Di susun Oleh :
Nama : Ulil Hidayah
NPM : 20710074
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah etika dan tanggung jawab profesi.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Penulis berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 4
C. TUJUAN .................................................................................................................................... 5
D. MANFAAT ................................................................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
A. ETIKA PROFESI HUKUM..................................................................................................... 6
B. FAKTOR PENYALAHGUNAAN PROFESI HUKUM........................................................ 7
C. UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN PROFESI HUKUM ............................. 8
BAB III................................................................................................................................................. 10
PENUTUP............................................................................................................................................ 10
D. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 10
E. SARAN ..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam proses penegakan hukum yang dilakukan di Negara Indonesia salah
satunya adalah mengenai etika profesi hukum. Etika profesi hukum adalah bagian
yang terintegral dalam mengatur perilaku penegak hukum sebagai wujud penegakan
hukum yang baik sekaligus berkeadilan. Beberapa kritik dan saran diarahkan
baik berkaitan dengan kualitas hukum, ketidakjelasan produk hukum yang sudah ada,
dan juga lemahnya penerapan berbagai aturan. Terdapat penyelewangan aturan
hukum dalam proses penegakan hukum, seperti penyalahgunaan wewenang, keadilan
yang diskriminatif merupakan suatu realitas yang sering dijumpai dalam penegakan
hukum di negeri ini. Penyalahgunaan wewenang sering disalahgunakan oleh
beberapa pihak yang ingin mengambil keuntungan untuk kebutuhan pribadi.
Keadilan yang diskriminatif menjadikan hukum negeri ini tumpul keatas tajam
kebawah. Untuk itu perlu peningkatan mutu kualitas dan profesionalisme masing-
masing profesi tersebut, diperlukan keselarasan antara hukum dan penerapannya.
Disamping itu perlu juga diperlukan pendidikan dan pelatihan yang dapat terus
membina sikap mental, pengetahuan dan kemampuan profesional aparat hukum
tersebut.
Kemunculan konsep etika tidak sebatas muncul dari suatu ruang yang hampa,
tetapi tumbuh dan berkembang dari kenyataan perilaku manusia yang menjadi suatu
fenomena sosial yang tercakup dalam lima isu umum :
4
1. Penyuapan adalah suatu tindakan menawarkan, memberi, dan menerima sesuatu
dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan agar tidak mematuhi kewajiban
publik atau legal. Nilai tersebut bisa berupa uang ataupun barang yang bernilai.
2. Penipuan adalah tindakan memanipulasi dengan tujuan menyesatkan atau
merugikan seseorang bauk menggunakan tindakan atau perkataan yang tidak
benar, representasi.
3. Paksaan adalah tindakan pemaksaan, pembatasan, memamksa, atau ancaman baik
secara langsung atau tidak langsung. Dimana hal tersebut mempengaruhi salah
satu pihak sebagai penundukan.
4. Mencuri adalah mengambil atau mengklaim sesuatu yang bukan miliknya.
5. Diskriminasi yang tidak adil adalah perlakuan yang tidak adil terhadap hak
seseorang baik karena ras, umur, gender, kebangsaan atau keagamaan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi hukum ?
2. Apa faktor – faktor penyebab penyalahgunaan profesi hukum yang terjadi di
Indonesia?
3. Bagaimana upaya pencegahan penyalahgunaan profesi hukum yang terjadi di
Indonesia?
C. TUJUAN
1. Mengetahui makna etika profesi hukum
2. Mengetahui faktor – faktor penyebab penyalahgunaan profesi hukum yang
terjadi di Indonesia
3. Mengetahui upaya pencegahan penyalahgunaan profesi hukum yang terjadi di
Indonesia
D. MANFAAT
Makalah ini secara khusus bermanfaat bagi penulis yaitu dalam rangka menganalisa
dan menjawab keingintahuan penulis terhadap perumusan masalah dalam makalah.
Selain itu, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka pengembangan
keilmuan di bidang tanggung jawab profesi hukum pada umumnya dan secara khusus
mengenai penyalahgunaan profesi hukum
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
yaitu memperhatikan orang lain. Pandangan aristoles ini jelas, bahwa urgensi etika
berkaitan dengan kepedulian dan tuntutan memperhatikan orang lain.
Dengan berpegang pada etika, kehidupan manusia manjadi jauh lebih
bermakna, jauh dari keinginan untuk melakukan pengrusakan dan kekacauan-
kekacauan. Berlandaskan pada pengertian dan urgensi etika, maka dapat diperoleh suatu
deskripsi umum, bahwa ada titik temu antara etika dan dengan hukum. Keduanya
memiliki kesamaan substansial dan orientasi terhadap kepentingan dan tata kehidupan
manusia.
Dalam hal ini etika menekankan pembicaraannya pada konstitusi soal baik
buruknya perilaku manusia. Perbuatan manusia dapat disebut baik, arif dan bijak
bilamana ada ketentuan secara normatif yang merumuskan bahwa hal itu bertentangan
dengan pesan-pesan etika. Begitupun seorang dapat disebut melanggar etika bilamana
sebelumnya dalam kaidah-kaidah etika memeng menyebutkan demikian. Sementara
keterkaitannya dengan hukum, Paul Scholten menyebutkan, baik hukum maupun etika
kedua-duanya mengatur perbuatan-perbuatan manusia sebagai manusia sebagai
manusia, yaitu ada aturan yang mengharuskan untuk diikuti, sedangkan di sisi lain ada
aturan yang melarang seseorang menjalankan sesuatu kegiatan, misalnya yang
merugikan dan melanggar hak-hak orang lain.
Pendapat Scholten menunjukan bahwa titik temu antara etika dengan hukum
terletak pada muatan substansinya yang mengatur tentang perilaku-perilaku manusia.
apa yang dilakukan oleh manusia selalu mendapatkan koreksi dari ketentuan-ketentuan
hukum dan etika yang menentukannya. ada keharusan, perintah dan larangan, serta
sanksi-sanksi.
7
Sedangkan, dalam menjalankan profesi hukum, bagi masing-masing profesi
ada yang namanya kode etik yang merupakan bagian yang terintegral dalam mengatur
penegak hukum sebagai wujud penegakan hukum yang baik sekaligus berkeadilan.
Penegakkan hukum harus didasari dengan sikap yang jujur dan penuh kewibawaan agar
terciptanya hukum yang berkeadilan.
Menurut Prof. Azyumardi Azra guru besar UIN Syarief Hidayatullah, saat ini
ada lima faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran etika atau penyalahgunaan
profesi hukum pada masyarakat yaitu :
1. keterbelahan pribadi (split personality).
2. Adanya dorongan gaya hidup materialistik dan hedonistik yang membuat
pejabat publik tergoda melakukan pelanggaran integritas.
3. Lemahnya penghormatan pada tatanan hukum.
4. Lemahnya penegakkan hukum dari penegak hukum.
5. Adanya permisifisme luas dari masyarakat terhadap pelanggaran norma etika,
budaya dan agama yang dilakukan kalangan pejabat publik.
Seseorang yang melakukan penyalahgunaan profesi hukum, biasanya
dikarenakan desakan klien yang ingin agar masalah mereka cepat terseleseikan, dengan
menoyodorkan sejumlah uang yang menggiurkan. Oleh karena itu, pendidikan etika
harus dilakukan sejak dini, dimulai dari lingkup keluarga hingga lingkup sekolah dan
sampai terjun ke dalam dunia masyarakat. Berlatih jujur sejak masih kecil, jujur dalam
tindakan maupun dalam kata-kata, jujur pada diri sendiri maupun pada orang lain.
Langkah kecil ini akan mampu membawa efek yang besar kedalam pekerjaan kita,
apalagi pada profesi hukum yang mana profesi ini bertujuan untuk menegakkan
keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
8
Upaya pencegahan profesi hukum itu tidaklah mudah, karena masih terus terjadi.
Oleh karena itu upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara continoe dan akuntan
publik harus melakukannya dengan penuh kesadaran. Selain itu juga dibutuhkan
peran semua pihak yang berkepentingan untuk saling bersinergi demi terwujudnya
profesi hukum yang lebih baik.
9
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Profesi hukum adalah profesi yang melekat pada dan dilaksanakan oleh
aparatur hukum dalam suatu pemerintahan suatu Negara (C.S.T. Kansil, 2003 : 8),
profesi hukum dari aparatur Negara Republik Indonesia dewasa ini diatur dalam
ketetapan MPR II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Profesi
hukum yang merupakan profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile) karena
bertujuan menegakkan hukum dan keadilan dalam kehidupan masyarakat.
Tuntutan profesi hukum adalah antara menjalankan kewajiban sesuai dengan kode
etik (filosofis) atau sebatas hanya untuk mendapatlan keuntungan dengan berbagai
macam cara (pragmatis).
faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran etika atau penyalahgunaan
profesi hukum pada masyarakat yaitu :
1. keterbelahan pribadi (split personality).
2. Adanya dorongan gaya hidup materialistik dan hedonistik yang membuat
pejabat publik tergoda melakukan pelanggaran integritas.
3. Lemahnya penghormatan pada tatanan hukum.
4. Lemahnya penegakkan hukum dari penegak hukum.
5. Adanya permisifisme luas dari masyarakat terhadap pelanggaran norma etika,
budaya dan agama yang dilakukan kalangan pejabat publik
E. SARAN
Diperlukan kesadaran dan pemahaman yang baik dari profesi hukum untuk
tidak menyalahgunakan jabatan dalam memutuskan perkara dan tetap berpedoman
pada kode etik dan pedoman perilaku profesi hukum. Apabila terjadi penyimpangan
atau pelanggaran kode etik, mereka harus rela mempertanggungjawabkan akibatnya
sesuai dengan tuntutan kode etik
10
DAFTAR PUSTAKA
11