Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari mulai dari sekolah dasar

menengah hingga perguruan tinggi. Pendidikan matematika di sekolah dasar bertujuan

membekali mereka dengan kemampuan berifikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan

kreatif serta kemampuan bekerja sama. Menurut Erman Suherman (2001: 29) matematika

merupakan ratu atau sumber ilmu dari ilmu yang lain, dengan kata lain matematika

tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, serta dapat melayani

kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya.

Matematika merupakan ratunya ilmu. Matematika merupakan mata pelajaran

yang menuntut siswanya untuk berfikir secara logis, kritis, tekun, kreatif, inisiatif,

sehingga diharapkan karakteristik terdapat pada siswa yang mempelajari matematika.

Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai untuk bisa memahami ilmu

lainnya. Matematika dapat menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari. Matematika adalah ilmu pemahaman dan strategi, dimana

konsentrasi belajar sangat diperlukan. Belajar matematika sangat penting untuk

membantu anak belajar berpikir secara sistematis dan terstruktur.

Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting diberikan kepada

siswa mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi tujuannnya untuk

memahami betapa pentingnya matematika, karena dengan mempelajari matematika dapat

memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, karena matematika sangat dekat

dengan kehidupan sehari-hari. Matematika sangat dibutuhkan pada masa sekarang

maupun masa yang akan datang.

Salah satu materi dalam matematika yang sangat berguna bagi kehidupan adalah

statistika. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang sangat penting dan diperlukan
dalam kehidupan. Cabang ilmu ini biasanya dipelajari di bangku perkuliahan dan kerap

digunakan ketika melaksanakan suatu penelitian.

Sekumpulan data yang digunakan untuk menjelaskan masalah dan menarik

kesimpulan yang benar tentunya harus melalui beberapa proses, yaitu meliputi proses

pengumpulan data, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan. Untuk itu kita

memerlukan pengetahuan tersendiri yang disebut dengan statitistika. Statistika adalah

ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan

data, penganalisisan data, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data yang ada. Statistika

juga dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang mempelajari pengumpulan, perhitungan,

penggambaran dan penganalisisan data, serta penarikan kesimpulan berdasarkan

penganalisisan yang dilakukan.

SMP Negeri 5 adalah salah satu satuan pendidikan dengan jenjang SMP di
Baranangsiang, Kec. Cipongkor, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat. Dalam menjalankan
kegiatannya, SMP Negeri 5 Cipongkor berada dibawah naungan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
SMP Negeri 5 Cipongkor beralamat di Jln. Cigagak Rt. 04 Rw. 05,
Baranangsiang, Kec. Cipongkor, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat, dengan kode pos
40764.
SMP Negeri 5 Cipongkor menyediakan listrik untuk membantu kegiatan belajar
mengajar. Sumber listrik yang digunakan oleh SMP Negeri 5 Cipongkor menyediakan
akses internet yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih mudah. Provider yang digunakan SMP Negeri 5 Cipongkor untuk
sambungan internetnya adalah XL (GSM).
Pembelajaran di SMP Negeri 5 Cipongkor dilakukan pada sehari penuh. Dalam
seminggu, pembelajaran dilakukan selama 5 hari.
SMP Negeri 5 Cipongkor memiliki akredutasu C, berdasarkan sertifikat.

Berdasarkan alasan yang telah diutarakan di atas kami akan melaksanakan sebuah

laporan terhadap aplikasi materi Bab Statistika dengan melaksanakan penelitian deskriptif

di SMP Negeri 5.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Apa pengertian statistik dan statistika?
2. Bagaimana cara menerapkan statistika di lingkungan sekolah?
3. Apa saja manfaat mempelajari dan menerapkan statistika di lingkungan sekolah?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat gambaran umum keadaan di

SMP Negeri 5.

2. Tujuan lainnya yaitu untuk melihat kondisi SMP Neger 5 secara statistic.

3. Untuk memahami konsep dari penerapan statistika dalam kehidupan sehari-hari

4. Memahami teknik penarikan sampel dengan dara mentah yang telah didapatkan

5. Mengetahui manfaat dari mempelajari statistika

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa
1) Menyusun laporan berupa data kuantitatif dengan teratur, ringkas dan jelas.
2) Mengetahui apakah gejala yang satu ada hubungannya dengan gejala yang
lain.
3) Menarik kesimpulan secara logis, mengambil keputusan secara tepat dan
mantap, serta dapat memperkirakan atau meramalkan hal-hal yang mungkin
terjadi di masa mendatang, dan langkah-langkah konkret apa yang
kemungkinan perlu dilakukan oleh seorang pendidik.

2. Bagi Mata Pelajaran Matematika


1) Statistik memampukan seorang peneliti untuk bekerja secara berurutan dari
awal sampai akhir.
2) Statistik menyediakan cara-cara meringkas dara kedalam bentuk yang lebih
mudah untuk mengerjakannya.
3) Statistik memberikan dasar-dasar melalui proses-proses yang mengikuti aturan
yang dapat diterima oleh ilmu pengetahuan.
4) Statistik memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang
bagaimana suatu gejala akan terjadi dalam kondisi-kondisi yang telah
diketahui.
5) Statistik memungkinkan peneliti menganalisa, menguraikan sebab akibat yang
kompleks dan rumit yang tanpa statistik akan menjadi persoalan yang
membingungkan serta kejadian yang tak teruraikan.
6) Menggambarkan data dalam bentuk tak tentu.
7) Menyederhanakan data yang komplek menjadi data yang mudah dimengerti.
3. Bagi Sekolah
Fungsi yang dimiliki oleh statistik dalam dunia pendidikan adalah menjadi
alat bantu dalam proses belajar-mengajar.
Dalam kegiatan menilai hasil pendidikan itu, seorang pendidik
mengenakan norma tertentu; norma tersebut pada hakikatnya adalah semacam
ukuran. Hasil penilaian itu biasanya dinyatakan dalam berbagai macam cara.
Namun cara yang paling ummum digunakan adalah dengan menyatakannya dalam
bentuk angka (bilangan). Hal yang dinilai itu sendiri yaitu kemajuan atau
perkembangan anak didik setelah mereka menempuh proses pendidikan dalam
jangka waktu tertentu. Sebenarnya bersifat kualitatif, akan tetapi diubah menjadi
data yang kuantitatif. Dengan kata lain, terhadap hasil penelitian itu dilakukan
kuantifikasi. Alasan kuantifikasi itu sudah pasti bermacam-macam, namun alasan
yang paling utama ialah dengan melakukan pengubahan bahan keterangan yang
bukan berupa angka menjadi bahan keterangan berupa angka, pendidik akan dapat
dengan secara lebih jelas dan tegas memperoleh gambaran mengenai kemajuan
atau perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik, setelah mereka menjalani
proses pendidikan. Dengan menggunakan data kuantitatif, seorang pendidik akan
dapat memperoleh kepastian, ketimbang menggunakan data kualitatif. Karena
dalam kegiatan penilaian hasil pendidikan cara yang paling umum digunakan
adalah dengan menggunakan data kuantitatif.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Madrasah Aliyah

1. Pengertian Madrasah

Zaki Badawi yang dikutip dalam artikel M. Asrori Ardiyansyah, “kata

madrasah diambil dari akar kata “darasa” yang berarti belajar. Madrasah adalah

isim makan dari kata ini sehingga berarti tempat untuk belajar. Istilah madrasah

sering diidentikkan dengan istilah sekolah atau semacam bentuk perguruan yang

dijalankan oleh sekelompok atau institusi umat Islam”.13 Ia menambahkan:

Secara umum madrasah juga sama dengan sekolah-sekolah lain, yaitu


lembaga pendidikan yang menggunakan sistem klasikal dan kelas dengan
segala fasilitasnya seperti kursi, meja dan papan tulis, kecuali aspek
tradisi dan kurikulum yang dilaksanakan. Meskipun sekarang posisi
madrasah secara yuridis sama terutama dalam aspek kurikulum tetapi
madrasah secara umummasih mempertahankan ciri khasnya sebagai
sekolah yang berciri khas islam.14

Lebih jauh dikupas bahwa kata madrasah dalam bahasa Arab adalah

bentuk kata “keterangan tempat” (zharaf makan) dari akar kata darasa. Secara

harfiah madrasah diartikan sebagai ?”tempat belajar para pelajar”, atau “tempat

untuk memberikan pelajaran”. Dari akar kata darasa juga bisa diturunkan kata

midras yang mempunyai arti “buku yang dipelajari” atau “tempat belajar”; kata

midras juga diartikan sebagai “rumah untuk mempelajari kitab Taurat”. Kata

“Madrasah” juga ditemukan dalam bahasa Hebrew atau Aramy, dari akar kata

yang sama yaitu “darasa”, yang berarti “membaca dan belajar” atau “tempat
duduk untuk belajar”. Dari kedua bahasa tersebut, kata “madrasah” mempunyai

arti yang sama: “tempat belajar”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,

kata “madrasah” memiliki arti “sekolah” kondisi pada mulanya kata “sekolah”

itu sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing,

yaitu school atau scola.

Sungguhpun secara teknis, yakni dalam proses belajar mengajarnya

secara formal, madrasah tidak berbeda dengan sekolah, melainkan di beri

konotasi yang lebih spesifik lagi, yakni “sekolah agama, tempat di mana anak-

anak didik memperoleh pembelajaran hal-ihwal atau seluk beluk agama dan

keagamaan (dalam hal ini agama islam). Dalam prakteknya memang ada

madrasah yang di samping mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan (al-„ulum al-

diniyyah), juga mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah

umum. Selain itu ada madrasah yang hanya mengkhususkan diri pada ilmu-ilmu

agama, yang biasa disebut madrasah diniyyah. Kenyataan bahwa kata

“madrasah” berasal dari bahasa Arab, dan tidak diterjemahkan ke dalam bahasa

indonesia, menyebabkan masyarakat lebih memahami “madrasah” sebagai

lembaga pendidikan Islam, yakni “tempat untuk belajar agama” atau “tempat

untuk memberikan pelajaran agama dan keagamaan”.15

George makdisi berpendapat bahwa terjemahan kata “madrasah” dapat

disimpulkan dengan tiga perbedaan mendasar yaitu: Pertama, kata universitas

dalam pengertiannya yang paling awal, merujuk pada komunitas atau

sekelompok sarjana dan mahasiswa. Kedua; merujuk pada sebuah bangunan


tempat kegiatan pendidikan setelah pendidikan dasar (pendidikan tinggi)

berlangsung. Ketiga; izin mengajar (ijazah al-tadris) pada madrasah diberikan

oleh syeikh secara personal tanpa kaitan apa-apa dengan pemerintah.16

Sedang di Indonesia istilah madrasah kini dipahami sebagai sekolah

berciri khas islam, walaupun melalui proses panjang dan melelahkan. Istilah

sekolah beciri khas Islam dapat menggantikan istilah sekolah agama yang

melekat erat dalam pandangan masyarakat indonesia sangat dipengaruhi oleh

kebijakan pemerintah dengan lahirnya Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor Tahun 1992.

2. Sejarah Madrasah

Berawal dari rintisan Abdullah Ahmad dengan Madrasah Addinyah-nya di

Padang Panjang tahun 1909,17 sampai sekarang, madrasah telah menjalani

polarisasi pengembangan seiring dengan tuntutan zamannya. Madrasah telah

menjadi salah satu wujud entitas budaya bangsa Indonesia yang telah menjalani

proses sosialisasi yang relatif intensif, dan dalam waktu yang cukup panjang itu

telah memainkan peran tersendiri dalam panggung pembentukan peradaban

bangsa.

Gambaran umum tentang madrasah tidak akan bisa lepas dari telaah

pertumbuhan dan perkembangan madrasah di Indonesia. Fase madrasah di

Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama, sejak mulai tumbuhnya

pendidikan Islam pada awal masuknya Islam ke Indonesia sampai munculnya


zaman pembaharuan di Indonesia. Fase kedua, sejak masuknya ide-ide

pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia, dan Fase Ketiga, sejak

diundangkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 2 Tahun

1989 dan dilanjutan dengan UU No. 20 Tahun 2003).18 Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat skema sebagai berikut:

Awal Masuknya Islam Pendidikan Informal


(Masjid dan Pesantren)

Pembaharuan Pendidikan Islam


(Formal dan Klasik)

Undang-Undang Sistem Pendidikan


Nasional

Madrasah Sekarang

3. Kurikulum Madrasah

Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas madrasah terus digulirkan,


begitu juga usaha menuju ke satuan sistem pendidikan nasional dalam rangka
pembinaan semakin ditingkatkan. Usaha tersebut bukan hanya tugas dan
wewenang Departemen Agama, tetapi juga merupakan tugas bersama antara
masyarakat dan pemerintah. Usaha tersebut mulai terealisasi terutama setelah
dikeluarkannya surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri, antara lain Menteri
Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan pada madrasah. Point dari
SKB tiga menteri tersebut adalah:19
a. Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan nilai ijazah

sekolah umum yang setingkat.

b. Lulusan madrasah dapat pindah ke sekolah umum yang setingkat lebih

tinggi.

c. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat

Kebijakan pertama alternatif pengembangan madrasah ketika H. A. Mukti

Ali menjabat Menteri Agama. Beliau ingin mendobrak pemahaman masyarakat

yang bernada sumbang terhadap eksistensi madrasah, di mana ia selalu di

dudukkan pada posisi yang marginal. Pada periode Menteri H. Tarmidzi Taher

menawarkan konsep pengembangan madrasah dengan istilah sekolah dengan

berciri khas Agama Islam yang diberlakukan seja kurikulum tahun 1994. Jika

SKB tiga Menteri pertimbangan muatan kurikulumnya adalah 30% Agama dan

70% Umum, maka pada sekolah dengan berciri khas Agama Islam adalah 10%

Agama dan 90% Umum tentu kekurangan pendidikan agama sangat mencolok

pada periode ini.20

Struktur kurikulum madrasah memuat jenis-jenis mata pelajaran dan penjatahan

waktu yang dialokasikan bagi setiap mata pelajaran sebagaimana terdapat dalam

struktur kurikulum madrasah masing-masing, yaitu Madrasah Ibtidaiyah,

Madarasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah. Pada dasarnya kurikulum madrasah

sama dengan struktur kurikulum sekolah umum (MI sama dengan SD, MTs

sama dengan SMP, MA sama dengan SMA dan MAK (kejuruan) sama dengan

SMK). Perbedaannya pada mata pelajaran Pendidikan Agama, baik jenisnya

maupun alokasi waktunya Pendidikan agama di sekolah umum diberikan waktu

sekitar 2-3 jam, sedangkan di madrasah sekitar 7-12 jam pelajaran untuk setiap

minggunya. Apabila dibandingkan jenis nama mata pelajaran agama antara

mata pelajaran dalam struktur kurikulum madrasah tahun 1994 dengan struktur

kurikulum madrasah tahun 2004, tidak mengalami perubahan karena jenis mata
pelajaran itu masih di dasarkan atas Keputusan Menteri Agama No. 11 Tahun

1982 Tentang Pembidangan Ilmu Keislaman. Namun, apabila dilihat dari

alokasi waktu dari setiap mata pelajaran mengalami perubahan yang sangat

signifikan dikarenakan berkenaan dengan hasrat untuk meningkatkan mutu

Pendidikan Agama Islam sebagai cara program pendidikan di Madrasah.

4. Karakteristik Madrasah Unggulan

Meskipun madrasah memiliki posisi dan kedudukan yang sama dengan

sekolah umum, tetapi madrasah tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai

sekolah Islam. Sebagai sekolah yang berciri khas agama islam dituntut untuk

selalu mengadakan upaya-upaya pengembangan dengan konteks zamannya,

terutama dalam menghadapi kebijakan pembangunan nasional dibidang

pendidikan yang menekankan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.

Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan secara utuh, tidak parsial atau

setengah-setengah, semuanya diorientasikan untuk menciptakan manusia yang

berkualitas yang ditandai dengan kepemilikan dan kompetensi sekaligus, yaitu

kompetensi bidang Iman dan Taqwa (IMTAQ) dan kompetensi Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) .

Ciri khas yang masih dipertahankan oleh madrasah adalah berbentuk (1)

mata pelajaran keagamaan yang dijabarkan dari pendidikan agama islam, yaitu

Al-Qur‟an hadits, aqidah akhlak, fikih, sejarah kebudayaan islam, dan

bahasa arab, (2) suasana keagamaannya, yang berupa suasana kehidupan

madrasah yang agamis, adanya sarana ibadah, penggunaan metode pendekatan

yang agamis dalam penyajian bahan pelajaran bagi setiap mata pelajaran yang

memungkinkan, dan kualifikasi guru yang harus beragama islam dan berakhlak

mulia, disamping memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar berdasarkan

ketentuan yang berlaku.22

Dalam buku berjudul “Madrasah Unggul” karangan Dr. H. Agus Maimun,

M.Pd dan Dr. Agus Zaenal Fitri, M. Pd dijelaskan bawa madrasah unggul
memiliki syarat tersendiri dan karakter yang menunujukkkan identitas yang

berbeda dibanding dengan sekolah/madrasah yang lain. Syarat unggul bagi

madrasah unggulan dapat dilihat dari beberapa indikator.23

a. SDM berkualitas yang berkomitmen pada tugas dan tanggung jawab

b. Organisasi dan kepemimpinan yang efektif

c. Data yang memadai

d. Sinergitas antara lembaga pemerintah dan non pemerintah

e. Fasilitas dan lingkungan pembelajaran yang kondusif

Selanjutnya adalah karakteristik madrasah/unggulan dapat dilihat melalui:

a. Input yang berseleksi

b. Fasilitas yang memadai

c. Lingkungan belajar yang kondusif

d. Integrated curriculum

e. System fidley school (pilihan)

f. Metode pembelajaran yang fleksibel

g. Pembelajaran yang bermutu

h. Kegiatan ekstra yang menunjang

i. Kepemimpinan yang transformatif-visioner

j. Berbahasa arab/inggris

k. Dan lain sebagainya.

Menurut Djoyo Negoro ciri-ciri sekolah unggul adalah sekolah yang

memiliki indikator, yaitu:24

a. Prestasi akademik dan non-akademik di atas rata-rata sekolah yang ada di

daerahnya

b. Sarana dan prasarana dan layanan yang lebih lengkap

c. Sistem pembelajaran lebih baik dan waktu belajar lebih panjang

d. Melakukan seleksi yang cukup ketat terhadap pendaftar

e. Mendapat animo yang besar dari masyarakat, yang dibuktikan


banyaknya jumlah pendaftar dibanding dengan kapasitas kelas

f. Biaya sekolah lebih tinggi dari sekolah disekitar


B. Siswa

1. Definisi Siswa

Arifin (2000) menyebut murid sebagai manusia didik yang sedang berada

dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing

yang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik

optimal yakni kemampuan fitrahnya. Menurut Sarwono (2007) siswa merupakan

orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran didunia pendidikan.

… dst (ini hanya contoh silakan rubah, buat deskripsi sendiri, cari referensi

dengan tetap menyebutkan sumbernya)

2. Sifat-sifat Anak Didik

Menurut Muhaimin dkk (2005) adapun sifat-sifat dari anak didik (siswa)

antara lain :

a. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, sebagaimana statement

J.J.Rousseau, bahwa “anak bukan miniatur orang dewasa, tetapi anak

adalah anak dengan dunianya sendiri”

b. Dst

(ini hanya contoh silakan rubah, buat deskripsi sendiri, cari referensi

dengan tetap menyebutkan sumbernya)

3. Dst.

C. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Matematika

20
21

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang

artinya belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa belanda disebut

wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.

Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:637) adalah

ilmu tentang bilanganbilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.

Menurut pendapat Uno (2008:129) matematika adalah sebagai suatu

bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan

berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan

kontruksi, generalitas dan individualistas, serta mempunyai cabang-cabang antara

lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Johnson dan Myklebust (dalam

Abdurrahman, 2003:252) mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan

berpikir.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika

adalah ilmu dasar yang dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang

tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan,

esensi ilmu terhadap dunia fisik dan sebagai aktivitas intelektual.

2. Fungsi Matematika

Menurut Jihad (2008:153) fungsi matematika adalah sebagai wahana untuk : (1)

mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan

simbol, (2) mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan


22

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga fungsi tersebut

hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah. Tujuan

belajar adalah seperangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan

kegiatan belajar. Tujuan yang didasari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam

upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SDN Sarinagen

Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat. Alasan pemilihan SDN

Sarinagen sebagai tempat penelitian adalah karena SD tersebut ……..(tuliskan

alasannya).

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan. Adapun jadwal penelitian

selengkapnya dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

Buat tabel jadwal penelitiannya

B. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini tidak menggunakan pemilihan sampel dan populasi karena

seluruh anggota sekolah merupakan objek penelitiannya. Oleh karena itu subjek

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 5 dengan banyak siswa 148

orang.

23
24

C. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu suatu

metode yang bertujuan untuk membuat gambar atau deskriptif tentang

suatu keadaan secara objektif yang menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dan

hasilnya (Arikunto, 2006). Meskipun begitu penelitian ini hanya sebuah

deskripsi awal penelitian biasa yang dipersyaratkan hanya sebagai salah

satu tugas matematika wajib kelas XII.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Subjek dan Objek Penelitian

1. Profil Subjek Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Sarinagen merupakan salah satu sekolah dasar

yang terletak di Desa Sarinagen Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung

Barat dan sekolah yang berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. Sekolah ini memiliki tenaga pengajar yang diisi oleh PNS dan

Honorer. Adapun daftar guru SDN Sarinagen dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.1

Daftar Guru SDN Sarinagen

No Nama Status Jabatan


1 Agus Kurnia PNS Guru Kels

2 Heni Herawati PNS Guru PAI

3 I Gungun Gunawan PNS Guru Kelas

4 Nenden Herlina PNS Guru Kelas

5 Nr. Ida Fharida PNS Guru PJOK

6 Ade Herlina Tenaga Honorer Guru Kelas

7 Ahmad Hidayat Tenaga Honorer Tenaga Administrasi

8 Ellinda Damayanti Tenaga Honorer Guru Kelas

9 Evi Nursipa Tenaga Honorer Guru Kelas

10 Haris Imron Nado Tenaga Honorer Pustakawan

11 Saepulloh Tenaga Honorer Guru Kelas

12 Suprayogi Tenaga Honorer Guru Kelas

25
26

2. Profil Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Sarinagen

dengan jumlah seluruh siswa sebanyak dengan banyak siswa 128 orang. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelas Laki-laki Perempuan Total


II.A 50 78 128

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Penyajian Data

a. Diagram

Buat diagramnya dan berikan deskripsi hasil dari diagram tersebut

b. Tabel Distribusi Frekuensi

Contoh seperti di bawah ini

Jenjang Usia Frekuensi

5-6 30

7-8 22

9-10 56

11-12 34
27

13-14 dst

c. Histogram

d. Poligon Frekuensi

e. Ogive/ grafik frekuensi kumulatif

2. Pemusatan Data

a. Mean

b. Median

c. Modus

d. Kuartil ( Q1, Q2, dan Q3)

e. Desil ( D1, D5, dan D9)

3. Penyebaran Data

a. Simpangan Rata-rata

b. Ragam dan Simpangan Baku


BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Buatlah kesimpulan

B. Saran

Buatlah saran

C. Rekomendasi

Buatlah rekomendasi

28
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.


Atmowidjoyo, Sutardjo. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. Universitas
Islam Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono .(2006) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta :Rineka Cipta
Kardisaputra, O. (2000). Belajar dan Pembelajaran, Bandung: UNLA
Nurgana, E., (1993). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Permadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) “SDN Cantrawayang” Tahun
2012.
Russeffendi, E. T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Suherman, E dan Winataputra, U. S. (1993). Strategi Belajar Mengajar
Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka
Surya, M,. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan IKIP.

29

Anda mungkin juga menyukai