Dan Hukum

1. Manusia
Terdapat banyak definisi menurut para ahli ternama tentang
manusia namun pengertiannya definisi manusia itu sendiri bisa pahami
secara bahasa bahwa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok
(genus) atau seorang individu.

Manusia juga dapat diartikan berbeda-beda baik menurut sudut


pandang biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara
campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam
hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya
dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka
juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama
berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok
dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala


fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam,
mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan
seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun
negatif. Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini
karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa
tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun
ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa
otak dengan tubuh manusia memang memberi kan petunjuk dari segi
intelektua lrelatif.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-
pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan
tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai
makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan
lingkungan dan tempat tinggalnya.

2. Moralitas
Istilah moral berasal dari bahasa latin mos (jamaknya mores) yang
berarti adat, kebiasaan. Moral secara istilah adalah nilai-nilai atau
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas/ pilar dan nilai yang berkenaan dengan
baik dan buruk. K. Bertens mengatakan Moralitas merupakan ciri khas
manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk lain di bawah
tingkat manusiawi.

Karena norma moral merupakan standar prilaku yang disepakati,


maka moral bisa dipakai untuk mengukur prilaku orang lain. Oleh
karena itu, norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat
untuk mengukur kebaikan seseorang.

Lawrence Kohlberg mengatakan bahwa orientasi moral seseorang


yang dijadikan dasar pertimbangan nuraninya berbeda-beda bagi setiap
orang. Ada 4 orientasi moral yang Kohlberg kemukakan, yaitu :

a. Orientasi normatif yaitu mempertahankan hak dan kewajiban


dan taat pada aturan yang telah baku.
b. Orientasi kejujuran yaitu menekankan pada keadilan dengan
focus pada kebebasan, kesamaan, pertukaran hak dan
kesepakatan.
c. Orientasi utilitarisme menekankan konsekuensi
d. kesejahteraan dan kebahagiaan tindakan moral seseorang pada
orang lain.
e. Orientasi perpeksionisme menekankan pencapaian :
a. martabat dan otonomi
b. kesadaran dan motif ang baik
c. keharmonisan dengan orang lain.

Oleh karena itu orientasi moral akan sangat berpengaruh terhadap


moralitas dan pertimbangan moral seseorang, karena pertimbangan
moral merupakan hasil proses penalaran yang dalam proses penalaran
tersebut ada upaya memprioritaskan nilai-nilai tertentu berdasarkan
orientasi moral serta pertimbangan konsekuensinya.
3. Hukum
Mochtar Kususmaatmadja mengatakan “Hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam
masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan
dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut”. Hubungan
manusia dengan hukum yaitu bahwa setiap saat manusia dikuasai oleh
hukum. Hukum mencampuri urusan manusia sebelum ia lahir dan
masih mencampurinya sesudah manusia meninggal. Hukum
melindungi benih di kandungan ibu dan masih menjaga jenazah orang
yang sudah mati. Hukum berlaku pada seorang individu ketika baru
dilahirkan, memberikan hak-hak terhadap orang tua dan meletakkan
kewajiban atas orang tua terhadap anak-anaknya.

Kaidah hukum sebagai salah satu kaidah sosial tidak berarti


meniadakan kaidah-kaidah lain tersebut, bahkan antar kaidah hukum
dengan kaidah lain tersebut saling berhubungan yang satu memperkuat
lainnya, meskipun adakalanya kaidah hukum tidak sesuai atau serasi
dengan kaidah-kaidah tersebut. Hukum tidak lain hanyalah merupakan
sarana bagi penyelenggara hukum untuk mengerahkan cara berfikir
dan bertindak dalam rangka kebijakan (policy) tujuan nasional. Dalam
kediriannya, secara inheren, tidak ada sangkut pautnya dengan
“keadilan” dan “kebenaran” dalam makna yang hakiki.

B. Fungsi dari Nilai Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia

Nilai, moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat


sekali. Pemahaman akan nilai dan kebernilaian diri akan membawa
implikasi pada permasalahan moralitas. Moralitas diidentikan dengan
perbuatan baik dan perbuatan buruk (etika), yang mana cara mengukurnya
adalah melalui nilai-nilai yang terkandung dalam perbuatan tersebut.
Sedangkan perbuatan-perbuatan manusia agar tidak merugikan orang lain
atau masyarakat dan dapat menciptakan ketertiban serta dapat menjaga
keutuhan masyarakat, maka dibuatlah hukum yang mengatur tentang
hubungan sosial masyarakat.

Pada dasarnya nilai, moral dan hukum mempunyai fungsi yaitu


untuk melayani manusia. Setidaknya dapat dikemukakan tiga fungsi
eksplisitnya dalam kehidupan manusia. Pertama, berfungsi mengingatkan
manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesama sebagai
bagian dari masyarakat. Hal ini mengingatkan manusia agar
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan baru dalam hidup. Kedua,
menarik perhatian pada permasalahan-permasalahan moral yang kurang
ditanggapi manusia. Hal ini menunjuk dimensi moral dari permasalahan
yang sedang dihadapi masyarakat. Terjadinya kekacauan atau
ketidakberesan dalam masyarakat selalu berhubungan dengan longgarnya
penerapan moralitas dan hukum. Ketiga, dapat menjadi penarik perhatian
manusia kepada gejala “ pembiasaan emosional “. Maksudnya, dapat
menggiring manusia kepada faktor-faktor emosional sehingga manusia
dapat saja salah atau keliru pada saat memilih sesuatu.

Selain itu fungsi dari nilai, moral dan hukum yaitu dalam rangka
untuk pengendalian dan pengaturan. Pengendalian dan pengaturan
dilakukan berdasarkan sistem hukum. Pentingnya sistem hukum ialah
sebagai perlindungan bagi kepentingan-kepentingan yang telah dilindungi
kaidah agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan. Meskipun kaidah-
kaidah tersebut ikut berusaha menyelenggarakan dan melindungi serta
menjamin kepentingan orang dalam masyarakat, tetapi belum cukup kuat
untuk melindungi dan menamin mengingat terdapat kepentingan-
kepentingan yang tidak teratur. Untuk melindungi lebih lanjut kepentingan
yang telah dilindungi kaidah-kaidah tadi maka diperlukanlah sistem
hukum. Hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan nyata berlaku
dalam masyarakat, disebut hukum positif.

Istilah hukum positif dimaksudkan untuk menandai “ diferensi ”


(perbedaan) dan hukum terhadap kaidah-kaidah lain dalam masyarakat
tampil lebih jelas, tegas dan didukung oleh perlengkapan yang cukup agar
diikuti oleh anggota masyarakat.

Sifat dan peraturan hukum tersebut adalah memaksa dan


menghendaki tujuan yang lebih dalam. Pengertian memaksa bukanlah
senantiasa dipaksakan, apalagi dengan tindakan sewenang-sewenang.
Sebab hukum itu merupakan konkritisasi dari sistem nilai yang berlaku
dalam masyarakat, yang perlu mempertimbangkan tiga hal penting yaitu
sebagai sistem norma, sebagai sistem kontrol sosial dan sebagai social
enginering (pemegang kekuasaan memelopori proses pengkaidahannya).

Bahkan tatkala terjadi dilema di dalam hukum itu sendiri, yang


dapat disebabkan karena adanya konflik, baik dari lembaga-lembaga
hukum, sarana prasarana hukum bahkan rendahnya budaya hukum dalam
masyarakat, maka setiap orang (masyarakat dan aparatur hukum) harus
mengembalikannnya pada rasa keadilan hukum masyarakat, artinya harus
mengutamakan moralitas masyarakat.
C. Proses terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat
dan Negara

Permasalahan-permasalahan sosial selalu ada dalam suatu


masyarakat ataupun negara. Bahkan sejak jaman dahulu sampai jaman
sekarang permasalahan-permasalahan sosial itu akan tetap selalu ada di
dalam masyarakat dan negara. Untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan sosial tersebut dibutuhkanlah yang dinamakan dengan
moralitas dan hukum, baik moralitas dan hukum dalam artian masing-
masing maupun moralitas dan hukum sebagai satu kesatuan. Terdapat 5
(lima) fungsi perumusan hukum moral antara lain :
 Pertama, mewariskan himpunan kebijakan dari jaman dulu kepada
generasi sekarang dan yang akan datang.
 Kedua, Mengusahakan keamanan secara psikologis dan sosial.
 Ketiga, membantu manusia dalam pengambilan keputusan dan
mencegah terjadinya “paralisis moral”.
 Keempat, membantu manusia untuk mengenal kekurangan-
kekurangan dan kegagalan-kegagalan sehingga manusia dapat
memperbaiki diri.
 Kelima, Membagikan pengalaman supaya bisa tercipta tingkah
laku personal dan sosial.

Supaya hubungan manusia dalam masyarakat dan negara


terlaksana sebagaimana yang diharapkan, maka diciptakanlah norma-
norma yang bersumber pada nilai-nilai dan moral masyarakat melalui
tahapan sebagai berikut,
 Usage yaitu menunjuk pada suatu kegiatan.
 Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang diulang-ulang dalam
bentuk yang sama.
 Tata kelakuan (mores) yaitu kebiasaan yang dianggap sebagai cara
berperilaku dan diterima norma-norma pengatur
 Adat istiadat (custom) yaitu tata kelakuan yang kekal seta kuat
integrasinya dengan pola-pola masyarakat, disertai dengan sanksi
tertentu

Dalam rangka pembentukannya sebagi lembaga kemasyarakatan,


norma-norma itu mengalami beberapa proses. Pertama, Institusionalisasi
yaitu proses dimana norma itu dikenal, diakui, dihargai, dan ditaati dalam
kehidupan sehari-hari, dan secara resmi dilembagakan berbentuk suatu
hukum tertulis dalam konteks kenegaraan. Kedua, Internalisasi yaitu suatu
proses dimana norma tersebut telah mendarah-daging dalam masyarakat.
D. Hubungan Antara Manusia Moralitas Dan Hukum

Moral memiliki arti yang hampir sama dengan etika. Etika berasal
daribahasa kuno yang berarti ethos dalam bentuk tunggal ethos memiliki
banyak artiyaitu tempat tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, adat,
watak sikap , dan caraberfiki. Dalam bentuj jamak ethos (ta etha) yang
artinya adat kebiasaan. Moralberasal dari bahsa latin yaitu mos (jamaknya
mores) yang berarti adat, cara, dantampat tinggal. Dengan demikian secara
etismologi kedua kata tersebut bermaknasama hannya asal uasul
bahasanya yang berbeda dimana etika dari bahasa yunanisementara moral
dari bahasa latin. Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam
makna nilai-nilaidan orma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau kelompok dalammengatur tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat moral
banyak unsur yang dikajisecara kritis, di landasi rasionalitas manusia
seperti sifat hakiki manusia, prinsipkebaikan, pertimbangan etis dalam
pengambilan keputusan terhadap sesuatu dansebagainya. Moral lebih
kepada sifat aplikatif yaitu berupa nasehat tentang hal-halyang baik

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang
berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada
hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan
struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan
bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen
pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen
perekat” tersebut adalah hukum.

Jadi hubungan antara manusia moralitas dan hukum sangat erat dan
bisa dikatakan tidak dapat dipisahkan karena hukum dan moral sama-sama
mengatur mengenai tinhkah laku manusia, namun hukum membatasi
tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral mennyangkut juga sikap batin
seseorang. Suatu kaidah hukum misalnya “kamu tidak boleh membunuh”
diperkuat oleh kaidah sosial ataupun kaidah moral.
E. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum

Perwujudan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara


dapat diartikan dengan makna kesadaran hukum dalam masyarakat. Pada
umumnya kesadaran hukum dikaitkan dengan ketaatan hukum atau
efektivitas hukum. Dengan kata lain, kesadaran hukum manusia
menyangkut masalah apakah ketentuan hukum tertentu benar-benar
berfungsi atau tidak dalam masyarakat. Berikut beberapa perwujudan dari
nilai moral dan hukum :
1. Tolong Menolong
Tolong menolong berarti tindakan saling menolong yang wujudnya
saling membantu untuk meringankan beban, untuk melakukan
sesuatu. Tolong menolong merupakan nilai yang harus dipelihara
dan dilaksanakan. Dalam hidupnya manusia tidak terlepas dari
pertolongan orang lain. Sikap tolong menolong adalah sikap yang
mencerminkan suatu kebaikan tanpa memikirkan adanya pamrih.
2. Keramahan
Sikap ramah dapat membuat orang senang dan merasa akrab sikap
ini merupakan salah satu sikap yang terpuji, sikap ini disebabkan
oleh rasa saling menghargai, hormat menghonnati baik sesama
saudara maupun orang lain.
3. Keberanian
Orang yang berani adalah orang yang jauh dari rasa takut,
keberanian ada dalam diri orang mempunyai kepercayaan yang
tinggi. Dan tidak takut menghadapi sesuatu yang berbahaya, tanpa
dikalahkan oleh ketakutan yang menyertainya, bukan berarti
seseorang yang berani tidak mempunyai ketakutan melainkan
seseorang mampu mengendalikan ketakutan dan bertindak selaras
dengan rasa kewajiban atau keputusan rasional. Jadi Keberanian
merupakan jalan tengah antara sikap nakal dan takut.
4. Sayang
Kasih sayang adalah perasaan yang lahir dari dalam diri kepada
orang lain yang sifatnya mengasihi dan menyayangi yang tidak
dilandasi pamrih. Kasih sayang merupakan perasaan yang lahir dari
seseorang yang diberikan kepada orang lain, perasaan kasih sayang
ini biasanya timbul terutama dalam suatu rumah tangga yaitu kasih
sayang antara suami istri atau kasih sayang antara orang tua dengan
anaknya dan berkorban demi terhadap orang yang dicintai dan
dikasihi.
5. Terus Terang
Terus terang adalah sifat terbuka atau jujur kepada orang lain yang
dihadapi dan ini berkaitan dengan apa yang ada dalam hati sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Sikap dan perilaku yang
menunjukan tidak enak hati, hina, rendah karena perbuatan sesuatu
yang tidak sesuai dangan hati nurani, norma dan aturan.
6. Sederhana
Kesederhanaan merupakan pola tingkah laku bersahaja atau sesuai
dengan norma-norma nilai susila yang berlaku dalam suatu
masyarakat tertentu dan tercermin pada orang tersebut.
Kesederhanaan juga merupakan sikap mental yang rendah hati
bersahaja dan tidak berlebihan dalam seluruh aspek kehidupan.
Pola hidup sederhana sangat dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat sebab kesederhanaan mendorong kita hidup hormat,
disiplin dll.
7. Sopan
Kesopanan adalah suatu tingkah laku atau tindakan yang sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat. Orang
yang sopan biasanya juga rendah hati dalam sikap, tutur kata
karena kesopanan lahir dari ketulusan jiwa. Sikap dan perilaku
tanpa menyinggung atau menyakiti serta menghargai tatacara yang
berlaku sesuai dengan norma, budaya,dan adat istiadat, Zuriah
(2007: 70).
8. Kepatuhan
Kepatuhan sama artinya dengan ketaatan. Yang merupakan suatu
tindakkan mengikuti suatu aturan yang ditetapkan. Patuh berarti
menurut dan tidak menentang sesuai dengan aturan, norma, adat
istiadat yang kurang berlaku ditempatnya.
Perwujudan kepatuhan dalam hidup dapat diterapkan dengan sikap
taat atau patuh terhadap segala perintah ataupun peraturan yang
telah ditetapkan. Kepatuhan dalam keluarga dapat diwujudkan
dengan sikap mematuhi apa yang telah diperintahkan orang tua
kepada anaknya dan sebagai seorang anak wajib untuk mematuhi
perintah tersebut selagi hal itu tidak bertentangan dengan peraturan
yang ditetapkan contohnya, kepatuhan dalam menjalani perintah
untuk membantu pekerjaan orang tua.
9. Pengendalian diri
Kemampuan seseorang untuk dapat mengatur dirinya sendiri
berkenaan dengan kemampuan, nafsu, ambisi, keinginan, dalam
memenuhi rasa kepuasan dan kebutuhan hidupnya.
10. Keyakinan
Keyakinan berasal dari kata yaqin berarti percaya sungguh-
sungguh yang menerima dengan akal untuk menerima baik
buruknya merasakan segala perubahan keadaan sehingga dapat
mengambil manfaat. Keyakinan merupakan suatu pengetahuan
masyarakat tersebut atas kebenaran sesuatu berdasarkan suara
hatinya sendiri. Keyakinan lekat dengan manusia serta dengan
kehidupannya karena manusia dalam hidupnya selalu mempunyai
pengharapan dan cita-cita sehingga selalu berusaha
untukmengwujudkan keyakinan dan pengharap annya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Moral memiliki arti yang hampir sama dengan etika. Etika berasal
daribahasa kuno yang berarti ethos dalam bentuk tunggal ethos memiliki
banyak artiyaitu tempat tinggal biasa, padang
rumput, kebiasaan, adat, watak sikap , dan caraberfiki. Dalam bentuj
jamak ethos yang artinya adat kebiasaan. Moralberasal dari bahsa latin
yaitu mos yang berarti adat, cara, dantampat tinggal.

Dengan demikian secara etismologi kedua kata tersebut


bermaknasama hannya asal uasul bahasanya yang berbeda dimana etika
dari bahasa yunanisementara moral dari bahasa latin. Moral yang
pengertiaannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilaidan orma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
dalammengatur tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat moral banyak unsur
yang dikajisecara kritis, di landasi rasionalitas manusia seperti sifat hakiki
manusia, prinsipkebaikan, pertimbangan etis dalam pengambilan
keputusan terhadap sesuatu dansebagainya. Manusia dan hukum adalah
dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.

Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur


sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang
bersifat sebagai «semen perekat» atas berbagai komponen pembentuk dari
masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai semen atau perekat tersebut
adalah hukum.

B. Saran
Saran kami mengenai matri ini adalah setiap orang harus memiliki
karakter ataupun moral yang baik supaya setiap orang memiliki sopan
santun dan etika dalam berperilaku, serta Penegakan hukum harus
memperhatikan keselarasan antara keadilan dan kepastian hukum. Karena,
tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin terciptanya keadilan dan
keamanan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

ADMID. (2021, agustus 26). hubungan nilai moral dan hukum. Retrieved november 24,
2022, from lamaccaweb.com:
https://www.lamaccaweb.com/2021/08/26/hubungan-nilai-moral-dan-norma-
hukum/

TRIANA, N. W. (2016, mei 02). Manusia, Moralitas Dan hukum. Retrieved november 24,
2022, from blogspot.com:
http://manusiamoralitasdanhukum.blogspot.com/2016/05/manusia-moralitas-
dan-hukum.html?m=1

Zuriah. (2021, desember 03). perwujudan nulai moral dan hukum . Retrieved november
24, 2022, from educhannel.id: https://educhannel.id/blog/artikel/hubungan-
novel-dengan-nilai-moral.html

Anda mungkin juga menyukai