Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH ETIKA PROFESI HUKUM

“KASUS HAKIM PENGADILAN NEGERI JAWA TIMUR”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


1. ALDRICH RIO PARDOSI (210200176)
2. HILIYATI AMALIYAH PANDIANGAN (210200189)
3. DANIEL JONATHAN (210200406)
4. KANIA (210200411)
5. PUTRI LESTARI TAMBUNAN (210200421)
6. SITI KALYCA (210200425)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nyadan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “KASUS HAKIM PENGADILAN NEGERI JAWA
TIMUR”.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Etika Profesi Hukum, Ibu Vita Cita,S.H.,,L.LM yang telah memberikan kami tugas makalah
ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan
bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah ini
menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Medan, 20 Mei 2023

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Profesi Hakim merupakan satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dan
pengembangannya. Nilai moral itu merupakan kekuatan yang mengarah dan mendasari
perbuatan luhur. Setiap profesional dituntut supaya memiliki nilai moral yang kuat. Franz
Magnis Suseno mengemukanan 5 (lima) kriteria nilai moral yang mendasari kepribadian
profesional Hakim, diantaranya adalah: Kejujuran, Autentik, Bertanggung Jawab,
Kemandirian Moral, dan Keberanian Moral.
Disini terlihat jelas bahwa seorang hakim dalam menjalankan tugasnya selain dibatasi norma
hukum atau norma kesusilaan yang berlaku umum juga harus patuh pada ketentuan etika
profesi yang terdapat dalam kode etik profesi. Kode etik sendiri merupakan penjabaran
tingkah laku atau aturan profesi Hakim baik di dalam menjalankan tugas profesinya untuk
mewujudkan keadilan dan kebenaran maupun pergaulan dalam masyarakaat, yang harus
dapat memberikan teladan dalam ketaatan hukum
Hakim adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman yakni pejabat
peradilan yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Istilah pejabat
membawa konsekuensi yang berat oleh karena kewenangan dan tanggungjawabnya
terumuskan dalam rangkaian tugas, kewajiban, sifat, dan sikap tertentu, yaitu penegak hukum
dan keadilan.Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan kekuasaan
kehakiman

Hakim dalam menjalankan tugasnya selain dibatasi norma hukum atau norma kesusilaan
yang berlaku umum, juga harus patuh pada ketentuan etika profesi yang terdapat dalam kode
etik profesi. Kode etik sendiri merupakan penjabaran aturan tingkah laku bagi hakim baik
dalam menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran maupun
mengenai pergaulan dalam masyarakat. Namun realitanya masih cukup banyak hakim yang
tidak mengindahkan aturan-aturan yang ada di dalam kode etik hakim yang telah ada. Oleh
karena itu, sepertinya menarik membahas lebih lanjut mengenai kode etik profesi bagi hakim
dalam hal daya ikatnya dengan hakim.

Seringkali dijumpai, dalam pergaulan selama persidangan maupun di luar persidangan Hakim
tidak memperhatikan dengan benar Kode Etik dan pedoman perilaku Hakim (KEPPH),
seperti terlalu mengintimidasi pihak selama persidangan, tidak adil dalam memberikan
kesempatan yang sama bagi pihak ketika hendak mengajukan alat bukti selama persidangan,
dan tidak bisa menjaga kewibawaan selama bersidang. Selain itu, juga di luar persidangan
Hakim tampak berperilaku sombong di hadapan masyarakat, tidak memberikan teladan yang
baik bagi bawahannya, dan selalu bermusuhan dengan keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarjan Latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah :

1.Apakah pengertian kode etik dan apa kode etik profesi hakim?

2. Bagaimana kronologi kasus suap oleh Hakim Pengadilan negeri jawa timur?

3. Bagaimana putusan akhir dari kasus tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang dirumusukan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pengertian kode etik dan kode etik hakim secara umum
2. Untuk mengetahui bagaimana kronologi kasus suap oleh Hakim Pengadilan negeri
Jawa timur
3. Untuk mengetahui bagaimana putusan akhir kasus tersebut

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kode etik


Kode etik berasal dari dua kata yaitu kode dan etik. Kode memiliki arti sebagai tanda yang
disetujui dengan maksud tertentu. Sedangkan etik berasal dari bahasa Yunani yaitu "ethos"
yang berarti watak, adab, atau cara hidup sehingga kode etik dapat diartikan sebagai tata
susila atau hal-hal yang berhubungan dengan ketatasusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kode etik adalah norma dan asa
yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan dalam bertingkah laku. Kode etik
juga merupakan suatu aturan atau tata cara dalam melakukan suatu pekerjaan dan
berhubungan dengan perilaku seseorang.

Kode etik juga dapat dipahami sebagai norma atau asas yang diterima oleh suatu kelompok
tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Dalam pengertian lain, kode etik dapat digambarkan sebagai aturan yang tertulis secara
sistematis dan dibuat berdasarkan prinsip moral yang ada sehingga ketika dibutuhkan dapat
berperan sebagai alat untuk mengatasi tindakan yang dinilai menyimpang dari kode etik.
Pengertian kode etik menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Berten L, kode etik merupakan norma yang telah ditetapkan dan diterima oleh
kelompok profesi dan untuk mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada para
anggotanya mengenai berbuat yang seharusnya dan sekaligus menjamin kualitas moral
profesi yang bersangkutan di mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif.

2. Howard Stephenson mengatakan bahwa kode etik merupakan kegiatan humas yang secara
praktis memiliki seni keterampilan atau pelayanan tertentu yang berlandaskan latihan,
kemampuan, dan pengetahuan serta diakui sesuai dengan standar etikanya.1

2.2. Kode Etik Profesi Hakim


Dalam Pasal 1 butir 6 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial, ditegaskan mengatakan; Kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim
adalah panduan dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim dalam menjalankan tugas profesinya dan dalam
hubungan kemasyarakatan di luar kedinasan.
Berikut adalah 10 Prinsip Pedoman perilaku Hakim

1. Berperilaku Adil

Adil yang dimaksud disini bukanlah sama rata akan tetapi adil di sini adalah
bagaimana seorang Hakim bisa menempatkan suatu kebenaran pada
tempatnya atau pada semestinya khususnya kepada pihak-pihak yang
berperkara agar mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya.

2. Berperilaku Jujur
1
https://m.brilio.net/amp/wow/pengertian-kode-etik-ini-tujuan-manfaat-dan-faktor-pelanggarannya-
220901u.html diakses tanggal 20 mei 2023 pukul 18.10
Jujur disini berarti sifat seseorang khususnya seorang Hakim berani
menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.Sehingga akan
terbentuk suatu kepribadian yang kuat dan sadar akan Hakekat mana yang
hak dan mana yang batil.Jika seorang hakim bisa memegang sikap ini maka
dengan begitu hakim tersebut bisa bersikap tidak berpihak kesalah satu pihak
sehingga bisa mengungkapkan suatu kebenaran baik dalam persidangan
maupun di luar persidangan.

3. Berperilaku Arif dan Bijaksana

Sikap Arif dan Bijaksana memiliki makna bahwa seorang Hakim dapat dapat
bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di antaranya adalah
norma hukum, norma adat istiadat, norma agama dan norma keasusilaan.
Dengan memandang situai dan kondisi saat itu, serta mampu
memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan akibat dari tindakan yang
di ambil olehnya.

4. Bersikap Mandiri

Bersikap mandiri mempunyai makna bahwa setiap Hakim dalam


mengeluarkan suatu keputusan harus terbebas dari campur tangan siapapun
dan juga tidak berada dalam pengaruh orang lain, dengan begitu akan
terbentuk perilaku hakim yang tangguh, berpegang teguh akan prinsipnya dan
keyakinannya atas suatu kebenaran sesuai tuntutan meral dan hukum yang
berlaku saat ini.

5. Berintegritas Tinggi

Berintegritas tinggi bermakna mempunyai suatu kepribadian yang utuh yang


tidak tergoyahkan yang diwujudkan dengan sikap setia dan berpegang pada
nilai dan norma yang berlaku dalam melaksanakan tugasnya sebagai Hakim
dalam melayani pihak-pihak pencari keadilan.

6. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab memiliki makna kesediaan seorang Hakim dalam


melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang menjadi wewenangnya
serta bersedia bertanggung jawab atas segala akibat dari tugas dan
wewenangnya tersebut. Dengan begitu akan terwujud kepribadian yang
mampu mengakan kebenaran dan keadilan, penuh pengabdian serta tidak
akan menyalahgunakan tugas yang diamanahkan kepadanya.

7. Menjunjung Tinggi Harga Diri

Harga diri memiliki makna bahwa dalam diri manusia terdapat harkat,
martabat dan kehormatan yang melekat pada diri manusia yang harus
dipertahankan dan dijunjung tinggi. Prinsip menjunjung tinggi kususnya bagi
seorang Hakim akan membentuk pribadi yang kuat dan tangguh, sehinnga
terbentuk kepribadian yang senantiasa menjaga kehormatan dan martabatnya
sebagai aparatur pengadilan.

8. Berdisiplin Tinggi
Berdisiplin bermakna taat pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang
diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta menjaga
kepercayaan masyarakat pencari keadilan. Oleh karena itu disiplin akan
mendorong seorang Hakim untuk tertib, ikhlas dalam menjalankan tugas,
pengabdian serta berusaha menjadi teladan di lingkungannya, tidak
menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya.

9. Berperilaku Rendah Hati

Rendah hati memiliki makna bahwa seorang Hakim hanyalah seorang


manusia biasa yang tidak luput dari salah serta jauh dari kesempurnaan.
Dengan memiliki sikap rendah hati, maka akan tercipta sikap realistis mau
membuka diri dan terus belajar menghargai pendapat orang lain, memiliki
sikap tenggang rasa, serta mewujudkan kesederhanaan, penuh rasa syukur
dan ikhlas mengemban tugasnya.

10. Bersikap Profesional

Profesional pada hakekatnya bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh
tekad untuk melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan
kesungguhan yang didukung oleh keahlian atas dasar pengetahuan,
keterampilan dan wawasan luas. Sikap profesional akan mendorong
terbentuknya pribadi yang senantiasa menjaga dan mempertahankan mutu
pekerjaan, serta berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja,
sehingga tercapai setinggi-tingginya mutu hasil pekerjaan, efektif dan
efisien.2

2.3 Kronologi Kasus Hakim PN Jawa Timur

Hakim HGU mengakui telah menerima suap guna memenangkan Peninjauan


Kembali di MA atas salah satu perkara pada saat terlapor menjabat sebagai
hakim anggota di PN Tarakan.Hakim HGU menawarkan diri untuk membantu
mengurus perkara tersebut hingga tuntas serta menjanjikan kemenangan bagi
pelapor dengan meminta sejumlah biaya operasional. Permohonan Peninjauan
Kembali diputus dengan amar ditolak. Namun, Hakim HGU menyampaikan
Putusan Peninjauan Kembali kepada pelapor bahwa permohonan Peninjauan
Kembali diterima. Pelapor sempat mempertanyakan kepada Hakim HGU
mengapa terdapat dua amar yang berbeda, hingga akhirnya ia melaporkan
Hakim HGU ke KY karena melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).

Di hadapan MKH, Hakim HGU mengakui memang telah menerima sejumlah


uang dan berinteraksi dengan advokat, sehingga terbukti melanggar KEPPH.
Dalam forum pembelaan diri ini, Hakim HGU menghadirkan 2 saksi, yaitu istri
serta saudara angkat terlapor. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan
pembelaanya secara lisan dengan mengungkap pengakuan, penyesalan dan
permohonan maaf. Terdengar menangis, Hakim HGU juga berusaha
meyakinkan majelis bahwa terlapor berjanji tidak akan mengulang kesalahan
yang sama, serta permohonan untuk meringankan sanksi pemberhentian 2.

2
Tarmidzi,S.H,Kode Etik Profesi Tentang Hukum(Jakarta, Sinar Grafika : 2019) hal 26
sebagaimana menjadi amar putusan pada sidang pleno KY Nomor
0069/L/KY/IV/2021.

Berdasarkan laporan, analisis laporan, dan bukti-bukti pendukung, forum MKH


sepakat memutus hakim HGU terbukti melanggar Angka 1 Butir 2.2, Angka 2
Butir 2.1 ayat (1), Angka 2 Butir 2.2 ayat (1), Angka 5 Butir 1.3., Angka 5 Butir
1.4., Angka 7 Butir 7.2 ayat (1), Angka 7 Butir 7.3.1 Surat Keputusan Bersama
MA dan KY No.047/KMA/SKB/IV/2009 dan Nomor 02/SKB/P.KY/lV/2009 tentang
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim dengan sanksi berat berupa
pemberhentian tidak dengan hormat.

MKH ditutup dengan pembacaan amar putusan ketua majelis. "Demi menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim, MKH
menyatakan bahwa terlapor dijatuhi sanksi berat berupa pemberhentian tidak
dengan hormat," tutup Joko.

MKH ini dipimpin langsung oleh Anggota KY selaku Ketua Bidang


Pengawasan Hakim dan Investigasi Joko Sasmito dengan enam orang
anggota dari MA dan KY. Sebagai perwakilan MA, hadir hakim agung
Dwiyarso, Jupriyadi dan Abdul Manan. Sedangkan dari KY diwakili oleh Sukma
Violetta, Siti Nurdjanah dan Amzulian Rifa'i. Hakim Pengadilan Negeri (PN) di
Wilayah Jawa Timur berinisial HGU dijatuhi sanksi pemberhentian tidak dengan
hormat karena terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim (KEPPH) pada sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH), Selasa (30/08) di
Gedung MA, Jakarta.3

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kode etik juga dapat dipahami sebagai norma atau asas yang diterima oleh suatu
kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat
kerja. Dalam pengertian lain, kode etik dapat digambarkan sebagai aturan yang tertulis secara
sistematis dan dibuat berdasarkan prinsip moral yang ada sehingga ketika dibutuhkan dapat
berperan sebagai alat untuk mengatasi tindakan yang dinilai menyimpang dari kode etik.
Dalam Pasal 1 butir 6 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial, ditegaskan mengatakan; Kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim
adalah panduan dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim dalam menjalankan tugas profesinya dan dalam
hubungan kemasyarakatan di luar kedinasan.
2. Hakim HGU mengakui telah menerima suap guna memenangkan Peninjauan
Kembali di MA atas salah satu perkara pada saat terlapor menjabat sebagai
hakim anggota di PN Tarakan.Hakim HGU menawarkan diri untuk membantu
mengurus perkara tersebut hingga tuntas serta menjanjikan kemenangan bagi
pelapor dengan meminta sejumlah biaya operasional. Permohonan Peninjauan

3
https://komisiyudisial.go.id/frontend/pers_release_detail/253/terbukti-terima-suap-hakim-hgu-
diberhentikan-tidak-dengan-hormat diakses tanggal 20 mei 2023 pukul 18.40
Kembali diputus dengan amar ditolak. Namun, Hakim HGU menyampaikan
Putusan Peninjauan Kembali kepada pelapor bahwa permohonan Peninjauan
Kembali diterima. Pelapor sempat mempertanyakan kepada Hakim HGU
mengapa terdapat dua amar yang berbeda, hingga akhirnya ia melaporkan
Hakim HGU ke KY karena melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH) 3. Ha kim Pengadilan Negeri (PN) di Wilayah
Jawa Timur berinisial HGU dijatuhi sanksi pemberhentian tidak dengan hormat
karena terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH) pada sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH), Selasa (30/08) di Gedung
MA, Jakarta.4

3.2
Saran
Sebagai Seorang Hakim harus Senantiasa Berprilaku Jujur dan Menjaga
kewibawaan serta martabat lembaga Peradilan dan profesi baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Hakim dilarang terlibat dalam transaksi keuangan
dan transaksi usaha yang berpotensi memanfaatkan posisi sebagai Hakim.

4
https://komisiyudisial.go.id/frontend/pers_release_detail/253/terbukti-terima-suap-hakim-hgu-
diberhentikan-tidak-dengan-hormat diakses tanggal 20 mei 2023 pukul 18.40

Anda mungkin juga menyukai