Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Kode Etik Advokat : Makna dan Pengertian, Dasar Hukum, Karakterteristik, dan
Kepribadian Advokat.

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Keadvokatan

Dosen Pengampu : Faqqihudin, S.H.I, M.H.

Nama Anggota :

1. Fathia Putri Adilla (2102056045)


2. Helma Amalia Putri (2102056055)
3. Rio Taqy Fadilah (2102056076)

ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kode Etik Advokat : Makna dan Pengertian,
Dasar Hukum, Karakterteristik, dan Kepribadian Advokat”. Shalawat serta salam senantiasa
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di hari
kiamat.

Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan atau pedoman bagi pembaca,menambah wawasan serta pengalaman dalam
kepenulisan. Sekalipun telah diusahakan dengan sebaik mungkin,namun makalah ini tentunya
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,saran dan kritik dari pembaca diharapkan
bisa untuk disampaikan demi perbaikan makalah ini

Semarang, 17 September 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3

A. Latar Belakang. ............................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4

A. Makna dan Pengertian Kode Etik Advokat ............................................................... 4

B. Dasar Hukum Kode Etik Advokat .............................................................................. 7

C. Karakteristik Kode Etik Advokat ............................................................................... 8

D. Kepribadian Advokat ................................................................................................... 9

BAB III PENUTUPAN .......................................................................................................... 12

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada tahun 1974 telah diperkenalkan satu peraturan yang mengatur profesi
advokat. Peraturan yang dikenal dengan nama Reglement op de Rechterlijke organisatie
en het Beleid der Justitie in Indonesia dengan segala perubahan dan penambahannya,
antara lain menyebutkan advokat adalah Procureur.

Di samping advokat, pada masa hukum dalam perkara, dalam atau di luar sebelum
kemerdekaan nasional, kita mengenal pokrol atau sering disebut dalam hukum yang
memberikan bantuan atau istilah bahasa Inggris bush lawyer. Mereka adalah pemuka –
pemuka masyarakat atau orang – orang biasa yang setelah memperoleh pendidikan
praktek hukum seperti; Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Pidana, Hukum Perdata,
Hukum Pidana, diberikan izin pengadilan untuk memberikan nasehat hukum atau
melakukan pembelaan masyarakat pencari keadilan di depan pengadilan.

Advokat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem peradilan itu sendiri,
memiliki kewajiban moral untuk ikut memastikan bahwa prinsip-prinsip peradilan
(administration of justice) yang baik harus dipenuhi dalam sistem hukum yang ada
mengupayakan peradilan yang adil dan benar (fair trial). 1

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dan pengertian kode etik advokat?
2. Apa saja dasar hukum kode etik advokat?
3. Bagaimana karakteristik kode etik advokat?
4. Bagaimana kepribadian advokat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna dan pengertian kode etik advokat.
2. Untuk mengetahui dasar hukum kode etik advokat.
3. Untuk mengetahui karakteristik kode etik advokat.
4. Untuk mengetahui kepribadian advokat.

1
Fransiska Novita Eleanora, “KODE ETIK ADVOKAT SEBAGAI PEDOMAN DALAM PENEGAKAN HUKUM,”
JURNAL ILMIAH HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT 12, no. 1 (11 November 2016),
https://doi.org/10.56444/hdm.v12i1.344.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Makna dan Pengertian Kode Etik Advokat
Sebelum mengulas lebih mendalam mengenai kode etik profesi advokat, tak ada
salahnya bila kita menyinggung sedikittentang etika dan moral. Karena kedua istilah
tersebut sangaterat hubungannya dengan perilaku sesoeorang. Yang mana hal itumenjadi
poin utama dalam penerapan kode etik sebuah profesi seseorang.

Etika merupakan ilmu tentang baik/buruknya sesuatu,serta hak dan kewajiban


moral. Atau yang sering disebut akhlak. Menurut Bartens, kata etika berasal dari bahasa
Yunani kuno, yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik.
Sedangkan, bentuk jamaknya to etha artinya adat kebiasaan.

Kemudian, oleh Aristoteles, seorang filsuf Yunani sudahmenggunakan bentuk


jamak kata tersebut untuk menunjukkan filsafat moral. Selain itu, menurut Surahwardi K.
Lubis, dalam istilah Latin, ethos atau ethikos yang kemudian sering disebutdengan mos,
kemudian terlahirlah moralitas atau sering diistilahkan dengan kata moral. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, definisi etika adalah suatu ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk, serta bicara tentang hak dan kewajiban moral; kumpulan asas atau nilai yang
Berkenaan dengan akhlak: nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Sedangkan menurut ensiklopedi Indonesia, etika diartikan sebagai suatu ilmu
yang mengandung tentang kesusilaan.

Sedangkan, kata moral memiliki beberapa arti: pertama, sebagai ajaran tentang baik
buruk yang diterima masyarakat umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi
pekerti, dan susila. Kedua, sebuah kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan.

Menilik dari pengertian moral di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa pada
prinsipnya, moral merupakan alat penuntun, pedoman sekaligus alat kontrol yang paling
mujarab dalam mengendalikan kehidupan manusia. Bila seseorang tidak fungsikan moral
yang telah dianugerahkan dalam dirinya secara sempurna, maka orang tersebut akan selalu
melakukan perbuatan atau tindakan yang tidak benar alias sesat. Dengan demikian, orang
itu secara sadar atau tidak telah merendahkan dirinya sendiri.

4
Secara etimologi, kata etika sama dengan kata moral, keduanya memiliki arti adat
kebiasaan. Hanya saja perbedaan keduanya terdapat pada asal bahasanya bila etika berasal
dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari bahasa latin.

Sejalan dengan penjelasan di atas, istilah etika dan moral memiliki arti yang sama
yaitu suatu norma-norma atau nilai – nilai yang menjadi organ (alat) seseorang atau satu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Tentunya, hal itu berkaitan dengan kesadaran
yang harus dijalankan oleh seseorang dalam memaknai dirinya sendiri. Itulah yang sering
disebut dengan kesadaran moral.2

Merujuk dari berbagai definisi dan pengertian di atas maka segala perbuatan-
perbuatan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari akan bermuara pada tumpuan
moral. Namun demikian, karena dasarnya manusia mempunyai kelemahan dan
keterbatasan. Semisal berbuat keliru, khilaf, maupun kesalahan. Itu pula yang menjadi
suatu hal yang menimbulkan penyimpangan atau pelanggaran terhadap kaidah sosial yang
menyebabkan kondisi tidak aman, tertib, serta mengurangi kestabilan di masyarakat.

Oleh karena itu tentunya diperlukan suatu sarana pendukung yaitu organisasi
masyarakat atau organisasi pemerintah yang ada di berbagai bidang, misalnya bidang
pendidikan, militer, sosial, politik, bahkan hukum sekalipun.3

Dalam bidang hukum, organisasi masyarakat itu bisa berupa organisasi profesi
advokat yang berpegang teguh pada pedoman yang termaktub dalam kode etik. Jika dalam
bidang kenegaraan, organisasi masyarakat itu adalah negara itu sendiri yang berpedoman
pada undang-undang. Harapannya, melalui organisasi itu bisa menumbuhkan ketertiban
dan kestabilan dalam masyarakat.

Itulah dibentuk sebuah pedoman bagi seorang advokat dalam menjalankan tugas
profesinya berupa kode etik advokat. Pencetusan kode etik profesi advokat berawal saat
pertemuan para advokat yang menghasilkan sebuah kesepakatan, berupa piagam baturaden
pada 27 juni 1971. Isinya merumuskan tentang unsur-unsur penyebutan seorang
profesional, diantaranya.

1. Harus ada ilmu (hukum) yang dikembangkan di dalamnya.

2
Sartono dan Bhekti Suryani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Advokat, Cet. 1 (Jakarta: Dunia Cerdas,
2013, t.t.).
3
Ibid., hal. 103 – 105.

5
2. Harus ada unsur kebebasan tidak boleh ada dienst verhouding atau (hubungan dinas)
hierachis.
3. Mengabdi kepada kepentingan umum, dan tujuan utama bukan untuk mencari nafkah.
4. Ada clienten-verhouding, yaitu hubungan kepercayaan di antara advokat dan klien.
5. Adanya kewajiban saling merahasiakan informasi dari klien dan adanya jaminan akan
kerahasiaan tersebut oleh undang-undang.
6. Adanya immunitet terhadap penuntutan tentang hak yang dilakukan di dalam
menjalankan tugas pembelaan.
7. Ada kode etik dan peradilan kode etik.
8. Adanya honorarium yang menyesuaikan kemampuan klien. (Orang yang tidak mampu
harus ditolong tanpa memikirkan biaya, tetapi dengan usaha yang sama).

Ke-8 poin yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut, yang akhirnya menjadi unsur
penilaian ke profesionalan seseorang. Namun, untuk mencegah munculnya perilaku
immoral dari para profesional, kemudian dibentuklah sebuah aturan khusus yang dijadikan
sebagai standar penilaian keetisan suatu perbuatan. Dan, standar etika dalam lingkup suatu
profesi dikenal dengan nama kode etik.

Kode etik dapat ditinjau secara luas maupun sempit. Kode etik dalam arti luas yaitu
etika yang nilai-nilainya terkandung dalam moral dan susila. Serta diciptakan dan
diberlakukan untuk seluruh umat manusia secara universal. Sedangkan kode etik dalam arti
sempit adalah etika yang diciptakan dan diberlakukan untuk golongan/kelompok manusia
tertentu dalam masyarakat. Kode etik ini yang sering juga disebut sebagai etika profesi.4

Menurut Bertens, kode etik ini ibarat kompas yang menujukkan arah bagi suatu
profesi, dan sekaligus berfungsi untuk menjamin mutu moral profesi tersebut bagi
Masyarakat penggunanya.5

Sedangkan menurut Subekti, fungsi dan tujuan kode etik adalah untuk martabat
profesi dan menjaga kesejahteraan para anggotanya dengan membuat system larangan –
larangan untuk tidak melakukan perbuatan – perbuatan yang tercela.6 pendapat senada

4
Ibid., hal. 104.
5
K Bertens, Etika (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 280.
6
Ibid., hal. 253.

6
dikemukakan oleh Sidharta, menurutnya kode etik profesi adalah seperangkat kaidah
perilaku sebagai pedoman yang harus ditaati dalam mengemban suatu profesi.7

Dari uraian tersebut setidaknya ada tiga maksud yang terkandung dalam
pembentukkan kode etik, yaitu : untuk menjaga dan meningkat kualitas moral, kualitas
ketrampilan teknis, dan otomatis sekaligus melindungi kesejahteraan materil para
pengemban profesi.

B. Dasar Hukum Kode Etik Advokat


Dasar hukum kode etik profesi advokat Indonesia adalah Undang – Undang Nomor
18 tahun 2003 tentang advokat Pasal 26, Pasal 27, Pasal 29 dan Pasal 33.

Dalam pasal 26 menyebutkan :

(1) Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat, disusun kode etik profesi
advokat oleh organisasi advokat.
(2) Advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi advokat dan ketentuan tentang
dewan kehormatan organisasi advokat.
(3) Kode etik profesi advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan.
(4) Pengaawasan atas pelaksanaan kode etik profesi advokat dilakukan oleh organisasi
advokat.
(5) Dewan kehormatan organisasi advokat memeriksan dan mengadii pelanggaran kode
etik profesi advokat berdasarkan tata cara dewan kehormatan organisasi advokat.
(6) Keputusan dewan kehormatan organisasi advokat tidak menghilangkan tanggungjawab
pidana apabila pelanggaran terhadap kode etik profesi advokat mengandung unsur
pidana.
(7) Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi
advokat diatur lebih lanjut dengan keputusan dewan kehormatan organisasi advokat.

Rumusan kode etik yang berlau adalah sebagaimana disebutkan daam pasal 33:

Kode etik dan ketentuan tentang dewan kehormatan profesi advokat yang telah
ditetapkan oleh ikatan advokat di Indonesia (IKADIN). Asosiasi advokat Indonesia
(AAI) Ikatan penasihat hukum Indonesia (IPHI), Himpunan advokat dan pengacara
Indonesia (HAPI), serikat pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi konsultan hukum

7
Ibid.

7
Indonesia (AKHI), dan Himpunan konsultan hukum pasar modal (HKHPM), pada
tanggal 23 mei 2002 dinyatakan mempunyai keuatan hukum secara mutatis mutandis
menurut undang-undang ini sampai ada ketentuan yang baru yang dibuat oleh
organisasi advokat. 8

Merujuk pada pembukaan kode etik advokat Indonesia, tahun 2002, menjelaskan
bahwa, kode etik advokat Indonesia berfungsi sebagai hukum tertinggi dalam menjalankan
profesi advokat itu sendiri, yang menjamin dan melindungi para advokat. Namun begitu,
di dalamnya juga membebankan kewajiban kepada setiap advokat untuk senantiasa jujur
dan bertanggung jawab dalam setiap menjalankan profesinya baik kepada klien,
pengadilan, negara atau masyarakat dan terutama dirinya sendiri.

C. Karakteristik Kode Etik Advokat


Agar kode etik dapat dipatuhi oleh anggota profesi, maka rumusan kode etik harus
memiliki karakteristik antara lain :

1. Produk terapan, berupa etika yang praktis, dan bukan konsep etika yang masih
abstrak.
2. Sehebat apapun rumusan kode etik, tetaplah produk akal manusia yang subyektif.
Oleh karenanya kode etik harus bersifat dinamis, yaitu bisa diubah sewaktu-waktu
seiring perubahan social.
3. Kode etik harus dijiwai oleh nilai-nilai yang hidup dan berkembang dikalangan
profesi.
4. Merupakan self-regulation (pengaturan diri), tidak dipaksakan dari luar. Kode etik
harus dirumuskan dari, oleh dan untukkalangan profesi, sehingga mengikat lebih
kuat disbanding peraturan lain yang dibuat oleh pihak lain juga.
5. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah perilaku yang tidak etis, ukuran etisa dan
tidak etis tentu harus mempertimbangkan norma-norma yang berlaku, seperti norma
social, norma hukum, dan terutama adalah norma agama, Rumusan kode etik tidak
boleh menabrak norma-norma tersebut.9

8
Khoirin, KEADVOKATAN DAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA, Cet. 1 (Semarang: Karya
Abadi Jaya, 2015), hal. 71 – 72.
9
Ibid., hal. 78.

8
D. Kepribadian Advokat
Kepribadian advokat Indonesia adalah warga negara Indonesia atau WNI yang
bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, bersikap ksatria, jujur dalam mempertahankan
keadilan dan kebenaran, dilandasi moralitas tinggi, luhur dan mulia, menjunjung tinggi
hukum, Undang – Undang Dasar Republik Indonesia, kode etika, serta sumpah jabatan.
Ketentuan-ketentuan ini memang masih umum, merupakan etika universal yang perlu
dijabarkan lebih lanjut. Tetapi sifat-sifat ini harus menjadi cita – cita yang ideal, yang
setiap advokat harus berusaha maksimal untuk menerapkannya dalam pribadi dan menjiwai
segala aktivitas profesinya. 10

Advokat Indonesia adalah warga negara Indonesia sendiri. Artinya, warga asing
tidak boleh menjadi advokat di Indonesia. Advokat asing boleh membuka kantor di
Indonesia tetapi harus mendapatkan izin dari organisasi advokat, dan harus mematuhi
semua aturan yang berlaku di Indonesia. Ketentuan ini meskipun lahirnya nampak
diskriminatif, tetapi batinnya mengandung tujuan yang luhur, yaitu perwujudan
nasionalisme, cinta tanah air, dan sekaligus perlindungan terhadap warga sendiri. Hal ini
juga untuk memagari pengaruh liberalisasi hukum yang mulai masuk ke Indonesia, yang
belum tentu sesuai dengan jiwa dan budaya masyarakat timur.

Kepribadian advokat dalam mengemban profesinya harus berdasarkan prinsip –


prinsip sebagaimana tercantum dalam pasal 3 sebagai berikut:

a. Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang
yang memerlukan jasa atau bantuan hukum dengan pertimbangan oleh karena tidak
sesuai dengan keahliannya dan atau bertentangan dengan hati nuraninya. Sebaliknya
seorang advokat tidak boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan
karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan
politik dan kedudukan sosialnya. Prinsip ini dibangun dari teori, bahwa orang memilih
hak yang sama di depan hukum. Oleh karenanya, perbedaan apapun tidak boleh
menghalangi seseorang untuk mendapatkan akses terhadap keadilan. Advokat sebagai
penegak hukum harus memperlakukan dan memberikan perhatian yang sama kepada
semua klien, termasuk klient yang cuma – cuma .
b. Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi tetapi lebih mengutamakan tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan.

10
Sartono dan Suryani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Advokat. Hal. 107.

9
Tidak bisa dipungkiri bahwa profesi advokat adalah profesi untuk mencari pencaharian,
untuk mendapatkan honor atau fee dari jasa-jasa hukum yang telah diberikan,
sebagaimana profesi-profesi profit lainnya. Tetapi meskipun demikian, pribadi advokat
tidak boleh "moto dueten" hanya mau membela yang bayar dan bukan yang benar.
Dalam perspektif ajaran Islam, motivasi awal menjadi advokat haruslah diniatkan
sebagai sarana ibadah dan dakwah. Profesi advokat ini bisa dijadikan sarana untuk
melakukan Amar ma'ruf nahi munkar, yaitu membela yang lemah, yang terzalimi, lebih
efektif dibandingkan dengan profesi-profesi lain.
c. Advokat dalam menjalankan profesinya adalah bebas dan mandiri serta tidak
dipengaruhi oleh siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam
negara hukum di Indonesia. Advokat meskipun berasal dari suatu organisasi atau
kelompok masyarakat tertentu, tetapi dalam menjalankan profesinya memberikan jasa-
jasa hukum tidak boleh pandang bulu, tidak boleh ada misi-misi tertentu, selain dalam
rangka menegakkan hukum dan HAM secara objektif.
d. Advokat wajib memelihara rasa solidaritas di antara teman sejawat. Advokat wajib
memberikan bantuan dan pembelaan hukum kepada teman sejawat yang diduga atau
didakwa dalam suatu perkara pidana, baik atas permintaannya sendiri atau karena
penunjukan organisasi profesi. Rasa pertemanan sejawat ini juga berlaku pada profesi-
profesi yang lain, dengan tujuan yang sama, yaitu membangun kekompakan dan
kerukunan sesama profesi, agar terbina kewibawaan korp untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat.
e. Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi advokat sebagai profesi terhormat
(officium nobile). Maka advokat tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan yang lain
yang dapat merugikan kebebasan, derajat dan martabat advokat. Seorang advokat tidak
boleh bersamaan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menurut pandangan umum bisa
merendahkan martabat dan nama baik profesi. Untuk menghindari konflik of interest,
seorang advokat yang kemudian diangkat untuk menduduki suatu jabatan negara
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif) tidak dibenarkan untuk berpraktek sebagai advokat
dan tidak diperkenankan namanya dicantumkan atau dipergunakan oleh siapapun atau
oleh kantor manapun dalam suatu perkara yang sedang diproses/berjalan selama ia
menduduki jabatan tersebut.

10
f. Advokat dalam menjalankan profesinya harus bersikap sopan terhadap semua pihak,
termasuk kepada pihak lawan perkara. Namun wajib bersikap tegas dalam
mempertahankan hak dan martabat advokat.11

11
Khoirin, KEADVOKATAN DAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA.

11
BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kode etik profesi Advokat merupakan produk etika terapan karena dihasilkan
berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat Advokat
berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kode
etik profesi Advokat dibuat tertulis yang tersusun secara teratur, rapi, lengkap, tanpa cacat,
dalam bahasa yang baik.

Proses penegakan hukum yang menjadi kewajiban (obligation) dan tanggung


jawab (responsibility) aparat penegak hukum (law enforcement official) dan aparat
peradilan (judiciary officials) dalam sistim peradilan di Indonesia. Dalam proses
penegakan hukum Advokat mempunyai peran penting karena menjadi akses menuju
keadilan dan penghubung antara masyarakat dengan negara melalui institusi hukumnya.

Dasar hukum kode etik profesi advokat Indonesia adalah Undang – Undang Nomor
18 tahun 2003 tentang advokat Pasal 26, Pasal 27, Pasal 29 dan Pasal 33. Menurut
pembukaan kode etik advokat Indonesia, tahun 2002, menjelaskan bahwa, kode etik
advokat Indonesia berfungsi sebagai hukum tertinggi dalam menjalankan profesi advokat
itu sendiri, yang menjamin dan melindungi para advokat. Namun begitu, di dalamnya juga
membebankan kewajiban kepada setiap advokat untuk senantiasa jujur dan bertanggung
jawab dalam setiap menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara atau
masyarakat dan terutama dirinya sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Eleanora, Fransiska Novita. “KODE ETIK ADVOKAT SEBAGAI PEDOMAN DALAM
PENEGAKAN HUKUM.” JURNAL ILMIAH HUKUM DAN DINAMIKA
MASYARAKAT 12, no. 1 (11 November 2016).
https://doi.org/10.56444/hdm.v12i1.344.
Khoirin. KEADVOKATAN DAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA. Cet. 1.
Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015.
Sartono, dan Bhekti Suryani. Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Advokat. Cet. 1. Jakarta: Dunia
Cerdas, 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai