Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM BISNIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis

Dosen Pengampu : H Nana Sahroni,.S.E.,M.M.

Disusun Oleh :

Deden Arif Fauzi 223402200


Waldi Nur Herfiyan 223402188
Tantri Delsa Pratiwi 223402206
Gitsya Zahira 223402190
Rahma Mardiani 223402189

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.

Tidak lupa pula ucapan Terima Kasih kepada bapak H Nana Sahroni,.S.E.,M.M.
sebagai dosen pengampu mata kuliah hukum bisnis yang telah memberikan materi dan terima
kasih kepada pihak-pihak lain sebagai sumber materi makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempunaan makalah ini.

Tasikmalaya, 20 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Mengenal Hukum dan Hukum Bisnis..............................................................................3


2.2 Kerahasiaan Bank.............................................................................................................4
2.3 Hukum Perikatan..............................................................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15

3.2 Saran...............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum Bisnis adalah seperangkat peraturan yang secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan bisnis perusahaan dalam mengelola perekonomian. Dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, kebutuhan akan regulasi hukum bisnis harus terus
dikembangkan agar apa yang terjadi di masyarakat, termasuk pengusaha dan organisasi
bisnis, dapat berjalan sesuai rencana.

Hukum memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hal
ini terlihat dari tertibnya ketentraman dan tidak adanya ketegangan dalam masyarakat, karena
hukum mengatur tentang penentuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepentingan
individu dan kepentingan sosial.

Semua kegiatan usaha pasti membutuhkan aturan dan ketentuan yang mengatur tata cara
pelaksanaan kegiatan usaha untuk kepentingan pelaku usaha. Dari penjelasan di atas, muncul
pertanyaan, mengapa buku diperlukan dalam bisnis. Sedangkan untuk mengatur segala
kegiatan dalam dunia usaha telah dibuat suatu undang-undang yang mengaturnya, yaitu
Undang-Undang Bisnis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Hukum dan Hukum Bisnis?
2. Bagaimana penerapan prinsip Hukum Bisnis dalam kehidupan masyarkat?
3. Bagaimana cara mengetahui macam-macam Hukum?
4. Bagaimana mengetahui hak dan kewajiban atas Hukum?
5. Bagaimana cara mengetahui Hukum Perikatan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari Hukum Bisnis
2. Untuk memahami pengamalan prinsip Hukum Bisnis dalam masyarakat.
3. Untuk mengetahui sumber dan klasifikasi Hukum.

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 MENGENAL HUKUM DAN HUKUM BISNIS

A. Hukum dan Masyarakat


Sudah merupakan kodratnya bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan harus
hidup bersama, yang terorganisasi untuk mencapai tujuan bersama. Dan agar
tujuan itu dapat terealisasikan, dibutuhkan norma di dalamnya.

Norma/Kaidah itu sendiri merupakan pedoman atau peraturan yang menentukan


bagaimana harus bertingkah laku di dalam masyarakat agar tidak merugikan
orang lain. Norma sendiri memiliki 2 jenis, yaitu:
1) Norma/Kaidah Sosial yang bersangkutan pada aspek kehidupan pribadi,
dimana yang termasuk dalam kelompok ini adalah norma agama dan kesusilaan.
2) Norma/Kaidah Sosial yang bersangkutan pada aspek kehidupan antar pribadi,
dimana yang termasuk di dalamnya ialah norma sopan santun dan norma hukum.

Ada juga 4 norma/kaidah yang mengatur kepentingan manusia dalam kehidupan


bermasyarakat.
1. Kaidah Agama/Kepercayaan
a) Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan pada dirinya sendiri.
b) Sumber kaidah ini dari ajaran-ajaran agama yang oleh pengikutnya di anggap
sebagai perintah Tuhan.
c) Kaidah agama tidak ditujukan pada sikap lahiriah namun lebih condong pada
sikap batiniah manusia.
d) Kaidah agama hanya membebani manusia dengan kewajibannya.
e) Tuhan lah yang mengancam pelanggaran kaidah agama dengan suatu sanksi.

2. Kaidah Kesusilaan
a) Kaidah Kesusilaan ditujukan untuk membentuk kebaikan akhlak pribadi guna
penyempurnaan manusia dan melarang melakukan perbuatan jahat.

2
b) Sumber Kaidah Kesusilaan ini daripada manusia itu sendiri, sehingga kaidah
ini disebut dengan kaidah yang bersifat otonom.
c) Kaidah Kesusilaan juga tidak ditujukan kepada sikap lahiriah melainkan
lebih condong pada sikap batiniah manusia.
d) Batinnya sendiri yang mengancam manusia untuk melanggar kaidah
kesusilaan.

3. Kaidah Sopan Santun


a) Kaidah Sopan Santun di dasarkan atas kebiasaan, kepatutan dan kepantasan
yang berlaku dalam masyarakat.
b) Kaidah ini ditujukan pada sikap lahir pelakunya yang konkret demi
ketertiban masyarakat.
c) Kaidah Sopan Santun hanya membebani manusia dengan kewajiban.
d) Kekuasaaan masyarakat tidak resmi yang diberikan kekuasaan untuk
mengancam dengan sanksi apabila kaidah sopan santun dilanggar.

4. Kaidah Hukum
a) Kaidah Hukum ditujukan kepada pelaku yang konkret, yaitu pelaku
pelanggaran. Bukan untuk penyempurnaan manusia melainkan untuk kepentingan
masyarakat.
b) Isi kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahiriah manusia.
c) Masyarakat resmi diberikan kekuasaan untik memberikan sanksi/hukunan
dengan melalui pengadilan sebagai wakilnya.
d) Kaidah hukum membebani kewajiban kepada manusia juga memberikan
haknya.

Dengan demikian meskipun Kaidah Agama, Kaidah Kesusilaan, dan Kaidah


sopan santun sudah ada, Kaidah Hukim memang diperlukan oleh masyarakat
guna mengatur segala kepentingan-nya, baik yang sudah ataupun belum diatur
oleh ketiga norma/kaidah lainnya. Hal ini disebabkan oleh:
a) Masih banyak kepentingan manusia yang belim di atur oleh ketiga norma
diatas.

3
b) Sanksi yang diberikan oleh ketiga norma di atas dirasa tidak memberatkan
terkhususnya untuk norma agama karena sanksinya akan diterima setelah
meninggal.

1. PENGERTIAN HUKUM

Membuat definisi hukum yang tepat tidaklah mudah karena sedemikian luas
cakupan dan/atau ruang lingkupnya, oleh karena itu berikut dikutip pengertian
hukum menurut:

a) HMN. Poerwosutjipto (1998:1)


"Hukum adalah keseluruhan norma, yang oleh penguasa negara atau penguasa
masyarakat yang berwenang menetapkan hukum, dinyatakan atau dianggap
sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian atau keseluruhan anggota
masyarakat dengan tujuan untuk mengadakan suati tatanan yang dikehendaki oleh
penguasa tersebut."

b) Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H.,M.A., dan Purnadi Purbacaraka,S.H.


(1978:12) Hukum diartikan sebagai:
1) Ilmu Pengetahuan;
2) suatu disiplin;
3) kaidah;
4) tata hukum;
5) petugas (low enforcement officer);
6) keputusan penguasa;
7) proses pemerintahan;
8) sikap tindak ajeg perilaku yang teratur; dan
9) nilai-nilai.

Dari kedua definisi tersebut, pengertian hukum itu sangat kompleks sehingga
tidaklah mudah untuk memberikan definisi pada pengertian hukum yang
sedemikian luas ke dalam pengertian yang terbatas pada beberapa kalimat saja.

4
2. SUMBER HUKUM DAN KLASIFIKASI HUKUM

a) Sumber Hukum
Merupakan "Segala apa saja yang dapat menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata" (CST. Kansil, 1984:46)

Sumber-Sumber Hukum:
1) Undang-Undang.
2) Yurisprudensi, yang merupakan putudan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap. Yang secara umum memutuskan sesuatu persoalan
yang belum ada peraturannya pada sumber hukum.
3) Kebiasaan, syarat-syarat suatu kebiasaan yang bisa menjadi hukum ialah;
a) Syarat Materiil, yaitu kebiasaan tingkah laku yang tetap di ulang dalam
jangka waktu yang lama.
b) Syarat Intelektual, yaitu syarat kebiasaan yang menimbulkan keyakinan
bahwa perbuatan tersebut merupakan kewajiban hukum.
c) Adanya akibat hukum apabila dilanggar.
4) Perjanjian.
5) Perjanjian Internasional.
6) Doktin/Pendapat Para Ahli.

b) Klasifikasi Hukum

Hukum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, tergantung dari aspek


mana kita melihatnya. Dalam kaitannya dengan Hukum Bisnis yang akan menjadi
pokok bahasan penyusun klasifikasi hukum berdasarkan berikut:

1) Fungsi Hukum Materiil dan Formil


Hukum Materiil, merupakan hukum yang terdiri dari aturan-aturan yang memberi
hak dan membebani kewajiban sedangkan hukum formil ialah peraturan hukum
yang berfungsi menegakkan hukum materiil agar tidak dilanggar.

5
2) Berdasarkan Wilayah, yaitu hukum nasional dan internasional.
3) Berdasarkan Isinya, terdiri dari hukum umum dan hukum khusus.

Ada pula pengklasifikasian hukum yang sudah hampir dikatakan klasik,


pengklasifikasian ini di dasarkan atas ada atau tidaknya campur tangan
pemerintahan dalam hukum. Pengklasifikasian ini terdiri dari hukum private dan
hukum public. Hukum private ialah hukum yang mengatur hak dan kewajiban
perorangan yang satu dan yang lain tanpa ada campur tangan pemerintah.
Sedangkan hukum public merupakan hukum yang mengatur dan menentukan
kepentingan perorangan juga mengatur hubungan pemerintah dengan warganya.

2.2 Hukum Benda


Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan
halhal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan tidak boleh
secara terbuka diungkapkan kepada pihak masyarakat. Dalam hubungan ini yang
menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank, adalah seluruh data dan informasi
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, dan halhal lain dari
orang, dan badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya.
Bank harus memposisikan diri sebagai lembaga keuangan yang dipercaya
masyarakat dari dua komitmen yang saling bertentangan, dan seringkali ini gagal
dinegosiasikan pada sisi lain, bank memiliki kewajiban untuk tetap tinggal
menyimpan informasi rahasia tentang kesehatan dan informasi keuangan
pelanggannya, yang juga disebut tugas ini erat kaitannya dengan teori kerahasiaan
mutlak (absolute theory). dengan kepercayaan yang ditempatkan di perusahaan atau
pelanggannya bank sebagai lembaga administrasi perekonomian atau sebagai sumber
dana masyarakat.
Kewajiban menjaga kerahasiaan ini sering muncul karena kepercayaan. Di
samping itu Bank juga harus mengungkapkan keadaan dan informasi Ekonomi klien
dalam kondisi tertentu, yang juga disebut teori kerahasiaan relatif / relatif (relative
theory) dimana bank dapat dibuka rahasia klien mereka ketika masalah mendesak,
misalnya untuk kepentingan mereka Saya Hal ini menyebabkan konflik yang dihadapi
bank.
Rahasia bank akan dapat lebih dipegang teguh oleh bank apabila ditetapkan
bukan sekedar hanya sebagai kewajiban kontraktual di antara bank dan nasabah, tetapi

6
ditetapkan sebagai kewajiban pidana. Bila hanya ditetapkan sebagai kewajiban
kontraktual belaka, maka kewajiban bank itu menjadi kurang kokoh karena kewajiban
kontraktual secara mudah dapat disimpangi.

2.3 Hukum Perikatan


Suatu perikatan adalah : ”suatu hubungan hukum antara sejumlah subjek-subjek
hukum; sehubungan dengan itu, seorang atau beberapa orang daripadanya
mengikatkan dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap pihak
lain.” (R.Setiawan, 1987:2)
Unsur- unsur yang terkait dalam suatu perikatan:
a. Adanya hubungan hukum
Hubungan hukum adalah suatu hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum.
b. Antara seorang dengan satu atau beberapa orang

Perikatan itu bisa berlaku terhadap seorang atau dengan satu atau beberapa orang,
yang dalam hal ini adalah para subjek hukum atau para penyandang hak dan kewajiban
yang diberikan oleh hukum.
Di dalam hukum terdapat badan hukum (rechtperson), artinya orang yang
diciptakan oleh hukum, misalnya wakaf, perseroan terbatas, dan koperasi.
c. Melakukan atau tidak melakukan dan memberikan sesuatu
Di dalam perikatan disebut dengan prestasi atau objek dari perikatan. Perikatan
terdiri atas dua jenis, yaitu perikatan yang lahir karena undang – undang misalnya
kewajiban orang tua untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya dan perikatan yang
lahir karena perjanjian.
Undang – undang berhubungan dengan perbuatan manusia, yaitu :
1. Perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad) yang diatur dalam Pasal 1365
KUHPerdata.
2. Perbuatan manusia yang sesuai dengan hukum (Zaekwaarneming) yang
ditentukan dalam Pasal 1354 KUHPerdata.

Dalam kegiatan bisnis, jenis perikatan yang terpenting adalah perikatan yang lahir
karena perjanjian. Menurut Subekti (1987; 1), “Perjanjian adalah suatu perhubungan
hukum antara dua orang atau lebih, berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain tersebut berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan itu.”
Dari pengertian ini, ada 3 unsur yang dapat disimpulkan, yaitu :
a. ada orang yang menuntut (kreditor)
b. ada orang yang dituntut (debitur)
c. ada sesuatu yang dituntut (prestasi). Prestasi terdiri dari tiga jenis, yaitu :

7
a) berbuat sesuatu
b) tidak berbuat sesuatu
c) menyerahkan sesuatu
Pihak yang tidak melakukan prestasi disebut bahwa pihak tersebut telah
melakukan wanprestasi. Wanprestasi ini dapat terjadi dalam hal :
a. tidak berbuat sesuatu yang telah diperjanjikan;
b. tidak menyerahkan sesuatu yang telah diperjanjikan;
c. berbuat sesuatu atau menyerahkan sesuatu tetapi terlambat atau tidak sesuai
dengan yang diperjanjikan;
d. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian seharusnya tidak dilakukan.

Perjanjian yang sah harus memenuhi empat syarat, yaitu (Pasal 1320
KUHPerdata)
a. perizinan yang bebas dari orang – orang yang mengikatkan diri;
b. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
c. suatu hal tertentu;
d. suatu sebab (oorzaak) yang halal, artinya tidak terlarang.

a. Jenis – jenis Perjanjian


Secara teoritis ada dua jenis perjanjian, yaitu :
1. Perjanjian Nominatif, adalah jenis perjanjian yang telah diatur dalam undang –
undang (KUH Perdata). Perjanjian yang termasuk dalam perjanjian nominatif :
1) Perjanjian jual beli (Pasal 1457 s/d Pasal 1540 KUH Perdata)
2) Perjanjian tukar – menukar (Pasal 1541 s/d Pasal 1546 KUH Perdata)
3) Perjanjian sewa menyewa (Pasal 1548 s/d 1600 KUH Perdata)
4) Perjanjian Perburuhan (Pasal 1601 a s/d Pasal 1603 z KUH Perdata. Karena
telah diundangkan-nya UU No. 13 Tahun 2003, pasal – pasal ini dinyatakan
tidak berlaku, hanya tetap “diperhatikan” sebagai pedoman saja).
5) Persekutuan (Pasal 1618 s/d Pasal 1665 KUH Perdata)
6) Hibah (Pasal 1666 s/d Pasal 1693 KUH Perdata)
7) Perjanjian pinjam pakai (Pasal 1740 s/d Pasal 1753 KUH Perdata)
8) Perjanjian pinjam meminjam (Pasal 1754 s/d Pasal 1773 KUH Perdata)
9) Persetujuan untung – untungan (Pasal 1774 s/d Pasal 1791 KUH Perdata)
10) Pemberian kuasa (Pasal 1792 s/d Pasal 1819 KUH Perdata)
11) Penanggungan utang (Pasal 1820 s/d Pasal 1850 KUH Perdata)
12) Perdamaian (Pasal 1851 s/d Pasal 1864 KUH Perdata)

2. Perjanjian Innominatif, adalah jenis perjanjian yang tidak diatur dalam undang –
undang (KUH Perdata), tetapi lahir dengan sendirinya karena adanya asas
kebebasan berkontrak. Perjanjian yang termasuk perjanjian innominatif adalah
perjanjian jual beli kredit, sewa beli, sewa guna usaha, franchising (waralaba), dan
lain-lain.

b. Beberapa Asas Perjanjian


1) Asas kepribadian, yaitu asas yang menyatakan seseorang hanya boleh melakukan
perjanjian untuk dirinya sendiri.

8
2) Asas konsensual/kesepakatan, yaitu suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika
tercapai kata sepakat, selama syarat – syarat lainnya sudah terpenuhi.
3) Perjanjian batal demi hukum, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian akan batal demi jika tidak memenuhi syarat objektif.
4) Keadaan memaksa (overmacht), yaitu suatu kejadian yang tak terduga dan terjadi
di luar kemampuannya sehingga terbebas dari keharusan membayar ganti
kerugian.
5) Asas canseling, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subjektif dapat dimintakan pembatalan.
6) Asas kebebasan berkontrak artinya para pihak bebas membuat kontrak dan
menentukan sendiri isi kontrak tersebut sepanjang tidak bertentangan undang –
undang, ketertiban umum dan kebiasaan dan didasari atas itikad baik.
7) Asas obligatoir suatu kontrak maksudnya bahwa setelah sahnya suatu kontrak,
kontrak tersebut sudah mengikat tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan
kewajiban di antara para pihak.
8) Zakwaarneming (1345 KUH Perdata), di mana bagi sesama orang yang
melakukan pengurusan terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang
bersangkutan, ia harus mengurusnya sampai selesai.
9) Asas Pacta Sunt Servanda artinya suatu kontrak atau perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi para pihak yang membuatnya.

C. Istilah dan Pengertian Hukum Bisnis


Hukum Bisnis lahir karena adanya istilah bisnis. Istilah “bisnis” sendiri diambil
dari kata business (bahasa Inggris) yang berarti kegiatan usaha. Secara luas, kegiatan
bisnis diartikan sebagai kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan usaha
(perusahaan) secara teratur dan terus – menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan
barang – barang atau jasa maupun fasilitas – fasilitas untuk diperjualbelikan, atau
disewakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Dengan demikian, kegiatan atau usaha dalam bidang bisnis dapat dibedakan
dalam tiga bidang berikut ini (Richard Burton Simatupang, 1996: 1).
1. Usaha dalam arti kegiatan perdagangan (commerce), yaitu kegiatan jual beli di
dalam maupun di luar negeri untuk tujuan memperoleh keuntungan. Contoh :
dealer, agen, grosir, toko, dan lain sebagainya.
2. Usaha dalam arti kegiatan industri, yaitu kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang atau jasa yang nilainya lebih berguna dari asalnya. Contoh
: industri pertanian, perkebunan, pertambangan, pabrik semen, pakaian, dan
sebagainya.
3. Usaha dalam arti kegiatan melaksanakan jasa – jasa (service), yaitu kegiatan
yang melaksanakan atau menyediakan jasa – jasa yang dilakukan baik oleh
perorangan maupun suatu badan. Contoh : melakukan kegiatan untuk jasa
perhotelan, konsultan, asuransi, pariwisata, pengacara, akuntan, dan sebagainya.

Dapat dirumuskan bahwa Hukum Bisnis adalah “serangkaian peraturan yang


berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan urusan – urusan
perusahaan dalam menjalankan roda perekonomian.”

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-nya) yang
mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industry atau keuangan
yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan
uang dari para entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif (dari
entrepreneur tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan tertentu.

Tujuan Hukum Bisnis adalah untuk memastikan berfungsinya mekanisme keamanan pasar
secara efektif dan tepat. Melindungi berbagai jenis usaha, terutama jenis usaha kecil dan
menengah (UKM). Serta untuk mengetahui maksud dari Hukum Bisnis, juga memahami
pengamalan prinsip Hukum Bisnis dalam masyarakat.

Hubungan hukum dan masyarakat sangatlah erat,karena hukum senantiasa dipengaruhi oleh
proses interaksi sosial. Sudah merupakan kodratnya bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri,
harus hidup bersama dalam suatu masyarakat yang terorganisasi untuk mencapai tujuan
bersama Agar tujuan mereka tersebut tercapai sebagaimana mestinya, dan dalam usahanya
tidak selalu berbentur kepentingan, maka diperlukanlah suatu norma yang mengaturnya.

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat
bagi banyak orang.

10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hukum dan Hukum Bisnis Buku Hukum Bisnis Prinsip
dan Pelaksanaannya di Indonesia karya Zaeni Asyhadie, S.H.,M.Hum.

Pendahuluan Retrieved from

http://e-journal.uajy.ac.id/12293/1/HK111331.pdf

Latar belakang Retrieved from

Hukum Bisnis: prinsip dan pelaksanaannya di indonesia | Perpustakaan IBI Kosgoro 1957
(perpustakaan-ibik57.ac.id)

11
12

Anda mungkin juga menyukai