Anda di halaman 1dari 25

KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA MA RI DAN KETUA KY RI

NOMOR : 047/KMA/SKB/IV/2009 DAN NOMOR : 02/SKB/P.KY/IV/2009

TANGGAL 8 APRIL 2009

Mahkamah Agung telah mengadakan kajian dengan memperhatikan masukan


dari Hakim di berbagai tingkatan lingkungan peradilan, kalangan praktisi hukum,
akademisi hukum, serta pihak-pihak lain dalam masyarakat untuk menyusun Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim ini. Selain itu memperhatikan hasil perenungan
ulang atas pedoman yang pertama kalidicetuskan dalam Kongres IV Luar Biasa
IKAHI Tahun 1966 di Semarang, dalam bentuk Kode Etik Hakim Indonesia dan
disempurnakan kembali dalam Munas XIII IKAHI Tahun 2000 di Bandung. Untuk
selanjutnya ditindaklanjuti dalam Rapat Kerja Mahkamah Agung RI Tahun 2002 di
Surabaya yang merumuskan 10 (sepuluh) prinsip Pedoman Perilaku Hakim yang
didahului pula dengan kajian mendalam yang meliputi proses perbandingan terhadap
prinsip-prinsip Internasional, maupun peraturan-peraturan serupa yang ditetapkan di
berbagai negara, antara lain The Bangalore Principles of Yudicial Conduct.
Selanjutnya Mahkamah Agung menerbitkan pedoman perilaku Hakim melalui Surat
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA/104A/SK/XII/2006 tanggal
22 Desember 2006, tentang Pedoman Perilaku Hakim dan Surat Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI Nomor : 215/KMA/SK/XII/2007 tanggal 19 Desember 2007
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Perilaku Hakim. Demikian pula Komisi
Yudisial RI telah melakukan pengkajian yang mendalam dengan
memperhatikanmasukan dari berbagai pihak melalui kegiatan Konsultasi Publik yang
diselenggarakan di 8 (delapan) kota yang pesertanya terdiri dari unsur hakim, praktisi
hukum, akademisi hukum, serta unsur-unsur masyarakat termasuk lembaga swadaya
masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas dan memenuhi pasal
32A jo pasal 81B Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, maka disusunlah
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang merupakan pegangan bagi para Hakim
seluruh Indonesia serta Pedoman bagi Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI
dalam melaksanakan fungsi Pengawasan internal maupun eksternal.

Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim


diimplementasikan dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut : (1)
Berperilaku Adil, (2) Berperilaku Jujur, (3) Berperilaku Arif dan Bijaksana, (4)
Bersikap Mandiri, (5) Berintegritas Tinggi, (6) Bertanggung Jawab, (7) Menjunjung
Tinggi Harga Diri, (8) Berdisiplin Tinggi, (9) Berperilaku Rendah Hati, (10) Bersikap
Profesional.

A. PENGERTIAN – PENGERTIAN

Hakim adalah seluruh Hakim termasuk Hakim ad hoc pada semua lingkungan
badan peradilan dan semua tingkatan peradilan. Pegawai Pengadilan adalah seluruh
pegawai yang bekerja di badan-badan peradilan. Pihak Berwenang adalah pemangku
jabatan atau tugas yang bertanggung jawab melakukan proses dan penindakan atas
pelanggaran Penuntut adalah Penuntut Umum dan Oditur Militer. Lingkungan
Peradilan adalah badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung dalam
lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata
usaha negara. Keluarga Hakim adalah keluarga sedarah atau semenda sampai derajat
ketiga atau hubungan suami atau isteri meskipun sudah bercerai.

Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Kode
etik hakim disebut juga kode kehormatan hakim.Hakim juga adalah pejabat yang
melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman yang syarat dan tata cara pengangkatan,
pemberhetian dan pelaksanaan tugasnya ditentukan oleh undang-undang.

B. PENGATURAN

1. Berperilaku Adil

Adil pada hakekatnya bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan


memberikan yang menjadi haknya, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua
orang sama kedudukannya di depan hukum. Dengan demikian, tuntutan yang paling
mendasar dari keadilan adalah memberikan perlakuan dan memberi kesempatan yang
sama (equality and fairness) terhadap setiap orang. Oleh karenanya, seseorang yang
melaksanakan tugas atau profesi di bidang peradilan yang memikul tanggung jawab
menegakkan hukum yang adil dan benar harus selalu berlaku adil dengan tidak
membeda-bedakan orang.

2. Berperilaku Jujur

Kejujuran pada hakekatnya bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa


yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong
terbentuknya pribadi yang kuat dan membangkitkan kesadaran akan hakekat yang
hak dan yang batil. Dengan demikian, akan terwujud sikap pribadi yang tidak
berpihak terhadap setiap orang baik dalam persidangan maupun diluar persidangan.
3. Berperilaku Arif dan Bijaksana

Arif dan bijaksana pada hakekatnya bermakna mampu bertindak sesuai


dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum,
norma-norma keagamaan, kebiasaan-kebiasaan maupun kesusilaan dengan
memperhatikan situasi dan kondisi pada saat itu, serta mampu memperhitungkan
akibat dari tindakannya. Perilaku yang arif dan bijaksana mendorong terbentuknya
pribadi yang berwawasan luas, mempuyai tenggang rasa yang tinggi, bersikap hati-
hati, sabar dan santun.

4. Bersikap Mandiri

Mandiri pada hakekatnya bermakna mampu bertindak sendiri tanpa bantuan


pihak lain, bebas dari campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap
mandiri mendorong terbentuknya perilaku Hakim yang tangguh, berpegang teguh
pada prinsip dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan ketentuan
hukum yang berlaku.

5. Berintegritas Tinggi

Integritas tinggi pada hakekatnya bermakna mempuyai kepribadian utuh tidak


tergoyahkan, yang terwujud pada sikap setia dan tangguh berpegang pada nilai- nilai
atau norma- norma yang berlaku dalam melaksanakan tugas. Integritas tinggi akan
mendorong terbentuknya pribadi yang berani menolak godaan dan segala bentuk
intervensi, dengan mengendapkan tuntutan hati nurani untuk menegakkan kebenaran
dan keadilan, dan selalu berusaha melakukan tugas dengan cara-cara terbaik untuk
mencapai tujuan terbaik.
6. Bertanggungjawab

Bertanggung jawab pada hakekatnya bermakna kesediaan dan keberanian


untuk melaksanakan semua tugas dan wewenang sebaik mungkin serta bersedia
menangung segala akibat atas pelaksanaan tugas dan wewenang tersebut. Rasa
tanggung jawab akan mendorong terbentuknya pribadi yang mampu menegakkan
kebenaran dan keadilan, penuh pengabdian, serta tidak menyalahgunakan profesi
yang diamankan.

7. Menjunjung Tinggi Harga Diri

Harga diri pada hakekatnya bermakna bahwa pada diri manusia melekat
martabat dan kehormatan yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi. Prinsip
menjunjung tinggi harga diri, khususnya Hakim, akan mendorong dan membentuk
pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi yang senantiasa menjaga
kehormatan dan martabatnya sebagai aparatur Peradilan.

8. Berdisiplin Tinggi

Disiplin pada hakekatnya bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-


kaidah yang diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta
kepercayaan masyarakat pencari keadilan. Disiplin tinggi akan mendorong
terbentuknya pribadi yang tertib di dalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam
pengabdian, dan berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta tidak
menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya.
9. Berperilaku Rendah Hati

Rendah hati pada hakekatnya bermakna kesadaran akan keterbatasan


kemampuan diri, jauh dari kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk
keangkuhan. Rendah hati akan mendorong terbentuknya sikap realistis, mau
membuka diri untuk terus belajar, menghargai pendapat orang lain, menumbuh
kembangkan sikap tenggang rasa, serta mewujudkan kesederhanaan, penuh rasa
syukur dan ikhlas di dalam mengemban tugas.

10. Bersikap Profesional

Profesional pada hakekatnya bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad
untuk melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung
oleh keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas. Sikap
profesional akan mendorong terbentuknya pribadi yang senantiasa menjaga dan
mempertahankan mutu pekerjaan, serta berusaha untuk meningkatkan pengetahuan
dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya mutu hasil pekerjaan, efektif dan
efisien.
C. KEWAJIBAN / TUGAS HAKIM
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan mempunyai kewajiban yaitu :
1. Menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup di masyarakat.
Dalam masyarakat yang masih mengenal hukum tidak tertulis, serta berada dalam
masa pergolakan dan peralihan. Hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-
nilai hukum yang hidup dikalangan rakyat. Untuk itu ia harus terjun ke tangah-tengah
masyarakat untuk mengenal, merasakan, dan mampu menyelami perasaan hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian hakim dapat
memberikan keputusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
2. Hakim wajib memperhatikan sifat-sifat baik dan buruk dari tertuduh dalam
menentukan dan mempertimbangkan berat ringannya pidana. Sifat-sifat yang jahat
maupun yang baik dari tertuduh wajib diperhatikan Hakim dalam mempertimbangkan
pidana yang akan dijatuhkan. Keadaan-keadaan pribadi seseorang perlu
diperhitungkan untuk memberikan pidana yang setimpal dan seadil-adilnya. Keadaan
pribadi tersebut dapat diperoleh dari keterangan orang-orang dari lingkungannya,
rukun tetangganya, dokter ahli jiwa dan sebagainya.

D. TANGGUNG JAWAB HAKIM


1. Tanggung Jawab Hakim Kepada Penguasa
Tanggung jawab hakim kepada penguasa (negara) artinya telah melaksanakan
peradilan dengan baik, menghasilkan keputusan bermutu, dan berdampak positif bagi
bangsa dan negara.
a. Melaksanakan peradilan dengan baik. Peradilan dilaksanakan sesuai dengan undang-
undang, nilai-nilai hukum yang hidup dalam masayarakat, dan kepatutan (equity).
b. Keputusan bermutu. Keadilan yang ditetapkan oleh hakim merupakan perwujudan
nilai-nilai undang-undang, hasil penghayatan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, etika moral masyarakat, dan tidak melanggar hak orang lain.
c. Berdampak positif bagi masyarakat dan negara. Keputusan hakim memberi manfaat
kepada masyarakat sebagai keputusan yang dapat dijadikan panutan dan
yurisprudensi serta masukan bagi pengembangan hukum nasional.
2. Tanggung Jawab Kepada Tuhan
Tanggung jawab hakim kepada Tuhan Yang Maha Esa artinya telah
melaksanakan peradilan sesuai dengan amanat Tuhan yang diberikan kepada
manusia, menurut hukum kodrat manusia yang telah ditetapkan oleh Tuhan melalui
suara hati nuraninya.

E. KODE ETIK HAKIM


Untuk jabatan hakim, Kode Etik Hakim disebut Kode Kehormatan Hakim berbeda
dengan notaris dan advokat. Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai
jabatan fungsional. Oleh karena itu Kode Kehormatan Hakim memuat 3 jenis etika,
yaitu :
1. Etika kedinasan pegawai negeri sipil
2. Etika kedinasan hakim sebagai pejabat fungsional penegak hukum.
3. Etika hakim sebagai manusia pribadi manusia pribadi anggota masyarakat.

Uraian Kode Etik Hakim meliputi :


1. Etika keperibadian hakim
2. Etika melakukan tugas jabatan
3. Etika pelayanan terhadap pencari keadilan
4. Etika hubungan sesama rekan hakim
5. Etika pengawasan terhadap hakim.
Dari kelima macam uaraian kode etik ini akan kita lihat apakah Kode Etik Hakim
memiliki upaya paksaan yang berasal dari undang-undang.
1. Etika keperibadian hakim
Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :
a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjunjung tinggi, citra, wibawa dan martabat hakim
c. Berkelakuan baik dan tidak tercela
d. Menjadi teladan bagi masyarakat
e. Menjauhkan diri dari eprbuatan dursila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat
f. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim
g. Bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab
h. Berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu
i. Bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan)
j. Dapat dipercaya
k. Berpandangan luas

2. Etika melakukan tugas jabatan


Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :
a. Bersikap tegas, disiplin
b. Penuh pengabdian pada pekerjaan
c. Bebas dari pengaruh siapa pun juga
d. Tidak menyalahgunakan kepercayaan, kedudukan dan wewenang untuk kepentingan
pribadai atau golongan
e. Tidak berjiwa mumpung
f. Tidak menonjolkan kedudukan
g. Menjaga wibawa dan martabat hakim dalam hubungan kedinasan
h. Berpegang teguh pada Kode Kehormatan Hakim
3. Etika pelayanan terhadap pencari keadilan
Sebagai pejabat penegak hukum, hakim :
a. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan di dalam hukum acara
yang berlaku
b. Tidak memihak, tidak bersimpati, tidak antipati pada pihak yang berperkara
c. Berdiri di atas semua pihak yang kepentingannya bertentangan, tidak membeda-
bedakan orang
d. Sopan, tegas, dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam ucapan maupun
perbuatan
e. Menjaga kewibawaan dan kenikmatan persidangan
f. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan
g. Memutus berdasarkan hati nurani
h. Sanggup mempertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

4. Etika hubungan sesama rekan hakim


Sebagai sesama rekan pejabat penegak hukum, hakim :
a. Memlihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik antara sesam rekan
b. Memiliki rasa setia kawan , tenggang rasa, dan saling menghargai antara sesama rekan
c. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap korp hakim
d. Menjaga nama baik dan martabat rekan-rekan , baik di dalam maupun di luar
kedinasan
e. Bersikap tegas. Adil dan tidak memihak.
f. Memelihara hubungan baik dengan hakim bawahannya dan hakim atasannya.
g. Memberi contoh yang baik di dalam dan di luar kedinasan.

5. Etika pengawasan terhadap hakim.


Di dalam urusan Kode Kehormatan Hakim tidak terdapat rumusan mengenai
pengawasan dan sanksi ini. Ini berarti pengawasan dan sanksi akibat pelanggaran
Kode Kehormatan Hakim dan pelanggaran undang-undang. Pengawasan terhadap
hakim dilakukan oleh Majelis Kehormatan Hakim. Menurut ketentuan pasal 20 ayat
(3) Undang-Undang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan umum; Pembentukan,
susunan, dan tata kerja Majelis Kehormatan Hakim serta tata cara pembelaan diri
ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung bersama-sama Menteri Kehakiman. 

F. KODE KEHORMATAN HAKIM DENGAN UNDANG-UNDANG


1. Kode Kehormatan Hakim
 Tri prasetya hakim Indonesia
Kode kehormatan hakim dikenal dengan "Tri Prasetya Hakim Indonesia". Yaitu ;
"Saya berjanji :
a. Bahwa saya senantiasa menjunjung tinggi citra, wibawa dan martabat
Hakim Indonesia;
b. Bahwa saya dalam menjalankan jabatan berpegang teguh pada kode kehormatan
Hakim Indonesia;
c. Bahwa saya menjunjung tianggi dan mempertahankan jiwa Korps Hakim Indonesia.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membimbing saya di jalan yang benar."
 Perlambang atau sifat hakim
a. KARTIKA (= Bintang, yang melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa).
b. CAKRA (= Senjata ampuh dari Dewa Keadilan yang mampu memusnahkan segala
kebatilan, kezaliman dan ketidakadilan) berari adil.
c. CANDRA (= Bulan yang menerangi segala tempat yang gelap, sinar penerangan dalam
kegelapan) berarti bijaksana  dan berwibawa.
d. SARI (= Bunga yang semerbak wangi mengharumi kehidupan masyarakat)
berarti budi luhur atau berkelakuan tidak tercela.
e. TIRTA (= air, yang membersihkan segala kotoran di dunia) mensyaratkan, bahwa
seorang hakim harus jujur.
 Perincian mengenai sifat hakim
a. KARTIKA = Percaya dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
b. CAKRA = Adil
Dalam kedinasan
1) Adil
2) Tidak berprasangka atau memihak
3) Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan
4) Memutus berdasarkan keyakinan hati nurani
5) Sanggup mempertanggungjawabkan kepada Tuhan
Di luar kedinasan
1) Saling harga menghargai
2) Tertib dan lugas
3) Berpandangan luas
4) Mencari saling pengertian
c. CANDRA = Bijaksana / Berwibawa
Dalam kedinasan
1) Berkepribadian
2) Bijaksana
3) Berilmu
4) Sabar dan Tegas
5) Berdisiplin
6) Penuh pengabdian pada pekerjaan
Di luar kedinasan
1) Dapat dipercaya
2) Penuh rasa tanggung jawab
3) Menimbulkan rasa hormat
4) Anggun dan berwibawa
d. SARI = Berbudi luhur / berkelakuan tidak tercela
Dalam kedinasan
1) Tawakal dan Sopan
2) Ingin meningkatkan pengabdian dalam tugas
3) Bersemangat ingin maju
4) Tenggang rasa
Di luar kedinasan
1) Berhati-hati dalam pergaulan hidup
2) Sopan dan susila
3) Menyenangkan dalam pergaulan
4) Tenggang rasa'
5) Berusaha menjadi teladan bagi masyarakat sekelilingnya
e. TIRTA = Jujur
Dalam kedinasan
1) Jujur
2) Merdeka = tidak membeda-bedakan orang
3) Bebas dari pengaruh siapa pun juga
4) Tabah
Di luar kedinasan
1) Tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan dan kedudukan
2) Tidak boleh berjiwa mumpung
3) Waspada
2. Hubungan Kode Kehormatan Hakim Dengan Undang-Undang
Jabatan hakim diatur dengan undang-undang, yaitu UU No.2 Tahun 1986
tentang Peradilan Umum. Seorang yang menjabat hakim harus mematuhi undang-
undang dan berpegang pada Kode Kehormatan Hakim. Hubungan antara undang-
undang dan Kode Kehormatan Hakim terletak pada ketentuan Kode Kehormatan
Hakim yang juga diatur dalam undang-undang, sehingga sanksi pelanggaran undang-
undang diberlakukan juga pada pelanggaran Kode Kehormatan Hakim.
Apabila menurut Majelis Kehormatan Hakim ternyata seorang hakim terbukti
telah melakukan pelanggaran, maka berdasarkan ketentuan pasal 20 ayat (1), hakim
yang bersangkutan diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya dengan alas
an:
a. Dipidana karena bersalah melakukan tindakan pidana kejahatan.
b. Melakukan perbuatan tercela.
c. Terus menerus melalaikan kewajiban menjalankan tugas pekerjaan.
d. Melanggar sumpah atau janji jabatan.
e. Melanggar larangan pasal 18 (rangkap jabatan)
Pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat dilakukan setelah hakim yang
bersangkutan diberi kesempatan secukupnya untuk membela diri di hadapan Majelis
Kehormatan Hakim. Menurut penjelasan pasal tersebut:
a. Yang dimaksud dengan "dipidana" ialah dipidana dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 3 (tiga) bulan.
b. Yang dimaksud dengan "melakukan perbuatan tercela" ialah apabila hakim yang
bersangkutan karena sikap, perbuatan, dan tindakannya, baik di dalam maupun di luar
pengadilan merendahkan martabat hakim.
c. Yang dimaksud dengan "tugas pekerjaan" ialah semua tugas yang dibebankan kepada
hakim yang bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan tadi dapat disimpulkan bahwa sanksi undang-undang
adalah juga sanksi Kode Kehormatan Hakim yang dapat dikenakan kepada
pelanggarnya. Dalam hal ini, Kode Kehormatan Hakim juga menganut prinsip
penundukan pada undang-undang.

G. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka dalam
pengertian di dalam keuasaan kehakiman bebas dari campur tangan pihak kekuasaan
negara lainnya, dan kebebasan dari paksaan, direktiva dan rekomendasi yang datang
dari pihak extra judiciil kecuali dalam hal-hal yang diizinkan oleh Undang-Undang.
Kebebasan dalam pelaksanaan wewenang judiciil tidaklah mutlak sifatnya, karena
tugas daripada hakim adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasil dengan jalan menafsirkan hukum dan mencari dasar-dasar serta asas-asas
yang jadi landasannya, melalui perkara-perkara yang dihadapinya sehingga
keputusannya mencerminkan persaan keadilan bangsa dan rakyat Indonesia.
Penyelenggaraan Kekuasaan kehakiman diserahkan kepada badan-badan Peradilan
yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.
Dalam hal ini kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Pengadilan dalam
lingkungan :
1. Peradilan Umum
2. Peradilan Agama
3. Peradilan Militer
4. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Agama, Militer dan Tata Usaha Negara adalah peradilan khusus,
karena mengadili perkara-perkara tertentu atau mengenai golongan rakyat
tertentu.Sedangkan Peradilan Umum adalah peradilan bagi rakyat pada umumnya
mengenai baik perkara perdata maupun pidana. Mahkamah Agung adalah Pengadilan
Negara Tertinggi. 

KODE ETIK PROFESI HAKIM

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Pengertian

1. Kode Etik Profesi Hakim ialah aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap

Hakim Indonesia dalam melaksanakan tugas profesi scbagai Hakim.


2. Pedoman Tingkah laku (Code of Conduct) Hakim ialah penjabaran dari kode etik
profesi Hakim yang menjadi pedoman bagi Hakim Indonesia, baik dalam
menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran maupun
dalam pergaulan sebagai anggota masyarakat yang harus dapat memberikan contoh
dan suri tauladan dalam kepatuhan dan ketaatan kepada hukum.

3. Komisi Kehormatan profesi Hakim ialah komisi yang dibentuk oleh Pengurus
Pusat IKAHI dan Pengurus Daerah IKAHI untuk memantau, memeriksa, membina,
dan merekomendasikan tingkah laku hakim yang melanggar atau diduga melanggar
Kode Etik Profesi.

4. Azas Peradilan yang baik ialah prinsip-prmsip dasar yang harus dijunjung tinggi
oleh Hakim dalam melaksanakan tugasnya untuk mewujudkan peradilan yang
mandiri sesuai dengan aturan dasar berdasarkan ketentuan yang ada.

Pasal 2

Maksud dan Tujuan

Kode Etik Profesi Hakim mempunyai maksud dan tujuan :

1. Sebagai alat :

a. Pembinaan dan pembentukan karakter Hakim

b. Pengawasan tingkah laku Hakim

2. Sebagai sarana :

a. Kontrol sosial

b. Pencegah campur tangan ekstra judicial

c. Pencegah timbulnya kesalah pahaman dan konflik antar sesama anggota dan antara
anggota dengan masyarakat.

3. Memberikan jaminan peningkatan moralitas Hakim dan kemandirian fungsional


bagi Hakim.

4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada lembaga peradilan.

BAB II

PEDOMAN TINGKAH LAKU

Pasal 3

Sifat-sifat Hakim, Sifat Hakim tercermin dalam lambang Hakim yang dikenal dengan
“Panca Dharma Hakim” :

1. Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.

2. Cakra, yaitu sifat mampu memusnahkan segala kebathilan, kezaliman dan


ketidakadilan.

3. Candra,. yaitu memiliki sifat bijaksana dan berwibawa.

4. Sari, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela.

5. Tirta, yaitu sifat jujur.

Pasal 4

Sikap Hakim

Setiap Hakim Indonesia mempunyai pegangan tingkah laku yang harus


dipedomaninya:
A. Dalam persidangan :

1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam Hukum Acara
yang berlaku, dengan memperhatikan azas-azas peradilan yang baik, yaitu :

a. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan (right to a decision)


dimana setiap orang berhak untuk inengajukan perkara dan dilarang menolak untuk
mengadilinya kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang serta putusan harus
dijatuhkan dalam waktu yang pantas dan tidak terlalu lama.

b. Semua pihak yang berperkara berhak atas kesempatan dan perlakuan yang sama
untuk didengar, diberikan kesempatan untuk membela diri, mengajuan bukti -bukti
serta memperoleh informasi dalam proses pemeriksaan (a fair hearing).

c. Putusan dijatuhkan secara obyektif tanpa dicemari oleh kepentingan pribadi atau
pihak lain (no bias) dengan menjunjung tinggi prinsip (nemo judex in resud).

d. Putusan harus memuat alasan-alasan hukum yang jelas dan dapat dimengerti serta
bersifat konsisten dengan penalaran hukum yang sistematis (reasones and
argumentations of decision), dimana argumentasi tersebut harus diawasi
(controleerbaarheid) dan diikuti serta dapat dipertanggung-jawabkan (account ability)
guna menjamin sifat keterbukaan (trans parancy) dan kepastian hukum (legal
certainity) dalam proses peradilan.

e. Menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia.

2. Tidak dibenarkan menunjukkan sikap memihak atau bersimpati ataupun antipati

kepada pihak-pihak yang berperkara, baik dalam ucapan maupun tingkah laku.

3. Harus bersifat sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam
ucapan maupun dalam perbuatan.
4. Harus menjaga kewibawaan dan kehidmatan persidangan antara lain serius dalam

memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak baik dengan kata-kata maupun perbuatan.

5. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan.

B. Terhadap Sesama Rekan

1. Memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara sesama rekan.

2. Memiliki rasa setia kawan, tanggang rasa. dan saling menghargai antara sesama
rekan.

3. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap Korps Hakim secara wajar.

4. Menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar kedinasan.

C. Terhadap Bawahan/pegawai

1. Harus mempunyai sifat kepemimpinan.

2. Membimbing bawahan/pegawai untuk mempertinggi pengetahuan.

3. Harus mempunyai sikap sebagai seorang Bapak/lbu yang baik.

4. Memelihara sikap kekeluargaan terhadap bawahan/ pegawai.

5. Memberi contoh kedisiplinan.


D. Terhadap Masyarakat

1. Menghormati dan menghargai orang lain.

2. Tidak sombong dan tidak mau menang sendiri.

3. Hidup sederhana.

E. Terhadap Keluarga/Rumah Tangga

1. Menjaga keluarga dari perbuatan-perbuatan tercela, menurut norma-norma hukum


kesusilaan.

2. Menjaga ketentraman dan keutuhan keluarga.

3. Menyesuaikan kehidupan rumah tangga dengan keadaan dan pandangan


masyarakat.

Pasal 5

Kewajiban dan larangan

Kewajiban :

a. Mendengar dan memperlakukan kedua belah pihak berperkara secara berimbang

dengan tidak memihak (impartial).

b. Sopan dalam bertutur dan bertindak.

c. Memeriksa perkara dengan arif, cermat dan sabar.

d. Memutus perkara, berdasarkan atas hukum dan rasa keadilan.

e. Menjaga martabat, kedudukan dan kehormatan Hakim.


Larangan :

a. Melakukan kolusi dengan siapapun yang berkaitan dengan perkara yang akan dan

sedang ditangani.

b. Menerima sesuatu pemberian atau janji dari pihak-pihak yang berperkara.

c. Membicarakan suatu perkara yang ditanganinya diluar acara persidangan.

d. Mengeluarkan pendapat atas suatu kasus yang ditanganinya baik dalam


persidangan

maupun diluar persidangan mendahului putusan.

e. Melecehkan sesama Hakim, Jaksa, Penasehat Hukum, Para pihak Berperkara,


ataupun

pihak lain.

f. Memberikan komentar terbuka atas putusan Hakim lain, kecuali dilakukan dalam

rangka pengkajian ilmiah.

g. Menjadi anggota atau salah satu Partai Politik dan pekerjaan/jabatan yang dilarang

Undang-undang.

h. Mempergunakan nama jabatan korps untuk kepentingan pribadi ataupun


kelompoknya.

BAB III

KOMISI KEHORMATAN PROFESI HAKIM

Pasal 6
1. Susunan dan Organisasi Komisi Kehormatan Profesi Hakim terdiri dari :

a. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat.

b. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Daerah.

2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat terdiri dari 5 (lima) orang
dengan

susunan :

- Ketua : salah seorang Ketua Pengurus Pusat IKAHI merangkap anggota.

- Anggota : Dua orang anggota IKAHI dari Hakim Agung.

- Anggota : Salah seorang Ketua Pengurus Daerah IKAHI yang bersangkutan.

- Sekretaris : Sekretaris Pengurus Pusat IKAHI merangkap Anggota.

3. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Daerah terdiri dari 5 (lima) orang
dengan

susunan :

- Ketua : Salah seorang Ketua Pengurus Daerah IKAHI merangkap anggota.

- Anggota : Seorang anggota IKAHI Daerah dari Hakim Tinggi.

- Anggota : Ketua Pengurus Cabang IKAHI yang ber sangkutan.

- Anggota : Seorang Hakim yang ditunjuk Pengurus Cabang IKAHI yang


bersangkutan.

- Sekretaris : Sekretaris Pengurus Daerah IKAHI merang kap Anggota.

4. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat diangkat dan diberhentikan oleh
PP
IKAHI.

5. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Daerah diangkat dan diberhentikan


oleh

PD IKAHI.

Pasal 7

1. Komisi kehormatan Hakim Tingkat Daerah berwenang memeriksa dan mengambil

tindakan-tindakan lain yang menjadi kewenangan terhadap anggota di

daerah/wilayahnya.

2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat berwenang memeriksa dan

mengambil tindakan-tindakan lain yang menjadi kewenangannya terhadap persoalan

yang tidak dapat diselesaikan oleh Daerah atau yang menurut Pengurus Pusat IKAHI

harus ditangani oleh Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat.

Pasal 8

Tugas dan Wewenang

1. Komisi Kehormatan Profesi Hakim mempunyai tugas :

a. Memberikan pembinaan pada anggota untuk selalu menjunjung tinggi Kode Etik.

b. Meneliti dan memeriksa laporan/pengaduan dari masyarakat atas tingkah laku dari
para

anggota IKAHI.

c. Memberikan nasehat dan peringatan kepada anggota dalam hal anggota yang
bersangkutan menunjukkan tanda-tanda pelanggaran Kode Etik.

2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim berwenang :

a. Memanggil anggota untuk didengar keterangannya sehubungan dengan adanya

pengaduan dan laporan.

b. Memberikan rekomendasi atas hasil pemeriksaan terhadap anggota yang


melanggar

Kode Etik dan merekomendasikan untuk merehabilitasi anggota yang tidak terbukti

bersalah.

Pasal 9

Sanksi

Sanksi yang dapat direkomendasikan Komisi Kehormatan Profesi Hakim kepada PP

IKAHI adalah :

1. Teguran.

2. Skorsing dari keanggotaan IKAHI.

3. Pemberhentian sebagai anggota IKAHI.

Pasal 10

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan terhadap anggota yang dituduh melanggar Kode Etik dilakukan secara

tertutup.

2. Pemeriksaan harus memberikan kesempatan seluas-Iuasnya kepada anggota yang


diperiksa untuk melakukan pembelaan diri.

3. Pembelaan dapat dilakukan sendiri atau didampingi oleh seorang atau lebih dari

anggota yang ditunjuk oleh yang bersangkutan atau yang ditunjuk organisasi.

4. Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang


ditandatangani

oleh semua anggota Komisi Kehormatan Profesi Hakim dan yang diperiksa.

Pasal 11

Keputusan

Keputusan diambil sesuai dengan tala cara pengambilan putusan dalam Majelis
Hakim.

BAB IV

PENUTUP

Pasal 12

Kode Etik ini mulai berlaku sejak disahkan oleh Musyawarah Nasional (MUNAS)

IKAHI ke XIII dan merupakan satu-satunya Kode Etik Profesi Hakim yang berlaku
bagi

para Hakim Indonesia.

Ditetapkan di : Bandung

Anda mungkin juga menyukai