Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pendidikan merupakan hal penting dalam meningkatkan sumber daya


manusia. Pendidikan merupakan usaha dan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Usaha peningkatan mutu pendidikan
diusahakan dengan berbagai cara, dimulai dari orang tua yang berperan sebagai
pendidik pertama dalam keluarga memberikan bekal dasar untuk mempersiapkan
kehidupan di masyarakat serta untuk menyosong masa depan.
Mendapatkan pendidikan yang layak merupakan hak dari setiapanak.
Sekolah merupakan sebuah lembaga tempat anak didik memperoleh pendidikan
dan pelajaran yang diberikan oleh guru. Guru sebagai salah satu komponen proses
pembelajaran dan memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan
proses pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran juga dapatlah
diketahui dari tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Banyak
fakta yang menunjukan masalah yang dihadapi yaitu buruknya dalam proses
pembelajaran. Selain buku ajar, model pembelajaran, merupakan salah satu faktor
utama pendukung tercapainya hasil belajar yang optimal, oleh kerena itu penting
sekali bagi guru untuk berusaha menerapkan model pembelajaran kreatif di setiap
pembelajaran khususnya pengajaran matematika
Pengajaran matematika hendaknya dimulai dengan penggunaan masalah
yang terdapat dalam kehidupan yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan.
Dengan demikian peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai
konsep matematika dari yang dekat ke yang jauh, dari sederhana ke yang
kompleks, dan dari yang konkret ke yang abstrak. Untuk meningkatkan
keefektifan pengajaran matematika, guru diharapkan menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran.
.
Model pembelajaran pembelajaran yang hanya menginformasikan fakta

1
dan konsep melalui ceramah saja mengakibatkan siswa meras bosan sehingga
menjadi berpikir pasif serta siswa kurang berminat pada pembelajaran
matematika. Dengan kondisi yang demikian, menyebabkan materi pelajaran tidak
berkesan atau membekas pada diri siswa. Padahal hasil belajar seharusnya dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama, sehingga tidak menghasilkan prestasi
belajar yang baik.
. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran dimana siswa
akan bekerja sama dalam kelompok, sehingga kemampuan kerja sama akan
diasah. Michaels dalam Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 5) mengatakan bahwa
“Cooperative learning is more effective in increassing motive and performance
students”. Pembelajaran kooperatif dimana siswa akan berinteraksi dengan siswa
lain dan banyak melakukan aktivitas belajar dalam kelompoknya. Siswa bekerja
dalam kelompoknya sekaligus bertanggungjawab atas kesuksesan kelompoknya.
Setiap anggota dalam kelompok memiliki saling ketergantungan positif, sehingga
memicu setiap anggota untuk selalu berperan aktif dalam kelompoknya dan dapat
mengkoordinasi siswa dalam berpikir, memecahkan masalah, serta
mengintregrasikan pengetahuan dengan ketrampilan di dalam kondisi belajar
menarik.
Berbagai macam metode dalam pembelajaran kooperatif di ataranya
adalah Think Pair Share (TPS). Metode pembelajaran ini memberikan
kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan interaksi dalam berpikir,
menjawab dan berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Teknik ini
dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara kelompok kecil. Oleh
karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan
masalah. Ciri khas pada teknik ini adalah siswa diawali dengan berpikir (Think)
sendiri-sendiri tentang pemecahan suatu masalah atas kasus yang sudah
dipersiapkan oleh guru, kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dalam
berpasangan (Pair) dan masing- masing mendiskusikan pemikiran yang mereka
dapat. Setelah diskusi selesai guru meminta pasangan- pasangannya untuk berbagi
(Share) dengan pasangan lain tentang apa yang telah diperolehnya. Penerapan
seperti ini diharapkan siswa dapat lebih aktif dan memicu motivasi siswa untuk

2
mencapai proses hasil pembelajaran.
Metode pembelajaran yang menarik tentu harus disertai media yang
dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri siswa. Fungsi utama media
pembelajaran yaitu alat bantu komunikasi yang dapat membantu guru untuk
mentransfer materi dalam mengajar sehingga dapat merangsang siswa untuk
belajar. Media yang sering digunakan meliputi papan tulis, peta namun kurang
mengaktifkan belajar siswa. Senada dengan Azhar Arsyad (2011: 15)
mengemukakan bahwa
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh- pengaruh
psikologis terhadap siswa.

Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran


juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik. Azhar Arsyad (2011: 16)
Peran media yang dapat digunakan dalam membangkitkan semangat
belajar siswa adalah media kartu berpasangan. Media kartu berpasangan
merupakan media yang mudah dibuat dan mudah digunakan. Media kartu
berpasangan ini, siswa mencari pasangan (berupa gambar pertanyaan atau
jawaban pertanyaan sesuai dengan materi yang akan disajikan). Dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) berbantuan
media kartu berpasangan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran, bertolak dari hal tersebut maka penulis berusaha untuk mengkaji
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
berbantuan media kartu berpasangan dalam pembelajaran matematika materi
SPLDV

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan hasil belajar

3
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif
3. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) berbantu media kartu berpasangan
4. Apa pengaruh model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
berbantu media kartu berpasangan terhadap hasil belajar menyelesaikan
masalah kontekstual yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel

C. Tujuan Penulisan
5. Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan, penulis menetapkan
tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu untuk
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatiftipe Think Pair Share (TPS)
Pada Pembelajaran Matematika Kelas VIII Materi Mencari Himpunan
Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel

D. Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan akan memberi informasi-

informasi yang berharga dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Adapun

manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan masukan untuk mendukung teori dan mengembangkan

pendidikan kearah yang lebih baik pada pelajaran matematika dalam

rangka mencapai tujuan nasional.

2. Memberikan masukan kepada pihak- pihak terkait penelitian tentang

manfaat model pembelajaran kooperatif Think Pair Share

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Menurut Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Karena belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil belajar
juga diartikan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa. Perubahan
tersebut berkaitan dengan perubahan pengetahuan (aspek kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (psikomotorik) sebagai hasil dari proses kegiatan belajar.
Menurut Sudjana (2013: 22) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan proses yang
dilakukan siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar sehingga menimbulkan
pengalaman dengan melibatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam diri
siswa.

b. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Belajar
matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang berikutnya. Karena dengan belajar Matematika, kita akan belajar bernalar
secara kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang
berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep Matematika harus dipahami terlebih
5
dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu (Susanto, 2013: 183).
Matematika, menurut Ruseffendi (1991), (dalam Heruman, 2010: 1)
merupakan bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke
aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat Matematika
menurut Soedjanti dalam Heruman (2010: 1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Jadi matematika adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan telaah terhadap
bentuk atau struktur yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan semacam konsep
untuk memahaminya.

c. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Pembelajaran di dalamnya mengandung makna belajar dan mengajar, atau
merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus
dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangan
mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi
pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu
kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa
dengan siswa di dalam pembelajaran Matematika yang sedang berlangsung
(Susanto, 2013: 185-186).
Menurut Susanto (2013: 186-187) menyatakan bahwa pembelajaran
Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengertahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi Matematika.

B. Model Pembelajaran kooperatif


a. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif
6
Menurut Johnson (1998) dalam Miftahul Huda (2012: 31) yang
mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah working together to accomplish
shared goals. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan
dalam suatu kelompok kecil yang menuntut adanya kerja sama antaranggota
kelompok dan mereka saling membantu agar tujuan pembelajaran dapat
tercacpai. Senada dengan Made Wena (2010: 190) pembelajaran kooperatif
adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa
lain) sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar lainnya. Anita
Lie (2008: 12) berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif adalah
“Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja
sama dengan siswa dalam tugas-tugas terstruktur.
Menurut Wina Sanjaya (2011: 243) terdapat dua komponen
utama metode pembelajaran kooperatif yaitu komponen tugas kooperatif
(cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative
incentive structure). Tugas kooperatif berfungsi supaya anggota bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas, sedangkan struktur insentif berfungsi untuk
membangkitkan motivasi individu sebagai bagian dari kelompok untuk
menyelesaikan tugas kelompok. Salah satu hal yang menarik dari
pembelajaran kooperatif yaitu adanya struktur insentif di atas, setiap anggota
kelompok akan berusaha untuk belajar, mendorong, dan memotivasi anggota lain
untuk dapat menguasai materi pelajaran agar tujuan kelompok dapat tercapai.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi prinsip pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni (2010: 33) yaitu :
1) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas
kriteria yang ditentukan. Penghargaan kelompok tersebut dalam
pembelajaran kooperatif diperoleh menggunakan tujuan-tujuan
kelompok. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling

7
peduli.
2) Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling
membantu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes
dan tugas-tugas lainnya secara mandiri.
3) Kesempatan yang sama untuk berhasil
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup
nilai perkembangan baerdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh
siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini
setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi, sama-
sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik metode pembelajaran kooperatif menurut Wina
Sanjaya (2011: 244-247) antara lain:
1) Pembelajaran Secara Tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, dimana akan membuat
setiap siswa belajar, saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara bersama-sama.
2) Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pelaksanaan organisasi, dan kontrol. Dalam fungsi
perencanaan, fungsi perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan secara efektif, fungsi organisasi menunjukkan
bahwa dalam kelompok perlu adanya pembagian tugas dan wewenang
masing-masing anggota kelompok, fungsi pelaksanaan menunjukkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan
yang dibuat melalui langkah-langkah pembelajaran yang disepakati
bersama. Fungsi yang terakhir yaitu fungsi kontrol yang memiliki

8
tujuan agar dalam pembelajaran kooperatif dapat ditentukan kriteria
keberhasilan yang dicapai.

3) Kemampuan Bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh kelompok. Oleh
karena itu, dalam kelompok perlu ditanamkan nilai-nilai kerjasama,
saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan demi tercapainya
tujuan pembelajaran.
4) Ketrampilan Bekerjasama
Keinginan untuk bekerjasama dalam kelompok kemudian akan
diakomodasi oleh keterampilan bekerjasama. Siswa akan terdorong
untuk memiliki kemampuan komunikasi melalui berbagai masalah
yang dihadapi ketika berinteraksi dengan anggota kelompok lain.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya (2011: 248-249) menyatakan bahwa dalam
melaksanakan pembelajaran kooperatif terdapat empat tahap prosedur,
yaitu:
1) Penjelasan Materi
Penjelasan materi adalah proses dalam penyampaian pokok- pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Pada tahap ini
guru memberikan penjelasan materi pelajaran melalui ceramah, curah
pendapat dan tanya jawab bahkan demontrasi. Hal ini dilakukan agar
siswa memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran.
2) Belajar dalam kelompok
Belajar dalam kelompok sebelumnya telah dibentuk. Kelompok yang
telah dibentuk sifatnya hetrogen, agar dalam belajar kelompok antara
satu anggota dengan anggota lainnya dapat saling melengkapi.
3) Penilaian
Penilaian dapat berupa tes atau kuis. Penilaian yang baik dilakukan baik
secara individu maupun kelompok.
4) Pengakuan Tim

9
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap
paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah diharapkan dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan kemampuannya.

C. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Berbantu Kartu


Berpasangan
a. Pengertian Teknik Think Pair Share (TPS)
Teknik Think Pair Share (TPS) merupakan satu teknik yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Teknik ini mengandung tiga unsur
penting yaitu Think (Berpikir), Pair (Berpasangan) dan Share (Berbagi). Siswa
mempunyai kesempatan untuk bekerja sendiri pada saat tahap think dan
memperoleh kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain pada tahap
Pair dan Share Anita Lie, (2008: 52) tipe ini dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Frank Lyman dan koleganya dalam Trianto (2010: 81)
menyatakan bahwa teknik think-pair-share merupakan
Suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pada diskusi
kelas, dengan asumsi bahwa semua retitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam Think-Pair-Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir untuk merespon dan saling membantu.
b. Langkah-langkah Teknik Think Pair Share (TPS)
Agus Suprijono (2012: 91) menyebutkan tahapan-tahapan dalam
teknik ini adalah:
1) Berpikir (Thinking)
Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan yang
dikaitkan dengan pelajaran untuk berpikir sendiri jawaban dari masalah
tersebut. Dengan tahap ini, siswa akan berusaha menggali
kemampuannya sendiri, dan guru memberikan kesempatan kepada
mereka memikirkan jawabannya.
10
2) Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-
pasangan. Memberi kesempatan pada pasangan- pasangan untuk
berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari
jawaban yang telah dipikirkan melalui intersubjektif dengan
pasangannya.

3) Berbagi (Sharing)
Selanjutnya pada tahap ini hasil diskusi intersubjektif di tiap- tiap
pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan yang ada di seluruh
kelas. Kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada
pengontruksian pengetahuan secara intregratif. Pada akhirnya peserta
didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajari.
Melalui teknik TPS, siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat
dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, teknik
Think Pair Share (TPS) dapat membantu pengembangan akuntabilitas
siswa, karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing
dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian siswa berpasangan
dimana pasangan tersebut harus dibagi dengan seluruh kelas. Jumlah
anggota kecil dapat mendorong setiap anggota kelompoknya agar terlibat
secara aktif. Sehingga bagi siswa yang jarang atau tidak pernah
mengintreprestasikan di depan kelas dapat memberikan suatu gagasan, ide
atau jawaban.
c. Media Pembelajaran kartu Berpasangan
1. Pengertian media
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Gerlac dan Ely (1971) mengatakan bahwa media
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membuat
peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, dan sikap.

11
Menurut Sadiman dkk, “Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
meransang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Menurut Gagne, “Media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar”.

Jadi dapat disimpulkan, media adalah segala sesuatu yang digunakan


untuk menyampaikan pesan dari seseorang ke orang lain sehingga dapat
memotivasinya untuk belajar.
2. Macam macam media pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran banyak media yang bisa digunakan
diantaranya:
1) Media visual
Media Visual adalah suatu alat atau sumber belajar yang di
dalamnya berisikan pesan, informasi khususnya materi pelajaran
yang di sajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan
menggunakan indera pengelihatan. Contohnya gambar, foto,peta
konsep, diagram, grafik, poster, peta atau globe, kartu dan lain lain
2) Media audio

Media Audio adalah atau media dengar adalah jenis media


pembelajaran atau sumber belajar yang berisikan pesan atau materi
pelajaran yang disajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan
dengan menggunakan indera pendegaran saja. Karena media ini
hanya berupa suara. Contohnya: rekaman suara, laboratorium
bahasa, alat perekam, radio dan lain lain
3) Media audio visual
Media audio visual adalah jenis media pembelajaran atau sumber
belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat
secara menarik dan kreatif dengan menggunakan indra pendengaran
12
dan penglihatan. Media ini berupa suara dan gambar. Contoh
televisi, video kaset, film bersuara, film Bingkai Suara (Sound
Slide) dan lain lain
d. Konsep Kartu Berpasangan sebagai Media Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share (TPS)
Media kartu berpasangan atau mencari pasangan. Salah satu
keunggulan media ini adalah mencari pasangan sambil belajar memecahkan
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Konsep langkah-
langkah penerapan media kartu berpasangan ini adalah sebagai berikut :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep soal atau
topic untuk dipecahkan.
2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu simbol bergambar yang
didalamnya bertuliskan soal.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban soal dari kartu tersebut (Think).
4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan simbol gambar
kartunya masing-masing.
5) Anggota siswa yang sudah berpasangan dan mempunyai jawaban
kemudian berdiskusi dengan kelompok kecilnya tersebut (Pair).
6) Guru meminta pasangan kelompok kecil
mempresentasikan (Share) hasil diskusi dengan cara
mengundi kartu yang dimiliki setiap kelompok.
7) Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.

D. Tinjauan Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

a. Pengertian
Sistem Persamaan linear dengan dua variabel adalah suatu sistem
persamaan yang terdiri atas dua persamaan linier, dimana setiap persamaan
mempunyai dua variabel. Dapat dinyatakan dalam bentuk :
ax + by = c dengan a, b, c ∈ R dan a ≠ 0 atau b ≠ 0

13
px + qy = e
b. Himpunan penyelesaian
Himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel adalah
himpunan semua penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel
tersebut.Dapatditentukan dengan empat cara, yaitu:
1. metode grafik,
2. metode substitusi,
3. metode eliminasi,
4. metode campuran antara eliminasi dan substitusi.
1. Metode grafik
Menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan linear dua
variabel dengan metode grafik dilakukan dengan menentukan titik potong dari
kedua garis yang merupakan himpunan penyelesaian dari persamaan – persamaan
tersebut. Metode grafik dapat dilakukan apabila himpunan penyelesaian dari
sistim persamaan linear dua variabel merupakan bilangan bulat.
Langkah langkah untuk mencari penyelesaian SPLDV dengan metode grafik:
1) Mencari titik potong PLDV pada bidang koordinat
2) Letakkan titik potong yang ditemukan pada bidang koordinat
3) Hubungkan dua titik potong tersebut dengan sebuah garis
4) Lakukan hal yang sama untuk PLDV yang lain
5) Titik potong kedua garis merupakan himpunan penyelesaian dari SPLDV
Contoh Soal.

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan : {2xx++yy=6


=6

Cara menyelesaikannya:
1) Perhatikan persamaan x + y = 6
Titik potong pada sumbu x didapat jika y=0,titik potong pada sumbu y,
untuk x = 0, Perhatikan tabel
x+y =6
x 0 6
y 6 0

14
(x,y (0,6) (6,0)
)
2) Perhatikan persamaan 2x – y = 6
Titik potong pada sumbu x didapat jika y=0,titik potong pada sumbu y,
untuk x = 0, perhatikan tabel
Tabel 2.5. Atau menggunakan tabel:
2x – y = 6
x 0 3
Y 6 0
(x,y) (0,-6) (3,0)

Gambar 2.2. Grafik dari sistem persamaan tersebut.


6 2x – y = 6
4
2 (4,2)
0 2 4 6 8 10
-2
-4 x+y=6
-6

Koordinat titik potong kedua grafik adalah (4,2)


Jadi himpunan penyelesaian adalah { (4,2) }.
2. Metode substitusi
Subtitusi berarti mengganti. Menentukan himpunan penyelesaian dari
sistem persamaan linear dengan dua variabel dengan metode subtitusi terlebih
dahulu kita nyatakan variabel yang satu kedalam variabel yang lain dari satu
persamaan kemudian menyubstitusikan (menggantikan) variabel itu dalam
persamaan lain.
Contoh Soal.
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan : x + y = 6…..(1)

15
2x – y = 6…..(2)
Langkah langkah:
 Mengganti (mensubstitusi) x
Untuk mengganti x, nyatakan satu persamaan dalam bentukx = cy + d
Perhatikan persamaan (1)
x+y=6
x=6–y
 Kemudian subtitusikan nilai x yang diperoleh ke dalam persamaan
(2),sehingga diperoleh :
⇔2x – y =6
⇔2 (6 – y) – y = 6
⇔12 – 2y – y =6
⇔12 – 3y = 6
⇔-3y = - 6⇔y = 2
 Masukkan nilai y = 2 ke dalam persamaan (1), sehingga diperoleh :
x+2=6
⇔x= 4
Jadi diperoleh nilai x = 4 dan y = 2
Sehingga himpunan penyelesaiannya adalah { (4,2) }
3. Metode Eliminasi
Pada Metode eliminasi untuk menentukan himpunan penyelesaian dari
sistem persamaan linier dua variabel, caranya adalah dengan menghilangkan
( mengeleminasi ) salah satu variabel dari sistem persamaan tersebut. Jika
variabelnya x dan y, untuk menentukan variabel x kita harus mengeleminasi
variabel y terlebih dahulu, atau sebaliknya.
Perhatikan bahwa jika koefisien dari salah satu variabel sama, maka
kita dapat mengeleminasi atau menghilangkan salah satu variabelnya tersebut,
untuk selanjutnya menentukan variabel yang
Contoh Soal.
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan : x + y = 6……(1)
2x – y = 6…....(2)
16
Langkah langkah:
 Menghilangkan ( mengeliminasi ) x, untuk menghilangkan x maka
koefisien x harus sama
Karena koefisien x belum sama, maka kedua koefisien x disamakan
dengan mengalikan bilangan 2 pada persamaan (1), sehingga diperoleh :
x+y =6 X2 2x + 2y = 12
2x – y = 6 X1 2x – y = 6
Karena koefisien x mempunyai tanda yang sama, maka untuk
menghilangkan x dilakukan dengan cara mengurangkan, sehingga
diperoleh:
2x + 2y = 12
2x – y = 6
⟺ 3y = 6
⟺y = 2
 Menghilangkan ( mengeliminasi ) y
Karena koefisien y pada kedua persamaan sudah sama, maka untuk
menghilangkan variabel y dilakukan dengan cara menambah, sehingga
diperoleh :
x+y =6
2x – y = 6 +
⟺ 3x = 12
⟺x = 4
Jadi diperoleh nilai x = 4 dan y = 2
Sehingga himpunan penyelesaiannya adalah { (4,2 ) }.
4. Metode Campuran
Langkah yang dilakukan yaitu menentukan salah satu variabel x dan y
dengan menggunakan metode eliminasi. Hasil yang diperoleh dari x dan y
kemudian disubstitusikan ke salah satu persamaan linier dua variabel tersebut.
Perhatikan contoh berikut:
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan : x + y = 6……(1)
2x – y = 6…....(2)
17
Langkah langkah:
 Menghilangkan ( mengeliminasi ) x, untuk menghilangkan x maka
koefisien x harus sama
Karena koefisien x belum sama, maka kedua koefisien x disamakan
dengan mengalikan bilangan 2 pada persamaan (1), sehingga diperoleh :
x+y =6 X2 2x + 2y = 12
2x – y = 6 X1 2x – y = 6
Karena koefisien x mempunyai tanda yang sama, maka untuk
menghilangkan x dilakukan dengan cara mengurangkan, sehingga
diperoleh:
2x + 2y = 12
2x – y = 6
⟺ 3y = 6
⟺y = 2
 y = 2, substitusikan ke persamaan (1)
x + y=6⟺ x+2=6⟺x=6-2⟺ x=4
c. Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel
Masalah kontekstual yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel biasanya berbentuk soal cerita, untuk menyelesaikan soal cerita tersebut
langkah langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Buat model matematika dari soal cerita tersebut, pastikan model yang
dibuat sesuai dengan kalimat pada soal
2. Selesaikan soal tersebut dengan metode yang dikuasai
Contoh:
Harga 2 kg jenang kudus dan 3 kg keciput adalah Rp 75 000; sedangkanharga 3
kg jenang kudus dan 4 kg keciput adalah Rp 104 000; tentukan harga 1 kg jenang
kudus dan 1 kg keciput.
Penyelesaian
Misal : harga 1 kg jenang kudus = k
harga 1 kg keciput =p
18
Maka : 2k + 3p = 75 000
3k +4p= 104 000
Metode eliminasi
2k + 3p = 75 000 X3 6k + 9p = 225 000
3k + 4p =104 000 X2 6k + 8p = 208 000 -
p = 17 000

P = 17 000 disubstitusikan ke 2k + 3p = 75.000


⟺ 2k + 3(17.000) = 75.000
⟺ 2k + 51.000 = 75.000
⟺ 2k = 75.000 – 51.000
⟺ 2k= 24.000⟺ k= 12.000
Jadi harga 1 kg jenang kudus adalah Rp 12.000; dan harga 1 kg
keciput adalah Rp 17.000;

19
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi kondisi awal
Data kondisi awal (data sebelum pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) sampel berjumlah 32
siswa kelas VIIB, didapat beberapa temuan yaitu:
1. Nilai latihan soal masih rendah hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai
latihan soal menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sistem
persamaan linear dua variabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai hasil latihan soal menyelesaikan soal cerita yang berkaitan
dengan SPLDV
No. NISN NAMA NILAI
1 0105991320 ADITYA ARIF RAHMAN 67
2 0106498203 AHMAD FARDANI FAZA 50
3 0106766120 AHMAD IRFAN RADITYA 45
4 0098075454 ALDI NUR RACHMAT 50
5 0099155657 AMMAR ABDULLAH 55
6 0075914633 CANDRA DANANG PANGESTU 50
7 0104680701 DEFRI RIYANTO 40
8 0103700477 DEWANDRA DAVIN ALVIANSYAH 35
9 0102128197 DONI MULIA HARDANA 45
10 0097166333 EVAN MAULANA PRATAMA 45
11 0099063878 FATAR FAHRIZI 45
12 0103085010 FEBRILIAN SIGIT PRASETYO 50

20
13 0091188747 HENDRA SETYO RAMADHAN 55
14 0101087635 IRFAN RIZKY SAPUTRA 55
15 0105129361 JAIZ MUAZAM 70
16 0104927746 JAROT SAPUTRA 40
17 0087093934 JOKO PRASETIYO 50
18 0085003648 M. NANANG IRIYANTO 45
19 3.1E+09 MAULANA IBRAHIM 70
20 0097000112 MOHAMAD ALIFIL MA`LUFI 40
21 0088386010 MUHAMAD ALI INDARKO 45
22 0102052280 MUHAMAD FAJAR MAULANA 45
23 0091233785 MUHAMAD NGALI MASNGUDIN 40
24 0092698817 MUHAMAD RIZKI 70
25 0101123177 MUHAMMAD AQILAH FIKRI 45
26 0102608976 MUHAMMAD FATIH FARHAN 40
27 0106725139 RIO FEBRIANO 45
28 0103154520 RIYANDIKA KHOIRUL RASYA 50
29 0085135722 RIZKI ALHAFIDZ 50
30 0094067532 ZAKY CANDRA FIRMANSYAH 75
31 0107136484 ZULFA AMINUDIN 60
32 0107535010 ZULFIKAR AL AFIF 50

Rendahnya nilai latihan tersebut berdasarkan keluhan dari beberapa


siswa, dikarenakan siswa kesulitan memodelkan soal cerita yang berkaitan dengan
SPLDV. Ketika ditanya guru, kenapa tidak bertanya kepada guru, siswa
menjawab karena takut dan malu dan mau bertanya kepada teman nanti dikira
ngobrol sama temannya. Berawal dari keadaan tersebut guru mencoba mengubah
konsep pembelajaran yang bisa membuat siswa saling bertanya dan berdiskusi
yaitu model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dalam pembelajaran
materi SPLDV. Untuk lebih memudahkan pendistribusian soal guru menggunakan
media kartu berpasangan.

B. Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share berbantu


kartu berpasangan dalam pembelajaran materi menyelesaikan soal
cerita yang berkaitan dengan SPLDV
Untuk melaksanakan penerapan model pembelajan kooperatif Think
Pair Share dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:

21
a. Tahap Perencanaan
Pada proses perencanaan penulis menyiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan saat pelaksanaan. Hal tersebut seperti:
1) merekonstruksi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
metode pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share berbantuan
media kartu berpasangan yang akan digunakan oleh guru sebagai
pedoman dalam pembelajaran.
2) Pembuatan materi pembelajaran Menyelesaikan Soal Cerita yang
berkaitan dengan SPLDV yang akan digunakan saat pelaksanaan
proses pembelajaran

3) Membuat soal yang akan digunakan dalam media kartu berpasangan


yaitu dengan cara mencetak materi soal, kemudian materi soal
tersebut ditempelkan dalam kertas karton. Pada sisi depan diberi
tanda simbol berupa huruf besar sebagai tanda kartu berpasangan
4) Membuat name tag untuk mempermudah pengamatan dan membuat
daftar kelompok berpasangan dalam penilaian.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disiapkan. Hal- hal yang dilakukan pada tahap
ini adalah:
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan memberikan
sedikit motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran.
b) Guru memberikan penjelasan kepada siswa metode
pembelajaran yang akan digunakan yaitu Metode Pembelajaran
Kooperatif Teknik Think Pair Share (TPS) berbantu kartu
berpasangan, guru akan membagi kartu secara acak, kemudian
siswa akan mencari pasangannya yaitu yang mempunyai kartu
berinisial sama.

22
c) Guru menyampaikan materi /topik yang akan dibahas yakni
K.D 4.5 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan SPLDV
2) Kegiatan Inti
a) Guru menjelaskan pokok- pokok materi pelajaran sebelum
siswa belajar dalam kelompok. Pada tahap ini guru
memberikan penjelasan materi pelajaran melalui ceramah,
curah pendapat dan tanya jawab bahkan demontrasi. Hal ini
dilakukan agar siswa memiliki pemahaman terhadap materi
pelajaran.
b) Setiap siswa dibagikan kartu yang berisi soal, kemudian siswa
mencari pasangan sesuai inisial kartu yang sama.
c) Siswa duduk bersama pasangannya, tetapi mengerjakan secara
individu dulu soal yang ada di kartu (think)
d) Setelah selesai mengerjakan soal, dilanjutkan diskusi bersama
pasangan (pair) untuk mendiskusikan soal yang ada di dalam
kartu tersebut.

e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa, dari beberapa


kelompok pasangan yang berbeda mempresentasikan (share)
hasil pekerjaan kelompoknya.
f) Guru bersama-sama dengan siswa mengoreksi hasil pekerjaan
yang dipresentasikan.
3) Kegiatan akhir

23
a. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dibahas.
b. Guru memberikan soal evaluasi yang harus dikerjakan secara
mandiri untuk mengukur hasil pemahaman siswa
c. Terakhir guru memimpin doa dan menutup dengan salam

C. Hasil Belajar dari penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
berbantu kartu berpasangan pada materi menyelesaikan soal cerita yang
berkaitan dengan SPLDV dan Refleksi
a. Hasil belajar
Data hasil penilaian setelah penerapan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share pada materi menyelesaikan soal cerita yang
berkaitan dengan Sistem persamaan linear dua variabel, didapat dari evaluasi
secara individu yang dilakukan di akhir pembelajaran.

Data tersebut digambarkan dalam tabel berikut


No NILAI
NIS NAMA
.
1. 0105991320 ADITYA ARIF RAHMAN 80
2 0106498203 AHMAD FARDANI FAZA 80
3 0106766120 AHMAD IRFAN RADITYA 70
4 0098075454 ALDI NUR RACHMAT 80
5 0099155657 AMMAR ABDULLAH 55
6 0075914633 CANDRA DANANG PANGESTU 70
7 0104680701 DEFRI RIYANTO 85
8 0103700477 DEWANDRA DAVIN ALVIANSYAH 70
9 0102128197 DONI MULIA HARDANA 60
10 0097166333 EVAN MAULANA PRATAMA 65
11 0099063878 FATAR FAHRIZI 70
12 0103085010 FEBRILIAN SIGIT PRASETYO 50

24
13 0091188747 HENDRA SETYO RAMADHAN 85
14 0101087635 IRFAN RIZKY SAPUTRA 85
15 0105129361 JAIZ MUAZAM 85
16 0104927746 JAROT SAPUTRA 50
17 0087093934 JOKO PRASETIYO 60
18 0085003648 M. NANANG IRIYANTO 80
19 3.1E+09 MAULANA IBRAHIM 95
20 0097000112 MOHAMAD ALIFIL MA`LUFI 65
21 0088386010 MUHAMAD ALI INDARKO 80
22 0102052280 MUHAMAD FAJAR MAULANA 70
23 0091233785 MUHAMAD NGALI MASNGUDIN 60
24 0092698817 MUHAMAD RIZKI 75
25 0101123177 MUHAMMAD AQILAH FIKRI 75
26 0102608976 MUHAMMAD FATIH FARHAN 70
27 0106725139 RIO FEBRIANO 80
28 0103154520 RIYANDIKA KHOIRUL RASYA 85
29 0085135722 RIZKI ALHAFIDZ 60
30 0094067532 ZAKY CANDRA FIRMANSYAH 90
31 0107136484 ZULFA AMINUDIN 70
32 0107535010 ZULFIKAR AL AFIF 60
72.34375
Rata Rata

Nilai Tertinggi 95

Nilai terendah 50
Jumlah nilai di atas KKM 22
Jumlah Nilai Di bawah KKM 10
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah dilakukan
penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share, nilai rata rata
dari hasil belajar siswa naik menjadi 72,03. Dengan jumlah anak yang
nilainya melampaui KKM ada 20 anak dengan perolehan nilai tertinggi

25
adalah 100 (KKM yang diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah
66)
b. Refleksi
Progress dari Nilai rata rata, dan jumlah siswa yang di atas
KKM dapat dilihat dari diagram berikut

Perkembangan Ketuntasan Belajar Siswa


Sebelum Dan Sesudah Tindakan

30
25
20
15
10
5
0
SEBELUM TINDAKAN SESUDAH TINDAKAN

DIATAS KKM DIBAWAH KKM

Dengan demikian dapat dilihat bahwa penerapan model


pembelajaran kooperatif Think Pair Share berbantu kartu berpasangan dapat
meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran menyelesaikan soal cerita yang
berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa dan wawancara
dengan beberapa siswa, siswa merasa lebih enjoy karena mempunyai
kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi dengan temannya tanpa adanya rasa
malu, kelas juga kelihatan lebih hidup karena terjadi peningkatan aktivitas
siswa.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis mencoba menarik
beberapa kesimpulan :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share berbantu
kartu berpasangan dapat meningkatkan hasil belajar materi
menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sistem Persamaan
linear Dua Variabel
2. Berdasarkan pengamatan penerapan model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share berbantu kartu berpasangan dapat meningkatkan
aktivitas siswa, anak berkesempatan untuk bertanya dan berdiskusi
dengan teman, kelas menjadi lebih hidup dan anak lebih bersemangat
dalam mengikuti Pembelajaran

27
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dalam pembahasan
makalah ini, penulis membrikan beberapa saran:
1. Selain penguasaan materi guru diharapkan mampu mengembangkan
model model pembelajaran kreatif, agar suasana belajar lebih kondusif
dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan
2. Guru diharapkan mengikuti berbagai pelatihan atau diklat untuk lebih
meningkatkan kompetensi khususnya kompetensi profesional

28

Anda mungkin juga menyukai