Anda di halaman 1dari 8

ETIKA PROFESI HAKIM

 Kode etik Hakim adalah seperangkat norma etik bagi hakim dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
dalam menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara. Kode etik turut membuat
norma-norma etik bagi hakim dalam tata pergaulan di dalam dan di luar instansi. Berdasarkan
wewenang dan tugasnya sebagai pelaku utama fungsi pengadilan, sikap hakim dilambangkan
dalam kartika, cakra, candra, sari, dan tirta. Hal tersebut merupakan cerminan perilaku hakim
yang harus senantiasa diimplementasikan dan direalisasikan oleh semua hakim.
 Profesi Hakim merupakan profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dan pengembangannya.
Nilai moral tersebut merupakan kekuatan yang mengarah dan mendasari perbuatan luhur. Setiap
profesional dituntut untuk memiliki nilai moral yang kuat termasuk Hakim. Terdapat lima kriteria
nilai moral yang mendasari kepribadian profesional Hakim, yaitu kejujuran, autentik,
bertanggung jawab, kemandirian moral, dan keberanian moral.
 Etika Melakukan Tugas Jabatan

 Kehormatan adalah kemuliaan atau nama baik yang senantiasa harus dijaga dan dipertahankan dengan
sebaik-baiknya oleh para hakim dalam menjalankan fungsi pengadilan. Kehormatan hakim itu
terutama terlihat pada putusan yang dibuatnya, dan pertimbangan yang melandasi, atau keseluruhan
proses pengambilan keputusan yang bukan saja berlandaskan peraturan perundang-undangan, tetapi
juga rasa keadilan dan kearifan dalam masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, seorang hakim harus
mempunyai pegangan tingkah laku yang harus dipedomani dan merupakan nilai yang terkandung
dalam kode etik serta pedoman perilaku hakim. prinsip dasar kode etik dan pedoman perilaku hakim
dapat diimplementasikan dalam 10 aturan berperilaku, diantaranya :
 1. Adil 5. Berintegrasi Tinggi 9. Rendah
Hati
 2. Jujur 6. Bertanggung Jawab 10.
Profesional
 3. Arif Bijaksana 7. Menjunjung Tinggi Harga Diri
 4. Mandiri 8. Berdisiplin Tinggi
 Etika Terhadap Pencari Keadilan
 Dalam Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor:
047/KMA/SKB/IV/2009 – 02 SKB/P.KY/IV/2009, diatur bahwa dalam persidangan seorang hakim
hendaknya berpegangan pada tingkah laku yang sesuai dengan pedoman, diantaranya;
 1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam Hukum Acara yang berlaku, dengan
memperhatikan azas-azas peradilan yang baik.
 2. Tidak dibenarkan menunjukkan sikap memihak atau bersimpatiataupun antipati kepada pihak-pihak yang
berperkara, baik dalam ucapan maupun tingkah laku.
 3. Harus bersifat sopan,tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam ucapan maupun dalam
perbuatan.
 4. Harus menjaga kewibawaan dan kehidmatan persidangan antara lain serius dalam memeriksa, tidak
melecehkan pihak-pihak baik dengan kata-kata maupun perbuatan.
 5. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan.
 Etika Hubungan Oknum dengan Rekan

 Terhadap sesama rekan kerja hakim harus betindak sebagai berikut :


 1. Memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara sesama rekan.
 2. Memiliki rasa setia kawan, tanggang rasa. dan saling menghargai antara sesama rekan.
 3. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap Korps Hakim secara wajar.
 4. Menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
 Terhadap bawahan atau pegawai, hakim harus bertindak sebagai berikut :
 Harus mempunyai sifat kepemimpinan.
 Membimbing bawahan/pegawai untuk mempertinggi pengetahuan.
 Harus mempunyai sikap sebagai seorang Bapak/lbu yang baik.
 Memelihara sikap kekeluargaan terhadap bawahan/ pegawai.
 Memberi contoh kedisiplinan.
 Etika Pengawasan Hakim

 Untuk mewujudkan suatu pengadilan yang menegakan hukum, kebenaran dan keadilan serta dapat dipertanggung
jawabkkan dihadapan manusia dan Tuhan yang maha esa, perlu terus diupayakan secara maksimal tugas
pengawasan secara internal dan eksternal, oleh Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI. Wewenang dan tugas
pengawasan tersebut diorientasikan untuk memastikan bahwa semua hakim sebagai pelaksana utama dari fungsi
pengadilan itu berintegritas tinggi, jujur, dan profesional, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan
pencari keadilan.
 Konstitusi memberikan sejumlah kewenangan lain kepada Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial yang diatur
dalam Undang-Undang. Undang-Undang kemudian menyebutkan bahwa Mahkamah Agung menjalankan
wewenang pengawasan internal terhadap badan peradilan di bawahnya; sementara Komisi Yudisial menjalankan
fungsi pengawasan eksternal
 Hubungan Kode EtikHakim Dengan UU Kekuasaan Hakim

 Tugas hakim dalam memutus sebuah perkara sangatlah berat akan tetapi menjadi tugas yang mulia.
Hakim harus menentukan benar dan salah dari sebuah perkara di tengah masyarakat bahkan
menentukan hukuman mati atau tidaknya seseorang demi keadilan pada masyarakat. Maka sebab
itulah hakim memiliki previlege dari negara serta mewakili atas nama Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena tugas yang begitu besar inilah hakim dituntut memiliki sikap yang penuh rasa tanggung jawab
pada hati nurani, nilai-nilai etik masyarakat, dan Allah SWT. Ada tiga bahasan yang mana
berhubungan antara kode etik atau etika profesi dalam perspektif kedudukan,fungsi,dan tugas hakim
dengan UU kekuasaan kehakiman yaitu ­pertama, kekuasaan kehakiman; kedua independensi hakim
dalam menjatuhkan keputusan; ketiga, tugas hakim. Kekuasaan kehakiman dalam praktik
diselenggarakan oleh badan-badan peradilan negara. Tugas pokok badan peradilan adalah
menerima,memeriksa,memutuskan,dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan oleh
masyarakat. Di Indonesia, ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman secara konstitusional telah
diatur dalam Bab IX,Pasal 24,24A,24B,24C,dan 25 UUD 1945 hasil amandemen MPR beserta
penjelasannya.
 Untuk selanjutnya adalah independensi hakim dalam memutuskan perkara. Penegakan supremasi
hukum yang menjadi salah satu amanat reformasi hingga saat ini dalam proses sebagaimana yang
diinginkan. Mengingat dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir citra hukum dinegara sangatlah
rendah sehingga hal ini menjadi tugas khusus bagi badan peradilan termasuk hakim dalam setiap
memutuskan perkara. Maka dari itu untuk membangun citra hukum yang baik kode etik sangatlah
penting untuk menjalankan supremasi hukum di negara Indonesia. Dalam hal ini hakim dituntut untuk
memutuskan sebuah perkara dengan independen tanpa adanya campur tangan oranglain didalam
keputusannya. Dengan kode etik yang dijalankan dan sesuai dengan UU kekuasaan kehakiman yang
ada diharapkan masyarakat puas dengan supremasi hukum yang ada.

Anda mungkin juga menyukai