Anda di halaman 1dari 8

BAHAN ETIKA DAN PROFESI HUKUM

Etika profesi sebagai salah satu sarana kontrol masyarakat terhadap profesi, yang dalam hal tertentu
masih dapat dinilai melalui parameter etika umum yang ada di dalam masyarakat.

etika profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi
oleh sekelompok orang yang disebut kalangan profesional. Lalu siapakah yang disebut
profesional itu? Orang yang menyandang suatu profesi tertentu disebut seorang profesional

Kata moral lebih mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia, menuntun manusia
bagaimana seharusnya ia hidup atau apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan
etika adalah ilmu, yakni pemikiran rasional, kritis dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral.

Ada 3 maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik, yaitu :

 Menjaga dan meningkatkan kualitas moral;


 Menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis; dan
 Melindungi kesejahteraan materiil dari para pengemban profesi.

1. Mafia Hukum (Permainan Kotor)


Terjadinya praktik mafia hukum sebagai akibat dari terjadinya gradasi moral, menurunnya etika
dalam hidup bermasyarakat.
Adanya Mafia Peradilan dikarenakan :
 Pengaruh uang
 Pengaruh Politik
 Nepotisme (favoritisme)
 Pengaruh berbagai “power” lainnya
Penegakan Hukum dengan amplop : Jual beli Putusan, Transaksi Perkara, Calo Perkara (orang
yang menjadi perantara untuk mengurus perkara), Makelar Kasus (jasa seseorang untuk
memenangkan sebuah kasus).
Akibat Pengakan Hukum Tanpa Ilmu Hukum :
 merusak (mengeksploitasi) sumber daya non-fisik
 Merusak “sustainable development”
 Merusak Kualitas Kehidupan
 Merusak kepercayaan & respek masyarakat

2. Kode Etik Notaris


Integritas menunjukkan konsistensi antara ucapan dan keyakinan yang tercermin dalam
perbuatan .
INTEGRITAS  KOMITMEN DAN KONSISTENSI DALAM UCAPAN DAN TINDAKKAN,
BERDASARKAN NILAI-NILAI, UKURAN/PARAMETER, PRINSIP-PRINSIP DENGAN TUJUAN UNTUK
MENHASILKAN YANG TERBAIK.
Pejabat Umum :
 Notaris (Undang-undang No. 30 Tahun 2004 (UUJN))
 Pejabat Pembuat Akta Tanah /PPAT (PP No. 37 Tahun 1998 juncto Peraturan Kepala BPN
RI (Perkaban) No. 1 Tahun 2006)
 Pejabat Lelang (PL) I & II
 Catatan Sipil

Seperti tersebut dalam konsiderans menimbang huruf C UUJN, yaitu bahwa notaris merupakan
jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat

Undang-undang nomor 30 tahun 2004 dan nomor 2 tahun 2014 disebut undang-undang jabatan
notaris, bukan undang-undang profesi notaris atau profesi jabatan notaris. Dalam hal ini telah
terjadi inkonsistensi dalam penyebutan notaris sebagai suatu jabatan dan notaris sebagai suatu
profesi. Seharusnya cukup notaris disebut sebagai jabatan.

Jabatan notaris sengaja diciptakan negara sebagai implementasi dari negara dalam
memberikan pelayanan kepada rakyat, khususnya dalam pembuatan alat bukti yang otentik
yang diakui oleh negara.

Menurut Izenic Bentuk Atau Corak Notaris Dapat Dibagi Menjadi 2 (Dua) Kelompok Utama,
Yaitu :

 NOTARIAT FUNCTIONNEL : akta yang dibuat di hadapan/oleh notaris fungsional


mempunyai kekuatan sebagai alat bukti yang sempurna dan kuat serta mempunyai
daya eksekusi (pihak berkeberatan wajib membuktikan)
 NOTARIAT PROFESSIONEL :

Bahwa notaris di indonesia (sebelumnya) diatur oleh peraturan jabatan notaris (reglement op
het notarisambt), stb, 1860-3. Dalam teks asli disebutkan bahwa “ambt” adalah “jabatan”, dan
dalam undang-undang nomor 30 tahun 2004 disebut undang-undang jabatan notaris, yang
berarti mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pelasanaan jabatan notaris. Jadi bagaimana
mungkin “ambt” yang berarti “jabatan” harus berubah menjadi “profesi”. Sebaliknya jika
notaris di indonesia ingin disebut atau dikelompokkan sebagai suatu profesi, maka terlebih
dahulu kita harus membuat undang-undang profesi notaris dan akibatnya notaris di indonesia
termasuk dalam kelompok notaris profesioneel.

Notaris sebagai suatu jabatan yang menjalankan sebagian tugas negara dalam bidang hukum
keperdataan dengan kewenangan untuk membuat akta-akta otentik yang diminta oleh para
pihak yang menghadap notaris.
3. Kode Etik Advokad

Criminal Justice System :

 Kepolisian
 Kejaksaan
 Pengadilan
 Lembaga Pemasyarakatan

Tugas dan Fungsi :

 Memberikan pelayanan hukum (legal services), nasehat hukum (legal advice), konsultasi
hukum (legal consultation), pendapat hukum (legal opinion), informasi hukum (legal
information) dan menyusun kontrak-kontrak (legal drafting);
 Membela kepentingan klien (litigasi) dan mewakili klien di muka pengadilan (legal
representation);
 Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah dan
tidak mampu (melaksanakan pro bono publico). Pembelaan bagi orang tidak mampu,
baik di dalam maupun di luar pengadilan merupakan bagian dari fungsi dan peranan
advokat di dalam memperjuangkan hak asasi manusia.

4. Kode Etik Jaksa

Menurut UU 16/2004 Pasal 1


Jaksa : Pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh UU utk bertindak sebagai penuntut umum
dan pelaksanaan putusan pengadilan (inkracht) serta wewenang lain berdasarkan UU
Penuntut Umum : Jaksa yg diberi wewenang oleh UU untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hukum

Sumpah Jaksa (Pasal 10 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan
Republik Indonesia)
Tugas & Wewenang Jaksa (Psl 30 Ayat 1-3 UU 16/2004)

Kewajiban Jaksa dalam Melaksanakan Tugas Profesi :


 Mentaati kaidah hk Peraturan Perundang-Undangan, dan Peraturan Kedinasan yang
berlaku;
 Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan;
 Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadilan dan
kebenaran;
 Bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan /ancaman opini public secara langsung
atau tidak langsung;
 Bertindak secara obyektif dan tidak memihak;
 Memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka /terdakwa
maupun korban;
 Membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak hk dalam
mewujudkan Sistem peradilan pidana terpadu;
 Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau
keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau ublicen atau mempunyai nilai
ekonomis secara langsung atau tidak langsung;
 Menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya dirahasiakan;
 Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan;
 Menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak kebebasan sebagaimana
yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan uHak Asasi Manusia yang
diterima secara universal;
 Menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;
 Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan;
 Bertanggung jawab secara eksternal kepada public sesuai kebijakan pemerintah dan
aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.

Tugas dan wewenang Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan adalah melaksanakan tugas dan
wewenang kejaksaan di bidang pengawasan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pelaksanaan pengawasan atas kinerja dan keuangan intern Kejaksaan, serta
pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Jaksa Agung sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tindakan Administratif dalam Pelanggaran Kode Etik :

 Pembebasan dari tugas jaksa (3 bulan-12 bulan) dan selama masa menjalani tindakan
administrasi tersebut tidak diterbitkan Surat Keterangan Kepegawaian.
 Pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain.

5. Kode Etik Hakim

Kode Etik Hakim adalah seperngkat norma etik bagi Hakim dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara.

Prinsip Dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim :

 Berperilaku Adil, bahwa semua orang sama kedudukannya di depan hukum


(Memberikan kesempatan yang sama kepada tergugat dan penggugat).
 Berperilaku Jujur, Kejujuran bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang benar
adalah benar dan yang salah adalah salah.
 Berperilaku Arif dan Bijaksana, bermakna mampu bertindak sesuai dengan norma-
norma yang hidup dalam masyarakat.
 Bersikap Mandiri, mampu bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain, bebas dari
campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun.
 Berintegritas Tinggi, pribadi yang berani menolak godaan dan segala bentuk intervensi,
dengan mengedepankan tuntutan hati nurani untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan.
 Bertanggung Jawab, kesediaan untuk melaksanakan sebaik-baiknya segala sesuatu yang
menjadi wewenang dan tugasnya serta berani menanggung segala akibat.
 Menjunjung Tinggi Harga Diri, pribadi yang senantiasa menjaga kehormatan dan
martabat sebagai aparatur Peradilan.
 Berdisplin Tinggi, tertib di dalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian, dan
berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta tidak menyalahgunakan
amanah yang dipercayakan kepadanya.
 Berperilaku Rendah Hati, membuka diri untuk terus belajar, menghargai pendapat
orang lain, menumbuhkembangkan sikap tenggang rasa, serta mewujudkan
kesederhanaan, penuh rasa syukur, dan ikhlas dalam mengemban tugas.
 Bersikap Profesional, menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan, serta berusaha
untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja.

6. Kode Etik Polisi

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah alat Negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
Keamanan dalam negeri.

 Kewajiban : Segala sesuatu yang harus kita lakukan dengan penuh tanggung jawab.
 Larangan : Aturan yang melarang terhadap suatu tindakan.
 Sanksi : hukuman atas pelanggaran disiplin kerja dan/kode etik.

Prinsip – Prinsip :

 Kepastian Hukum;
 Sederhana;
 Kesamaan Hak;
 Aplikatif;
 Akuntabel.

Ruang Lingkup :
 Etika Kenegaraan, sikap moral anggota Polri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
kebhinekaan tunggal ika.
1. Setia Kepada Negara
2. Menjaga Kemaanan Negara
3. Menjaga Penegakan Hukum
4. Mengutamakan Bangsa dan Negara
5. Memelihara dan Menajaga Kehormatan Bendera, Bahasa, Lambang Negara, Lagu
Kebangsaan dan Peraturan Perundang-Undangan.
6. Bersikap Netral terhadap kehidupan Politik.
 Etika Kelembagaan, sikap moral anggota Polri terhadap institusi yang menjadi wadah
pengabdian dan patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin dari semua insan Bhayangkara
dengan segala martabat dan kehormatannya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Tribrata dan Catur Prasetya.
1. Menjalankan tugas secara professional
2. Menjalankan perintah dinas dalam pembinaan karier dan peningkatan kemampuan
profesionalisme Kepolisian
3. Mematuhi hierarki dalam pelaksanaan tugas
4. Menyelesaikan tugas dengan seksama dan penuh rasa tanggung jawab
5. Mengutamakan kesetaraan dan keadilan gender dalam melaksanakan tugas
 Etika Kemasyarakatan, sikap moral anggota Polri yang senantiasa memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta melindungi, mengayomi, dan melayani
masyarakat dengan mengindahkan kearifan lokal dalam budaya Indonesia.
1. Menghormati harkat dan martabat manusia berdasarkan prinsip dasar hak asasi manusia;
2. Menjunjung tinggi prinsip kesetaraan bagi setiap warga negara di hadapan hukum;
3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat, tepat, mudah, nyaman,
transparan, dan akuntabel berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
4. Melakukan tindakan pertama Kepolisian sebagaimana yang diwajikan dalam tugas
Kepolisian, baik sedang bertugas maupun di luar tugas;
5. Memberikan pelayanan informasi publik kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan;
6. Menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan, dan menjaga kehormatan dalam
berhubungan dengan masyarakat.
 Etika Kepribadian, sikap perilaku perseorangan anggota Polri dalam kehidupan beragama,
kepatuhan, ketaatan, dan sopan santun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Bersikap jujur, terpercaya, bertanggung jawab, disiplin, bekerja sama, adil, peduli, responsif,
tegas, dan humanis;
3. Menaati dan menghormati norma kesusilaan, norma agama, nilai-nilai kearifan lokal, dan
norma hukum;
4. Menjaga dan memelihara kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara secara santun dan;
5. Melaksanakan tugas kenegaraan, kelembagaan, dan kemasyarakatan dengan niat tulus atau
ikhlas dan benar, sebagai wujud nyata amal ibadahnya.

Anggota Polri yang dinyatakan sebagai Pelanggar dikenakan sanksi Pelanggaran Komisi Kode
Etik Profesi Polri berupa :

 Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;


 Kewajiban Pelanggar untuk meminta maaf secara lisan dihadapan sidang Komisi Kode Etik
Profesi Polri dan atau secara tertulis kepada pimpinan Polri dan pihak yang dirugikan;
 Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan mental kepribadian, kejiwaan, keagamaan
dan pengetahuan profesi, sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu dan paling lama 1 (satu) bulan;
 Dipindah tugaskan ke jabatan berbeda yang bersifat Demosi, sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun;
 Dipindah tugaskan ke fungsi berbeda yang bersifat Demosi sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;
 Dipindah tugaskan ke wilayah berbeda yang bersifat Demosi sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
dan atau;
 Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) sebagai anggota Polri.

Sanksi administratif berupa rekomendasi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH)


dikenakan melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri terhadap:

1. Pelanggar yang dengan sengaja melakukan tindak pidana dengan ancaman


hukuman pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih dan telah diputus oleh
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan;
2. Pelanggar yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat
(3) huruf e, huruf g, huruf h, dan huruf i.

Penjatuhan hukuman dapat digugurkan atau dibatalkan apabila:

1. Penjatuhan sanksi Komisi Kode Etik Profesi Polri terhadap pelanggar dapat
digugurkan atau dibatalkan atas pertimbangan sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri
karena:
 Pelanggar meninggal dunia atau;
 Pelanggar dinyatakan sakit jiwa oleh panitia penguji kesehatan personel
Polri.
2. Pertimbangan berupa penilaian bahwa perbuatan pelanggar:
 Benar-benar dilakukan untuk kepentingan tugas kepolisian;
 Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan;
 Patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
 Layak berdasarkan keadaan yang memaksa dan atau;
 Menghormati hak asasi manusia

7.Kode Etik KPK

UU No 7/2013 tentang Nilai-nilai dasar pribadi, Kode etik, dan pedoman perilaku KPK

5 Nilai Dasar Pribadi KPK yang harus dimiliki setiap Insan KPK : Religiusitas, Integritas, Keadilan,
Profesionalisme, dan Kepemimpinan.

Keputusan Pimpinan 06 KPK/0 4/2004 tentang Kode Etik Pimpinan KPK

Kode Etik Pimpinan KPK adalah Norma yang harus dilaksanakan oleh Pimpinan KPK dalam
menjalani kehidupan pribadinya dan dalam mengelola organisasi KPK. (Pasal 2)

Penjatuhan Sanksi bagi pimpinan yang melanggar (Pasal 7) di tentukan oleh komite etik
(gabungan pimpinan, penasehat, Narasumber dari luar KPK.

Menurut Pasal 16 ayat 1 huruf a Undang-Undang Jabatan Notaris, seorang notaris dilarang untuk
merangkap jabatan sebagai pejabat negara atau swasta, kecuali jabatan tersebut diatur dalam
undang-undang dan tidak bertentangan dengan kode etik profesi notaris. Oleh karena itu, seorang
advokat/pengacara tidak dapat menjadi notaris secara bersamaan karena kedua profesi tersebut
memiliki tanggung jawab dan tugas yang berbeda serta memiliki kode etik yang berbeda
pula. Notaris sebagai profesi yang bersifat mandiri, independent, tidak memihak salah satu pihak,
berbanding terbalik dengan profesi Advokat yang memihak kepada kliennya. Sehingga,
apabila Notaris merangkap sebagai pejabat negara maka akan menimbulkan benturan kepentingan
(conflict interest) dan melanggar etika profesi.

Anda mungkin juga menyukai