Oleh : Kelompok 8
Dike Rahmatika Faurin NPM 2110013411186
Najwa Sabrina NPM 2110013411187
Mela Rahmadayana NPM 2110013411190
Beauty Afrimus Agus NPM 2110013411191
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Pada kesempatan ini kami akan membahas makalah yang berjudul
“Aturan-aturan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar PKN 2 Penyusunan
makalah ini bertujuan agar pembaca dapat lebih memahami aturan- aturan dalam
kehidupan berbangsa dan aturan-aturan dalam kehidupan bernegara yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Selanjutnya kami sebagai
penyusun, mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis menerima saran yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Aturan-aturan dalam Kehidupan Berbangsa.......................................3
B. Aturan-aturan dalam Kehidupan Bernegara........................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap manusia mempunyai cita-cita untuk dapat hidup damai
dan sejahtera. Untuk mewujudkan keinginannya itu maka manusia tidak dapat
mengusahakannya sendiri, dalam arti upaya mewujudkan kedamaian dan
kesejahteraan mutlak harus didukung dan dibina bersama-sama manusia lainnya
atau dengan kata lain untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan umat
manusia perlu adanya kerja sama antara manusia itu sendiri. Hal ini sesuai dengan
kodrat manusia yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk individu dan
makhluk sosial.
Dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup
sendiri dan menyendiri, tetapi harus hidup berkelompok. Kehidupan bersama ini
sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang atau lebih. Sehubungan dengan
kenyataan tersebut, terdapat pula kenyataan lain bahwa manusia sebagai makhluk
pribadi atau individu. Tiap-tiap manusia mempunyai sifat, watak, kehendak dan
kepentingannya masing-masing. Kehendak dan kepentingan tiap-tiap manusia itu
manakala sejalan dengan kehendak dan kepentingan orang di sekitarnya, maka
akan terjalin hubungan kerja sama yang harmonis untuk mewujudkan
keinginannya dan harapannya itu. Namun, kenyataannya tidak jarang kehendak
dan keinginan serta kepentingan manusia yang satu dengan yang lainnya itu saling
bertentangan sehingga mengakibatkan terjadinya konflik di antara manusia itu.
Secara kodrati, setiap manusia sebenarnya menginginkan rasa aman dalam
hidup dan kehidupannya di masyarakat. Oleh karena itu, manusia mengharapkan
kepentingan-kepentingannya dilindungi dari gangguan atau hal-hal yang
mengancam kepentingannya tersebut. Perlindungan kepentingan itu akan tercapai
dengan adanya pedoman atau peraturan hidup yang menentukan bagaimana
manusia harus bertingkah laku dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain
dan dirinya sendiri. Pedoman, patokan atau ukuran bersikap dalam kehidupan
bersama ini disebut norma atau kaidah sosial. Terbentuknya norma atau kaidah
sosial ini dapat dibentuk dari rasa kesadaran untuk tetap memiliki rasa
bermasyarakat untuk mewujudkan suatu tata tertib yang dapat mengatur
kelangsungan dan keutuhan hidup bermasyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya aturan-aturan dalam kehidupan
berbangsa dan benegara untuk mencapai keamanan dan ketertiban dalam negeri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana aturan-aturan dalam kehidupan berbangsa?
2. Bagaimana penegakan hukum dalam kehidupan masyarakat dan negara?
3. Bagaimana jaminan hukum atas hak dan kewajiban warga negara?
4. Bagaimana contoh penerapan jaminan hukum atas hak dan kewajiban
warga negara?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana aturan-aturan dalam kehidupan berbangsa.
2. Untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum dalam kehidupan
masyarakat dan negara.
3. Untuk mengetahui bagaimana jaminan hukum atas hak dan kewajiban
warga negara.
4. Untuk mengetahui bagaimana contoh penerapan jaminan hukum atas hak
dan kewajiban warga negara.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Norma Kesopanan
Norma kesopanan menurut Kansil (1986:85) merupakan peraturan hidup yang
timbul dari pergaulan segolongan manusia. Peraturan-peraturan itu ditaati sebagai
pedoman yang mengatur tingkah laku manusia terhadap manusia yang ada di
sekitarnya. Suatu kelompok masyarakat dapat menetapkan peraturan yang berisi
hal-hal yang dianggap sopan dan boleh dilakukan serta hal-hal yang dinilai tidak
sopan dan harus dihindari. Ukuran norma kesopanan adalah kepantasan,
kebiasaan, atau kepatutan yang berlaku dalam sebuah masyarakat. Sehingga,
setiap masyarakat memiliki ukuran-ukurannya sendiri mengenai apa yang
dianggap pantas, bisa, dan patut.
Sumber dari norma kesopanan ini tidak terlepas dari kebiasaan yang berlaku di
masyarakat sehingga sanksinya pun akan muncul dari masyarakat yang
bersangkutan. Perlu dijelaskan bahwa sanksi norma kesopanan ini tidaklah terlalu
keras dan biasanya hanya bersifat subjektif melalui gunjingan-gunjingan belaka,
dikucilkan dari masyarakat yang bersangkutan dan dapat pula berupa hinaan.
Selanjutnya, dapat disebutkan contoh-contoh penerapan norma kesopanan, yaitu
seorang anak muda harus hormat dan sopan terhadap orang yang lebih tua, jangan
meludah di depan orang, berikan kesempatan kepada wanita hamil atau orang
yang sudah tua untuk duduk baik di dalam bus ataupun kereta api, jangan makan
sambil bicara, serta berpakaian yang sopan bagi remaja putri.
c. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah sekumpulan peraturan hidup yang dianggap sebagai
suara hati nurani setiap manusia. Norma ini berhubungan dengan manusia sebagai
makhluk individu karena menyangkut kehidupan pribadi manusia. Peraturan-
peraturan hidup ini berupa bisikan kalbu atau suara hati yang diakui dan
dimengerti setiap orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya.
Sumber dari norma kesusilaan adalah hati sanubari manusia itu sendiri, jadi
bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada hal-hal yang berifat lahir, tetapi
ditujukan kepada sifat batin manusia itu sendiri. Dengan demikian, sanksi norma
kesusilaan ini pun lebih menekankan pada adanya penyesalan dalam diri atau
batin seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap norma kesusilaan tersebut,
misalnya seseorang berbuat tidak jujur maka sebenarnya hati nuraninya mengakui
akan tindakannya itu sehingga mungkin saja dalam dirinya akan timbul rasa
penyesalan akan perbuatan yang telah dilakukannya sendiri.
d. Norma Hukum
Norma hukum merupakan sekumpulan kaidah yang mengatur kehidupan
manusia yang dibuat oleh lembaga resmi pemerintah (di Indonesia DPR dan
Presiden). Sifat norma hukum ini mengatur dan memaksa, dalam arti setiap
masyarakat harus tunduk pada apa yang telah digariskan dalam aturan tersebut.
Sumber norma hukum ini adalah pemerintah, sehingga yang melaksanakan
sanksinya pun pemerintah. Sanksi norma hukum ini telah tercantum dalam pasal-
pasal undang-undang. Sanksi norma hukum lebih pasti dan nyata dipandang dari
segi kehidupan bermasyarakat, baik berupa hukuman maupun denda bagi mereka
yang melanggarnya.
Sanksi ini sifatnya mengikat dan memaksa dengan tujuan agar orang yang
melakukan pelanggaran terhadap norma hukum tersebut menjadi jera dan tidak
akan mengulangi perbuatannya tersebut. Adapun tujuan dari diberikannya sanksi
berupa hukuman itu adalah sebagai berikut.
1) Agar orang yang bersangkutan jera (tidak mengulangi perbuatan salah)
2) Mendidik, yaitu berupaya memasyarakatkan kembali orang yang
melanggar tersebut.
Norma hukum ini dibuat tidak lain adalah untuk lebih menguatkan
pelaksanaan norma-norma lainnya yang telah tumbuh dan berkembang di
masyarakat. Hal ini dikarenakan:
1) Tidak semua orang mentaati norma-norma yang telah ada dan berkembang
tersebut
2) Masih banyak kepentingan-kepentingan manusia yang tidak dijamin oleh
norma-norma tersebut.
3) Ada kepentingan-kepentingan yang bertentangan dengan norma yang
berkembang padahal masih memerlukan perlindungan.
Hukum adalah dasar dan pemberi petunjuk bagi semua aspek kegiatan
masyarakat, kebangsaan dan kenegaraan rakyat Indonesia. Bahkan, hukum adalah
wujud pernyusunan kemerdekaan kedaulatan kebangsaan itu sendiri ke dalam
UUD 1945 dan Hukum Dasar yang tidak tertulis (Anton Djawamaku: 1993:19).
Dalam pelaksanaan di negara Republik Indonesia yang dijadikan acuan
dalam pengembangan norma hukum adalah Pancasila dan UUD 1945. Pancasila
berkedudukan sebagai sumber tertinggi. Dengan demikian segala bentuk norma
hukum yang di bawahnya harus tunduk dan tidak boleh bertentangan dengan
kedua sumber hukum tersebut.
Penegakan Hukum dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara