PEMBELAJARAN PAI
Didalam buku ini akan di temukan
beberapa kata model,metode,strategi dan
pendekatan. Pada dasarnya metode dan
model ini sesuatu yang maknanya hampir
sama hanya saja perbedaan nama yang
menjadikannya berbeda. Seperti di bawah
ini kami akan mengenalkan apa itu
perbedaannya:
Strategi dapat diartikan sebagai a plan
of operation achieving something rencana
kegiatan untuk mencapai sesuatu.
Sedangkan metode pengajaran termasuk
dalam perencanaan kegiatan atau
strategi.
Metode mengajar ialah cara yang di
gunakan oleh guru untuk menyampaikan
pelajaran kepada pelajar, karena
penyampaian itu berlangsung dalam
interaksi edukatif. Metode mengajar
dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan oleh guru dalam
mengadakan hubungan dengan pelajar
pada saat berlangsungnya pengajaran.
Seperti yang dikutp oleh Miftahul
Huda (2013) Di dalam buku sensasional
models of teaching yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1972,
pengarangnya Bruce Joyce dan Marsha
Weill melihat adanya perkembangan yang
signifikan dalam sistem belajar-mengajar
di amerika serikat dan beberapa negara
lain di dunia. Menurut mereka, perbedaan
antara model-model pengajaran dan
model-model pembelajarannya lainnya
seperti metode,teknik struktur dan
prodesur. Nyaris tidak bisa ditemukan.
Maksudnya adalah hampir tidak ada
perbedaan, semuanya memiliki arti atau
maksud yang sama. Begitu pula Kurniasih
dan sani (2015) menjelaskan bahwa
model pembelajaran memiliki arti yang
sama dengan pendekatan, strategi atau
metode pembelajaran.
Metode pembelajaran bisa
menentukan berhasil atau tidaknya
seorang guru dalam mengajar di kelas,
kesiapan guru dalam menentukan metode
pembelajaran juga menentukan
keberhasilan penggunaan metode, oleh
karena itu, guru perlu mengetahui metode
pembelajaran yang sekiranya sesuai
dengan karakteristik siswa, materi
pelajaran dan manfaat atau tujuan yang
akan dicapai oleh guru.
Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
Dengan adanya pendekatan
pembelajaran, dapat mempermudah guru
dalam menentukan metode yang sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai serta
karakteristik siswa yang akan dihadapi.
Macam-macam pendekatan dan metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru berdasarkan tujuan yang akan
dicapai, sebagai berikut:
A. Pendekatan Informatif
Pendekatan Informatif adalah
pendekatan dengan memfokuskan siswa
untuk mencari pengetahuan dan
informasi dengan baik, siswa diharapkan
mampu:
Mengakses informasi
Menyeleksi daan mengolah
informasi, dan
Berperilaku tulus
Metode-metode yang termasuk ke
dalam pendekatan Informatif adalah: 1)
Metode Make a Match; 2) metode
Ceramah; dan 3) Metode Market Place
Activity.
1. Metode Make a Match
a. Pengertian Metode Make a Match
Proses pembelajaran yang baik
adalah yang dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif dengan
adanya komunikasi dua arah antara
guru dengan peserta didik yang tidak
hanya menekan pada apa yang
dipelajari tetapi menekan bagaimana
ia harus belajar. Salah satu alternatif
untuk pengajaran tersebut adalah
menggunakan metode pembelajaran
Make a Match (Mencari Pasangan).
Penerapan metode pembelajaran yang
bervariasi akan mengatasi kejenuhan
siswa sehingga dapat dikatakan bahwa
metode pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman siswa. Dengan adanya
keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar kemungkinan besar prestasi
belajar yang dicapai akan memuaskan.
Menurut Curran dalam Eliya (2009)
menyatakan bahwa model
pembelajaran Make a Match adalah
kegiatan siswa untuk mencari
pasangan kartu yang merupakan
jawaban soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya akan diberi
point dan yang tidak berhasil
mencocokkan kartunya akan diberi
hukuman sesuai dengan yang telah
disepakati bersama. Guru lebih
berperan sebagai fasilitator dan
ruangan kelas juga perlu ditata
sedemikian rupa, sehingga menunjang
pembelajaran kooperatif. Keputusan
guru dalam penataan ruang kelas
harus disesuaikan dengan kondisi dan
situasi ruang kelas dan sekolah.
Wagitan (2006) menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat
menjadi salah satu alternatif karena
banyak pendapat yang menyatakan
bahwa pembelajaran aktif termasuk
kooperatif mampu meningkatkan
efektivitas pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerjasama antar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menggunakan pembelajaran kooperatif
dapat mengubah peran guru, dari
yang berpusat pada gurunya ke
pengelolaan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil. Model pembelajaran
kooperatif dapat digunakan untuk
mengajarkan materi yang kompleks,
dan yang lebih penting lagi, dapat
membantu guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berdimensi
sosial dan hubungan antar manusia.
Pengembang metode make a
match pada mulanya merancang
metode ini untuk pendalaman materi.
Siswa melatih penguasanaan materi
dengan cara memasangkan antara
pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan
ini yang Anda pakai, maka Anda harus
membekali dulu siswa Anda dengan
materi yang akan dilatihkan. Anda
dapat menjelaskan materi, atau Anda
memberi tugas pada siswa untuk
membaca materi terlebih dahulu,
sebelum Anda menerapkan metode
ini. Prinsipnya, siswa Anda harus
mempunyai pengetahuan tentang
matari yang akan dilatihkan terlebih
dahulu. Baru setelah itu Anda
menggunakan metode ini.
Lain halnya, jika anda ingin
memakai tujuan ke dua, untuk
menggali materi. Anda tidak perlu
membekali siswa dengan materi,
karena siswa sendiri yang akan
membekali dirinya sendiri. Cara yang
Anda tempuh adalah Anda menulis
pokok-pokok materi pada potongan
kertas. Lalu, Anda bagikan potongan
kertas itu pada siswa Anda secara
acak. Mintalah siswa Anda untuk
mencocokkan/memasangkan
potongan kertas tersebut menjadi satu
materi utuh. Siswa yang sudah
menemukan pasangannya, secara
otomatis menjadi satu kelompok.
Selanjutnya, Anda minta agar setiap
kelompok bekerja sama menysusun
materi secara utuh. Setelah semua
kelompok selesai menyusun materi,
Anda minta setiap kelompok untuk
melakukan presentasi. Jangan lupa,
Anda menekankan agar semua
kelompok memperhatikan dan
memberikan tanggapan pada
kelompok yang sedang presentasi.
Tujuan yang ingin Anda capai
dalam pembelajaran, sangat
mempengaruhi Anda dalam memilih
metode pembelajan. Setidaknya, ada
tiga tujuan penerapan metode make a
match, yaitu:
1) Pendalaman materi;
2) Menggali materi; dan
3) Untuk selingan.
b. Langkah-langkah Penerapan
Metode Make a Match
1) Guru menyiapkan beberapa
kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapatkan
sebuah kartu yang bertuliskan
soal/jawaban.
3) Tiap siswa memikirkan
jawaban/soal dari kartu yang
dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan
kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya: pemegang
kartu yang bertuliskan 45 akan
berpasangan dengan kartu yang
bertuliskan soal 3 x 15.
5) Setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin.
6) Jika siswa tidak dapat
mencocokkan kartunya dengan
kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau
kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang
telah disepakati bersama.
7) Setelah satu babak, kartu
dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
8) Siswa juga bisa bergabung
dengan 2 atau 3 siswa lainnya
yang memegang kartu yang
cocok.
9) Guru bersama-sama dengan
siswa membuat kesimpulan
terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a
match, diperoleh beberapa temuan
bahwa metode make a match
dapat memupuk kerja sama siswa
dalam menjawab pertanyaan
dengan mencocokkan kartu yang
yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dan
nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa
tampak sekali pada saat siswa
mencari pasangan kartunya
masing-masing. Hal ini merupakan
suatu ciri dari pembelajaran
kooperatif seperti yang dikemukan
oleh Lie (2002:30) bahwa,
Pembelajaran kooperatif ialah
pembelajaran yang
menitikberatkan pada gotong
royong dan kerja sama kelompok.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Make a Match
1) Kelebihan metode
pembelajaran make a
match diantaranya sebagai berikut:
a) Mampu menciptakan suasana
belajar aktif dan menyenangkan
karena melibatkan media
pembelajaran yang dibuat oleh
guru serta karena ada unsur
permainannya.
b) Meningkatkan aktivitas dan
kreatifitas belajar siswa, baik
secara kognitif maupun fisik.
c) Meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi yang
dipelajari.
d) Dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa untuk saling
membantu pembelajarannya
satu sama lain.
e) Menghindari kejenuhan siswa
dalam mengikuti kegiatan
belajar dan mengajar.
f) Materi pembelajaran yang
disampaikan kepada siswa lebih
menarik perhatian.
g) Meningkatkan keterampilan
sosial yang dibutuhkan untuk
bekerja secara efektif.
h) Dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
menggunakan keterampilan
bertanya dalam membahas
sesuatau masalah.
i) Menumbuhkan rasa tanggung
jawab terhadap kelompoknya
(sebagaimana kepada diri
mereka sendiri) untuk
melakukan yang terbaik.
j) Efektif sebagai sarana melatih
keberanian siswa untuk tampil
presentasi dan
k) Melatih kedisiplinan siswa
dalam menghargai waktu untuk
belajar.
2) Kekurangan metode
pembelajaran make a match di
antaranya sebagai berikut:
a) Sulit bagi guru mempersiapkan
kartu-kartu yang baik dan
bagus sesuai dengan materi
pelajaran.
b) Sulit mengatur ritme atau
jalannya proses pembelajaran.
c) Sulit membuat siswa
berkonsentrasi karena lebih
mengutamakan aktifitas yang
lebih.
d) Diperlukan bimbingan dari guru
untuk melakukan kegiatan.
e) Waktu yang tersedia perlu
dibatasi jangan sampai siswa
bernain-main dalam
pembelajaran.
f) Guru perlu persiapan alat dan
bahan yang memadai.
g) Cukup menimbulkan kegaduhan
karena tidak jarang siswa teriak
kegirangan ketika kartu
jawaban yang diambilnya
ternyata cocok dengan kartu
soal yang di pegangnya.
Metode Make a match efektif
digunakan dalam proses pembelajaran
sebagai penunjang keberhasilan tujuan
pembelajaran, metode ini bisa
digunakan dalam mata pelajaran PAI,
yakni Akidah Akhlak, Fikih, dan Quran
Hadits. Metode Make a match menjadi
metode yang seru jika materi yang di
dalamnya terdapat beberapa kalimat
yang dapat dipisah dan disatukan
kembali menjadi paragraf yang utuh,
serta akan lebih efektif jika digunakan
media yang penuh warna dan disajikan
dengan sebuah kompetisi antar
kelompok. Hal ini membuat peserta didik
menjadi lebih khusyuk ketika mengolah
informasi yang disampaikan oleh guru,
dan menumbuhkan kerjasama antar
kelompok serta dapat meningkatkan
kepercayaan diri peserta didik dalam
menyampaikan informasi kepada teman
kelompoknya.
2. Metode Ceramah
a. Pengertian Metode Ceramah
Ceramah merupakan salah satu
metode mengajar yang paling banyak
digunakan dalam proses belajar
mengajar. Metode ceramah ini
dilakukan dengan cara menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik
secara langsung atau dengan cara
lisan. Penggunaan metode ini sifatnya
sangat praktis dan efisien bagi
pemberian pengajaran yang bahannya
banyak dan mempunyai banyak
peserta didik. Metode ceramah
merupakan cara mengajar yang paling
tradisional dan telah lama di jalankan
dalam sejarah pendidikan, oleh karena
itu metode ini boleh di katakan
sebagai metode pengajaran tradisional
karena sejak dulu.
Metode ini di gunakan sebagai alat
komunikasi guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Anggapan-anggapan
negatif tentang metode
ceramah sudah seharusnya patut di
luruskan, baik dari segi pemahaman
artikulasi oleh guru maupun
penerapannya dalam proses belajar
mengajar disekolah.Dalam
pelaksanaan ceramah untuk
menjelaskan uraiannya, guru dapat
menggunakan alat-alat bantu media
pembelajaran seperti gambar dan
audio visual lainnya.
Definisi lain ceramah menurut
bahasa berasal dari kata lego (bahasa
latin) yang di artikan secara umum
dengan mengajar sebagai akibat guru
menyampaikan pelajaran dengan
membaca dari buku dan mendiktekan
pelajaran dengan menggunakan buku
kemudian menjadi lecture
method atau metode ceramah. Metode
ceramah itu sendiri pada dasarnya
memiliki banyak pengertian dan
jenisnya. Berikut ini beberapa
pengertian dari metode ceramah,
antara lain :
1) Metode ceramah adalah penyajian
informasi secara lisan baik formal
maupun informal.
2) Metode ceramah menurut Gilstrap
dan Martin 1975 : ceramah berasal
dari bahasa latin yaitu Lecturu,
Legu ( Legree, lectus) yang berati
membaca kemudian diartikan
secara umum dengan mengajar
sebagai akibat dari guru
menyampaikan pelajaran dengan
membaca dari buku dan
mendiktekan pelajaran dengan
penggunaan buku.
3) Metode ceramah yaitu penerapan
dan penuturan secara lisan oleh
guru terhadap kelasnya, dengan
menggunakan alat bantu mengajar
untuk memperjelas uraian yang
disampaikan kepada siswa.
Metode ceramah ini sering kita
jumpai pada proses-proses
pembelajaran di sekolah mulai dari
tingkat yang rendah sampai ke tingkat
perguruan tinggi, sehingga metode
seperti ini sudah dianggap sebagai
metode yang terbaik bagi guru untuk
melakukan interaksi belajar mengajar.
Satu hal yang tidak pernah menjadi
bahan refleksi bagi guru adalah
tentang efektifitas penggunaan
metode ceramah yaitu mengenai
minat dan motivasi siswa, bahkan
akhirnya juga berdampak pada
prestasi siswa.
Kelemahan :
1. Memerlukan keterampilan gunu
secara khusus.
2. Memerlukan waktu yang banyak.
3. Memertukan kematangan dalam
perencanaan atau persiapan.
4. Keterbatasan dalam sumber
belajar, alat pelajanan, situasi
vang harus dikondisikan dan
waktu untuk
mendemonstrasikan.
5. Bila selalu digunakan dan terlalu
digunakan akan membuat
bosan.
Metode Market Place Activity efektif
digunakan dalam proses pembelajaran
PAI, terutama pada mata pelajaran
Fikih dan Akidah Akhlak, karena
peserta didik dituntut faham mengenai
materi yang diajarkan, dan di dalam
mata pelajaran Fikih serta Akidah
Akhlak terdapat beberapa subjudul
dalam 1 bab, jadi bisa dibagi-bagi
dengan mudah untuk beberapa
kelompok yang nantinya kelompok
tersebut menjual hasil pikirannya
kepada kelompok lain. metode ini
sangat meningkatkan kreatifitas
peserta didik, dan pada prakteknya
sangat menuntut peserta didik untuk
memahami materi yang dijualnya dan
menyampaikannya dengan
menyenangkan sehingga kelompok
lain tertarik, serta perlu adanya kerja
sama antar sesame anggota dari mulai
menghias materi yang akan dijual
belikan, dan membuat pemikiran yang
sama mengenai materi yang dibahas.
Namun metode MPA untuk sebagian
guru tidak mau menggunakannya
karena menggunakan biaya yang tidak
sedikit dalam setiap kelompoknya
untuk menghias papan materi yang
akan dijual.
B. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah
pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk mampu:
Membaca dan menulis dengan baik
Belajar dengan orang lain
Menggunakan Media
Menerima informasi
Menyampaikan informasi
Berinteraksi dengan sesama teman
Metode-metode yang termasuk ke
dalam pendekatan Informatif adalah: 1)
Metode Talking Stick; 2) Metode
Snowball Throwing; dan 3) Metode
Example Non Exmple; 4) Metode Picture
and Picture; 5) Metode Take and Give.
1. Metode Talking Stick
a. Pengertian Metode Talking Stick
Metode pembelajaran talking stick
merupakan satu dari sekian banyak
satu model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru
atau diarahkan oleh guru. Istilah
kooperatif dalam hal ini bermakna
lebih luas, yaitu menggambarkan
keseluruhan proses sosial dalam
belajar dan mencakup pula pengertian
kolaboratif.
Metode pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat. Tongkat
dijadikan sebagai jatah atau giliran
untuk berpendapat atau menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pelajaran. Metode
Talking stick atau tongkat berbicara
adalah metode pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat dengan
memberikan tongkat kepada peserta
didik.
Menurut Agus Suprijono
(2009:109), pembelajaran dengan
metode pembelajaran talking stick
dapat mendorong peserta didik untuk
berani dalam mengemukakan
pendapat. Metode pembelajaran
talking stick adalah model
pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik
untuk bekerja sama dalam
mempelajari materi pembelajaran
dengan siswa lain, dengan demikian
siswa akan lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Adapun menurut Kurniasih dan
Sani (2015:82), model pembelajaran
Talking Stick merupakan satu model
pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan
buntuan tongkat. Tongkat dijadikan
sebagai jatah atau giliran untuk
berpendapat atau menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pelajaran.
Sedangkan menurut Maufur
(2009:88), Talkig Stick merupakan
sebuah model pembelajaran yang
berguna untuk melatih keberanian
siswa dalam menjawab dan berbicara
kepada orang lain. Sedangkan
penggunaan tongkat secara bergiliran
sebagai media untuk merangsang
siswa bertindak cepat dan tepat
sekaligus untuk mengukur
kemampuan siswa dalam memahami
materi.
Cooperative learning is more
effective in increasing motive and
performance stundent (Michaels,
1997 dalam Solohatin dan Raharjo,
2007:5) model pembelajaram
kooperatif mendorong peningkatan
kemampuan siswa dalam
memecahkan berbagai masalah yang
ditemui selama pembelajaran, karena
siswa dapat bekerja sama dengan
siswa yang lain dalam menemukan,
dan merumuskan alternative
pemecahan terhadap masalah materi
pelajaran yang dihadapi. Belajar dalam
prinsip kooperatif sangat baik
digunakan untuk tujuan mencapai
belajar, baik yang sifatnya kognitif,
afektif, maupun konatif (Hamid Hasan,
1996 dalam Solihatin dan Raharji,
2007:6).
Sedangkan menurut Supirjono
(2014: 109), pembelajaran dengan
menggunakan metode talking stick
mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat. Langkah-
langkah model pembelajaran Talking
Stick menurut Supirjono (2014: 110)
sebagai berikut : Untuk menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick diawali siswa berdiskusi
secara berkelompok. Kemudian
dengan bantuan stick (tongkat) yang
bergulir siswa dituntun untuk
mempresentasikan hasil diskusinya
atau mengulang kembali materi yang
sudah dipelajari. Siapa yang
memegang tongkat, dialah yang wajib
mempresentasikan hasil diskusiya
(talking).
Dapat disimpulkan bahwa metode
atau model pembelajaran Talking Stick
ini adalah suatu metode pembelajaran
yang dapat mengukur kemampuan
siswa dalam memahami materi
pembelajaran dan membantu siswa
dalam memunculkan rasa percaya
dirinya untuk menyampaikan argumen
atau menjawab pertanyaan dari guru
yang sebelumnya sudah mempelajari
atau membaca materi yang telah
diajarkan.
b. Langkah-langkah Metode Talking
Stick
1) Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran pada saat itu
2) Guru membentuk kelompok
yang terdiri atas 5 orang
3) Guru menyiapkan sebuah
tongkat yang panjangnya 20 cm
4) Setelah itu, guru
menyampaikan materi pokok
yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para
kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran
tersebut dalam waktu yang
telah ditentukan
5) Siswa berdiskusi membahas
masalah yang terdapat di dalam
wacana
6) Setelah kelompok selesai
membaca meteri pelajaran dan
memperlajari isinya, guru
mempersilahkan anggota
kelompok untuk menutup isi
bacaan
7) Guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada salah satu
anggota kelompok, setelah itu
guru memberi pertanyaan dan
anggota kelompok yang
memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian
besar siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
8) Siswa lain boleh membantu
menjawab pertanyaan jika
anggota kelompoknya tidak bisa
menjawab pertanyaan
9) Setelah semuanya mendapat
giliran, guru membuat
kesimpulan dan melakukan
evaluasi, baik individu ataupun
secara berkelompok. Dan
setelah itu menutup pelajaran
dengan bersama-sama.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Talking Stick
Kelebihan:
1) Menguji kesiapan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran.
2) Melatih membaca dan
memahami dengan cepat materi
yang telah disampaikan.
3) Agar lebih giat belajar karena
siswa tidak pernah tau tongkat
akan sampai pada gilirannya.
Kekurangan:
Jika ada siswa yang tidak
memahami pelajaran, siswa akan
merasa gelisah dan khawatir ketika
nanti giliran tongkat berada pada
tangannya.Adapun kelemahan metode
pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick menurut Shoimin (2014:83),
yaitu :
1) Membuat peserta didik senam
jantung
2) Peserta didik yang tidak siap
menjawab
3) Membuat peserta didik tegang
4) Ketakutan akan pertanyaan
yang akan diberikan oleh guru
Metode ini sangat sederhana dan
cukup mudah untuk diperhatikan,
khususnya pada siswa-siswa SD, SMP
dan SMA/SMK. Selain sebagai metode
agar siswa mau berpendapat, tapi
juga untuk melatih siswa berani
berbicara. Dengan metode
pembelajaran ini suasana kelas bisa
terlihat lebih hidup dan tidak monoton.
Metode Talking Stick ini dapat
dijadikan sebagai metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran PAI,
dan akan efektif bila digunakan pada
mata pelajaran Fikih, Akidah Akhlak,
SKI dan Quran Hadits, dan pada mata
pelajaran Quran Hadits efekktif dan
efisien digunakan pada tema Hadits
Tolong Menolong, peserta didik diajak
untuk menghafal hadits dan setelah itu
peserta didik mengoper tongkat
kepada teman lainnya diiringi dengan
nyanyian sehingga ketika tongkat
berhenti disalah satu peserta didik, dia
maju ke depan kelas untuk menghafal
hadits dan artinya.
Mtode ini menarik keaktifan siswa
dalam belajar, menjadikan siswa
berani dalam menyampaikan
pendapatnya, siswa juga mampu
mengasah kemampuan berfikirnya
untuk menciptakan gagasan-gagasan
baru. Metode ini juga bermanfaat
karena ia mampu menguji kesiapan
siswa, melatih keterampilan mereka
dalam membaca dan memahami
materi pelajaran dengan cepat, dan
mengajak mereka untuk terus siapa
dalam situasi apapun, sayangnya, bagi
siswa yang secara emosional belum
terlatih untuk bisa berbicara
dihadapan guru, metode ini mungkin
kurang sesuai.
2. Metode Snowball Throwing
a. Pengertian Metode Snaowball
Throwing
Menurut Ismail, (2008:27)
Snowball Throwing berasal dari dua
kata yaitu snowball dan throwing.
Kata snowball berarti bola salju,
sedangkan throwing berarti melempar,
jadi Snowball Throwing adalah
melempar bola salju. Pembelajaran
Snowball Throwing merupakan salah
satu model dari pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran Snowball
Throwing merupakan model
pembelajaran yang membagi murid di
dalam beberapa kelompok, yang
dimana masing-masing anggota
kelompok membuat bola pertanyaan.
Menurut Suprijono, (2011: 8)
Snowball Throwing adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana
murid dibentuk dalam beberapa
kelompok yang heterogen kemudian
masing-masing kelompok dipilih ketua
kelompoknya untuk mendapat tugas
dari guru lalu masing-masing murid
membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan)
kemudian dilempar ke murid lain yang
masing-masing murid menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Model pembelajaran kooperatif
menurut Hamdayana (2014: 158)
Snowball secara etimologi berarti bola
salju, sedangkan throwing artinya
melempar, jadi Snowball Throwing
secara keseluruhan dapat diartikan
melempar bola salju. Dalam
pembelajaran Snowball Throwing (bola
salju) merupakan kertas yang berisi
pertanyaan yang dibuat oleh siswa
kemudian dilempar kepada temannya
sendiri untuk menjawab pertanyaan.
Snowball Throwing merupakan salah
satu model pembelajaran aktif yang
dalam pelaksanaannya banyak
melibatkan siswa. Snowball Throwing
adalah paradigma pembelajaran
efektif yang merpakan rekomendasi
UNESCO, yakni : belajar mengetahui,
belajar bekerja, belajar hidup
bersama, dan belajar menjadi diri
sendiri (Depdiknas, 2001 : 5).
Snowball Throwing adalah salah satu
metode pembelajaran yang diawali
dengan pembentukkan kelompok yang
diwakili ketua kelompok untuk
mendapat tugas dari guru, kemudian
masing-masing siswa membuat
pertanyaann yang dibentuk seperti
bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar
kesiswa lain yang masing-masing
siswa menjawab pertanyaan dari bola
yang diperoleh.
Menurut Huda (2013: 226) strategi
pembelajaran Snowball Throwing (ST)
atau yang sering dikenal dengan
Snowball Throwing Fight merupakan
pembelajaran yang diadopsi pertama
kali dari game fisik dimana
segumpulan salju dilempar dengan
maksud memukul orang lain dalam
konteks pembelajaran, Snowball
Throwing diterapkan dengan
melempar segumpalan kertas untuk
menunjuk siswa yang diharuskan
menjawab soal dari guru. Strategi ini
digunakan untuk memberikan konsep
pemahaman materi yang sulit kepada
siswa serta dapat juga digunakan
untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan kemampuan siswa
dalam materi tersebut.
Sedangkan menurut Kisworo
(Patmawati,2012) mengemukakan
model pembelajaran Snowball
Throwing sebagai berikut: model
pembelajaran Snowball Throwing
adalah salah satu cara penyajian
bahan pelajaran dimana siswa
dibentuk dalam beberapa kelompok
yang berbeda kemudian masing-
masing kelompok dipilih ketua
kelompoknya untuk mendapat tugas
dari guru kemudian masing-masing
siswa membuat pertanyaan yang
dibentuk seperti bola (kertas
pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain
yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Metode Snowball Throwing melatih
siswa untuk lebih tanggap menerima
pesan dari siswa lain dalam bentuk
bola salju yang terbuat dari kertas,
dan menyampaikan pesan tersebut
kepada temannya dalam satu
kelompok.
Berdasarkan para ahli dapat
disimpulkan bahwa metode Snowball
Throwing adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang berupa
sebuah permainan yang dibentuk
dalam sebuah kelompok untuk
mengerjakan tugas dari guru, yang
mana dalam 1 kelompok membuat
pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang diajarkan yang kemudian
pertanyaan yang ditulis di kertas itu di
buat menjadi bola kertas dan dilempar
pada kelompok lain. Pada
pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing ini, siswa melakukan
kompetisi antar kelompok. Dengan
adanya kompetisi ini, dapat
mendorong siswa untuk lebih
bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran. Jadi persaingan dapat
menjadikan proses interaksi belajar
mengajar yang kondusif.
Jika proses pembelajaran ini
berjalan dengan lancar, maka akan
terbentuklah suasana kelas yang
dinamis, karena kegiatan siswa tidak
hanya berpikir, menulis, bertanya,
atau berbicara. Akan tetapi mereka
juga melakukan aktivitas fisik yaitu
menggulung kertas dan
melemparkannya kepada siswa lain.
Dengan demikian setiap kelompok
akan mempersiapkan diri karena pada
gilirannya mereka harus menjawab
pertanyaan dari temannya yang
terdapat dalam bola kertas. Metode ini
juga memberikan pengalaman kepada
siswa untuk mengembangkan
keterampilan menyimpulkan isi berita
atau informasi yang mereka peroleh
dalam konteks nyata dan situasi yang
kompleks.
Metode pembelajaran snowball
throwing ini sangat terbatas dalam
pelaksanaannya, karena hanya cocok
untuk materi pelajaran esakta atau
sains yang cenderung tetap atau
konstan dalam materi. Sedangkan jika
dalam ilmu sosial, siswa akan
kesulitan, karena ilmu sosial adalah
ilmu yang cakupan materi
pembelajarannya sangat luas,
membutuhkan pengembangan yang
mendalam karena materinya selalu
berkembang.
b. Langkah-langkah Metode Snowball
Throwing
1) Seperti pembelajaran biasa,
dimana guru menyampaikan materi
yang akan disajikan. Cukup
beberapa menit saja
2) Setelah itu suru membentuk
kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan terkait
materi
3) Masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya
4) Kemudian masing-masing siswa
diberikan satu lembar kerja untuk
menuliskan pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok
5) Kemudian kertas tersebut dibuat
seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama
kurang lebih 5 menit
6) Setelah siswa mendapat satu bola
atau satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian
7) Setelah semuanya mendapat
giliran, kemudian guru memberikan
kesimpulan materi hari itu dan
melakukan evaluasi jika
dibutuhkan, dan kemudian baru
menutup pelajaran.
Untuk melaksanakan model
pembelajaran dengan menggunakan
Snowball Throwing, pendidik perlu
mempersiapkan beberapa hal yang
haus dilakukan, diantaranya yaitu :
1) Guru menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan
2) Guru menyiapkan bola kecil
3) Guru menerangkan cara bermain
Snowball Throwing kepada siswa.
Berdasarkan keterangan diatas,
dapat disimpulkan bahwa teknis untuk
melakukan metode pembelajaran
Snowball Throwing ini adalah guru
membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok kecil, setiap kelompok
menentukan anggota kelompoknya
atau bisa juga guru yang menentukan
anggota kelompoknya, yang kemudian
guru memanggil ketua keompok untuk
menjelaskan materi, kemudian materi
tersebut akan dijelaskan oleh ketua
kelompok kepada anggota
kelompoknya masing-masing. Setelah
selesai setiap anggota kelompok akan
menuliskan pertanyaan ke dalam
selembar kertas, yang kemudian
kertas digulung menyerupai sebuah
bola dan dilemparkan ke anggota
kelompok lain. Kertas yang berisikan
pertanyaan-pertantaan yang
didapatkan oleh anggota kelompok
lain akan dijawab pertanyaannya oleh
siswa yang menerima kertas itu. Siswa
maju ke depan satu persatu untuk
menjelaskan jawabannya yang
kemudian dievaluasi oleh guru mata
pelajaran.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Snowball Throwing
Kelebihan metode Pembelajaran
Snowball Throwing menurut
Patmawati (2012) adalah sebagai
berikut :
1) Suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan karena siswa
seperti sedang bermain dengan
melempar bola kertas kepada
siswa lain
2) Siswa mendapat kesempatan
untuk mengembangkan
kemampuan berpikir karena
diberi kesempatan untuk
membuat soal dan diberikan
pada siswa lain
3) Membuat siswa siap dengan
berbagai kemungkinan karena
siswa tidak tahu soal yang
dibuat temannya seperti apa
4) Siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran
5) Pendidik tidak terlalu repot
membuat media karena siswa
terjun langsung dalam praktek
6) Siswa akan lebih mengerti
makna kerjasama dalam
menemukan pemecahan suatu
masalah
7) Ketiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik
dapat tercapai
Adapun kelemahan metode
pembelajaran Snowball Throwing
menurut Patmawati (2012) yaitu:
1) Sangat bergantung pada
kemampuan siswa dalam
memahami materi. Hal ini dapat
dilihat dari soal yang dibuat oleh
siswa biasanya hanya sekedar
materi yang sudah dijelaskan atau
seperti contoh soal yang telah
diberikan
2) Ketua kelompok yang tidak
mampu menjelaskan dengan baik
tentu menjadi penghambat bagi
anggota lain untuk memahami
materi sehingga diperlukan waktu
yang tidak sedikit untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran
3) Memerlukan waktu yang panjang
4) Siswa yang nakal cenderung untuk
berbuat onar
5) Kelas sering kali gaduh karena
kelompok dibuat oleh siswa
Tetapi menurut Patmawati (2012)
kelemahan dalam penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing dapat tertutupi dengan cara
sebagai berikut :
1) Guru menerangkan terlebih
dahulu materi yang akan
didemonstrasikan secara singkat
dan jelas disertai dengan
aplikasinya
2) Mengoptimalkan waktu dengan
cara memberi batasan dalam
pembuatan kelompok dan
pembuatan pertanyaan
3) Guru ikut serta dalam pembuatan
kelompok sehingga kegaduhan
bisa diatasi
4) Memisahkan grup anak yang
dianggap sering membuat gaduh
dalam kelompok yang berbeda.
2. Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Menurut Suparman (2010:149)
diskusi merupakan suatu metode atau
cara mengajar dengan cara
memecahkan masalah yang dihadapi,
baik atau lebih, dimana setiap peserta
diskusi berhak mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat
pendapatnya. Menurut Mulyasa
(2006:79) diskusi kelompok adalah
suatu proses percakapan yang
teratur, yang melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka
yang bebas dan terbuka, dengan
tujuan berbagi informasi pengalaman,
mengambil keputusan atau
memecahkan suatu masalah.
Metode diskusi dalam
pembelajaran terdapat berbagai
macam diskusi. Ditinjau dari
bentuknya, metode diskusi dapat
dibedakan sebagai berikut: (1) Whole
Group, merupakan bentuk diskusi
kelompok besar (pleno, klasikal,
paripurna). (2) Buzz Group,
merupakan suatu diskusi kelompok
kecil yang terdiri dari (3-6) orang.
Tempat duduk diatur sedemikian rupa
sehingga siswa saling berhadapan
untuk memudahkan pertukaran
pendapat. (3) Panel, merupakan
suatu diskusi kelompok kecil (3-6)
orang yang dianggap ahli untuk
mendiskusikan objek tertentu dengan
cara duduk melingkar yang dipimpin
oleh seorang moderator. (4)
Syndicate Group, merupakan bentuk
diskusi dengan cara membagi
kelasmenjadi beberapa kelompok kecil
yang terdiri dari (3-6) orang yang
masing-masing melakukan tugas-
tugas yang ,berbeda. Guru
menjelaskan garis besar masalah
dengan aspek-aspeknya. Kemudian
tiap kelompok bertugas membahas
suatu aspek tertentu yang berbeda
dengan kelompok lainnya dan
membuat kesimpulan untuk
dilaporkan dalam sidang pleno serta
didiskusikan lebih lanjut. (5)
Simposium,merupakan bentuk diskusi
yang dilaksanakan dengan membahas
berbagai aspek dengan subjek
tertentu. dalam kegiatan ini
seringmenggunakan sidang paralel,
karena ada beberapa orang penyaji.
Setiap penyaji menyajikan karyanya
dalam waktu 5-20 menit diikuti
dengan sanggahan dan pertanyaan
dari audience (peserta). Bahasan dan
sanggahan dirumuskan oleh panitia
sebagai hasil simposium. (6)
Brainstorming, merupakan suatu
diskusi di mana anggota kelompok
bebas menyumbangkan ide-ide baru
terhadap suatu masalah tertentu, di
bawah seorang ketua dan
dilaksanakan dengan cepat (waktu
pendek). Semua ide yang sudah
masuk dicatat untuk kemudian
diklasifikasikan menurut suatu urutan
tertentu. Suatu saat mungkin ada
diantara ide baru tersebut yang dirasa
menarik untuk dikembangkan. (7)
Informal Debate, merupakan diskusi
dengan cara membagi kelas menjadi
2 kelompok yang pro dan kontra yang
dalam diskusi ini diikuti tangkisan
dengan tata tertib yang longgar agar
diperoleh kajian yang dimensi dan
kedalamannya tinggi. (8) Seminar,
pada umumnya merupakan suatu
pembahasan yang bersifat ilmiah.
Suatu pokok persoalan dibahas secara
teoritis, bila perlu dibuka suatu
pandangan umum. Berdasarkan
kertas kerja yang ada, peserta
menjadi beberapa kelompok untuk
membahas lebih lanjut. Pimpinan
kelompok sewaktu-waktu
menyimpulkan kerja kelompoknya dan
dari hasil-hasil kelompok disusun
suatu perumusan oleh panitia
perumus yang ditinjau.
b. Langkah-langkah Metode Diskusi
Penggunaan diskusi berhasil
dengan efektif, maka perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
persiapan diskusi diantaranya:
a) Merumuskan tujuan yang akan
dicapai, baik tujuan yang
bersifat umum maupun tujuan
khusus.
b) Menentukan jenis diskusi yang
dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai.
c) Menetapkan masalah yang akan
dibahas.
d) Mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan
teknis pelaksanaan diskusi.
2) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan diskusi adalah:
a) Memeriksa segala persiapan
yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran.
b) Memberikan pengarahan
sebelum dilaksanakan diskusi.
c) Melaksanakan diskusi sesuai
dengan aturan main yang telah
ditetapkan.
d) Memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap peserta
diskusi untuk mengeluarkan
gagasan dan ide-idenya.
e) Mengendalikan pembicaraan
kepada pokok persoalan yang
sedang dibahas
3) Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran
dengan menggunakan diskusi
hendaknya dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Membuat pokok-pokok
pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi.
b) Me-review jalannya diskusi
dengan meminta pendapat dari
seluruh peserta sebagai umpan
balik untuk perbaikan
selanjutnya.
4. Metode Artikulasi
a. Pengertian Metode Artikulasi
Miftahul Huda (2013: 268)
menjelaskan Strategi artikulasi ini
merupakan strategi atau metode
pembelajaran yang prosesnya
berlangsung layaknya pesan berantai.
Artinya, apa yang telah diberikan guru
wajib diteruskan siswa dengan
menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Siswa
dituntut untuk bisa berperan sebagai
penerima pesan sekaligus berperan
sebagai penyampai pesan.
Pembelajaran artikulasi merupakan
strategi pembelajaran yang menuntut
siswa aktif dalam pembelajaran. Pada
pembelajaran ini, siswa dibagi ke
dalam kelompok-kelompok kecil yang
masing-masing anggotanya bertugas
mewawancarai teman kelompoknya
tentang materi yang baru dibahas.
Skill pemahaman sangat diperlukan
dalam metode pembelajaran ini.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Metode Artikulasi adalah metode yang
menuntut peserta didik untuk
memberikan Informasi dari satu ke
yang lainnya. Materi yang telah
diberikan guru kemudian disampaikan
kembali kepada masing-masing
anggota kelompok, sehingga anggota
kelompok dapat memahami apa yang
telah disampaikan. Hal yang paling
sederhana adalah menyampaikan
informasi kepada pasangan,
maksudnya hanya kepada 1 teman
pasangannya saja.
Perbedaan metode artikulasi ini
dengan metode lainnya adalah
penekanannya pada interaksi siswa
pada teman satu kelompoknya,
menumbuhkan komunikasi antar
siswa, karena di sana ada proses
wawancara pada teman satu
kelompoknya, serta pada cara tiap
siswa menyampaikan hasil diskusi di
depan kelompok yang lain, sebab
setiap anak memiliki kesempatan
untuk menyampaikan pendapat
kelompoknya. Kelompok ini pun
biasanya hanya terdiri dari dua orang.
b. Langkah-langkah Metode Artikulasi
Langkah-langkah pembelajaran
Artikulasi sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi
sebagaimana biasa.
3) Guru membentuk kelompok
berpasangan dua orang untuk
mengetahui daya serap siswa.
4) Guru menugaskan salah satu
siswa dari sebuah pasangan
untuk menceritakan materi
yang baru dietrima dari guru
dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-
catatan kecil, kemudian
keduanya berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
5) Guru menugaskan siswa secara
bergiliran / diacak untuk
menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman
pasangannya hingga sebagian
siswa sudah menyampaikan
hasil wawancara.
6) Guru mengulangi/menjelaskan
kembali materi yang sekiranya
belum dipahami siswa.
c. Kelebihan dan Kekuranngan
Metode Artikulasi
Imas Kurniasih (2011) juga
mengemukakan Kelebihan Metode
Pembelajaran Artikulasi, yaitu:
1) Semua siswa terlibat (mendapat
peran)
2) Melatih kesiapan siswa
3) Melatih daya serap pemahaman
dari orang lain
4) Cocok untuk tugas sederhana
5) Interaksi lebih mudah
6) Lebih mudah dan cepat
membentuknyaMeningkatkan
partisipasi anak
Kelemahan Metode Pembelajaran
Artikulasi, yaitu:
1) Metode pembelajaran ini terlihat
sangat sederhana dan sangat
mudah dalam teknis
pelaksanannya, akan tetapi akan
terasa sangat sulit ketika siswa
tidak bisa memahami materi
pelajaran, sehingga pesan tidak
akan tersampaikan dengan baik.
2) Jika ada satu siswa yang tidak
mengerti atau tidak paham materi
pelajaran, maka siswa yang lain
pun akan mendapatkan informasi
yang sama.
3) Rentan akan kegaduhan jika guru
secara teknik kurang bisa
menguasai kelas
4) Hanya bisa dilaksanakan pada
mata pelajaran tertentu saja
5) Waktu yang dibutuhkan banyak
agar materi tersampaikan
semuanya
6) Banyak kelompok yang melapor
dan perlu dimonitor
7) Lebih sedikit ide yang muncul
8) Jika ada perselisihan tidak ada
penengah
Metode Artikulasi dirasa mampu
membuat proses pembelajaran lebih
efektif dan berkualitas, metode
artikulasi dapat digunakan pada
semua pembelajaran PAI dalam proses
pembelajaran. Namun, metode ini
akan lebih efektif jika dipadukan
dengan metode yang lainnya.
Sehingga proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Artikulasi lebih
seru dan aktif.
Kolom B
1. TARREB . . . . . . . . . . (Contoh : jawaban yang
benar . . . BARTER)
2. GANU . . . . . . . . . .
3. TRASEK . . . . . . . .
4. KISTRINI . . . . . . . .
5. LIRI . . . . . . . . . . . .
Kelemahan:
1) Dengan materi yang telah di siapkan,
membuat siswa kurang berfikir kritis.
2) Kemungkinan besar siswa mencontek
jawaban temannya.
3) Siswa tidak di latih untuk berfikir
kreatif.
4) Siswa tinggal menerima bahan mentah
yang hanya perlu diolah dengan baik.
Dalam pelaksanaan menggunakan
scramble adalah salah satu metode yang
efektif dalam proses pembelajaran,
terutama dalam mata pelajaran Fikih,
walaupun sebenarnya metode ini bisa
dilakukan disemua mata pelajaran PAI.
Metode scramble ini membuat siswa aktif,
tanggap, cermat dan tidak ada celah siswa
untuk diam apalagi bermain dengan
teamnya. Keadaan kelas menjadi hidup.
Metode scramble lebih seru jika dibarengi
dengan adanya perlombaan, karena
membuat jiwa kompetitif peserta didik
tumbuh, sehingga gairah atau semangat
untuk belajar akan timbul dan proses
pembelajaran akan semakin aktif dan
efektif.
3. Metode inquiry
a. Pengertian Metode Inquiry
Inkuiri yang di dalam bahasa
inggris inquiry berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan ,penyelidikan .strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara
sistematis ,kritis ,logis,analisis,sehingg
amereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya
diri .Sasaran utama kegiatan mengajar
pada strategi ini ialah:
1) Keterlibatan siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan
belajar .kegiatan belajar di sini
ialah kegiatan mental intelektual
dan sosial emosional .
2) Keterarahan kegiatan secara logis
dan sistematis pada tujuan
pengajaran
3) Mengembangkan sikap percaya
pada diri sendiri (self-belief) pada
diri siswa tentang apa yang di
temukan dalam proses inkuiri.
Menurut joyce mengemukkan
kondisi kondisi umum yang
merupakan syarat bagi timbulnya
kegiatan inkuiri bagi siswa kondisi
tersebut :
1) Aspek sosial di dalam kelas dan
suasana terbuka yang
mengundang siswa berdiskusi .
2) Inkuiri berfokus pada hipotesis.
3) Penggunaan fakta sebagai evidensi
b. Langkah-langkah Metode Inquiry
Strategi inkuiri dan dimensi berpikir
Untuk mengenal berbagai cara
berpikirnya siswa terutama dalam
mereka berinkuiri ,perlu kita kenal
beberapa cara berpikir pada umum :
1) Berpikir urutan
2) Berpikir bertentangan
3) Berpikir asosiasi
4) Berpikir kausilitas
5) Berpikir konsentris
6) Berpikir konvergen
7) Berpikir divergen
8) Berpikir silogisme
Inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan
intelektual tetapi seluruh potensi yang
ada, termasuk pengembangan
emosional dan keterampilan. Pada
hakikatnya inkuiri ini merupakan suatu
proses. Semua tahapan dalam proses
inkuiri tersebut di atas merupakan
kegiatan belajar dari siswa.guru
berperan untuk mengotimalkan
kegiatan tersebut pada proses belajar
sebagai
motivator,fasilitator ,pengarah.proses
inkuiri juga di susun secara aditif
(penjumlahan ).
Skenario kegiatan belajar
mengajar inkuiri. Pada strategi
kegiatan belajar-mengajar diawali
dengan menghadapi siswa pada
masalah yang merangsang. Munculnya
reaksi mereka sangat tergantung pada
bahan stimulasi yang di presentasikan
oleh guru. Siswa di arahkan pada
usahan supaya mereka mampu
menganalisis, mengorganisasikan
kelompok mereka bekerja dan
melaporkan hasilnya.
Langkah pelaksanaan SPI
Orientasi
Merumuskan masalah
Mengajukan hipotesis
Mengumpulkan data
Menguji hipotesis
Merumuskan kesimpulan
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Inquiry
SPI merupakan strategi
pembelajaran yang banyak di anjurkan
oleh karena strategi ini beberapa
keunggulan di antara:
1) SPI merupakan strategi
pembelajaran yang
menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara
seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi
yang di anggap lebih
bermakna .
2) SPI dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar
mereka.
3) SPI merupakan strategi yang di
anggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap
belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
4) Keutungan lain adalah strategi
pembelajaran ini dapat
melayani kebutuhan siswa yang
dimiliki kemampuan si atas
rata-rata.
Di samping memiliki keunggulan
SPI juga mempunyai kelemahan di
antara:
1) Jika SPI digunakan sebagai
strategi pembelajaran, maka
akan sulit mengontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa.
2) Strategi ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran
oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam
mengimplementasikannya
memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sering
menyelesaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria berhasil belajar
di tentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi
pelajaran, maka SPI akan sulit
di implementasikan oleh setiap
guru.
5) Pembelajaran dapat di katakan
sebagai hasil
memori ,kognisi ,dan
metakognisi yang berpengaruh
terhadap pemahaman
Metode Inquiry merupakan metode
yang dapat meningkatkan pemikiran
peserta didik menjadi kritis dan
membuka pemikiran peserta didik
terhadap suatu hal. Metode ini efektif
digunakan pada mata pelajaran PAI,
yakni lebih khusus pada mata
pelajaran Akidah Akhlak, Fikih, Quran
Hadits dan SKI. Karena metode inquiry
dapat membuat siswa menjadi lebih
kritis, maka guru dituntut untuk
menggunakan media yang sekonkrit
mungkin dalam menyampaikan
informasi mengenai materi, sampai
pada akhirnya peserta didik paham
dan mampu memecahkan masalah
yang terjadi di dalam pikirannya dan
tidak ada kesalah pahaman arti.
4. Metode Word Square
a. Pengertian Metode Word Square
Metode atau Model pembelajaran
word square adalah metode
pengembangan dari metode ceramah
yang diperkaya dan berorientasi
kepada keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Metode ini juga model
yang memadukan kemampuan
memjawab pertanyaan dengan
kejelian dalam mencocokan jawaban
pada kotak-kotak jawaban.
Metode ini sedikit lebih mirip
demgan mengisi teka-teki silang, akan
tetapi perbedaan yang mendasar
adalah metode ini sudah memiliki
jawaban, namun disamarkan dengan
menambahkan kotak tambahan
dengan sembarang huruf atau angka
penyamar atau pengecoh.
Istimewanya metode pembelajaran ini
adalah bisa di praktekan untuk semua
mata pelajaran. Hanya tinggal
bagaimana guru dapat memprogram
sejumlah pertanyaan terpilih yang
dapat merangsang siswa untuk berfikir
efektif. Tujuan huruf atau angka
pengecoh bukan untuk mempersulit
siswa namun untuk melatih sikap teliti
dan kritis.
Metode ini secara teknis adalah
kegiatan belajar mengajar dengan
cara guru dibagikan lembar kegiatan
atau lebar kerja sebagai alat untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang telah
diajarkan. Adapun instrumen utama
metode ini adalah lembar kegiatan
atau kerja berupa pertanyaan atau
kalimat yang perlu di cari jawabannya
pada susunan huruf acak pada kolom
yang telah disediakan.
b. Langkah-langkah Metode Word
Square
1) Guru menyampaikan materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran
materi tersebut.
2) Guru membagikan lembaran
kegiatan sesuai arahan yang ada.
3) Siswa menjawab soal kemudian
mengarsir huruf dalam kotak
sesuai jawaban secara vertikal,
horizontal maupun diagonal.
4) Berikan point setiap jawaban dalam
kotak.
Contoh soal :
a) Nama malaikat penjaga pintu
surga
b) Rukun islam kedua
c) Rukun islam ketiga
d) Rukun iman ada
e) Kitab yang diturunkan kepada
Nabi muhammad s.a.w
Contoh jawaban :
R I D W A N A B
S Q I L L E C A
F X A U Q N Z F
H U G P U A S A
K I U F R M R T
L O S H A L A T
M H M Y N S V H
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Word Square
Kelebihan:
1) Proses pembelajaran dengan
metode word square mendorong
pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
2) Siswa akan terlatih untuk disiplin.
3) Sebagai latihan untuk bersikap teliti
dan kritis.
4) Merangsang siswa untuk berfikir
efektif.
Kekurangan:
1) Dengan materi yang telah
dipersiapkan, akhirnya dapat
menumpulkan kreatifitas siswa .
2) Siswa tinggal menerima bahan
mentah.
3) Siswa tidak dapat mengembangkan
materi yang ada dengan
kemampuan atau potensi yang
dimilikinya.
Metode Word Square merupakan
metode yang mirip dengan teka teki
silang, peserta didik dituntut untuk
memahami setiap kalimat yang
memiliki arti atau makna yang hanya
terbungkus dalam 1 kata. Metode ini
efektif digunakan pada semua mata
pelajaran PAI kecuali Quran Hadits
dan Bahasa Arab, karena kedua mata
pelajaran ini perlu menggunakan
bahasa Arab atau tulisan arab yang
tidak memungkinkan dalam satu huruf
arab terdapat dalam satu kotak.
Metode Word Square menuntut
peserta didiknya untuk berpikir
sistematis dan kritis dalam
memecahkan teka-teki, serta perlu
memahami secara keseluruhan materi
yang telah diajarkan, sehingga peserta
didik perlu mengamati setiap materi
yang disampaikan dan guru perlu
secara kreatif menyampaikan materi
agar kelas menjadi menyenangkan
dan peserta didik dapat paham
dengan jelas sehingga peserta didik
dapat memecahkan teka-teki dengan
sempurna dan tepat.