Anda di halaman 1dari 4

KARAKTERISTIK SISWA DAN KARAKTERISTIK

PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Zahara Suciani Putri (1801105043)

Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat/watak pembawaan


ataupun kebiasaan yang dimiliki setiap individu dan bersifat relatif tetap. Adapun
menurut Moh. Uzer Usman (1989) (Hanifah, Susanti, & Adji, 2020) mengatakan
bahwa karakteristik adalah suatu hal yang mengacu pada karakter, gaya hidup, dan
nilai nilai yang berkembang dari seseorang sehingga membentuk tingkah laku yang
konsisten. Lalu menurut Sudirman (1990) karakteristik siswa adalah pola kalakuan
dan kemampuan siswa yang terbentuk oleh lingkungan sosialnya sehingga
menciptakan pola aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Menurut (Taufik, 2019)
Karakteristik siswa dicirikan sebagai kualitas perorangan dari siswa itu sendiri yang
meliputi kemampuan akademik, psikomotorin, kemampuan bersosial dan lainnya
lagi. Hamza. B. Uno (2007) berpendapat karakteristik merupakan aspek aspek yang
dimiliki siswa terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan
berpikir dan kemampuan awal siswa.
Setiap siswa dipastikian memiliki perilaku dan karakteristik yang heterogen
(Hanifah et al., 2020). Beberapa siswa banyak yang sudah tahu dan yang lainnya
belum tahu sama seklai tentang materi pembelajaran yang diajarkan. Jika dalam
mengajar mengikuti golongan siswa yang petama maka yang golongan kedua akan
merasa tertinggal dan kurang memahami materi yang disampaikan. Berlaku
sebaliknya jika belajar mengikuti golongan kedua maka golongan pertama akan
merasa tidak belajar hal baru dan akan mulai merasa bosan. Disinilah pentingnya bagi
seorang guru, pendidik ataupun pengajar mengetahui dan mempelajari perilaku dan
karakteristik siswa demi tercapainya tujuan instruksional. Perilaku dan karalteristik
siswa yang heterogen ini kadang mendaji penghambat dalam proses mencapai tujuan
instruksional. Buku pelajaran dan pandangan secara kasar mata seorang guru tidak
bisa dijadikan bahan acuan untuk menebak kemampuan pengetahuan siswa. Oleh
karena itu langkah yang tepat adalah dengan mengindentifikasi terlebih dahulu
kemampuan dan karakteristik awal dari siswa.
Menurut (Taufik, 2019) beberapa hal yang perlu dipahami oleh guru terkait
karakteristik awal dari siswa ada dua diantaranya:
1. Latar Belakang Akademik : yang didalamnya mencakup jumlah peserta didik,
latar belakang peserta didik, indeks prestasi, tingkat intelegensi, keterampilan
membaca, nilai ujian, kebiasaan atau gaya belajar, minat belajar, harapan atau
keinginan peserta didik, dan lapangan kerja siswa yang diinginkan.
2. Faktor – faktor Sosial : yang didalamnya mencakup usia, kematangan, rentang
perhatian, bakat istimewa, hubungan dengan sesama siswa, keadaan sosial
ekonomi.
Lalu setelah melakukan indentifikasi terhadap karakteristik awal siswa harus
dilanjutkan dengan menganalisis kemampuan awal dari siswa. Ada tiga langkah yang
perlu dilakukan untuk menganalisis kemampuan awal siswa diantaranya:
1. Melakukan pengamatan atau mengobservasi secara perorangan kepada siswa
seperti melakukan sebuah wawancara atau sebuah tes dimana observasi ini
dimaksudkan untuk menggali informasi tentang kemampuan awal yg dimiliki
siswa.
2. Tabulasi karakteristik siswa perlu dilakukan untuk mendapatkan klarifikasi
secara rinci karakteristik siswa yang menonjol dan perlu diperhatikan tentang
pengelolaan yang tepat.
3. Membuat daftar strategi karakteristik dimana ini dimaksudkan untuk
mendapatkan pengelolaan yang tepat dalam pembelajaran.
Bukan hanya memperhatikan tentang karakteristik siswa namun karakteristik
pembelajaran matematika juga satu hal pendukung yang perlu diketahui dan
dipahami. Sejatinya menurut (Maulana, 2017) matematika yang diajarkan disekolah
itu sudah dirangkai sedemikian rupa agar mudah dipelajari dan digunakan siswa
dalam kehidupan sehari – hari. Namun matematika juga memiliki karakteristik
tersendiri yang di perlihatkan untuk di pahami diantaranya:
1. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak yaitu kajian yang dipelajari
disekolah berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip dalam matematika.
2. Mengacu pada kesepakatan, dimana kesepakatan ini memudahkan pembahsan
matematika, misalnya kesepakatan terhadap simbol angka 1,2,3.
3. Mempunyai pola pikir yang detuktif yaitu didasari dengan aksioma, dalih atau
rumus, definisi dan penerapannya terhadap matematika atau bidang lain dan
juga penerapan pada kehidupan sehari hari.
4. Konsisten dalam sistemnya, hal ini di maksudakan bahwa system matematika
tidak ada yang berkontradiksi dan hukumnya konsisten.
5. Memiliki simbol yang kosong dari arti, dimana simbol matematika dikatakan
kosong bila tidak dikaitkan dengan konteks pembahasan yang lainnya.
Misalnya lambing X bila tidak dikaitkan dengan bilangan bulat yang dimana
X mewakili bilangan bulat, maka X akan menjadi simbol yang kosong dan tak
berarti.
6. Memperhatikan semesta pembicaraan, diama ada tidaknya dan juga benar dan
salahnya penyelesaian permasalahan dalam matematika akan selalu dikaitkan
dengan semesta pembicaraan Bila dijumpai model matematika 4x = 10,
kemudian akan dicari nilai x, maka penyelesaiannya tergantung pada semesta
pembicaraan. Bila semesta pembicaraannya himpunan bilangan bulat maka
tidak ada penyelesaiannya. Mengapa? Karena tidak ada bilangan bulat yang
bila dikalikan 4 hasilnya 10.
Karakteristik dalam matematika ini mempunya beberapa implikasi seperti
yang di paparkan oleh Sumardiyono (2004) (Maulana, 2017) paling sedikit
karakteristik matematika memiliki 4 implikasi terhadap pembelajaran matematika
disekolah. Diantaranya: penyajian, pola pikir, semesta pembicaraan, dan tingkat
keabstrakan. Namun dapat diuraikan implikasinya menjadi seperti ini:
1. Urutan sajian belajar matematika, dimana matematika yang diajarkan kepada
siswa urutannya harus sesuai dengan perkembangan intelektualnya.
2. Pemanfaatan media pembelajaran matematika, dalam hal ini matematika
adalah suatu hal yang abstrak namun untuk lebih mudah dipahami perlu
bantuan benda konkrit, alat peraga, atau cerita yang mengaitkan permasalahan
matematika dalam kehidupan sehari hari.
3. Pola pikir yang dikembangkan dalam belajar matematika, sering dijumpai
bahwa dalam matematika menggunakan pola pikir deduktif. Namun dalam
jenjang SD dan SMP masih dilihat menggunakan pola pikir yang induktif.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka
semakin sedikit juga pola induktif diterapkan.
4. Tahap pengenalan semesta pembicaraan dalam belajar matematika, dalam hal
ini pembicaraan matematika dikenalkan sesuai denga perkembangan
intelektual siswa dan dilakukan secara bertahap dari kelas yang lebih rendah
ke kelas yang lebih tinggi.
5. Kemampuan kemampuan yang dipelajari dalam matematika saling terkait,
dijelaskan disini kebenaran suatu pernyataan matematika akan didasarkan
pada pernyataan sebelumnya yang sudah diakui, dimana hal ini berakibat
dalam belajar matematika penguasaan suatu kemampuan akan berpengaruh
terhadap penguasaan kemampuan yang akan dipelajari berikutnya.

REFRENSI
Hanifah, H., Susanti, S., & Adji, A. S. (2020). Perilaku Dan Karateristik Peserta
Didik Berdasarkan Tujuan Pembelajaran. Manazhim, 2(1), 105–117.
https://doi.org/10.36088/manazhim.v2i1.638
Maulana, I. (2017). PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP / MTs.
Taufik, A. (2019). Teacher interaction, emotional, teaching and learning process. El-
Ghiroh, XVI, No. 0.

Anda mungkin juga menyukai