Anda di halaman 1dari 5

Nama: Aby Khurairah (01)

Kelas: XII IPS 2

Rangkuman secara singkat mengenai Peran Lembaga Penegak Hukum


1. Polri
Pengertian
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sering kita kenal dengan nama Polri dalah
sebuah lembaga negara atau aparat penegak hukum yang berfungsi untuk memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan untuk masyarakat dalam usaha untuk menjaga keamanan
dalam negeri.
Dasar hukum
UU 2/2002 ini menetapkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat
negara yang memiliki fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Peran Lembaga
Menurut Pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 : “Kepolisian Negara Republik Indonesia
merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlingdungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri”.
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;


2. menegakkan hukum; dan
3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Kejaksaan

Pengertian

Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya
di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan hukum dan
keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan
kekuasaan negara khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.

Dasar hukum

Dasar Hukum Kejaksaan selaku Penyidik tindak pidana Korupsi di Kejaksaan yaitu Dalam
hal-hal tertentu dapat saja penyidikan dilakukan oleh Kejaksaan, berdasarkan ketentuan
Pasal 284 ayat (2) KUHAP jo Pasal 30 ayat ( I ) UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
RI khususnya Tindak Pidana Ekonomi (UU No. 7 drt Tahun 1955 tentang Pengusutan,
Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi) dan Tindak Pidana Kortipsi (UU No. 31
Tahun 1999 jo UU No. 20 2001) masih dimungkinkan penyidikan dilakukan oleh Kejaksaan.

Peran Lembaga tersebut

Mengutip dari situs Kejaksaan Republik Indonesia, kejaksaan memegang peranan penting


dalam penegakan hukum di Indonesia, karena posisinya sebagai lembaga penegakan
hukum dan keadilan. Peran kejaksaan di antaranya menegakkan supremasi hukum,
perlindungan kepentingan umum atau masyarakat, penegakan hak asasi manusia serta
pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN.

Secara khusus, Kejaksaan Republik Indonesia merupakan lembaga yang menjalankan


kekuasaan negara di bidang penuntutan. Kejaksaan juga berperan sebagai satu-satunya
instansi pelaksana putusan pidana atau executive ambteenar. Kejaksaan Republik
Indonesia juga bisa berperan dalam ranah hukum perdata dan tata usaha negara. Artinya
kejaksaan bisa mewakili pemerintah dalam ranah perkara perdata serta tata usaha negara,
sebagai Jaksa Pengacara Negara. Untuk tugas dan wewenang, semuanya disesuaikan
dengan undang-undang yang berlaku.

Dalam buku Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum (2005) oleh Marwan
Effendy, Kejaksaan Republik Indonesia memiliki tujuh fungsi, yakni:

1. Merumuskan kebijakan teknik serta kegiatan yustisial pidana umum berupa pemberian
bimbingan dan pembinaan dalam bidang tugasnya.

2. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pra penuntutan,


pemeriksaan tambahan, penututan tindak pidana terhadap keamanan negara serta
ketertiban umum, tindak pidana terhadap orang dan harta benda serta tindak pidana umum
yang diatur di dalam dan di luar KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana).

3. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap


pelaksanaan keputusan lepas bersyarat serta tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak
pidana umum dan administrasinya.

4. Membina kerja sama, melaksanakan, mengoordinasikan serta memberi bimbingan dan


petunjuk teknis dalam penanganan perkara tindak pidana umum dengan instansi terkait
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan Jaksa Agung.

5. Memberi sarana, konsepsi mengenai pendapat dan atau pertimbangan hukum Jaksa
Agung tentang perkara tindak pidana umum serta masalah hukum lainnya dalam ranah
kebijakan penegakan hukum.

6. Membina serta meningkatkan keterampilan dan integritas aparat tindak pidana umum di
lingkungan kejaksaan.

7. Mengamankan pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan di bidang tindak pidana


umum berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan Jaksa Agung.

Kejaksaan Republik Indonesia memiliki tugas dan wewenang untuk:

1. Melakukan penuntutan

2. Melaksanakan penetapan hakim serta putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

4. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang

5. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan, dalam pelaksanaannya membutuhkan
koordinasi dengan penyidik.

3. Hakim

Pengertian

Berdasarkan Pasal 1 angka 8 UU No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP Hakim adalah pejabat
peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
Berdasarkan pasal 1 angka 9 KUHAP , mengadili merupakan serangkaian tindakan yang
untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur,
dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini.

Dasar hukum

Pasal 27 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970 menyebutkan: “Dalam masyarakat yang masih
mengenal hukum tidak tertulis, serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan, Hakim
merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup di kalangan rakyat.
Untuk itu ia harus terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan
mampu menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Dengan demikian Hakim dapat memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa
keadilan masyarakat”.

Peran Lembaga

 Tugas hakim adalah menegakkan keasilan sesuai dengan irah-irah yang dibuat pada
kepala putusan yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 

Putusan hakim hakim yang baik mengandung beberapa unsur yakni :

1. Putusan hakim merupakan gambaran proses kehidupan sosial sebagai bagian dari kontrol
sosial.
2. Putusan hakim merupakan penjelmaan dari hukum yang berlaku dan berguna bagi setiap
individu, kelompok maupun negara,.
3. Putusan hakim merupakan keseimbangan antara ketentuan hukum dengan kenyataan yang
ada di lapangan.
4. Putusan hakim merupakan gambaran kesadaran yang ideal antara hukum dan perubahan
sosial.
5. Putusan hakim harus memberikan manfaat bagi setiap orang yang berperkara.
6. Putusan hakim semestinya tidak menimbulkan konflik baru bagi para pihak berperkara dan
masyarakat.
Putusan hakim merupakan produk dari proses persidangan di pengadilan. Sementara
pengadilan merupakan tempat terakhir bagi pelarian para pencari keadilan, sehingga
putusan hakim sudah sepatutnya dapat memenuhi tuntutan para pencari keadilan. Terhadap
hal tersebut hakim dalam memutuskan perkaranya harus mencerminkan tiga unsur yakni
keadilan, kepastian hukum, kemanfaatan.

4. Advokat

Pengertian
Advokat adalah salah satu profesi di bidang hukum yang tak banyak dipahami dengan benar
oleh sebagian besar masyarakat. Bahkan, banyak di antaranya justru memberikan
pengertian yang sama dengan pengacara.
Dasar hukum
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 18
tahun 2003 tentang Advokat. 
Peran Lembaga
Advokat dalam perannya sebagai pembela mendampingi tersangka/terdakwa dalam
memperoleh putusan yang adil. Mengenai kedudukan advokat sebagai penegak hukum bila
dibandingkan dengan penegak hukum yang lain seperti polisi, jaksa dan hakim.
bahwa advokat merupakan penegak hukum yang berada di luar pemerintahan.

5. KPK

Pengertian

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK) adalah lembaga negara yang
dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Dasar hukum

Pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) berdasarkan Undang-


undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
disahkan pada tanggal 27 Desember 2002 yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 43 yang telah dirubah dengan Undangundang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Peran Lembaga
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas: Koordinasi dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Supervisi terhadap instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak


pidana korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:[3]

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;


2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Anda mungkin juga menyukai