Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ETIKA PROFESI HUKUM TERKAIT NOTARIS

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Etika Profesi Hukum

Dosen pengampu : H. AHYAN, SH. M.H

Di Susun Oleh Kelompok 2:


1. FEBY ANDRIANTO

2. HURUFIANA

3. HUSNAENI

4. MUHAMMAD KHOLIQ

5. NANANG HAERUMANSYAH

6. ROFIK HARIRI

7. SULAIMAN

8. YOGI SUTIAWAN

9. ZAHRAUN NUFUS

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NWDI PANCOR
2023/2024
2
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa karena berkat rahmat dan
hidayah-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai Etika Profesi
Hukum tentang Etika Profesi Hukum Terkait Notaris.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Etika Profesi Hukum dan untuk mengetahui mengenai bagaimana Etika Profesi
Hukum Notaris itu. Selain itu kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sekirannya membangun dari
para pembaca agar kekurangan kebutuhan pembaca dan menambah wawasan mengenai
Etika Profesi Hukum.

Pancor, 7 Desember 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................

B. Rumusan masalah....................................................................................

C. Tujuan......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etik Profesi Hukum...............................................................

B. Kode Etik Profesi Notaris........................................................................

C. Tugas dan Wewenang Notaris.................................................................


D. Kode Etik Notaris Meliputi Kewajiban, Larangan dan Pengecualian...................8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.....................................................................................15

B. SARAN..................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang meletakkan hukum sebagai kekuatan tertinggi
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah memberikan jaminan
bagi seluruh warga negarannya untuk mendapatkan kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum yang berintikan pada kebenaran dan keadilan. Hukum mengatur
segala hubungan antar individu atau perorangan dan induvidu dengan kelompok atau
masyarakat maupun individu dengan pemerintah, hukum merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat manusia sehingga di dalam masyarakat
selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada norma hukum.
Hal tersebut menunjukkan pada hakikatnya para penegak hukum (Hakim, Jaksa,
Notaris dan Polisi) adalah pembela kebeneran dan keadilan, para penegak hukum harus
menjalankan dengan itikad baik dan ikhlas, sehingga profesi hukum merupakan profesi
terhormat dan luhur. Oleh karena mulia dan terhotmat, profesional hukum sudah
semestinya merasakan profesi ini sebagai pilihan dan sekaligus panggilan hidupnya
untuk melayani sesama dibidang hukum.
Notaris merupakan suatu profesi yang juga menempati posisi sebagai pejabat umum.
Dalam posisinya sebagai profesional di bidang hukum, notaris berperan dalam
menciptakan kepastian hukum bagi masyarakat dalam rangka penegakan hukum.
Notaris merupakan suatu profesi yang tercipta secara tidak langsung dari hasil interaksi
antar masyarakat yang kemudian berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
itu sendiri.1 Peran notaris sebagai ranah pencegahan (preventif) agar tidak terjadi
permasalahan hukum dilakukan dengan menerbitkan akta otentik sebagai alat bukti
tertulis dengan kekuatan pembuktian sempurna, yang dapat memberikan kontribusi
nyata dalam penyelesaian sengketa apabila terjadi sengeketa di kemudian hari
Kode Etik bagi profesi Notaris sangat diperlukan untuk menjaga kualitas pelayanan
hukum kepada masyarakat oleh karena hal tersebut, Ikatan Notaris Indonesia (INI)
sebagai satu-satunya organisasi protesi yang diakui kebenarannya sesuai dengan UU
Jabatan Notaris No.30 Tahun 2004, menetapkan Kode Etik bagi para anggotanya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang telah di paparkan, maka permasalahan yang akan
di angkat dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu Etika Profesi Hukum?
2. Bagaiman Etika Profesi Notaris?
3. Apa saja Tugas dan Wewenang Notaris?
4. Apa saja Kewajiban, Larangan dan Pengecualian dalam Etika Profesi
Hukum?
C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalahnya yang menjadi Tujan Makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari Etika Profesi Hukum
2. Untuk Mengetahui etika Profesi Notaris
3. Untuk mengetahui Tugas dan Wewenang Notaris
4. Mengetahui Kewajiban, Larangan dan Pengecualian dalam Etika Profesi Notaris

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika Profesi Hukum
Menurut etimologi, kata etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti
memiliki watak kesusilaan atau beradat. Etika adalah refleksi kritis, metodis, dan
sistematis tentang tingkah laku manusia sejauh berkaitan dengan norma – norma atau
tentang tingkah laku manusia dari sudut baik dan buruk.1
Etika pada hakekatnya merupakan pandangan hidup dan pedoman tentang
bagaimana seyogyannya seseorang itu bertindak. Bagi etika, baik buruknya, tercela
tidaknya perbuatan itu diukur dengan tujuan hukum, yaitu ketertiban masyarakat.
Masyarakat sebagai mahkluk sosial senantiasa dalam kehidupan sehari hari akan saling
melakukan interaksi sosial. Hubungan – hubungan yang terjadi dalam interaksi sosial
tersebut tidak jarang merupakan suatu hubungan hukum, yang tentunya akan
melahirkan suatu perbuatan hukum, yang mempunyai akibat-akibat hukum tertentu.
Bagi hukum problematikannya adalah ditaati atau dilanggar tidaknya kaedah hukum.
Hukum menuntut legalitas, yang berarti bahwa yang dituntut adalah pelaksanaan atau
pentaatan kaedah hukum semata;mata. Sebaliknya etika lebih mengandalkan itikad baik
dan kesadaran moral pada pelakunya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 1998, Etika diberi tiga arti yang cukup lengkap, yaitu:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak)
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh satu golongan atau
masyarakat umum.(13)
Berdasarkan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat
dirumuskan pengertian Etika, yaitu :
1) Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seorang atau
sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya.
2) Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral.

1
E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum; Sebuah Pendekatan Religius, Storia Grafika, Jakarta, 2001, ha.11

3
3) Etika bisa pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang
buruk.2
Pada umumnya profesi dapat dilukiskan sebagai pekerjaan yang menyediakan atau
memberikan pelayanan yang “higty specialized intellectual”. Jadi profesi adalah
pekerjaan pelayanan yang dilandasi dengan persiapan atau pendidikan khusus yang
formil dan landasan kerja yang ideal serta didukung oleh cita-cita etis masyarakat.
Profesi berbeda dengan pekerjaan lain yang tujuannya adalah untuk memperoleh
keuntungan semata-mata, sedangkan kalau profesi memusatkan perhatiannya pada
kegiatan yang bermotif pelayanan.
2. Kode Etik Profesi Notaris
Kata notaris berasal dari kata "nota literaria" yaitu tanda tulisan atau karakter yang
dipergunakan untuk menuliskan atau menggambarkan ungkapan kalimat yang
disampaikan nara sumber. Tanda atau karakter yang dimaksud adalah tanda yang
dipakai dalam penulisan cepat (stenografie).
Notaris sebagai pengemban profesi adalah orang yang memiliki keilmuan dan
keahlian dalam bidang ilmu hukum dan kenotariatan, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat yang memerlukan pelayanan, maka dari itu secara pribadi
Notaris bertanggungjawab atas mutu jasa yang diberikannya. Sebagai pengemban misi
pelayanan, profesi Notaris terikat dengan kode etik notaris yang merupakan
penghormatan martabat manusia pada umumnya dan martabat Notaris khususnya,
maka dari itu pengemban profesi Notaris mempunyai ciri-ciri mandiri dan tidak
memihak, tidak terpacu dengan pamrih, selalu rasionalitas dalam arti mengacu pada
kebenaran yang objektif, spesialitas fungsional serta solidaritas antar sesama rekan
seprofesi.3
Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayan, maka dari itu seorang Notaris harus
mempunyai perilaku baik yang dijamin oeh undang-undang, sedangkan undang-undang
telah mengamatkan pada perkumpulan untuk menetapkan kode etik profesi Notaris.
Perilaku notaris yang baik adalah perilaku yang berlandaskan pada kode etik profesi
Notaris, dengan demikian kode etik Notaris mengatur hal-hal yang harus ditaati oleh
seorang Notaris dalam menjalankan jabatannya dan juga di luar jabatannya.

2
14K.Bertens, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hal 5-6
3
HM Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral,& Keadilan, Sebuah Kajian Filsafat Hukum, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, hal.113

4
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, jabatan Notaris merupakan jabatan
kepercayaan. Oleh karena itu untuk melaksanakan jabatan luhur itu Notaris tidak
semata-mata hanya keahlian di bidang ilmu kenotariatan, tetapi juga perlu dijabat oleh
mereka yang berakhlak tinggi.
Berdasar pemaparan di atas, profesi Notaris mengandung pengertian suatu bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya)
tertentu, bersifat terus menerus mendahulukan pelayanan daripada imbalan,
mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, dan berkelompok dalam suatu organisasi.
Jabatan Notaris diartikan sebagai mempunyai fungsi sebagai notaris. Dengan demikian,
profesi jabatan Notaris adalah bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian untuk
membuat akta otentik dan kewenangan lainnya oleh mereka yang berfungsi sebagai
notaris sebagaimana dimaksud di dalam UUJN.
Pelaksanaan atas fungsi jabatan tersebut, menurut Herlien Budiono terdapat etika
jabatan Notaris yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan sikap para
Notaris berdasar nilai dan moral terhadap rekan Notaris, masyarakat, dan negara.
Dengan dijiwai pelayanan yang berintikan penghormatan terhadap martabat manusia
pada umumnya dan martabat notaris pada khususnya, maka ciri pengembanan profesi
Notaris adalah :
1) Jujur, mandiri, tidak berpihak, dan bertanggungjawab;
2) Mengutamakan, pengabdian pada kepentingan masyarakat dan negara;
3) Tidak mengacu pamrih ( disinterestedness)
4) Rasionalitas yang berarti mengacu kebenaran objektif;
5) Spesifitas fungsional, yaitu ahli di bidang kenotariatan; dan
6) Solidaritas antara sesama rekan dengan tujuan menjaga kualitas dan
martabat profesi.
Sesuai jabatan dan pelaksanaan tugasnya, menurut Habib Adjie harus
direkonstruksi hubungan hukum notaris dan para penghadap ( menghadap berhadapan)
yakni dimulai dari penghadap datang ke Notaris agar tindakan dan perbuatannya
diformulasikan ke dalam akta otentik sesuai dengan kewenangan Notaris, dan kemudian
Notaris membuatkan akta atas permintaan atau keinginan para penghadap tersebut,
maka dalam hal ini memberikan landasan kepada Notaris dan para penghadap telah
terjadi hubungan hukum. Oleh karena itu Notaris harus menjamin bahwa akta yang

5
dibuat tersebut telah sesuai menurut aturan hukum yang telah ditentukan sehingga
kepentingan yang bersangkutan terlindungi dengan akta tersebut. Dengan hubungan
hukum sepertti itu, maka perlu ditentukan kedudukan hubungan hukum tersebut yang
merupakan awal dari tanggung gugat Notaris yang ,ana ini dapat ditujukan terutama
terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam menjalankan jabatan-jabatan
khusus tertentu (beroepsaansprakelijkheid).
Lebih lanjut Habib Adjie menjelaskan bahwa pelaksanaan tugas jabatan notaris
merupakan pelaksanaan tugas jabatan yang esoterik, artinya diperlukan pendidikan
khusus dan kemampuan yang memadai untuk menjalankannya. Oleh sebab itu, Notaris
dalam menjalankan tugas jabatannya harus mematuhi ketentuan yang tersebut dalam
UUJN.
Kode etik Notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan
Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut “perkumpulan”berdasar
keputusan kongres perkumpulan dan atau/ yang ditentukan oleh dan diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi
serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan da semua orang yang
menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris , termasuk didalamnya notaris para pejabat
sementara, Notaris pengganti dan Notaris pengganti khusus.
3. Tugas dan Wewenang Notaris
Notaris bertindak sebagai pelayan masyarakat karena diangkat oleh pemerintah
untuk melayani kebutuhan masyarakat akan dokumen-dokumen legal yang sah. Dalam
melaksanakan tugas sehari-hari notaris adalah pejabat yang bertindak secara pasif dalam
artian mereka menunggu masyarakat datang ke mereka untuk kemudian dilayani atau
menunggu datangnya bola dan tidak menjemput bola.
Tugas dan wewenang Notaris diatur dalam Pasal 1 angka 1 UUJN, yaitu membuat
akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UUJN.
Kewenangan lain sebagaimana dimaksud dalam UUJN merujuk kepada Pasal 15 ayat
(1), (2) dan ayat (3) UUJN.
Kewenangan Notaris dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN, yaitu: Notaris berwenang
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundangundangan dan/ atau dikehendaki oleh yang
berkepentingan supaya dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian

6
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
Berdasarkan kewenangan diatas, Notaris berwenang membuat akta sepanjang
dikehendaki oleh para pihak atau menurut aturan hukum yang wajib dibuat dalam
bentuk akta otentik. Pembuatan akta tersebut harus berdasarkan aturan hukum yang
berkaitan dengan prosedur pembuatan akta Notaris.
Selanjutnya menurut Pasal 15 ayat (2) UUJN, Notaris berwenang pula:
a) Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b) Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus;
c) Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan;
d) Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e) Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f) Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, dan
g) Membuat akta risalah lelang.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa wewenang Notaris yang utama adalah
membuat akta otentik yang berfungsi sebagai alat bukti yang sempurna. Suatu akta
Notaris memperoleh stempel otentisitas, menurut ketentuan Pasal 1868 KUH Perdata
jika akta yang bersangkutan memenuhi persyaratan:
1) Akta itu harus dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum.
2) Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang.
3) Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus
mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.
Menurut G.H.S. Lumban Tobing, Wewenang Notaris meliputi 4 hal, yaitu:4
a) Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat itu.
Maksudnya adalah bahwa tidak semua akta dapat dibuat oleh Notaris.

4
G.H.S. Lumban Tobing, Opcit., hal. 49 - 50

7
Aktaakta yang dapat dibuat oleh Notaris hanya akta-akta tertentu yang
ditugaskan atau dikecualikan kepada Notaris berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
b) Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang (-orang) untuk
kepentingan siapa akta itu dibuat; maksudnya Notaris tidak berwenang
membuat akta untuk kepentingan setiap orang. Misalnya dalam Pasal 52
UUJN ditentukan bahwa Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk
diri sendiri, istri/ suami, orang lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan Notaris, baik karena perkawinan maupun hubungan darah dalam
garis keturunan lurus ke bawah dan/ atau ke atas tanpa pembatasan derajat,
serta dalam garis ke samping sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi
pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan
perantaraan kuasa. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut menyebabkan
akta Notaris tidak lagi berkedudukan sebagai akta otentik, tetapi hanya
sebagai akta di bawah tangan.
c) Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat dimana akta dibuat.
Maksudnya bagi setiap Notaris ditentukan wilayah jabatan sesuai dengan
tempat kedudukannya. Untuk itu Notaris hanya berwenang membuat akta
yang berada di dalam wilayah jabatannya. Akta yang dibuat di luar wilayah
jabatannya hanya berkedudukan seperti akta di bawah tangan.
d) Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.
Maksudnya adalah Notaris tidak boleh membuat akta selama masih cuti atau
dipecat dari jabatannya, demikian pula Notaris tidak berwenang membuat
akta sebelum memperoleh Surat Pengangkatan (SK) dan sebelum melakukan
sumpah jabatan.
Apabila salah satu persyaratan kewenangan tidak terpenuhi maka akta yang dibuat
oleh atau dihadapan Notaris tidak berstatus sebagai akta otentik dan hanya mempunyai
kekuatan pembuktian seperti akta di bawah tangan apabila akta itu ditandatangani oleh
para penghadap.
4. Kode Etik Notaris Meliputi Kewajiban, Larangan dan Pengecualian
 Kewajiban Kode Etik Profesi Notaris

8
Sebagai Jabatan dan Profesi yang terhormat Notaris mempunyai kewajiban-
kewajiban yang harus dilaksanakan baik berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang khusus mengatur mengenai Notaris, yaitu UUJN maupun peraturan perundang-
undangan lainnya yang harus ditaati oleh Notaris, misalnya Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Notaris diangkat oleh penguasa untuk
kepentingan publik. Wewenang dari Notaris diberikan oleh undang-undang untuk
kepentingan publik bukan untuk kepentingan diri Notaris sendiri. Oleh karena itu
kewajiban-kewajiban Notaris adalah kewajiban jabatan.5
Pasal 3 Kode Etik Notaris mengatur mengenai kewajiban Notaris, seorang Notaris
mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1) Seorang Notaris harus mempunyai moral, akhlak serta kepribadian yang
baik, karena Notaris menjalankan sebagai kekuasaan Negara di bidang
Hukum Privat, merupakan jabatan kepercayaan dan jabatan terhormat.
2) Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris,
karena harkat dan martabat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari jabatan.
3) Menjaga dan membela kehormatan perkumpulan, karena anggota yang
merupakan bagian dari perkumpulan, maka seorang Notaris harus dapat
menjaga kehormatan perkumpulan dan kehormatan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari perkumpulan.
4) Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab
berdasarkan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris.
Maksudnya Jujur terhadap diri sendiri, terhadap klien dan terhadap profesi.
Mandiri dalam arti dapat menyelenggarakan kantor sendiri, tidak tergantung
pada orang atau pihak lain serta tidak menggunakan jasa pihak lain yang
dapat mengganggu kemandiriannya. Tidak berpihak berarti tidak membela/
menguntungkan salah satu pihak dan selalu bertindak untuk kebenaran dan
keadilan. Penuh rasa tanggung jawab dalam arti selalu dapat
mempertanggungjawabkan semua tindakannya, akta yang dibuatnya dan
bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diembannya.

5
https://www.hukumonline.com/klinik/a/mengenal-profesi-notaris-dan-kode-etiknya-it632d70d53e11f di
akses 7-12-2023

9
5) Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu
pengetahuan hukum dan kenotariatan. Menyadari Ilmu selalu berkembang
serta hukum tumbuh dan berkembang bersama dengan perkembangan
masyarakat.
6) Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarkat dan Negara.
Notaris diangkat bukan untuk kepentingan individu Notaris, jabatan Notaris
adalah jabatan pengabdian, oleh karena itu Notaris harus selalu
mengutamakan kepentingan masyarakat dan Negara.
7) Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotarisan lainnya untuk
masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk kepedulian (rasa sosial) Notaris terhadap
lingkungannya dan merupakan bentuk pengabdian Notaris terhadap
masyarakat, bangsa dan Negara.
8) Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan
satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugas jabatan sehari-hari. Notaris tidak boleh membuka kantor cabang,
kantor tersebut.
9) Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
diselenggarakan oleh perkumpulan, menghormati, mematuhi, melaksanakan
setiap dan seluruh keputusan perkumpulan. Aktivitas dalam berorganisasi
dianggap dapat menumbuhkembangkan rasa persaudaraan profesi.
Mematuhi dan melaksanakan keputusan organisasi adalah keharusan yang
merupakan tindak lanjut dari kesadaran dan kemauan untuk bersatu dan
bersama.
10) Membayar uang iuran perkumpulan secara tertib, memenuhi kewajiban
financial adalah bagian dari kebersamaan untuk menanggung biaya
organisasi secara bersama dan tidak membebankan pada salah seorang atau
sebagian orang.
11) Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang
meninggal dunia. Meringankan beban ahli waris rekan seprofesi merupakan
wujud kepedulian dan rasa kasih antar rekan.

10
12) Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium yang
ditetapkan perkumpulan. Hal tersebut adalah untuk menghindari persaingan
tidak sehat, menciptakan peluang yang sama dan mengupayakan
kesejahteraan bagi seluruh Notaris.
13) Menjalankan jabatan Notaris teutama dalam pembuatan, pembacaan dan
penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-alasan
yang sah. Akta dibuat dan diselesaikan di Kantor Noatris, diluar kantor pada
dasarnya meruipakan pengecualian. Diluar kantor harus dilakukan dengan
tetap mengingat Notaris hanya boleh mempunyai satu kantor.
14) Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan
tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan
sejawat secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling
membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim.
Dalam berhubungan antar sesama rekan dilakukan dengan sikap dan perilaku
yang baik dengan saling menghormati dan menghargai atas dasar saling
bantu membantu tidak boleh saling menjelekan apalagi dihadapan klien.
15) Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan
status ekonomi dan status sosialnya. Memperlakukan dengan baik harus
diartikan tidak saja Notaris bersikap baik tetapi juga tidak membuat
pembedaan atas dasar suku, ras, agama serta status sosial dan keuangan.
16) Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai
kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas
pada ketentuan yang tercantum dalam UUJN, Penjelasan Pasal 19 ayat (2)
UUJN, Isi Sumpah Jabatan Notaris, Anggaran Dasar dan Rumah Tangga ini.
 Larangan Kode Etik Profesi Notaris
Pasal 4 Kode Etik Notaris mengatur mengenai larangan, larangan tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang maupun kantor
perwakilan. Larangan ini diatur pula dalam Pasal 19 UUJN sehingga
pasal ini dapat diartikan pula sebagai penjabaran UUJN dan mempunyai
satu kantor harus diartikan termasuk kantor PPAT

11
2) Memasang papan nama atau tulisan yang berbunyi “Notaris/Kantor
Notaris” diluar lingkungan kantor. Larangan ini berkaitan dengan
kewajiban yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (9) Kode Etik Notaris
sehingga tindakannya dapat dianggap sebagai pelanggaran atas
kewajiban.
3) Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara
bersamasama dengan mencantumkan nama dan jabatannya,
menggunakan sarana media cetak dan atau elektronik dcalam bentuk
iklan, ucapan selamat, ucapan bela sungkkawa, ucapan terima kasih,
kegiatan pemasaran, kegiatan sponsor baik dalam bidang social,
keagamaan maupun olah raga. Larangan ini merupakan konsekuensi
logis dari kedudukan Notaris sebagai Pejabat Umum dan bukan sebagai
Pengusaha/Kantor Badan Usaha sehingga publikasi/promosi tidak dapat
dibenarkan.
4) Bekerjasama dengan biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada
hakikatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau mendapatkan
klien. Notaris adalah Pejabat Umum dan apa yang dilakukan merupakan
pekerjaan jabatan dan bukan dengan tujuan pencarian uang atau
keuntungan sehingga penggunaan biro jasa/orang/badan hukum sebagai
perantara pada hakikatnya merupakan tindakan pengusaha dalam
pencairan keuntungan yang tidak sesuai dengan kedudukan peran dan
fungsi Notaris.
5) Menanda tangani akta yang proses pembuatan minutanya telah disiapkan
oleh pihak lain. Jabatan Notaris harus mandiri, jujur dan tidak berpihak
sehingga pembuatan minuta yang telah dipersiapkan oleh pihak lain tidak
memenuhi kewajiban Notaris yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (4) Kode
Etik Notaris.
6) Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatngani. Penanda
tanganan akat Notaris merupakan bagian dari keharusan agar akta
tersebut dikatakan sebagai akta otentik. Selain hal tersebut, Notaris
menjamin kepastian tanggal penandatanganan.

12
7) Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun agar seseorang berpindah
dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada
klien yang bersangkutan maupun melalui perantara orang lain.
Berperilaku baik dan menjaga hubungan baik dengan sesama rekan
diwujudkan antara lain dengan tidak melakukan upaya baik langsung
maupun tidak langsung mengambil klien rekan.
8) Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-
dokumen yang telah diserahkan atau melakukan tekanan psikologis
dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya. Pada
dasarnya setiap pembuatan akta harus dilakukan dengan tanpa adanya
paksaan dari siapapun termasuk Notaris. Kebebasan membuat akta
merupakan hak dari klien itu.
9) Melakukan usaha-usaha baik langsug maupun tidak langsung yang
menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama
rekan Notaris. Persaingan yang tidak sehat merupakan pelanggaran
terhadap Kode Etik sehingga upaya yang dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung harus dianggap sebagai pelanggaran Kode Etik
10) Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dengan jumlah
lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan Perkumpulan.
Penetapan honor yang lebih rendah dianggap telah melakukan persaingan
yang tidak sehat yang dilakukan melalui penetapan honor.
11) Memperkejakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan
kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang
bersangkutan. Mengambil karyawan rekan Notaris dianggap sebagai
tindakan tidak terpuji yang dapat mengganggu jalannya kantor Rekan
Notaris.
12) Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang
dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi atau menemukan
suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata didalamnya
terdapat kesalahankesalahan yang serius dan/atau membahayakan klien,
maka Notaris tersebut wajib memberitahukan kepada rekan sejawat yang
bersangkutan atas kesalahan yang dibuatnya dengan cara yang tidak

13
bersifat menggurui, melainkan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang
tidak diinginkan terhadap klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat
tersebut.
13) Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif
dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga,
apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk berpartisipasi.
Notaris wajib memperlakukan rekan Notaris sebagai keluarga seprofesi,
sehingga diantara sesama rekan Notaris harus saling menghormati, saling
membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali
silaturahim.
14) Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mencantumkan gelar yang
tidak saah merupakan tindak pidana, sehingga Notaris dilarang
menggunakan gelar-gelar tidak sah yang dapat merugikan masyarakat
dan Notaris itu sendiri.
15) Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai
pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun tidak terbatas
pada pelnggaran-pelanggaran terhadap ketentuanketentuan dalam UUJN.
 Pengecualian Kode Etik Profesi Notaris
Pasal 5 Kode Etik Notaris mengatur mengenai hal-hal yang merupakan
pengecualian, sehingga tidak termasuk pelanggaran, hal tersebut meliputi :
1) Memberikan ucapan selamat, ucapan duka cita dengan menggunakan kartu
ucapan, surat, karangan bunga ataupun media lainnya dengan tidak
mecantumkan Notaris, tetapi hanya nama saja. Dibolehkan sebagai pribadi
dan tidak dalam jabatan dan tidak dimaksudkan sebagai promosi tetapi upaya
menunjukan kepedulian sosial dalam pergaulan.
2) Pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor telepon, fax
dan telex yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom dan/atau instansi-
instansi dan/atau lembaga-lembaga resmi lainnya. Hal tersebut dianggap
tidak lagi sebagai media promosi tetapi lebih bersifat pemberitahuan.
3) Memasang 1 (satu) tanda penunjuk jalan dengan ukuran tidak melebihi 20 x
50 cm, dasar berwarna putih, huruf berwarna hitam, tanpa mencantumkan

14
nama Notaris serta dipasang dalam radius maksimum 100 meter dari kantor
Notaris dipergunakan sebagai papan petunjuk, bukan papan promosi.6

6
https://www.studocu.com/id/document/universitas-singaperbangsa-karawang/etika-profesi-guru/
kewajibanlaranganpengecualian-kode-etik-notaris/37264717 Di akses 7-12-2023

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Pemaparan tersebut dapat kita ambil beberapa kesimpulan bahwa Etika adalah
Keseluruhan tuntutan moral yang terkena pada pelaksanaan suatu profesi, sehingga
etika profesi memperhatikan masalah ideal dan praktek-praktek yang berkembang
karena adanya tanggung jawab dan hak-hak istimewa yang melekat pada profesi
tersebut, yang merupakan ekspresi dari usaha untuk menjelaskan keadaan yang belum
jelas dan masih samar-samar dan merupakan penerapan nilai-nilai moral yang umum
dalam bidang khusus yang lebih dikonkretkan lagi dalam Kode Etik.
Kode Etik Notaris dilandasi oleh kenyataan bahwa Notaris sebagai pengemban
profesi adalah orang yang memiliki keahlian dan keilmuan dalam bidang kenotariatan,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan pelayanan dalam
bidang kenotariatan. Secara pribadi Notaris bertanggungjawab atas mutu pelayanan jasa
yang diberikan. Spirit Kode Etik Notaris adalah penghormatan terhadap martabat
manusia pada umumnya dan martabat Notaris pada khususnya.
Tugas dan wewenang Profesi Notaris ini sangat banyak tapi yang paling penting
dari tugas dan Wewenangnya adalah Notaris berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundangundangan dan/ atau dikehendaki oleh yang berkepentingan supaya dinyatakan
dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-
akta itu tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.
Penjelasan Kewajiban notaris berdasarkan pendapat Ira Koesoemawati & Yunirman
Rijan dalam Ke Notaris (2009), adalah sebagai berikut: Seorang notaris wajib bertindak
jujur, seksama, dan tidak memihak. Kejujuran penting karena jika seorang notaris
bertindak dengan ketidakjujuran akan banyak merugikan masyarakat. Ketidakjujuran
juga akan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat yang berakibat merendahkan
lembaga notaris.

16
B. Saran
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan acuan dan semangat untuk mengkaji dan
membuat makalah yang semakin baik, tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika
dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna.
Adapun nantinya kami akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

14K.Bertens, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997.


HM Agus Santoso, 2012, Hukum, Moral,& Keadilan, Sebuah Kajian Filsafat Hukum,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum; Sebuah Pendekatan Religius, Storia Grafika,
Jakarta, 2001.
G.H.S. Lumban Tobing,
https://www.hukumonline.com/klinik/a/mengenal-profesi-notaris-dan-kode-etiknya-
it632d70d53e11f di akses 7-12-2023
https://www.studocu.com/id/document/universitas-singaperbangsa-karawang/etika-
profesi-guru/kewajibanlaranganpengecualian-kode-etik-notaris/37264717 Di
akses 7-12-2023

18

Anda mungkin juga menyukai