Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL

“UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU SDN 1 NANGA MUA


DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN
BILANGAN BULAT MELALUI PEMBIMBINGAN PENGGUNAAN
SEMPOA”

Oleh :

NURHADI, S.Pd. SD
NIP. 19700229 198902 1 001

PENDAHULUAN
Guru merupakan salah satu profesi dari tenaga kependidikan. Guru bertugas
untuk mengajar dimana mengajar merupakan pelaksanaan proses pembelajaran
dan menjadi proses yang paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pengabdian guru dalam dunia pendidikan yang sangat besar tersebut sangat
memberikan kontribusi yang tinggi dalam rangka mencapai tujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai yang tertera pada pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945.
Guru sebagai sebuah profesi tenaga kependidikan memiliki hak dan kewajiban
yang menyangkut dunia pendidikan yang digeluti. Hak guru merupakan apa-apa
saja yang didapatkan oleh seseorang yang memiliki profesi guru, dan kewajiban
guru adalah apa-apa saja yang harus dilaksanakan seorang guru dalam
menjalankan profesinya. Hak dan kewajiban guru ini dituangkan dalam Undang-
Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen sehingga setiap guru
mandapatkan perlindungan terhadap hak yang dimiliki dan kewajiban yang harus
dilaksanakan.
Oleh karenanya di sini peneliti yang sekaligus sebagai pengawas SDN 1 Nanga
Mua, hendak membimbing guru untuk menggunakan metode simpoa dalam
pembalajaran matematika khususnya pada materi penjumlahan bilangan bulat.
Metode Sempoa adalah teknik berhitung berdasarkan Teori Matematika dengan
menggunakan sempoa sebagai alat Bantu yang terdiri dari manik-manik yang
dapat digerak-gerakkan ke atas atau ke bawah untuk merangsang daya pikir otak
anak.
Berhitung dengan menggunakan sempoa sebenarnya sudah ditemukan sejak
dahulu kala namun masih memiliki keuntungan yang sama meskipun kita telah
berada di zaman komputer dan informasi.
Selain itu, sempoa juga memberi manfaat tinggi untuk para penderita tunanetra.
Karena tidak memiliki penglihatan seperti orang normal, sempoa dapat membantu
para tunanetra untuk menghitung dengan memanfaatkan indera peraba. Belajar
operasi aritmetika menggunakan sempoa, para tunanetra bisa memiliki
kemampuan matematika yang tidak kalah dengan orang normal.

ARTIKEL Page 1
Dari latar belakang itulah maka penelitian ini mengambil judul: “Upaya
Peningkatan Kemampuan Guru SDN 1 Nanga Mua Dalam Pembelajaran
Matematika Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Pembimbingan
Penggunaan Sempoa”

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Sebagai ilmu pengetahuan, matematika sangatlah luas dan dapat
dikelompokkan dalam bagian-bagian sesuai semesta pembahasannya. Oleh
sebab itu perlu dibedakan antara matematika sekolah dengan matematika itu
sendiri. Matematika berasal dari bahasa Latin Manthenein atau Mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda
disebut Wiskunde atau ilmu pasti. Menurut Chambers (2008: 7), “mathematics
is objective facts, a study of reason and logic, a system of rigour, purity and
beauty; free from societal influences; self-contained; and interconnected
structures.” Hal ini bermakna bahwa matematika adalah fakta-fakta objektif;
sebuah studi tentang alasan dan logika; sebuah sistem di sekitar kita yang
murni dan indah; bebas dari pengaruh sosial; berdiri sendiri; dan sebuah
struktur yang saling berhubungan.
Penilaian dan penyesuaian dilakukan dengan sangat berjenjang. Menurut
Muhammad Soleh (1998: 5) materi pembelajaran di tingkat sekolah dasar lebih
mengemukakan masalah bilangan yang meliputi keterampilan berhitung,
memperkirakan hasil perhitungan, kelayakan penggunaan bilangan dan satuan
dalam pengukuran, serta penghargaan terhadap manfaat bilangan dan
keindahan pola bilangan. Di sekolah menengah pertama mulai dikembangkan
bahasa matematika melalui simbol-simbol (huruf sebagai perubah, kalimat
matematika persamaan dan pertidaksamaan, diagram, grafik) dan
dikembangkan pula tata nalar untuk mengambil kesimpulan melalui hasil
percobaan atau melihat pola-pola. Di sekolah menengah atas lebih ditekankan
pada aspek tata nalar melalui pembuktian. Di perguruan tinggi matematika
diajarkan secara deduktif.

B. Metode Sempoa
1. Pengertian Sempoa
Sempoa atau sipoa atau dekak - dekak adalah alat kuno untuk berhitung
yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik - manik
yang bias digeser - geserkan. Sempoa digunakan untuk melakukan operasi
aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan
akar kuadrat.
Sempoa telah digunakan berabad - abad sebelum dikenalnya sistem
bilangan Hindu Arab dan sampai sekarang masih digunakan pedagang
diberbagai belahan dunia seperti di Tiongkok.Sempoa (ada juga yang
menyebutnya sipoa, cipoa, swipoa, simsuan, abakus, atausoroban), yakni
alat hitung tradisional seperti yang biasa digunakan di Jepang atau Cina.
Berupa kotak segi empat yang dibagi menjadi dua bagian, atas dan bawah
dengan manik – manik yang bernilai lima pada bagian atas, dan manik –

ARTIKEL Page 2
manik bernilai satu pada bagian bawah. Sempoa sering digunakan sebagai
alat hitung bagi tuna netrakarena manik - manik pada sempoa dapat dengan
mudah dirasakan dengan jari - jari.Sehelai kain lembut atau selembar karet
biasanya diletakkan dibawah sempoa untuk mencegah manik - manik
bergerak secara tidak sengaja.
2. Sejarah Sempoa
Sejarah Sempoa Sempoa adalah alat hitung tradisional dari Asia Timur,
seperti Cina, Korea, Taiwan dan Jepang. Ditemukan lebih kurang 1800
tahun yang lalu dan mempunyai inti kerja menaik turunkan biji sempoa
dengan tangan secara nyata. Sempoa memiliki beberapa nama : cipoa,
abakus, suzhuan atau soroban dan sim suan sesuai dengan negara yang
menggunakan alat tersebut. Walaupun sempoa berkembang di Asia Timur,
namun menurut salah satu sumber, abakus paling tua di dunia ditemukan di
Mesopotamia Kepulauan Salamis dan Hiroglif Fir’aun di Mesir. Saatitu,
manusia menciptakannya dari butiran - butiran dari tanah untuk
menggantikan setiap jari dan dibuat jalur atau galur di tanah untuk
menggantikan tangan sebagai pangkal jari. Butiran - butiran tanah inilah.
Dalam bahasaInggris, sempoa dikenal dengan nama abacus. Penggunaan
kata abacus sudah dimulai sejak tahun 1387, meminjam kata dalam bahasa
Latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani berarti
"tabel perhitungan." Dalam bahasa Yunani, kata abax juga berarti tabel
untuk menggambar bentuk – bentuk geometris di atas debu atau pasir. Ahli
linguistik berspekulasi bahwa kata abax berasal darikata ābāq yang dalam
bahasa Ibrani yang berarti "debu."Pendapat lain mengatakan abacus berasal
dari kata abak yang dalam keluarga bahasa Fenisia berarti"pasir."
Sedangkan dalam perhitungan orang arab atau dunia Islam, sejak abad ke-7,
mereka menggunakan alat hitung butiran dari batu atau biji - biji kurma. Biji
- bijian itu dirangkai dengan tali sebanyak 99 biji, alat biasa disebut misbah
atau tasbih (alat untuk bertasbih). Apakah konsep dasar sempoa juga berasal
dari dunia Islam, hal ini masih menjadi pertanyaan.
Pada abad ke XX terjadi penemuan yang revolusioner seiring dengan
penelitian tentang perkembangan otak manusia, yaitu berhitung dengan
menggunakan sempoa yang tadinya terikat dengan alat sempoa, ternyata
bisa dipindahkan dalam bayangan otak manusia, sehingga bisa berhitung
lebih cepat lagi dan membantu perkembangan otak. Pendidikan tersebut
dikenal dengan Mental Aritmetika. Dalam proses belajarnya sempoa yang
digunakan adalah sempoa sistem 1-4, karena lebih mudah dan memiliki
alternatif bentuk dalam proses perhitungan hanya satu saja.Sehingga
memudahkan dalam proses membayangkan (mental). Sedangkan pada
sempoabentuk 2 – 5 lebih sulit untuk dimentalkan karena memiliki banyak
alternative bentuk dalam proses perhitungannya. Mental Aritmetika ini
mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1996 dengan harga kursus yang
cukup mahal sehingga hanya kalangan tertentu yang bisa mengikuti
pendidikan ini. Kemudian lama-kelamaan mulai berkembang dan harga
semakin murah.
3. Manfaat Berhitung Dengan Sempoa

ARTIKEL Page 3
Pada tahun 1976 seorang pemikir sekaligus pakar dari Taiwan bernama
Chen Shi Cung, mengadakan suatu riset dan kompilasi mengenai
perhitungan sempoa. Beliau mendapat hasil yang spektakuler dengan
mengubah sempoa sistem “Dua Lima” yang telah dipakai selama ratusan
tahun menjadi sistem “Satu Empat”, yaitu sempoa yang sekarang sering kita
gunakan. Masih banyak masyarakat kita yang belum menyadari akan
manfaat berhitung menggukan sempoa. Padahal berhitung adalah sesuatu
hal yang sering sekali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
ketika kita membeli suatu barang, mengukur waktu kita dalam beraktifitas,
dan lain lain, tanpa kita sadari, kita waktu itu sedang berhitung, menghitung
uang, menghitung waktu, dan lain lain.

METODE PENELITIAN
A. Kondisi Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Nanga Mua dengan subjek penelitian
adalah guru kelas yang ada di sekolah ini, baik yang sudah pegawai negeri sipil
maupun yang masih wiyata bakti. Jumlah seluruh dewan guru yang menjadi
subyek penelitian adalah 7 orang guru.

B. Waktu Penelitian
Pengambialan data dilakukan pada bulan Maret 2018 sampai dengan Mei
2018, dengan perincian kegiatan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
NO Kegiatan Tanggal / Bulan
1 Kegiatan :           
a.  Pengamatan awal
1 - 7 Maret 2018
b.  Merumuskan judul
c.  Penyusunan Instrumen
2 Pengumpulan data / melaksanakan tindakan
8-15 Maret 2018
a.  Pengumpulan Data
b. Pelaksanaan Siklus 1 dan analisis hasil siklus 1 18-30 Maret 2018
c. Pelaksanaan Siklus 2 dan analisis hasil siklus 2 1-15 April 2018
3 Penyusunan Laporan Penelitian 16 April - 5 Mei
2018

C. Prosedur Penelitian
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan: rencana jadwal
pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan Pembimbingan Penggunaan
Sempoa, membuat lembar observasi, dan mempersiapkan kelengkapan
lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan Pembimbingan Penggunaan Sempoa siklus I dilaksanakan
setiap hari sabtu yakni 2 X pertemuan. Pelaksanaan tindakan pada

ARTIKEL Page 4
dasarnya disesuaikan dengan setting tindakan yang telah ditetapkan
dalam rencana pelaksanaan.
c. Pengamatan
Setelah proses Pembimbingan Penggunaan Sempoa selesai maka
dilakukan pengamatan terhadap kemampuan guru dalam Pembelajaran
Matematika Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat. Pengamatan
dilakukan untuk mengetahui apakah Pembimbingan Penggunaan Sempoa
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam Pembelajaran Matematika
Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi
yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga
dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang diharapkan.

2. Siklus 2
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan untuk
melakukan tindak lanjut siklus I, yaitu dalam siklus II dilakukan
perbaikan. Peneliti yang dalam hal ini adalah Kepala Sekolah mencari
kekurangan dan kelebihan Pembimbingan Penggunaan Sempoa.
Kelebihan yang ada pada siklus I dipertahankan pada siklus II, sedangkan
kekurangannya diperbaiki. Peneliti menyiapkan lembar evaluasi
(penilaian), lembar observasi untuk mengetahui apakah Pembimbingan
Penggunaan Sempoa dapat meningkatkan kemampuan guru Dalam
Pembelajaran Matematika Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus II juga dilaksanakan selama 4 X pertemuan setiap
hari Selasa dan Rabu setiap selesei mengajar waktu pulang sekolah jam
11.30-13.30. Proses tindakan pada siklus II dengan melaksanakan
Pembimbingan Penggunaan Sempoa berdasarkan pada pengalaman hasil
dari siklus I. Dalam tahap ini peneliti melaksanakan metode yang
diterapkan berdasarkan Tindakan pada siklus I, perbedaannya adalah
pada siklus II lebih banyak praktek Pembelajaran Matematika Tentang
Penjumlahan Bilangan Bulat dari pada materi.
c. Pengamatan
Setelah proses Pembimbingan Penggunaan Sempoa selesai maka
dilakukan pengamatan terhadap kemampuan guru dalam Pembelajaran
Matematika Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat. Pengamatan
dilakukan untuk mengetahui apakah Pembimbingan Penggunaan Sempoa
dapat meningkatkan kemampuan guru Dalam Pembelajaran Matematika
Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat. Adapun yang di amati pada siklus
2 sama dengan yang diamati pada siklus 1.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi
yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga

ARTIKEL Page 5
dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang diharapkan.

D. Metode Pengumpulan Data


Agar pelaksanaan Pembimbingan Penggunaan Sempoa yang dilakukan
dapat berjalan dengan baik, peneliti mengadakan pengamatan langsung
terhadap Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran Matematika Tentang
Penjumlahan Bilangan Bulat.
Teknik pengumpulan data memiliki peranan penting, hal tersebut
disebabkan karena pemerolehan data dalam sebuah penelitian akan dijadikan
sebagai bahan dan bukti untuk dijadikan sebagai pegangan dalam melakukan
penilaian. Suharsimi Arikunto (2006: 150-158) menyebutkan bahwa “Jenis
metode pengumpulan data terdiri dari tes, angket atau kuesioner, interview,
observasi, skala bertingkat, dan dokumentasi”.

E. Indikator Kinerja
Tujuan penelitian tindakan sekolah yang di lakukan pada di SDN 1 Nanga
Mua adalah untuk meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran
Matematika Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Pembimbingan
Penggunaan Sempoa. Maka indikator kinerja berikutnya apabila hasil
penelitian ini dengan valid dapat menunjukkan:
a. Guru menunjukkan kemampuan yang memadai dalam kegiatan pebelajaran
b. Guru SDN 1 Nanga Mua mengalami kesulitan mengajar siswa tunanetra
khususnya dalam pembelajaran penjumlahan bilangan bulat.
c. Guru sudah dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
d. Guru sudah memanfaatkan sumber dan media pembelajaran khususnya
dalam pembelajaran penjumlahan
e. Hasil prestasi nilai siswa materi penjumlhan bilangan bulat meningkat

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
1) Perencanaan
Peneliti mengadakan beberapa persiapan yang diperlukan sebelum
pelaksanaan penelitian. Adapun persiapan yang peneliti lakukan sebelum
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui
wawancara dengan guru di SDN 1 Nanga Mua
b. Melakukan observasi lanjutan untuk mencari informasi tentang
Kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan bulat.
2) Pelaksanaan
Pra siklus adalah sebagai pembanding nanti bagaimana Kemampuan
guru dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan
bulat sebelum di laksanakan pembimbingan penggunaan sempoan dan
sesudah di laksanakan pembimbingan penggunaan sempoan. Pada

ARTIKEL Page 6
pelaksanaan para siklus, peneliti melakukan observasi dan waancara
terkait Kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan bulat.
3) Pengamatan
Berikut adalah lembar observasi terhadap guru informasi tentang
Kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan
bilangan bulat
Tabel 4.1 lembar observasi Kemampuan guru dalam pembelajaran
matematika tentang penjumlahan bilangan bulat
N Sangat Kurang
Indikator Baik
O Baik Baik
1 Menguasai karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan
intelektual
2 Mampu menggunakan metode sempoa
dalam pembelajaran matematika
khususnya materi penjumlahan
bilangan bulat
3 Menanggapi respon peserta didik yang
belum memahami materi pembelajaran
yang sedang diajarkan
4 Memberikan banyak kesempatan
peserta didik bertanya dan berinteraksi
dengan temannya.
Adapun hasil observasi pra siklus adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pra siklus
Indikator Indikator Indikator Indikator
Nama Total
No Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4
Guru Skor
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 √ √ √ √ 4
2 √ √ √ √ 5
3 √ √ √ √ 7
4 √ √ √ √ 4
5 √ √ √ √ 4
6 √ √ √ √ 4
7 √ √ √ √ 5
Skor total 33
Skor Rata-rata 4,71
Keterangan:
Indikator Ke 1 : Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
Indikator Ke 2 : Mampu menggunakan metode sempoa dalam
pembelajaran matematika hususnya materi penjumlahan bilangan
bulat

ARTIKEL Page 7
Indikator Ke 3 : Menanggapi respon peserta didik yang belum
memahami materi pembelajaran yang sedang diajarkan
Indikator Ke 4 : Memberikan banyak kesempatan peserta didik
bertanya dan berinteraksi dengan temannya.
Keterangan Skor:
3 : Sangat Baik
2 : Baik
1 : Kurang Baik
Skor maksimal tiap guru: 3X 4 = 12
Skor maksimal semua guru 12 X 7 = 84
Kriteria penilaian:
60-84 = Kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan bulat sudah sangat baik
30-59 = Kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan bulat cukup baik
10-29 = Kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan bulat kurang baik
4) Refleksi
Hasil observasi pra siklus menunjukkan bahwa Kemampuan guru
dalam menggunakan metode sempoa dalam pembelajaran matematika
tentang penjumlahan bilangan bulat masih rendah, hal ini di buktikan
adanya perolehan hasil observasi yang baru mencapai skor total 48 dan
skor rata-rata 6,86 artinya Kemampuan guru dalam menggunakan metode
sempoa pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat
masih kurang baik.
2. Siklus I
a. Persiapan
 Peneliti mempersiapkan diri untuk membimbing guru tentang
penggunaan sempoa
 Mempersiapkan sarana dan pra sarana yang di butuhkan
 Breefing guru oleh kepala sekolah tentang pelaksanaan Pembimbingan
penggunaan sempoa
b. Pelaksanaan
c. Observasi
Observasi yang di lakukan peneliti adalah dengan menceklist lembar
observasi yang telah di buat.
d. Refleksi
Pada siklus I ini, guru sudah mulai faham dan mampu mengajar
matematika menggunakan metode sempoa walaupun belum maksimal
karena skor yang di dapat dari hasil observasi adalah 75 dengan kriteria
Skor maksimal tiap guru: 3 X 4 = 12 Skor maksimal semua guru 12 X 7
= 84 yang berarti kemampuan guru dalam mengajar matematika
menggunakan metode sempoa baik.

ARTIKEL Page 8
B. Pembahasan
Pada siklus I ini, guru sudah mulai faham dan mampu mengajar matematika
menggunakan metode sempoa walaupun belum maksimal karena skor yang di
dapat dari hasil observasi adalah 75 dengan kriteria Skor maksimal tiap guru: 3
X 4= 12 Skor maksimal semua guru 12 X 7 = 84 yang berarti kemampuan
guru dalam mengajar matematika menggunakan metode sempoa baik.
Pada siklus II ini, guru sudah mampu mengajar matematika menggunakan
metode sempoa dan sudah maksimal karena skor yang di dapat dari hasil
observasi adalah 84 dengan kriteria Skor maksimal tiap guru: 3 X 4 = 12 Skor
maksimal semua guru 12 X 7 = 84 yang berarti kemampuan guru dalam
mengajar matematika menggunakan metode sempoa baik.
Pada siklus II juga, Peneliti (Kepala sekolah) mengadakan observasi
terhadap kemampuan guru dalam menggunakan metode sempoa pada
pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat, hasil yang di
peroleh pada siklus II mencapai skor 83 dan skor rata-rata mencapai 11,9
artinya Kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan bulat sudah sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan dari pra siklus ke siklus I sampai ke siklus II karena pada saat pra
siklus skor observasi yang di peroleh adalah 48 dan skor rata-rata 6,86. Siklus
I mencapai 75 dan skor rata-rata 10,7. Lalu pada siklus II mencapai skor 83 dan
skor rata-rata 11,9.
Berikut grafik peningkatan Kemampuan guru dalam pembelajaran
matematika tentang penjumlahan bilangan bulat dari pra siklus ke siklus I
sampai siklus II
Grafik 1 peningkatan Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran Matematika
Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat menggunakan metode sempoa dari pra
siklus, siklus I ke siklus II:

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra Siklus I Siklus II
siklus

PENUTUP
A. Simpulan
Hasil akhir penelitian ini adalah kemampuan guru dalam Pembelajaran
Matematika Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat menggunakan metode
sempoa sudah sangat baik.

ARTIKEL Page 9
Pada siklus I ini, guru sudah mulai faham dan mampu mengajar matematika
menggunakan metode sempoa walaupun belum maksimal karena skor yang di
dapat dari hasil observasi adalah 75 dengan kriteria Skor maksimal tiap guru: 3
X 4 = 12 Skor maksimal semua guru 12 X 7 = 84 yang berarti kemampuan
guru dalam mengajar matematika menggunakan metode sempoa baik.
Pada siklus II juga, Kepala sekolah (peneliti) mengadakan observasi
terhadap kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan bulat menggunakan metode sempoa, hasil yang di
peroleh pada siklus II mencapai skor 83 dan skor rata-rata mencapai 11,9
artinya Kemampuan guru dalam pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan bulat menggunakan metode sempoa sudah sangat baik.
Hal ini menunjuukan adanya peningkatan dari pra siklus ke siklus I sampai ke
siklus II karena pada saat pra siklus skor observasi yang di peroleh adalah 48
dan skor rata-rata 6,86. Siklus I mencapai 75 dan skor rata-rata 10,7. Lalu pada
siklus II mencapai skor 83 dan skor rata-rata 11,9

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, maka penulis pada bagian ini
mengemukakan saran kepada:
a) Guru agar terus belajar dalam Pembelajaran Matematika Tentang
Penjumlahan Bilangan Bulat menggunakan metode sempoa karena siswa
sangat membutuhkan metode yang tepat dalam pembelajaran.
b) Tiap lembaga sekolah hendaknya melakukan bimbingan khusus kepada
guru agar bisa memahami konsep metode sempoa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, matematika ialah sebuah bahasa simbolis yang mempunyai suatu


fungsi praktis untuk mengekspresikan berbagai hubungan kuantitatif serta
keruangan, sedangkan fungsi teoritis agar dapat memudahkan berfikir.
Albert Einstein, matematika ialah “sejauh hukum matematika mengacu pada
realitas, mereka tidak yakin, dan sejauh mereka yakin, mereka tidak
mengacu pada realitas.”
Andi Hakim Nasution, matematika ialah ilmu struktur, urutan (order), serta
memiliki hubungan yang meliputi berbagai macam dasar pengukuran,
perhitungan, serta penggambaran suatu bentuk objek.
Anonim,1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
A Pullan, J. M, 1968, The History of the Abacus. London: Books That Matter.

Basuki,Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen


Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan

ARTIKEL Page 10
Chambers , 2008: 9, menyatakan bahwa, “Mathematics is the study of patterns
abstracted from the world around us-so anything we learn in maths has
literally thousands of applications, in arts, sciences, finance, health and
recreation”.
Hudoyo, Matematika berkenaan dengan ide, aturan, hubungan yang diatur
dengan logis sehingga matematika memiliki keterkaitan dengan dengan
konsep abstrak.
James dan James, Matematika ialah suatu ilmu mengenai logika tentang bentuk,
besaran, susunan, serta berbagai konsep yang memiliki hubungan satu
sama lain dan dengan jumlah banyak yang terbagi ke 3 bidang, yakni,
aljabar, geometri, dan analisis.
Johnson dan Rising, Matematika ialah pola berpikir, pembuktian yang logik,
pola mengorganisasikan, matematika adalah suatu bahasa dengan
menggunakan istilah yang dapat didefinisikan secara akurat, cermat, dan
jelas, representasinya dengan simbol serta padat, lebih berupa sebuah
bahasa simbol tentang ide dibandingkan tentang bunyi.
Kline, matematika ialah pengetahuan menyendiri yang dapat menjadi sempurna
karena matematika itu sendiri, melainkan dengan adanya matematika itu
terutama agar dapat membantu manusia dalam mengatasi dan memahami
permasalahan ekonomi, sosial, dan juga alam. Ilmu matematika tumbuh
serta berkembang karena adanya proses berpikir, oleh sebab itu logika
merupakan salah satu dasar agar terbentuknya matematika.
Kurikulum 2004, Matematika ialah bahan kajian yang mempunyai suatu objek
abstrak serta dibangun dengan melalui proses penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dari suatu
kebenaran yang sebelumnya diterima sehingga memiliki keterkaitan
antara konsep yang ada dalam matematika bersifat sangat kuat serta
jelas.
Kurikulum 2006, Matematika ialah ilmu universal yang mendasari dari
perkembangan teknologi modern saat ini, memiliki peran yang penting
dalam berbagai disiplin serta untuk memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat pada bidang teknologi informasi serta komunikasi
saat ini dilandasi karena perkembangan matematika pada bidang teori
bilangan, analisis, teori peluang, aljabar, serta diskrit. Agar dapat
menguasai serta untuk menciptakan teknologi pada masa yang akan
datang, maka diperlukan penguasaan dibidang matematika yang kuat
sejak dini.
Menninger, Karl W, 1969, Number Words andNumber Symbols: A Cultural
History of Numbers. MIT Press
Muhammad Soleh (1998: 5) matematika yang telah dipilah-pilah dan
disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa disebut matematika
sekolah

ARTIKEL Page 11
Muhammad Soleh, 1998: 5, materi pembelajaran di tingkat sekolah dasar lebih
mengemukakan masalah bilangan yang meliputi keterampilan berhitung,
memperkirakan hasil perhitungan, kelayakan penggunaan bilangan dan
satuan dalam pengukuran, serta penghargaan terhadap manfaat bilangan
dan keindahan pola bilangan
Reys, dkk, Matematika ialah telah mengenai pola dan juga hubungan, sebuah
jalan atau pola fikir, seni, bahasa serta suatu alat.
Riedesel, matematika ialah kumpulan dari kebenaran dan aturan, ilmu
matematika bukan sekedar hanya berhitung saja. Matematika merupakan
suatu bahasa, kegiatan untuk pembangkitan masalah serta untuk
memecahkan suatu masalah, kegiatan untuk menemukan serta untuk
mempelajari pola dan hubungan.
Ruseffendi E. T, matematika terorganisasikan dari berbagai jenis unsur yang
tidak untuk didefinisikan, berbagai definisi, aksioma, serta suatu dalil
dimana dalil tersebut telah dibuktikan kebenarannya dan berlaku secara
umum, oleh sebab itu ilmu matematika dapat disebut sebagai ilmu
deduktif.
Sodjadi, matematika ialah pengetahuan yang bersifat eksak dengan objek abstrak
yang meliputi prinsip, konsep, serta operasi yang ada hubungannya
dengan suatu bilangan.
Suherman, matematika ialah disiplin ilmu mengenai tata cara berfikir serta
untuk mengolah logika, baik itu secara kuantitatif ataupun kualitatif.
Suwarsono, matematika ialah sebuah ilmu yang mempunyai sifat khas antara
lain : memakai berbagai jenis lambang yang penggunaanya tidak banyak
digunakan di kehidupan sehari-hari, objeknya bersifat abstrak, serta
memiliki proses berpikir yang dibatasi dengan berbagai aturan yang ketat.
Susilo, matematika bukanlah sekedar hanya kumpulan angka, simbol, serta
berbagai rumus yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan dunia
nyata. Namun sebaliknya, bahwa ilmu matematika tumbuh serta berakar
dari kehidupan di dunia nyata.
Yansen Marpaung, matematika ialah ilmu yang dalam perkembangan
penggunaanya dengan menganut metode deduksi.

ARTIKEL Page 12

Anda mungkin juga menyukai