Anda di halaman 1dari 155

IMPLEMENTASI METODE

PEMBELAJARAN PAI
Didalam buku ini akan di temukan
beberapa kata model,metode,strategi dan
pendekatan. Pada dasarnya metode dan
model ini sesuatu yang maknanya hampir
sama hanya saja perbedaan nama yang
menjadikannya berbeda. Seperti di bawah
ini kami akan mengenalkan apa itu
perbedaannya:
Strategi dapat diartikan sebagai a plan
of operation achieving something ‘rencana
kegiatan untuk mencapai sesuatu.
Sedangkan metode pengajaran termasuk
dalam perencanaan kegiatan atau
strategi.
Metode mengajar ialah cara yang di
gunakan oleh guru untuk menyampaikan
pelajaran kepada pelajar, karena
penyampaian itu berlangsung dalam
interaksi edukatif. Metode mengajar
dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan oleh guru dalam
mengadakan hubungan dengan pelajar
pada saat berlangsungnya pengajaran.
Seperti yang dikutp oleh Miftahul
Huda (2013) Di dalam buku sensasional
models of teaching yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1972,
pengarangnya Bruce Joyce dan Marsha
Weill melihat adanya perkembangan yang
signifikan dalam sistem belajar-mengajar
di amerika serikat dan beberapa negara
lain di dunia. Menurut mereka, perbedaan
antara model-model pengajaran dan
model-model pembelajarannya lainnya
seperti metode,teknik struktur dan
prodesur. Nyaris tidak bisa ditemukan.
Maksudnya adalah hampir tidak ada
perbedaan, semuanya memiliki arti atau
maksud yang sama. Begitu pula Kurniasih
dan sani (2015) menjelaskan bahwa
model pembelajaran memiliki arti yang
sama dengan pendekatan, strategi atau
metode pembelajaran.
Metode pembelajaran bisa
menentukan berhasil atau tidaknya
seorang guru dalam mengajar di kelas,
kesiapan guru dalam menentukan metode
pembelajaran juga menentukan
keberhasilan penggunaan metode, oleh
karena itu, guru perlu mengetahui metode
pembelajaran yang sekiranya sesuai
dengan karakteristik siswa, materi
pelajaran dan manfaat atau tujuan yang
akan dicapai oleh guru.
Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.
Dengan adanya pendekatan
pembelajaran, dapat mempermudah guru
dalam menentukan metode yang sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai serta
karakteristik siswa yang akan dihadapi.
Macam-macam pendekatan dan metode
pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru berdasarkan tujuan yang akan
dicapai, sebagai berikut:

A. Pendekatan Informatif
Pendekatan Informatif adalah
pendekatan dengan memfokuskan siswa
untuk mencari pengetahuan dan
informasi dengan baik, siswa diharapkan
mampu:
 Mengakses informasi
 Menyeleksi daan mengolah
informasi, dan
 Berperilaku tulus
Metode-metode yang termasuk ke
dalam pendekatan Informatif adalah: 1)
Metode Make a Match; 2) metode
Ceramah; dan 3) Metode Market Place
Activity.
1. Metode Make a Match
a. Pengertian Metode Make a Match
Proses pembelajaran yang baik
adalah yang dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif dengan
adanya komunikasi dua arah antara
guru dengan peserta didik yang tidak
hanya menekan pada apa yang
dipelajari tetapi menekan bagaimana
ia harus belajar. Salah satu alternatif
untuk pengajaran tersebut adalah
menggunakan metode pembelajaran
Make a Match (Mencari Pasangan).
Penerapan metode pembelajaran yang
bervariasi akan mengatasi kejenuhan
siswa sehingga dapat dikatakan bahwa
metode pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman siswa. Dengan adanya
keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar kemungkinan besar prestasi
belajar yang dicapai akan memuaskan.
Menurut Curran dalam Eliya (2009)
menyatakan bahwa model
pembelajaran Make a Match adalah
kegiatan siswa untuk mencari
pasangan kartu yang merupakan
jawaban soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya akan diberi
point dan yang tidak berhasil
mencocokkan kartunya akan diberi
hukuman sesuai dengan yang telah
disepakati bersama. Guru lebih
berperan sebagai fasilitator dan
ruangan kelas juga perlu ditata
sedemikian rupa, sehingga menunjang
pembelajaran kooperatif. Keputusan
guru dalam penataan ruang kelas
harus disesuaikan dengan kondisi dan
situasi ruang kelas dan sekolah.
Wagitan (2006) menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat
menjadi salah satu alternatif karena
banyak pendapat yang menyatakan
bahwa pembelajaran aktif termasuk
kooperatif mampu meningkatkan
efektivitas pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerjasama antar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menggunakan pembelajaran kooperatif
dapat mengubah peran guru, dari
yang berpusat pada gurunya ke
pengelolaan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil. Model pembelajaran
kooperatif dapat digunakan untuk
mengajarkan materi yang kompleks,
dan yang lebih penting lagi, dapat
membantu guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berdimensi
sosial dan hubungan antar manusia.
Pengembang metode make a
match pada mulanya merancang
metode ini untuk pendalaman materi.
Siswa melatih penguasanaan materi
dengan cara memasangkan antara
pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan
ini yang Anda pakai, maka Anda harus
membekali dulu siswa Anda dengan
materi yang akan dilatihkan. Anda
dapat menjelaskan materi, atau Anda
memberi tugas pada siswa untuk
membaca materi terlebih dahulu,
sebelum Anda menerapkan metode
ini. Prinsipnya, siswa Anda harus
mempunyai pengetahuan tentang
matari yang akan dilatihkan terlebih
dahulu. Baru setelah itu Anda
menggunakan metode ini.
Lain halnya, jika anda ingin
memakai tujuan ke dua, untuk
menggali materi. Anda tidak perlu
membekali siswa dengan materi,
karena siswa sendiri yang akan
membekali dirinya sendiri. Cara yang
Anda tempuh adalah Anda menulis
pokok-pokok materi pada potongan
kertas. Lalu, Anda bagikan potongan
kertas itu pada siswa Anda secara
acak. Mintalah siswa Anda untuk
mencocokkan/memasangkan
potongan kertas tersebut menjadi satu
materi utuh. Siswa yang sudah
menemukan pasangannya, secara
otomatis menjadi satu kelompok.
Selanjutnya, Anda minta agar setiap
kelompok bekerja sama menysusun
materi secara utuh. Setelah semua
kelompok selesai menyusun materi,
Anda minta setiap kelompok untuk
melakukan presentasi. Jangan lupa,
Anda menekankan agar semua
kelompok memperhatikan dan
memberikan tanggapan pada
kelompok yang sedang presentasi.
Tujuan yang ingin Anda capai
dalam pembelajaran, sangat
mempengaruhi Anda dalam memilih
metode pembelajan. Setidaknya, ada
tiga tujuan penerapan metode make a
match, yaitu:
1) Pendalaman materi;
2) Menggali materi; dan
3) Untuk selingan.

b. Langkah-langkah Penerapan
Metode Make a Match
1) Guru menyiapkan beberapa
kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapatkan
sebuah kartu yang bertuliskan
soal/jawaban.
3) Tiap siswa memikirkan
jawaban/soal dari kartu yang
dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan
kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya: pemegang
kartu yang bertuliskan 45 akan
berpasangan dengan kartu yang
bertuliskan soal 3 x 15.
5) Setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin.
6) Jika siswa tidak dapat
mencocokkan kartunya dengan
kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau
kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang
telah disepakati bersama.
7) Setelah satu babak, kartu
dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
8) Siswa juga bisa bergabung
dengan 2 atau 3 siswa lainnya
yang memegang kartu yang
cocok.
9) Guru bersama-sama dengan
siswa membuat kesimpulan
terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a
match, diperoleh beberapa temuan
bahwa metode make a match
dapat memupuk kerja sama siswa
dalam menjawab pertanyaan
dengan mencocokkan kartu yang
yang ada di tangan mereka, proses
pembelajaran lebih menarik dan
nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa
tampak sekali pada saat siswa
mencari pasangan kartunya
masing-masing. Hal ini merupakan
suatu ciri dari pembelajaran
kooperatif seperti yang dikemukan
oleh Lie (2002:30) bahwa,
Pembelajaran kooperatif ialah
pembelajaran yang
menitikberatkan pada gotong
royong dan kerja sama kelompok.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Make a Match
1) Kelebihan metode
pembelajaran  make a
match diantaranya sebagai berikut:
a) Mampu menciptakan suasana
belajar aktif dan menyenangkan
karena melibatkan media
pembelajaran yang dibuat oleh
guru serta karena ada unsur
permainannya.
b) Meningkatkan aktivitas dan
kreatifitas belajar siswa, baik
secara kognitif maupun fisik.
c) Meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi yang
dipelajari.
d) Dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa untuk saling
membantu pembelajarannya
satu sama lain.
e)    Menghindari kejenuhan siswa
dalam mengikuti kegiatan
belajar dan mengajar.
f)  Materi pembelajaran yang
disampaikan kepada siswa lebih
menarik perhatian.
g) Meningkatkan keterampilan
sosial yang dibutuhkan untuk
bekerja secara efektif.
h) Dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
menggunakan keterampilan
bertanya dalam membahas
sesuatau masalah.
i)   Menumbuhkan rasa tanggung
jawab terhadap kelompoknya
(sebagaimana kepada diri
mereka sendiri) untuk
melakukan yang terbaik.
j) Efektif sebagai sarana melatih
keberanian siswa untuk tampil
presentasi dan
k) Melatih kedisiplinan siswa
dalam menghargai waktu untuk
belajar.
2) Kekurangan metode
pembelajaran make a match di
antaranya sebagai berikut:
a) Sulit bagi guru mempersiapkan
kartu-kartu yang baik dan
bagus sesuai dengan materi
pelajaran.
b) Sulit mengatur ritme atau
jalannya proses pembelajaran.
c) Sulit membuat siswa
berkonsentrasi karena lebih
mengutamakan aktifitas yang
lebih.
d) Diperlukan bimbingan dari guru
untuk melakukan kegiatan.
e) Waktu yang tersedia perlu
dibatasi jangan sampai siswa
bernain-main dalam
pembelajaran.
f) Guru perlu persiapan alat dan
bahan yang memadai.
g) Cukup menimbulkan kegaduhan
karena tidak jarang siswa teriak
kegirangan ketika kartu
jawaban yang diambilnya
ternyata cocok dengan kartu
soal yang di pegangnya.
Metode Make a match efektif
digunakan dalam proses pembelajaran
sebagai penunjang keberhasilan tujuan
pembelajaran, metode ini bisa
digunakan dalam mata pelajaran PAI,
yakni Akidah Akhlak, Fikih, dan Qur’an
Hadits. Metode Make a match menjadi
metode yang seru jika materi yang di
dalamnya terdapat beberapa kalimat
yang dapat dipisah dan disatukan
kembali menjadi paragraf yang utuh,
serta akan lebih efektif jika digunakan
media yang penuh warna dan disajikan
dengan sebuah kompetisi antar
kelompok. Hal ini membuat peserta didik
menjadi lebih khusyuk ketika mengolah
informasi yang disampaikan oleh guru,
dan menumbuhkan kerjasama antar
kelompok serta dapat meningkatkan
kepercayaan diri peserta didik dalam
menyampaikan informasi kepada teman
kelompoknya.
2. Metode Ceramah
a. Pengertian Metode Ceramah
Ceramah merupakan salah satu
metode mengajar yang paling banyak
digunakan dalam proses belajar
mengajar. Metode ceramah ini
dilakukan dengan cara menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik
secara langsung atau dengan cara
lisan. Penggunaan metode ini sifatnya
sangat praktis dan efisien bagi
pemberian pengajaran yang bahannya
banyak dan mempunyai banyak
peserta didik. Metode ceramah
merupakan cara mengajar yang paling
tradisional dan telah lama di jalankan
dalam sejarah pendidikan, oleh karena
itu metode ini boleh di katakan
sebagai metode pengajaran tradisional
karena sejak dulu.
Metode ini di gunakan sebagai alat
komunikasi guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Anggapan-anggapan
negatif tentang metode
ceramah sudah seharusnya patut di
luruskan, baik dari segi pemahaman
artikulasi oleh guru maupun
penerapannya dalam proses belajar
mengajar disekolah.Dalam
pelaksanaan ceramah untuk
menjelaskan uraiannya, guru dapat
menggunakan alat-alat bantu media
pembelajaran seperti gambar dan
audio visual lainnya.
Definisi lain ceramah menurut
bahasa berasal dari kata lego (bahasa
latin) yang di artikan secara umum
dengan mengajar sebagai akibat guru
menyampaikan pelajaran dengan
membaca dari buku dan mendiktekan
pelajaran dengan menggunakan buku
kemudian menjadi lecture
method atau metode ceramah. Metode
ceramah itu sendiri pada dasarnya
memiliki banyak pengertian dan
jenisnya. Berikut ini beberapa
pengertian dari metode ceramah,
antara lain :
1) Metode ceramah adalah penyajian
informasi secara lisan baik formal
maupun informal.
2) Metode ceramah menurut Gilstrap
dan Martin 1975 : ceramah berasal
dari bahasa latin yaitu Lecturu,
Legu ( Legree, lectus) yang berati
membaca kemudian diartikan
secara umum dengan mengajar
sebagai akibat dari guru
menyampaikan pelajaran dengan
membaca dari buku dan
mendiktekan pelajaran dengan
penggunaan buku.
3) Metode ceramah yaitu penerapan
dan penuturan secara lisan oleh
guru terhadap kelasnya, dengan
menggunakan alat bantu mengajar
untuk memperjelas uraian yang
disampaikan kepada siswa.
Metode ceramah ini sering kita
jumpai pada proses-proses
pembelajaran di sekolah mulai dari
tingkat yang rendah sampai ke tingkat
perguruan tinggi, sehingga metode
seperti ini sudah dianggap sebagai
metode yang terbaik bagi guru untuk
melakukan interaksi belajar mengajar.
Satu hal yang tidak pernah menjadi
bahan refleksi bagi guru adalah
tentang efektifitas penggunaan
metode ceramah yaitu mengenai
minat dan motivasi siswa, bahkan
akhirnya juga berdampak pada
prestasi siswa.

b. Kelebihan Metode Ceramah


Setiap metode pembelajaran yang
sering di gunakan oleh para pendidik
dalam proses belajar mengajar
memilki kelebihan dan kekurangan
tersendiri. Salah satunya seperti
metode ceramah. Metode ini
merupakan metode pembelajaran
yang paling dominan digunakan oleh
para pengajar. Walaupun demikian
metode ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya.
Ada beberapa kelebihan sebagai
alasan mengapa ceramah sering di
gunakan, yaitu:
a) Ceramah merupakan metode
yang murah dan mudah untuk
dilakukan. Murah dalam arti
proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan
yang lengkap, berbeda dengan
metode yang lain seperti
demonstrasi atau peragaan.
Sedangkan mudah, memang
ceramah hanya mengandalkan
suara guru, dengan demikian
tidak terlalu memerlukan
persiapan yang rumit.
b) Ceramah dapat menyajikan
materi pelajaran yang luas.
Artinya, materi pelajaran yang
banyak dapat dirangkum atau
dijelaskan pokok-pokoknya oleh
guru dalam waktu yang singkat.
c) Ceramah dapat memberikan
pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan. Artinya, guru dapat
mengatur pokok-pokok materi
yang mana yang perlu
ditekankan sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai.
d) Melalui ceramah, guru dapat
mengontrol keadaan kelas, oleh
karena se-penuhnya kelas
merupakan tanggung jawab
guru yang memberikan
ceramah.
e) Organisasi kelas dengan
menggunakan ceramah dapat
diatur menjadi lebih sederhana.
Ceramah tidak
memerlukan setting kelas yang
beragam, atau tidak
memerlukan persiapan-
persiapan yang rumit. Asal siswa
dapat menempati tempat duduk
untuk mendengarkan guru,
maka ceramah sudah dapat
dilakukan.

c. Kekurangan Metode Ceramah


Di samping beberapa kelebihan di
atas, ceramah juga memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya:
a) Materi yang dapat dikuasai siswa
sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai
guru. Kelemahan ini memang
kelemahan yang paling dominan,
sebab apa yang diberikan guru
adalah apa yang dikuasainya,
sehingga apa yang dikuasai
siswa pun akan tergantung pada
apa yang dikuasai guru.
b) Ceramah yang tidak disertai
dengan peragaan dapat
mengakibatkan terjadinya
verbalisme
c) Guru yang kurang memiliki
kemampuan bertutur yang baik,
ceramah sering dianggap
sebagai metode yang
membosankan. Sering terjadi,
walaupun secara fisik siswa ada
di dalam kelas, namun secara
mental siswa sama sekali tidak
mengikuti jalannya proses
pembelajaran, pikirannya
melayang ke mana-mana, atau
siswa mengantuk, oleh karena
gaya bertutur guru tidak
menarik.
d) Melalui ceramah, sangat sulit
untuk mengetahui apakah
seluruh siswa sudah mengerti
apa yang dijelaskan atau belum.
Walaupun ketika siswa diberi
kesempatan untuk bertanya, dan
tidak ada seorang pun yang
bertanya, semua itu tidak
menjamin siswa seluruhnya
sudah paham.

Metode ceramah merupakan


metode yang paling sering digunakan
dan tidak pernah terlepas dari guru,
metode ceramah efektif digunakan
disemua mata pelajaran PAI, seperti
Akidah Akhlak, Fikih, SKI, Qur’an
Hadits dan Bahasa Arab. Metode ini
hanya mengandalkan kreatifitas guru
dalam menyampaikan materi yang
diajarkan, metode caramah juga
sangat dekat dengan kepribadian
guru, semakin kreatif dan unik guru
menyampaikan materi, maka peserta
didik akan semakin berminat untuk
mengamati informasi yang
disampaikan dan sebaliknya. Tidak
semua guru dapat dengan mudah
menyampaikan bahan ajar dengan
menyenangkan, perlu belajar, latihan
serta meningkatkan kreatifitas dan
pengetahuan seorang guru.

3. Metode Market Place Activity


a. Pengertian Metode Market Place
Activity
Market Place Activity (MPA)  adalah
suatu teknik pembelajaran berupa
kegiatan seperti yang terjadi di pasar,
dimana peserta didik dapat melakukan
aktivitas jual beli informasi
pengetahaun baik berupa konsep,
ataupun karya sesuatu.  Teknik
pembelajaran ini beberapa ahli
mengatakan windows shoping (jendela
belanja). Untuk masalah penamaan
tergantung siapa pemberi nama yang
terkaji secara teoritis, namun pada
esensinya bagaimana pembelajaran
yang terjadi di kelas seperti aktivitas
pasar dimana ada barang yang
diperjualbelikan, ada penjual dan ada
pembeli serta ada media komunikasi
berupa pesan, terjadi tanya
jawab,mempertahankan dan bahkan
mempromosikan suatu konsep atau
produk. Teknisnya suatu konsep atau
karya akan menggunakan MPA maka
dalam kelompok belajar peserta didik
setiap kelompok disepakati pembagian
tugas ada yang menjadi kelompok
penjual untuk mempromosikan dan
mempertahankan karya kelompoknya,
ada yang berfungsi sebagai pembeli
informasi untuk berkeliling
mengunjungi karya kelompok lain,
baik melakukan dialog, tanya jawab
bahkan mengevaluasi dan mengkritisi.
Informasi yang diperjualbelikan
dalam setiap kelompok adalah materi
yang dipelajari pada hari itu, bagimana
peserta didik memahami konsep dan
karya dalam setiap kelompok dengan
mencari sumber-sumber informasi
yang dilakukan dengan diskusi
kelompok, kemudian dituangkan
dalam sebuah karya konsep atau
media yang akan mudah difahami oleh
para calon pembeli yang akan
berkunjung pada kelompok tersebut.
Teknik pembelajaran dengan MPA
ini mengandung nurturant
effect dalam  pembentukan karakter
secara direct, seperti bertanggung
jawab membuat karya dan
mempertahankan karyanya, kerjasana
dalam kelompok, terbuka dengan
kritikan pembeli, usaha kerja keras
untuk menjadi yang terbaik, terbiasa
mengevaluasi dan dievalusi,
membangun kemandirian,
kepercayaan diri, keterampilan
kelompok, menerima umpan balik, dan
melatih bertanggung jawab dalam
membuat perencanaan dan desain
terbaik, serta banyak nilai-nilai
(valuing) yang tersimpan dalam
pembelajaran tersebut.
b. Langkah-langkah Metode Market
Place Activity
Bagilah peserta didik dengan
kelompok-kelompok kecil antara 4-10
orang di sesuaikan dengan kondisi
kelas,  baik dengan cara menghitung
sesuai tempat duduk misalnya ingin
menjadi 5 kelompok maka
menghitung dari satu sampai 5
kemudian diulang lagi, kelompok
angka yang sama menjadi satu
kelompok, atau dibagikan kertas
warna warni, spidol warna warni,
permen dengan merek berbeda sesuai
dengan kelompok yang diinginkan.
Saran kami dalam pembentukan
kelompok ini sesekali, mereka di
kelompokkan dengan kertas warna
warni/ spidol, permen yang berbeda
dalam satu kelompok agar mereka
terbiasa berbeda itu dapat menjadi
kekuatan dan soliditas kelompok.
Peserta didik duduk perkelompok
dengan tentunya merubah tempat
duduk menjadi kelompok kecil baik
leter U, O atau meja bundar atau
mereka berkelompok di luar kelas
dengan lesehan, kemudian mereka
diberi waktu untuk saling mengenali
kelompok dalam waktu singkat,
diusahakan tempat duduk mereka
didesain yang memungkinkan mereka
dapat bergerak / berkunjung dari satu
kelompok ke kelompok lain. Misalnya
areal sekitar dinding kelas
dikosongkan karena akan menjadi
lalaulintas peserta didik ketika
melakukan kunjungan karya.
Peserta didik tiap kelompok dalam
waktu singkat menentukan ketua dan
sekretaris kelompok misalnya dengan
cara mengangkat tangan semua
peserta dalam hitungan 3 tunjuk
ketua, kemudian sekretaris  dalam
kelompk tersebut,atau lebih baik
diiringi suara musik, ketiak berhenti
tunjuk ketua kemudian sekretaris.
Sementara untuk ketua kerja kelas,
para ketua kelompok maju untuk
membuat lingkaran kemudian dalam
hitungan 3 menunjuk ketua
kerja/kelas dalam materi tersebut.
Setelah terpilih ketua dan
sekretaris,tiap kelompok menyepakati
nama kelompok sesuai dengan
kontent yang dipelajari, misalnya
ketika kontent akhlak maka nama
kelompok diambil nama-nama akhalk
baik seperti Jujur, Empati,
Istiqomah,peduli, kerja keras dan
sebagainya. Ketika materi keimanan
bisa nama-nama malaikat, nama-nama
rasul dsb, lebih disarakan nama-nama
terkait dengan karakter seperti
kelompok jujur, tasamuh, dsb.
Guru memberikan tujuan dan topik
ruang lingkup materi yang akan
dibahas pada har itu, serta
memberikan kejelasan kepada peserta
didik apa yang harus dilakukan peserta
didik, serta instrumen apa yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran
ini, cukup hanya kurang dari 5 menit.
Guru membagikan kontent
bahasan yang akan di kerjakan dalam
kelompok, bisa kontens sama jika
keluasan materi sangat terbatas, jika
kontents sangat luas, maka materi tiap
kelompok diusahakan berbeda
diseuaikan dengan nama kelompok.
c. Kelebihan dan Kekurangan Market
Place Activity
Kelebihan :
1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Mudah mengorgarisasikan
tempat duduk/kelas.
3. Mudah mempersiapkun dan
melaksarakanyu.
4. Meteri atau isi lebih mudah
dipahami dan dimengerti oleh
peserta didik.
5. Memberi kesempatan pada guru
untuk menggunakar
pengalaman, pengetahuan, dan
kearifan.
6. Dapat menggunakan balan
pelajanan yang luas.
7. Dengan adanya media
pembelajaran bisa mengurangi
rasa bosan, jenuh dan
mengantuk yang terjadi pada
peserta didik tersebut.
8. Menarik perhatian feserta didik
dan menumbuhkan motivasi
belajarnya.
9. Dapat menguatkan bacaan dan
belajar peserta didik dari
beberapa sumber lain.

Kelemahan :
1. Memerlukan keterampilan gunu
secara khusus.
2. Memerlukan waktu yang banyak.
3. Memertukan kematangan dalam
perencanaan atau persiapan.
4. Keterbatasan dalam sumber
belajar, alat pelajanan, situasi
vang harus dikondisikan dan
waktu untuk
mendemonstrasikan.
5. Bila selalu digunakan dan terlalu
digunakan akan membuat
bosan.
Metode Market Place Activity efektif
digunakan dalam proses pembelajaran
PAI, terutama pada mata pelajaran
Fikih dan Akidah Akhlak, karena
peserta didik dituntut faham mengenai
materi yang diajarkan, dan di dalam
mata pelajaran Fikih serta Akidah
Akhlak terdapat beberapa subjudul
dalam 1 bab, jadi bisa dibagi-bagi
dengan mudah untuk beberapa
kelompok yang nantinya kelompok
tersebut menjual hasil pikirannya
kepada kelompok lain. metode ini
sangat meningkatkan kreatifitas
peserta didik, dan pada prakteknya
sangat menuntut peserta didik untuk
memahami materi yang dijualnya dan
menyampaikannya dengan
menyenangkan sehingga kelompok
lain tertarik, serta perlu adanya kerja
sama antar sesame anggota dari mulai
menghias materi yang akan dijual
belikan, dan membuat pemikiran yang
sama mengenai materi yang dibahas.
Namun metode MPA untuk sebagian
guru tidak mau menggunakannya
karena menggunakan biaya yang tidak
sedikit dalam setiap kelompoknya
untuk menghias papan materi yang
akan dijual.
B. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah
pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk mampu:
 Membaca dan menulis dengan baik
 Belajar dengan orang lain
 Menggunakan Media
 Menerima informasi
 Menyampaikan informasi
 Berinteraksi dengan sesama teman
Metode-metode yang termasuk ke
dalam pendekatan Informatif adalah: 1)
Metode Talking Stick; 2) Metode
Snowball Throwing; dan 3) Metode
Example Non Exmple; 4) Metode Picture
and Picture; 5) Metode Take and Give.
1. Metode Talking Stick
a. Pengertian Metode Talking Stick
Metode pembelajaran talking stick
merupakan satu dari sekian banyak
satu model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru
atau diarahkan oleh guru. Istilah
kooperatif dalam hal ini bermakna
lebih luas, yaitu menggambarkan
keseluruhan proses sosial dalam
belajar dan mencakup pula pengertian
kolaboratif.
Metode pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat. Tongkat
dijadikan sebagai jatah atau giliran
untuk berpendapat atau menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pelajaran. Metode
Talking stick atau tongkat berbicara
adalah metode pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat dengan
memberikan tongkat kepada peserta
didik.
Menurut Agus Suprijono
(2009:109), pembelajaran dengan
metode pembelajaran talking stick
dapat mendorong peserta didik untuk
berani dalam mengemukakan
pendapat. Metode pembelajaran
talking stick adalah model
pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik
untuk bekerja sama dalam
mempelajari materi pembelajaran
dengan siswa lain, dengan demikian
siswa akan lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Adapun menurut Kurniasih dan
Sani (2015:82), model pembelajaran
Talking Stick merupakan satu model
pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini dilakukan dengan
buntuan tongkat. Tongkat dijadikan
sebagai jatah atau giliran untuk
berpendapat atau menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pelajaran.
Sedangkan menurut Maufur
(2009:88), Talkig Stick merupakan
sebuah model pembelajaran yang
berguna untuk melatih keberanian
siswa dalam menjawab dan berbicara
kepada orang lain. Sedangkan
penggunaan tongkat secara bergiliran
sebagai media untuk merangsang
siswa bertindak cepat dan tepat
sekaligus untuk mengukur
kemampuan siswa dalam memahami
materi”.
“Cooperative learning is more
effective in increasing motive and
performance stundent” (Michaels,
1997 dalam Solohatin dan Raharjo,
2007:5) model pembelajaram
kooperatif mendorong peningkatan
kemampuan siswa dalam
memecahkan berbagai masalah yang
ditemui selama pembelajaran, karena
siswa dapat bekerja sama dengan
siswa yang lain dalam menemukan,
dan merumuskan alternative
pemecahan terhadap masalah materi
pelajaran yang dihadapi. Belajar dalam
prinsip kooperatif sangat baik
digunakan untuk tujuan mencapai
belajar, baik yang sifatnya kognitif,
afektif, maupun konatif (Hamid Hasan,
1996 dalam Solihatin dan Raharji,
2007:6).
Sedangkan menurut Supirjono
(2014: 109), pembelajaran dengan
menggunakan metode talking stick
mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat. Langkah-
langkah model pembelajaran Talking
Stick menurut Supirjono (2014: 110)
sebagai berikut : Untuk menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick diawali siswa berdiskusi
secara berkelompok. Kemudian
dengan bantuan stick (tongkat) yang
bergulir siswa dituntun untuk
mempresentasikan hasil diskusinya
atau mengulang kembali materi yang
sudah dipelajari. Siapa yang
memegang tongkat, dialah yang wajib
mempresentasikan hasil diskusiya
(talking).
Dapat disimpulkan bahwa metode
atau model pembelajaran Talking Stick
ini adalah suatu metode pembelajaran
yang dapat mengukur kemampuan
siswa dalam memahami materi
pembelajaran dan membantu siswa
dalam memunculkan rasa percaya
dirinya untuk menyampaikan argumen
atau menjawab pertanyaan dari guru
yang sebelumnya sudah mempelajari
atau membaca materi yang telah
diajarkan.
b. Langkah-langkah Metode Talking
Stick
1) Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran pada saat itu
2) Guru membentuk kelompok
yang terdiri atas 5 orang
3) Guru menyiapkan sebuah
tongkat yang panjangnya 20 cm
4) Setelah itu, guru
menyampaikan materi pokok
yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para
kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran
tersebut dalam waktu yang
telah ditentukan
5) Siswa berdiskusi membahas
masalah yang terdapat di dalam
wacana
6) Setelah kelompok selesai
membaca meteri pelajaran dan
memperlajari isinya, guru
mempersilahkan anggota
kelompok untuk menutup isi
bacaan
7) Guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada salah satu
anggota kelompok, setelah itu
guru memberi pertanyaan dan
anggota kelompok yang
memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian
besar siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
8) Siswa lain boleh membantu
menjawab pertanyaan jika
anggota kelompoknya tidak bisa
menjawab pertanyaan
9) Setelah semuanya mendapat
giliran, guru membuat
kesimpulan dan melakukan
evaluasi, baik individu ataupun
secara berkelompok. Dan
setelah itu menutup pelajaran
dengan bersama-sama.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Talking Stick
Kelebihan:
1) Menguji kesiapan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran.
2) Melatih membaca dan
memahami dengan cepat materi
yang telah disampaikan.
3) Agar lebih giat belajar karena
siswa tidak pernah tau tongkat
akan sampai pada gilirannya.
Kekurangan:
Jika ada siswa yang tidak
memahami pelajaran, siswa akan
merasa gelisah dan khawatir ketika
nanti giliran tongkat berada pada
tangannya.Adapun kelemahan metode
pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick menurut Shoimin (2014:83),
yaitu :
1) Membuat peserta didik senam
jantung
2) Peserta didik yang tidak siap
menjawab
3) Membuat peserta didik tegang
4) Ketakutan akan pertanyaan
yang akan diberikan oleh guru
Metode ini sangat sederhana dan
cukup mudah untuk diperhatikan,
khususnya pada siswa-siswa SD, SMP
dan SMA/SMK. Selain sebagai metode
agar siswa mau berpendapat, tapi
juga untuk melatih siswa berani
berbicara. Dengan metode
pembelajaran ini suasana kelas bisa
terlihat lebih hidup dan tidak monoton.
Metode Talking Stick ini dapat
dijadikan sebagai metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran PAI,
dan akan efektif bila digunakan pada
mata pelajaran Fikih, Akidah Akhlak,
SKI dan Qur’an Hadits, dan pada mata
pelajaran Qur’an Hadits efekktif dan
efisien digunakan pada tema Hadits
Tolong Menolong, peserta didik diajak
untuk menghafal hadits dan setelah itu
peserta didik mengoper tongkat
kepada teman lainnya diiringi dengan
nyanyian sehingga ketika tongkat
berhenti disalah satu peserta didik, dia
maju ke depan kelas untuk menghafal
hadits dan artinya.
Mtode ini menarik keaktifan siswa
dalam belajar, menjadikan siswa
berani dalam menyampaikan
pendapatnya, siswa juga mampu
mengasah kemampuan berfikirnya
untuk menciptakan gagasan-gagasan
baru. Metode ini juga bermanfaat
karena ia mampu menguji kesiapan
siswa, melatih keterampilan mereka
dalam membaca dan memahami
materi pelajaran dengan cepat, dan
mengajak mereka untuk terus siapa
dalam situasi apapun, sayangnya, bagi
siswa yang secara emosional belum
terlatih untuk bisa berbicara
dihadapan guru, metode ini mungkin
kurang sesuai.
2. Metode Snowball Throwing
a. Pengertian Metode Snaowball
Throwing
Menurut Ismail, (2008:27)
Snowball Throwing berasal dari dua
kata yaitu “snowball” dan “throwing”.
Kata snowball berarti bola salju,
sedangkan throwing berarti melempar,
jadi Snowball Throwing adalah
melempar bola salju. Pembelajaran
Snowball Throwing merupakan salah
satu model dari pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran Snowball
Throwing merupakan model
pembelajaran yang membagi murid di
dalam beberapa kelompok, yang
dimana masing-masing anggota
kelompok membuat bola pertanyaan.
Menurut Suprijono, (2011: 8)
Snowball Throwing adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana
murid dibentuk dalam beberapa
kelompok yang heterogen kemudian
masing-masing kelompok dipilih ketua
kelompoknya untuk mendapat tugas
dari guru lalu masing-masing murid
membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan)
kemudian dilempar ke murid lain yang
masing-masing murid menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Model pembelajaran kooperatif
menurut Hamdayana (2014: 158)
Snowball secara etimologi berarti bola
salju, sedangkan throwing artinya
melempar, jadi Snowball Throwing
secara keseluruhan dapat diartikan
melempar bola salju. Dalam
pembelajaran Snowball Throwing (bola
salju) merupakan kertas yang berisi
pertanyaan yang dibuat oleh siswa
kemudian dilempar kepada temannya
sendiri untuk menjawab pertanyaan.
Snowball Throwing merupakan salah
satu model pembelajaran aktif yang
dalam pelaksanaannya banyak
melibatkan siswa. Snowball Throwing
adalah paradigma pembelajaran
efektif yang merpakan rekomendasi
UNESCO, yakni : belajar mengetahui,
belajar bekerja, belajar hidup
bersama, dan belajar menjadi diri
sendiri (Depdiknas, 2001 : 5).
Snowball Throwing adalah salah satu
metode pembelajaran yang diawali
dengan pembentukkan kelompok yang
diwakili ketua kelompok untuk
mendapat tugas dari guru, kemudian
masing-masing siswa membuat
pertanyaann yang dibentuk seperti
bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar
kesiswa lain yang masing-masing
siswa menjawab pertanyaan dari bola
yang diperoleh.
Menurut Huda (2013: 226) strategi
pembelajaran Snowball Throwing (ST)
atau yang sering dikenal dengan
Snowball Throwing Fight merupakan
pembelajaran yang diadopsi pertama
kali dari game fisik dimana
segumpulan salju dilempar dengan
maksud memukul orang lain dalam
konteks pembelajaran, Snowball
Throwing diterapkan dengan
melempar segumpalan kertas untuk
menunjuk siswa yang diharuskan
menjawab soal dari guru. Strategi ini
digunakan untuk memberikan konsep
pemahaman materi yang sulit kepada
siswa serta dapat juga digunakan
untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan kemampuan siswa
dalam materi tersebut.
Sedangkan menurut Kisworo
(Patmawati,2012) mengemukakan
model pembelajaran Snowball
Throwing sebagai berikut: model
pembelajaran Snowball Throwing
adalah salah satu cara penyajian
bahan pelajaran dimana siswa
dibentuk dalam beberapa kelompok
yang berbeda kemudian masing-
masing kelompok dipilih ketua
kelompoknya untuk mendapat tugas
dari guru kemudian masing-masing
siswa membuat pertanyaan yang
dibentuk seperti bola (kertas
pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain
yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Metode Snowball Throwing melatih
siswa untuk lebih tanggap menerima
pesan dari siswa lain dalam bentuk
bola salju yang terbuat dari kertas,
dan menyampaikan pesan tersebut
kepada temannya dalam satu
kelompok.
Berdasarkan para ahli dapat
disimpulkan bahwa metode Snowball
Throwing adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang berupa
sebuah permainan yang dibentuk
dalam sebuah kelompok untuk
mengerjakan tugas dari guru, yang
mana dalam 1 kelompok membuat
pertanyaan-pertanyaan mengenai
materi yang diajarkan yang kemudian
pertanyaan yang ditulis di kertas itu di
buat menjadi bola kertas dan dilempar
pada kelompok lain. Pada
pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing ini, siswa melakukan
kompetisi antar kelompok. Dengan
adanya kompetisi ini, dapat
mendorong siswa untuk lebih
bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran. Jadi persaingan dapat
menjadikan proses interaksi belajar
mengajar yang kondusif.
Jika proses pembelajaran ini
berjalan dengan lancar, maka akan
terbentuklah suasana kelas yang
dinamis, karena kegiatan siswa tidak
hanya berpikir, menulis, bertanya,
atau berbicara. Akan tetapi mereka
juga melakukan aktivitas fisik yaitu
menggulung kertas dan
melemparkannya kepada siswa lain.
Dengan demikian setiap kelompok
akan mempersiapkan diri karena pada
gilirannya mereka harus menjawab
pertanyaan dari temannya yang
terdapat dalam bola kertas. Metode ini
juga memberikan pengalaman kepada
siswa untuk mengembangkan
keterampilan menyimpulkan isi berita
atau informasi yang mereka peroleh
dalam konteks nyata dan situasi yang
kompleks.
Metode pembelajaran snowball
throwing ini sangat terbatas dalam
pelaksanaannya, karena hanya cocok
untuk materi pelajaran esakta atau
sains yang cenderung tetap atau
konstan dalam materi. Sedangkan jika
dalam ilmu sosial, siswa akan
kesulitan, karena ilmu sosial adalah
ilmu yang cakupan materi
pembelajarannya sangat luas,
membutuhkan pengembangan yang
mendalam karena materinya selalu
berkembang.
b. Langkah-langkah Metode Snowball
Throwing
1) Seperti pembelajaran biasa,
dimana guru menyampaikan materi
yang akan disajikan. Cukup
beberapa menit saja
2) Setelah itu suru membentuk
kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan terkait
materi
3) Masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru
kepada temannya
4) Kemudian masing-masing siswa
diberikan satu lembar kerja untuk
menuliskan pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok
5) Kemudian kertas tersebut dibuat
seperti bola dan dilempar dari satu
siswa ke siswa yang lain selama
kurang lebih 5 menit
6) Setelah siswa mendapat satu bola
atau satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian
7) Setelah semuanya mendapat
giliran, kemudian guru memberikan
kesimpulan materi hari itu dan
melakukan evaluasi jika
dibutuhkan, dan kemudian baru
menutup pelajaran.
Untuk melaksanakan model
pembelajaran dengan menggunakan
Snowball Throwing, pendidik perlu
mempersiapkan beberapa hal yang
haus dilakukan, diantaranya yaitu :
1) Guru menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan
2) Guru menyiapkan bola kecil
3) Guru menerangkan cara bermain
Snowball Throwing kepada siswa.
Berdasarkan keterangan diatas,
dapat disimpulkan bahwa teknis untuk
melakukan metode pembelajaran
Snowball Throwing ini adalah guru
membentuk siswa menjadi beberapa
kelompok kecil, setiap kelompok
menentukan anggota kelompoknya
atau bisa juga guru yang menentukan
anggota kelompoknya, yang kemudian
guru memanggil ketua keompok untuk
menjelaskan materi, kemudian materi
tersebut akan dijelaskan oleh ketua
kelompok kepada anggota
kelompoknya masing-masing. Setelah
selesai setiap anggota kelompok akan
menuliskan pertanyaan ke dalam
selembar kertas, yang kemudian
kertas digulung menyerupai sebuah
bola dan dilemparkan ke anggota
kelompok lain. Kertas yang berisikan
pertanyaan-pertantaan yang
didapatkan oleh anggota kelompok
lain akan dijawab pertanyaannya oleh
siswa yang menerima kertas itu. Siswa
maju ke depan satu persatu untuk
menjelaskan jawabannya yang
kemudian dievaluasi oleh guru mata
pelajaran.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Snowball Throwing
Kelebihan metode Pembelajaran
Snowball Throwing menurut
Patmawati (2012) adalah sebagai
berikut :
1) Suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan karena siswa
seperti sedang bermain dengan
melempar bola kertas kepada
siswa lain
2) Siswa mendapat kesempatan
untuk mengembangkan
kemampuan berpikir karena
diberi kesempatan untuk
membuat soal dan diberikan
pada siswa lain
3) Membuat siswa siap dengan
berbagai kemungkinan karena
siswa tidak tahu soal yang
dibuat temannya seperti apa
4) Siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran
5) Pendidik tidak terlalu repot
membuat media karena siswa
terjun langsung dalam praktek
6) Siswa akan lebih mengerti
makna kerjasama dalam
menemukan pemecahan suatu
masalah
7) Ketiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik
dapat tercapai
Adapun kelemahan metode
pembelajaran Snowball Throwing
menurut Patmawati (2012) yaitu:
1) Sangat bergantung pada
kemampuan siswa dalam
memahami materi. Hal ini dapat
dilihat dari soal yang dibuat oleh
siswa biasanya hanya sekedar
materi yang sudah dijelaskan atau
seperti contoh soal yang telah
diberikan
2) Ketua kelompok yang tidak
mampu menjelaskan dengan baik
tentu menjadi penghambat bagi
anggota lain untuk memahami
materi sehingga diperlukan waktu
yang tidak sedikit untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran
3) Memerlukan waktu yang panjang
4) Siswa yang nakal cenderung untuk
berbuat onar
5) Kelas sering kali gaduh karena
kelompok dibuat oleh siswa
Tetapi menurut Patmawati (2012)
kelemahan dalam penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing dapat tertutupi dengan cara
sebagai berikut :
1) Guru menerangkan terlebih
dahulu materi yang akan
didemonstrasikan secara singkat
dan jelas disertai dengan
aplikasinya
2) Mengoptimalkan waktu dengan
cara memberi batasan dalam
pembuatan kelompok dan
pembuatan pertanyaan
3) Guru ikut serta dalam pembuatan
kelompok sehingga kegaduhan
bisa diatasi
4) Memisahkan grup anak yang
dianggap sering membuat gaduh
dalam kelompok yang berbeda.

Metode ini efektif digunakan pada


mata pelajaran PAI, dan terkhusus
kepada mata pelajaram Akidah Akhlak
dan Fikih. Metode Snowball throwing
juga dapat melatih kesiapan siswa,
membantu siswa memahami konsep
materi, menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan,
membangkitkan motivasi belajar,
menumbuhkan kerjasama, membuat
siswa berpikir kritis. Selain itu dengan
menggunakan metode pembelajaran
Snowball Throwing siswa menjadi
kreatif dalam membuat pertanyaan dan
menciptakan proses pembelajaran
menjadi aktif dan efektif.
3. Metode Example Non Example
a. Pengertian Metode Example Non
Example
Hary Kurniadi (2010:1)
menyatakan bahwa “metode
pembelajaran example non example
atau juga disebut examples and non-
examples merupakan metode
pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran.
Penggunaan media gambar ini disusun
dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi
sebuah bentuk deskripsi singkat
mengenai apa yang ada didalam
gambar.” Buehl (dalam Hary Kurniadi,
2010:1)”penggunaan metode
pembelajaran examples non examples
ini lebih menekankan pada konteks
analisis siswa.”
Jadi, examples memberikan
gambaran akan sesuatu yang menjadi
contoh akan suatu materi yang sedang
dibahas, sedangkan non-examples
memberikan gambaran akan sesuatu
yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas. Dengan
memusatkan perhatian siswa terhadap
examples dan non-examples
diharapkan akan dapat mendorong
siswa untuk menuju pemahaman yang
lebih dalam mengenai materi yang
ada.
Metode pembelajaran examples
non example merupakan metode
pembelajaran yang dapat membuat
siswa belajar aktif, mandiri, dan
menyenangkan. Dalam metode ini
guru memberikan stimulan dengan
gambar-gambar. Melalui gambar-
gambar itulah siswa mempelajari
konsep yang ingin dikuasai mereka.
Proses pembelajaran adalah proses
yang menantang siswa untuk
mengembangkan kemampuan
berpikir, yakni merangsang kerja otak
secara maksimal. Kemampuan
tersebut dapat ditumbuhkan dengan
cara mengembangkan rasa ingin tahu
siswa melalui kegiatan mencoba-coba,
berpikir secara intuitif atau
bereksploirasi (Sanjaya, 2006:132).
Model pembelajaran ini cocok untuk
menyampaikan materi yang sifatnya
prosedural atau langkah-langkah
melakukan sesuatu secara bertahap.
Langkah-langkah itu meliputi
penyajian informasi kompetensi,
mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan, membimbing pelatihan-
penerapan, mengecek pemahaman
dan balikan, penyimpulan, evaluasi,
dan refleksi (Suyatno, 2009:127).
Metode pembelajaran example non
example barang kali sangat familiar
dibanyak kalangan. Metode
pembelajaran ini menggunakan media
gambar sebagai media
pembelajarannya. Metode
pembelajaran example non example
adalah metode pembelajaran yang
menggunakan contoh-contoh, contoh-
contoh dapat diperoleh dari kasus atau
gambar yang relevan dengan
Kompetensi Dasar (Hamdani, 2011:
94).
Menurut Miftahul Huda (2013: 234)
metode example non example
merupakan strategi pembelajaran
yang menggunakan gambar sebagai
media untuk menyampaikan materi
pelajaran Metode example non
example juga ditujukan untuk
mengajarkan siswa dalam belajar
memahami dan menganalisis sebuah
konsep. Konsep pada umunya
dipelajari melalui dua cara:
pengamatan dan definisi. Example non
example adalah strategi yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi
konsep. Metode ini juga bertujuan
untuk mendorong siswa agar belajar
berpikir kritis dengan jalan
memecahkan permasalahan.
Permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu.
Metode pembelajaran ini
merupakan sebuah langkah untuk
mensiasati agar siswa dapat
mendefinisikan sebuah konsep.
Adapun strategi yang bisa digunakan
bertujuan untuk mempersiapkan siswa
secara cepat dengan menggunakan 2
hal yang terdiri dari example (contoh
akan suatu materi yang sedang
dibahas), dan meminta siswa untuk
mengklasifikasikan keduanya sesuai
dengan konsep yang ada. Example
memberikan gambaran akan sesuatu
yang menjadi contoh akan suatu
materi yang sedang dibahas,
sedangkan non example memberikan
gambaran akan sesuatu yang
bukanlah contoh dari suatu materi
yang sedang dibahas. Metode example
non example penting dilakukan karena
suatu definisi konsep adalah suatu
konsep yang diketahui secara primer
hanya dari segi definisinya daripada
dari sifat fisiknya. Dengan
memusatkan perhatian siswa terhadap
example dan non example, diharapkan
akan dapat mendorong siswa untuk
menuju pemahaman yang lebih dalam
mengenai materi yang ada.
Pembelajaran kooperatif metode
examples non examples ini
memberikan ruang dan kesempatan
yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling
memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Interaksi tatap muka
akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekerja sama,
menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-
masing anggota dan mengisi
kekurangan masing-masing.
Dengan memperlihatkan contoh
gambar yang ada diharapkan dapat
memusatkan perhatian siswa terhadap
gambara-gambar dan materi yang
sedang dipelajari. Metode
pembelajaran ini juga dirancang agar
siswa memiliki kompetensi dalam
menganalisis gambar dan memberikan
deskripsi itulah inti atau konsep dasar
metode pembelajaran ini, dimana
Metode Example Non Example ini lebih
menekankan pada konteks analisis
siswa. Metode ini lebih cocok
dikembangkan di kelas yang lebih
tinggi, karena diasumsikan siswa
sudah memiliki tingkat analisis yang
baik. akan tetapi, metode ini tidak ada
salahnya juga diberikan pada kelas-
kelas awal untuk menekankan aspek
psikologis dan tingkat siswa seperti :
kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
kemampuan analisis ringan, dan
kemampuan berinteraksi dengan siswa
lainnya.
Metode pembelajaran ini bisa
dilaksanakan dengan bantuan media
lainnya seperti menggunakan OHP,
Proyektor, ataupun dengan
menggunakan poster. Dan guru harus
bisa memastikan bahwa gambar yang
digunakan adalah gambar yang betul-
betul dapat mencuri perhatian anak,
sehingga para siswa betul-betul bisa
fokus dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b. Langkah-langkah Metode Example
Non Example

Adapun langkah-langkah metode


pembelajaran example non example
(Aqib Zainal : 2013), sebagai berikut :
1) Guru mempersiapkan gambar-
gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2) Guru menempelkan gambar-
gambar di papan tulis atau
menayangkan melalui OHP atau
LCD
3) Guru memberi petunjuk dan
memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperhatikan
atau menganalisis gambar
4) Melalui diskusi kelompok 4-5
orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut di catat
pada kertas
5) Setiap kelomok dikerikan
kesempatan untuk membacakan
hasil diskusinya
6) Mulai dari komentar atau hasil
diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai
7) Kesimpulan
Berdasarkan teori diatas, dapat
disimpulkan bahwa dalam menerapkan
metode pembelajaran example non
example ini guru harus
mempersiapkan gambar-gambar yang
sesuai dengan materi pembelajaran.
Kemudian menggunakan kelompok-
kelompok kecil untuk mempraktikan
proses pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran
example non example ini.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Example Non Example
Kelebihan:
1) Siswa memiliki pemahaman dari
sebuah definisi dan selanjutnya
digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan
lebih mendalam dan lebih
lengkap
2) Metode ini mengantarkan siswa
agar terlibat dalam sebuah
penemuan dan mendorong
mereka untuk membangun
konsep secara progresif melalui
pengalaman dari gambara-
gambar yang ada
3) Ketika metode ini diberikan,
maka siswa akan mendapatkan
dua konsep sekaligus, karena
ada dua gambar yang
diberikan. Dimana salah satu
gambar sesuai dengan materi
yang dibahas dan gambar
lainnya besok
4) Metode ini akan membuat siswa
lebih kritis dala menganalisis
gambar
5) Siswa mendapatkan
pengetahuan yang aplikatif dari
materi berupa contoh gambar
6) Dan yang lebih penting dari
semua itu, siswa diberi
kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya
secara pribadi
Adapun keuntungan examples non
examples menurut Buehl (2010:1)
yaitu :
1) Siswa berangkat dari satu
definisi yang selanjtnya
digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan
lebih mendalam dan lebih
komplek
2) Siswa terlibat dalam satu proses
discovery (penemuan) yang
mendorong mereka untuk
membangun konsep secara
progresif melalui pengalaman
dari examples non examples
3) Siswa diberi sesuatu yang
berlawanan untuk
mengeksplorasi karakteristik
dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian non
examples yang dimungkinkan
masih terdapat beberapa
bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah
dipaparkan pada bagian
examples.
Kekurangan:
1) Kekurangan metode
pembelajaran ini adalah
keterbatasan gambar untuk
semua materi pembelajaran.
Karena tidak semua materi
dapat disajikan dalam bentuk
gambar.
2) Metode ini tentu saja akan
menghabiskan waktu yang akan
lama, apalagi jika antusias
siswa yang besar terhadap
materi tersebut
Berdasarkan teori diatas, dapat
disimpulkan bahwa kelebihan metode
example non example ini terdapat
pada pemahaman kognitif peserta
didik. Karena peserta didik diberi
kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya secara pribadi dengan
berfikir kritis melalui pengalaman-
pengalaman dari gambar-gambar yang
ada. Sementara kekurangannya
terdapat pada waktu
pembelajarannya. Karena metode
pembelajaran ini memakan waktu
yang cukup banyak serta tidak semua
materi dapat disajikan dengan metode
ini.
Metode example non example
dapat digunakan oleh guru Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) khususnya pada mata pelajaran
Akidah Akhlak tapi juga dapat
digunakan oleh guru Mata Pelajaran
yang lain juga terutama oleh guru
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Metode pembelajaran example non
example membantu siswa dalam
mengembangkan kekreatifitasan siswa
dalam mengarang dan merangkai kata
untuk menuangkan ide-ide pokoknya,
dapat membantu siswa dalam
berkomunikasi dalam bentuk lisan
maupun tulisan.
4. Metode Picture and Picture
a. Pengertian Metode Picture and
Picture
Menurut Imas Kurniasih (2016: 44)
Model pembelajaran picture and
picture merupakan model
pembelajaran yang kooperatif atau
menguatamakan adanya kelompok-
kelompok dengan menggunakan
media gambar yang dipasangkan atau
diurutkan menjadi urutan logis. Dan
model ini siswa diajak secara sadar
dan terencana untuk mengembangkan
interaksi diantara mereka agar bisa
saling asah, saling asih dan saling
asuh. Dan model ini memiliki
karakteristik yang inovatif, kreatif, dan
tentu saja sangat menyenangkan.
Menurut Supijono (2009), picture
and picture merupakan strategi
pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran.
Strategi ini mirip dengan Example Non
Example, di mana gambar yang
diberikan pada siswa harus
dipasangkan atau diurutkan secara
logis. Gambar-gambar ini menjadi
perangkat utama dalam proses
pembelajaran. Untuk itulah, sebelum
proses pembelajaran berlangsung,
guru sudah menyiapkan gambar yang
akan ditampilkan baik dalam bentuk
kartu atau dalam bentuk carta
berukuran besar. Gambar-gambar
tersebut jiga bisa ditampilkan melalui
bantuan PowerPoint atau software-
software lain.
Disini dapat dipahami bahwa
Metode pembelajaran Picture and
Picture adalah metode yang
mengutamakan gambar sebagai media
yang wajib digunakan, gambar
tersebut diurutkan secara logis
kemudian diberikan gagasan sesuai
dengan pemahaman peserta didik.
Metode picture and Picture lebih
menekankan kepada peningkatan kosa
kata dan mengembangkan interaksi
peserta didik dalam menyampaikan
gagasannya. Namun, metode ini tidak
termasuk ke dalam Pendekatan
Kolaboratif, karena dalam
menggunakan metode ini, guru boleh
menggunakannya secara berkelompok
atau secara mandiri (peserta didik
dipilih), serta metode ini lebih
menekankan kepada pengembangan
bahasa komunikatif peserta didik
dalam menyampaikan gagasan.
Metode pembelajaran ini
mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran. Gambar-
gambar ini menjadi faktor utama
dalam proses pembelajaran. Sehingga
sebelum proses pembelajaran guru
sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu
atau dalam bentuk kertas HVS dalam
ukuran besar. Atau jika di sekolah
sudah menggunakan teknologi yang
lebih maju bisa menggunakan Power
Point atau software yang lain.
b. Langkah-langkah Metode Picture
and Picture
Dalam buku Metode-metode
Pengajaran dan Pembelajaran
(Miftahul Huda, 2013) Sintak langkah-
langkah penerapan strategi Picture
and Picture ini dapat dilihat sebagai
berikut:
Tahap 1: Penyampaian Kompetensi
 Pada tahap ini, guru diharapkan
menyampaikan kompetensi dasar
mata pelajaran yang bersangkutan.
Dengan demikian, siswa dapat
mengukur sampai sejauh mana
kompetensi yang harus mereka kuasai.
Di samping itu, guru juga harus
menyampaikan indikator-indikator
ketercapaian kompetensi tersebut
untuk mengukur tingkat keberhasilan
siswa dalam mencapainya.
Tahap 2: Presentasi Materi
 Pada tahap penyajian materi, guru
telah menciptakan momentum awal
pembelajaran. Keberhasilan proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini.
Pada tahap inilah, guru harus berhasil
memberi motivasi pada beberapa
siswa yang kemungkinan masih belum
siap.
Tahap 3: Penyajian Gambar
 Pada tahap ini, guru menyajikan
gambar dan mengajak siswa untuk
terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dengan mengamati
setiap gambar yang ditunjukkan.
Dengan gambar, pengajaran akan
hemat energy, dan siswa juga akan
lebih mudah memahami materi yang
diajarkan. Dalam perkembangan
selanjutnya, guru dapat memodifikasi
gambar atau menggantinya dengan
video atau demonstrasi kegiatan
tertentu.
Tahap 4: Pemasangan Gambar
 Pada tahap ini, guru
menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian untuk memasang gambar-
gambar secara berurutan dan logis.
Guru juga bisa melakukan inovasi,
karena penunjukkan secara langsung
kadang kurang efektif sebab siswa
cenderung merasa tertekan. Salah
satu caranya adalah dengan undian,
sehingga siswa merasa memang harus
benar-benar siap untuk menjalankan
tugas yang diberikan. Atau dengan
bergilir sesuai urutan bangku. Dan
setelah itu siswa diminta untuk
mengurutkan gambar menjadi urutan
yang logis. (Imas Kurniasih, 2016)
Tahap 5: Penjajakan
 Tahap ini mengharuskan guru
untuk menanyakan kepada siswa
tentang alasan/dasar pemikiran di baik
urutan gambar yang disusunnya.
Setelah itu, siswa bisa diajak untuk
menemukan rumus, tinggi, jalan
cerita, atau tuntutan kompetensi dasar
berdasarkan indikator-indikator yang
ingin dicapai. Guru juga bisa mengajak
sebanyak mungkin siswa untuk
membantu sehingga proses diskusi
menjadi semakin menarik.
Tahap 6: Penyajian Kompetensi
 Berdasarkan komentar atau
penjelasan atas urutan gambar-
gambar, guru bisa mulai menjelaskan
lebih lanjut sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai. Selama proses ini,
guru harus memberi penekanan pada
ketercapaian kompetensi tersebut. Di
sini, guru bisa mengulangi,
menuliskan, atau menjelaskan
gambar-gambar tersebut agar siswa
mengetahui bahwa sarana tersebut
penting dalam pencapaian kompetensi
dasar dan indikator-indikator yang
telah ditetapkan.
Tahap 7: Penutup
 Di akhir pembelajaran, guru dan
siswa saling berrefleksi mengenai apa
yang telah dicapai dan dilakukan. Hal
ini dimaksudkan untuk memperkuat
materi dan kompetensi dalam ingatan
siswa.
Metode pembelajaran Picture and
Picture ini lebih menantang dan seru
jika pada proses pelaksanaan dalam
bentuk kelompok dan dengan
diadakannya kompetisi siapa yang
cepat dan tepat serta logis dan
sistematis dalam mengurutkan dan
menjelaskan gambar, maka kelompok
tersebut yang terbaik dan lebih baik
jika terdapat Reward untuk setiap
kelompok, terutama kelompok terbaik.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Picture and Picture
Kelebihan Metode Picture and
Picture adalah:
1) Guru hanya sebagai fasilitator
pada proses pembelajaran
2) Peserta didik lebih aktif dan
komunikatif terutama jika
dibuat dalam kelompok
3) Peserta didik merasa senang
dan seru pada proses
pembelajaran
4) Peserta didik belajar
bertanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan
Kekurangan Metode Picture and
Picture adalah:
1) Terkadang terdapat beberapa
peserta didik yang cuek dan
pasif
2) Guru harus mempersiapkan
lebih dari yang biasanya,
terutama mencari gambar
yang logis
3) Biasanya akan terjadi
kesenjangan terhadap masing-
masing kelompok ataupun
mandiri, malah terlebih
"menjatuhkan".
4) Terkadang membutuhkan
biaya untuk mencetak gambar
dan lain-lain.
Selain itu, Miftahul Huda (2013)
menjelaskan Kelebihan strategi
pembelajaran Picture and Picture
antara lain: 1) guru lebih mengetahui
kemampuan masing-masing siswa; 2)
siswa dilatih berpikir logis dan
sistematis; 3) siswa dibantu belajar
berpikir berdasarkan sudut pandang
suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam
praktik berpikir; 4) motivasi siswa
untuk belajar semakin dikembangkan;
5) siswa dilibatkan dalam perencanaan
dan pengelolaan kelas. Sementara itu,
kekurangan strategi ini bisa mencakup
hal-hal berikut: 1) memakan banyak
waktu; 2) membuat sebagian siswa
pasif; 3) munculnya kekhawatarin
akan terjadi kekacauan di kelas; 4)
adanya beberapa siswa tertentu yang
terkadang tidak senang jika disuruh
bekerja sama dengan yang lain; dan
5) kebutuhan akan dukungan fasilitas
alat, dan biaya yang cukup memadai.
Metode Picture and Picture ini
tergolong metode yang efektif dalam
meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di kelas. Pada
pelaksanaannya, Guru bisa
menggunakan metode Picture and
Picture pada mata pelajaran Akidah
Akhlak dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Karena materi yang mudah untuk
dicari terutama "Gambar" nya dan bisa
didesain sedemikian rupa untuk
disusun dan diurutkan secara logis,
selain itu karena dirasa metode Picture
and Picture mampu membuat peserta
didik menjadi lebih responsif dan
menjadi aktif.
5. Metode Take and Give
a. Pengertian Metode Take and Give
Istilah Take and Give sering
diartikan saling memberi dan saling
menerima. Prinsip ini juga menjadi
intisari dari model pembelajaran Take
and Give. Metode Take and Give
merupakan strategi pembelajaran
yang didukung oleh penyajian data
yang diawali dengan pemberian kartu
kepada siswa. Di dalam kartu, ada
catatan yang harus dikuasai atau
dihafal masing-masing siswa. Siswa
kemudian mencari pasangannya
masing-masing untuk bertukar
pengetahuan sesuai dengan apa yang
didapatnya di kartu, lalu kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan
mengevaluasi siswa dengan
menanyakan pengetahuan yang
mereka terima dari pasangannya
(Miftahul Huda, 2013)
Dengan demikian, komponen
penting dalam metode Take and Give
adalah penguasaan materi melalui
kartu keterampilan bekerja pasangan
dan sharing informasi, serta evaluasi
yang bertujuan untuk mengetahui
pemahaman atau penguasaan siswa
terhadap materi yang diberikan di
dalam kartu dan kartu pasangannya.
Dapat dipahami bahwa metode
Take and Give adalah metode Sharing,
yang menekankan kepada penguasaan
materi dan kemampuan
menyampaikan materi kepada siswa
lain. Metode ini menggunakan kartu
dan saling berpasangan untuk
bertukar informasi yang berbeda, yang
kemudian informasi tersebut ditulis
dan dipahami oleh siswa. Namun,
metode ini memiliki potensi yang fatal,
karena jika salah satu siswa
memberikan informasi yang salah,
maka yang menerima pun akan
mendapatkan pemahaman yang salah.
Oleh karena itu, guru sangat
diperlukan mengontrol proses
pembelajaran terjadi dengan sebaik
mungkin.
Imas Kurniasih (2011: 102) juga
menjelaskan bahwa Model
pembelajaran menerima dan memberi
(Take and Give) menuntut siswa
mampu memahami materi pelajaran
yang diberikan guru dan teman
lainnya. adapun media model
pembelajaran ini adalah kartu dengan
ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah
siswa yang ada. Kemudian setiap kartu
berisi nama siswa, bahan belajar (sub
materi) dan nama yang diberi
informasi, kompetensi dan sajian
materi. Contoh kartu:
Nama Siswa :
Materi :
Nama siswa yang diberi informasi :
1.
2.
3.
4.
b. Langkah-langkah Metode Take and
Give
Menurut Ridwan Abdullah Sani
(2019: 253) menjelaskan langkah-
langkah menggunakan Kartu Take and
Give, yaitu:
1) Guru menjelaskan materi ajar
2) Guru memantapkan
penguasaan, masing-masing
peserta didik diberi kartu yang
memuat topik yang harus
dipelajari selama 5 menit.
Pendalaman materi dapat
dilakukan dengan membaca
buku atau bahan ajar.
3) Semua peserta didik disuruh
berdiri dan mencari pasangan
untuk saling bertukar informasi.
Setiap peserta didik mencatat
atau menulis nama
pasangannya dalam kartu,
kegiatan ini dapat dilakukan
secara berkelompok, dimana
sebuah informasi disampaikan
sambil didengar oleh semua
anggota kelompok.
4) Penyampaian informasi
dilakukan sampai tiap peserta
dapat saling saling memberi
dan saling menerima masing-
masing (Take and Give),
misalnya 1 informasi untuk 4
orang.
5) Setelah penyampaian informasi
selesai dilakukan, guru
mengumpulkan semua kartu
dan melakukan evaluasi.
Evaluasi penguasaan peserta
didik dilakukan dengan
melakukan pertanyaan pada
sejumlah peserta didik yang
mendengarkan informasi
berdasarkan catatan pada
kartu.
Miftahul Huda (2013: 242)
menjelaskan Sintak langkah-langkah
strtaegi pembelajaran Take and Give
adapat dilihat sebagai berikut:
 Guru mempersiapkan kartu yang
akan digunakan dalam proses
pembelajaran
 Guru mendesain kelas
sebagaimana mestinya
 Guru menjelaskan materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin
dicapai
 Untuk memantapkan penguasaan
siswa, mereka diberi masing-
masing satu kartu untuk dipelajari
atau dihafal
 Semua siswa disuruh berdiri dan
mencari pasangan untuk saling
memberi informasi. Tiap siswa
harus mencatat nama
pasangannyapada kartu yang
dipegangnya
 Demikian seterusnya hingga setiap
siswa dapat saling memberi dan
menerima materi masing-masing
(Take and Give)
 Untuk mengevaluasi keberhasilan
siswa, guru dianjurkan memberi
pertanyaan yang tidak sesuai
dengan kartu
 Strartegi ini dimodifikasi sesuai
dengan keadaan
 Guru menutup pembelajaran
Metode pembelajaran take and
give merupakan metode pembelajaran
dengan memberikan kartu kepada
peserta didik untuk dihapal dengan
waktu yang singkat dan kemudian
peserta didik mencari pasangan untuk
saling menginformasikan materi yang
sudah dihapalnya, selanjutnya peserta
didik diberi pertanyaan sesuai dengan
kartunya sebagai bentuk evaluasi guru
kepada peserta didik. Namun semua
langkah tersebut harus dibuat suasana
belajar yang sedemikian rupa agar
peserta didik secara maksimal turut
partisipatif dalam menggunakan
metode take and give.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Take and Give
Metode Take and Give memiliki
beberapa kelebihan, antara lain:
1) Dapat dibuat suasana belajar
dengan sedemikian rupa sesuai
dengan keinginan dan situasi
pembelajaran;
2) Melatih siswa untuk banyak
bekerja sama, berkelompok dan
menghargai kemampuan orang
lain;
3) Melatih siswa untuk berinteraksi
dan berkomunikasi secara baik
dengan teman sekelas;
4) Membuka peluang untuk
peserta didik yang kurang
percaya diri untuk mulai
membuka komunikasi dengan
teman sekelasnya;
5) Memperdalam dan
mempertajam pengetahuan
siswa melalui kartu yang
dibagikan;
6) Membuat peserta didik
bertanggung jawab, sebab
masing-masing peserta didik
dibebani pertanggung jawaban
atas kartunya masing-masing.
Selain itu, Imas Kurniasih (2016:
103) juga menjelaskan Kelebihan
Model Pembelajaran Take and Give
1) Siswa akan lebih cepat
memahami penguasaan materi
dan informasi, karena
mendapatkan informasi dari
guru dan siswa yang lain.
2) Dapat menghemat waktu dalam
pemahaman dan penguasaan
siswa akan informasi.
Sementara itu, strategi ini juga
memiliki kekurangannya tersendiri,
misalnya:
1) kesulitan untuk mendisiplinkan
siswa dalam kelompok-
kelompok;
2) kecenderungan terjadinya
keributan;
3) ketidaksesuaian skill antara
siswa yang memiliki kemampuan
akademik yang baik dan siswa
yang kurang memiliki
kemampuan akademik yang
akan berujung kepada
kesenjangan peserta didik; dan
3) kecenderungan peserta didik
akan lebih memilih "teman
dekat/ sahabatnya" sendiri
dalam setiap kelompok,
utamanya siswa-siswa yang
akrab satu sama lain.
Sedangkan Kekurangan Model
Pembelajaran Take and Give menurut
Imas Kurniasih yaitu; Bila iformasi
yang disampaikan siswa kurang tepat
(Salah) maka yang diterima siswa lain
pun akan kurang tepat.
Metode Take and Give atau Berikan
dan Terima merupakan metode yang
efektif digunakan dalam proses
pembelajaran, metode ini digunakan
dalam proses pembelajaran PAI dan
mata pelajaran umum, biasanya mata
pelajaran yang tepat menggunakan
metode ini adalah mata pelajaran
Akidah akhlak, Al-Quran Hadits, SKI,
dan Fikih. Karena materi yang
terdapat di dalam mata pelajaran
tersebut, tidak sulit untuk difahami
dan dihapal dengan waktu yang
singkat. Selain itu juga, terdapat
penelitian yang mengungkapkan
bahwa metode Pembelajaran Take and
Give meningkatkan hasil belajar dan
kualitas pembelajaran dalam mata
pelajaran umum, seperti hasil artikel
skripsi Dinar Anggara (2017), yang
mengungkapkan bahwa metode
pembelajaran Take and Give
mempengaruhi hasil belajar siswa SMP
Pawyatan Daha 2 dalam mata
pelajaran umum.
C. Pendekatan Kolaboratif
Pada pendekatan ini, siswa didorong
untuk mampu memiliki dan melakukan
hah-hal berikut:
a. Menerima orang l;ain
b. Membantu orang lain
c. Menghadapi tantangan
d. Bekerja dalam tim.
Metode-metode yang termasuk dalam
pendekatan ini antara lain : 1) Metode
Jigsaw; 2) Metode Diskusi; 3) Metode
Card Sort; 4) Metode Artikulasi.
1. Metode Jigsaw
a. Pengertian Metode Jigsaw
Secara bahasa, arti Jigsaw dalam
bahasa Inggris adalah gergaji ukir
ada juga yang menyebutnya dengan
istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki
potongan gambar. Pengajaran dengan
model Jigsaw ini mengambil cara
bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu
siswa melakukan suatu belajar
dengan cara bekerja sama dengan
siswa lain untuk mencapai bersama.
adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi
untuk prestasi yang maksimal. Dalam
penerapannya siswa dibentuk
kelompok-kelompok, tiap kelompok
terdiri dari tim ahli sesuai dengan
yang disiapkan oleh guru maksimal
lima pertanyaan sesuai jumlah tim
ahli.7 Model ini diterapkan bila materi
yang dikaji dalam narasi tertulis,
misalnya kajian-kajian sosial, sastra
dan bagian sains bertujuan untuk
memperoleh konsep dan keterampilan.
Model ini mendorong siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok.
anggota kelompok memahami dan
mendalami sesuatu, kemudian
digabung menjadi satu dengan
anggota-anggota yang lain untuk
memperoleh yang utuh.
Jigsaw pertama kali dikembangkan
dan diujicobakan oleh Elliot dan
teman-teman di Universitas Texas,
dan kemudian diadaptasi Slavin dan
teman-teman di Universitas Jhon
Hopkins.9 beberapa pendapat tersebut
di atas, maka metode kooperatif
jigsaw adalah suatu strategi dalam
pengajaran yang membagi siswa 4-6
kelompok sebagai anggota kelompok
kecil yang tingkat berbeda dimana
dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama
dan menguasai pelajaran untuk
mencapai prestasi belajar yang
maksimal.
b. Langkah-langkah Metode Jigsaw
Teknis penerapan tipe Jigsaw ini
maju seperti gergaji. Dalam proses
pembelajaran ini dilaksanakan dengan
sebagai berikut:
1) Pilihlah materi pelajaran yang
dapat dibagi menjadi beberapa
segmen (bagian).
2) Sebelum bahan pelajaran
diberikan, pengajar
memberikan pengenalan topik
yang akan dibahas dalam
bahan pelajaran untuk hari ini.
bisa menuliskan topik dipapan
tulis dan menanyakan apa yang
ketahui mengenai topik
tersebut. Kegiatan
brainstormins ini untuk
mengaktifkan schemata
(bagan) siswa agar lebih siap
bahan pelajaran yang baru.
3) Bagi anak didik menjadi
beberapa kelompok sesuai
dengan jumlah pelajaran yang
ada. Jika jumlah anak didik
adalah 50, sementara materi
pelajaran yang ada adalah 5,
maka masing-masing terdiri dari
10 orang. Jika jumlah ini
dianggap terlalu besar, lagi
menjadi 5 orang, kemudian
setelah proses (diskusi
kelompok) gabungkan kedua
kelompok tersebut.
4) Setiap kelompok mendapat
tugas membaca dan memahami
materi yang berbeda-beda.
5) Setiap kelompok mengirimkan
anggotanya ke kelompok lain
untuk apa yang telah mereka
pelajari dalam kelompok.
6) Kembalikan suasana kelas
seperti semula, kemudian
tanyakan sekiranya persoalan-
persoalan yang tidak
terpecahkan dalam kelompok.
7) Beri anak didik beberapa
pertanyaan untuk mengecek
pemahaman terhadap materi
yang baru saja mereka pelajari.
Pengecekan anak didik
dilakukan untuk mengetahui
sejauhmana mereka dalam
memahami materi.
8) Kegiatan ini bisa diakhiri
dengan diskusi mengenai topik
dalam bahan hari itu, diskusi
bisa dilakukan antara pasangan
atau dengan kelas.
Langkah-langkah pembelajaran
dengan tipe jigsaw bisa juga dengan
cara antara lain siswa dikelompokkan
dimana tiap terdiri 5-6 siswa yang
memiliki karakteristik berbeda-beda.
Tiap mempelajari materi yang
berbeda-beda, dan semuanya memiliki
tanggungjawab untuk menyampaikan
materi kepada temannya sendiri
kepada kelompok lainnya serta
kegiatan belajar diakhiri dengan
mengenai materi pelajaran yang baru
saja dipelajari.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Jigsaw
Kelebihan model pembelajaran
jigsaw sebagai berikut :
1) Mempermudah pekerjaan guru
dalam mengajar, karena sudah
ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada
rekan-rekannya.
2) Mengembangkan kemampuan
siswa mengungkapkan ide atau
gagasan dalam memecahkan
masalah tanpa takut membuat
salah.
3) Dapat meningkatkan
kemampuan sosial:
mengembangkan rasa harga diri
dan hubungan interpersonal
yang positif.
4) Siswa lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat karena siswa
diberikan kesempatan untuk
berdiskusi dan menjelaskan
materi pada masing-masing
kelompok.
5) Siswa lebih memahami materi
yang diberikan karena dipelajari
lebih dalam dan sederhana
dengan anggota kelompoknya.
6) Siswa lebih menguasai materi
karena mampu mengajarkan
materi tersebut kepada teman
kelompok belajarnya.
7) Siswa diajarkan bagaimana
bekerja sama dalam kelompok
8) Materi yang diberikan kepada
siswa dapat merata.
9) Dalam proses belajar mengajar
siswa saling ketergantungan
positif
Kekurangan model pembelajaran
jigsaw adalah sebagai berikut:
1) Siswa yang tidak memiliki rasa
percaya diri dalam berdiskusi
maka akan sulit dalam
menyampaikan materi pada
teman.
2) Siswa yang aktif akan lebih
mendominasi diskusi, dan
cenderung mengontrol jalannya
diskusi.
3) Siswa yang memiliki
kemampuan membaca dan
berpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan
materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli.
4) Siswa yang cerdas cenderung
merasa bosan.
5) Siswa yang tidak terbiasa
berkompetisi akan kesulitan
untuk mengikuti proses
pembelajaran.
6) Penugasan anggota kelompok
untuk menjadi tim ahli sering
tidak sesuai antara kemampuan
dengan kompetensi yang harus
dipelajari.
7) Keadaan kondisi kelas yang
ramai, sehingga membuat siswa
kurang bisa berkonsentrasi
dalam menyampaikan
pembelajaran yang dikuasainya.
8) Jika jumlah anggota kelompok
kurang akan menimbulkan
masalah, misal jika ada anggota
yang hanya membonceng
dalam menyelesaikan tugas-
tugas dan pasif dalam diskusi.
9) Jika tidak didukung dengan
kondisi kelas yang mumpuni
(luas) metode sulit dijalankan
mengingat siswa harus
beberapa kali berpindah dan
berganti kelompok.
10)Membutuhkan waktu yang lebih
lama apalagi bila penataan
ruang belum terkondiki dengan
baik, sehingga perlu waktu
merubah posisi yang dapat juga
menimbulkan gaduh serta
butuh waktu dan persiapan
yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan
dengan baik.
Metode Jigsaw pada prakteknya
sangat membantu guru dalam proses
pembelajaran, guru tidak cape
menjelaskan, tetapi tugas guru hanya
membimbing dan sebagai fasilitator
peserta didik dalam memahami dan
mendalami materi yang sedang
dibahas. Metode ini efektif digunakan
pada mata pelajaran PAI khususnya
pada mata pelajaran Akidah Akhlak,
SKI dan fikih. Metode jigsaw membuat
peserta didik terampil dalam
memahami dan mendalami materi
serta membangkitkan kerjasama antar
anggota kelompok karena guru menilai
selain individu juga menilai
kekompakan dan kerjasama kelompok.

2. Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Menurut Suparman (2010:149)
diskusi merupakan suatu metode atau
cara mengajar dengan cara
memecahkan masalah yang dihadapi,
baik atau lebih, dimana setiap peserta
diskusi berhak mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat
pendapatnya. Menurut Mulyasa
(2006:79) diskusi kelompok adalah
suatu proses percakapan yang
teratur, yang melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka
yang bebas dan terbuka, dengan
tujuan berbagi informasi pengalaman,
mengambil keputusan atau
memecahkan suatu masalah.
Metode diskusi dalam
pembelajaran terdapat berbagai
macam diskusi. Ditinjau dari
bentuknya, metode diskusi dapat
dibedakan sebagai berikut: (1) Whole
Group, merupakan bentuk diskusi
kelompok besar (pleno, klasikal,
paripurna). (2) Buzz Group,
merupakan suatu diskusi kelompok
kecil yang terdiri dari (3-6) orang.
Tempat duduk diatur sedemikian rupa
sehingga siswa saling berhadapan
untuk memudahkan pertukaran
pendapat. (3) Panel, merupakan
suatu diskusi kelompok kecil (3-6)
orang yang dianggap ahli untuk
mendiskusikan objek tertentu dengan
cara duduk melingkar yang dipimpin
oleh seorang moderator. (4)
Syndicate Group, merupakan bentuk
diskusi dengan cara membagi
kelasmenjadi beberapa kelompok kecil
yang terdiri dari (3-6) orang yang
masing-masing melakukan tugas-
tugas yang ,berbeda. Guru
menjelaskan garis besar masalah
dengan aspek-aspeknya. Kemudian
tiap kelompok bertugas membahas
suatu aspek tertentu yang berbeda
dengan kelompok lainnya dan
membuat kesimpulan untuk
dilaporkan dalam sidang pleno serta
didiskusikan lebih lanjut. (5)
Simposium,merupakan bentuk diskusi
yang dilaksanakan dengan membahas
berbagai aspek dengan subjek
tertentu. dalam kegiatan ini
seringmenggunakan sidang paralel,
karena ada beberapa orang penyaji.
Setiap penyaji menyajikan karyanya
dalam waktu 5-20 menit diikuti
dengan sanggahan dan pertanyaan
dari audience (peserta). Bahasan dan
sanggahan dirumuskan oleh panitia
sebagai hasil simposium. (6)
Brainstorming, merupakan suatu
diskusi di mana anggota kelompok
bebas menyumbangkan ide-ide baru
terhadap suatu masalah tertentu, di
bawah seorang ketua dan
dilaksanakan dengan cepat (waktu
pendek). Semua ide yang sudah
masuk dicatat untuk kemudian
diklasifikasikan menurut suatu urutan
tertentu. Suatu saat mungkin ada
diantara ide baru tersebut yang dirasa
menarik untuk dikembangkan. (7)
Informal Debate, merupakan diskusi
dengan cara membagi kelas menjadi
2 kelompok yang pro dan kontra yang
dalam diskusi ini diikuti tangkisan
dengan tata tertib yang longgar agar
diperoleh kajian yang dimensi dan
kedalamannya tinggi. (8) Seminar,
pada umumnya merupakan suatu
pembahasan yang bersifat ilmiah.
Suatu pokok persoalan dibahas secara
teoritis, bila perlu dibuka suatu
pandangan umum. Berdasarkan
kertas kerja yang ada, peserta
menjadi beberapa kelompok untuk
membahas lebih lanjut. Pimpinan
kelompok sewaktu-waktu
menyimpulkan kerja kelompoknya dan
dari hasil-hasil kelompok disusun
suatu perumusan oleh panitia
perumus yang ditinjau.
b. Langkah-langkah Metode Diskusi
Penggunaan diskusi berhasil
dengan efektif, maka perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
persiapan diskusi diantaranya:
a) Merumuskan tujuan yang akan
dicapai, baik tujuan yang
bersifat umum maupun tujuan
khusus.
b) Menentukan jenis diskusi yang
dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai.
c) Menetapkan masalah yang akan
dibahas.
d) Mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan
teknis pelaksanaan diskusi.
2) Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan diskusi adalah:
a) Memeriksa segala persiapan
yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran.
b) Memberikan pengarahan
sebelum dilaksanakan diskusi.
c) Melaksanakan diskusi sesuai
dengan aturan main yang telah
ditetapkan.
d) Memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap peserta
diskusi untuk mengeluarkan
gagasan dan ide-idenya.
e) Mengendalikan pembicaraan
kepada pokok persoalan yang
sedang dibahas
3) Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran
dengan menggunakan diskusi
hendaknya dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Membuat pokok-pokok
pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi.
b) Me-review jalannya diskusi
dengan meminta pendapat dari
seluruh peserta sebagai umpan
balik untuk perbaikan
selanjutnya.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode


Diskusi
3. Metode Card Sort
a. Pengertian Metode Card Sort
Card Sort atau yang sering disebut
Kartu Sortir lebih mengandalkan
kepada kesiapan guru dalam
mempersiapkan kartu yang berisi
materi dan kesiapan siswa dalam
memahami materi dan mencerna
materi secara cepat dan hapal. Selain
itu diperlukan adanya kesiapan
bekerja sama antar kelompok yang
diberi tanggung jawab untuk saling
mengisi dan menuangkan
pemahamannya masing-masing.
Menurut Melvin L Silberman (2007:
157) Cart Sort merupakan kegiatan
kolaboratif yang bisa digunakan untuk
mengajarkan konsep, pengolahan
sifat, fakta tentang suatu objek, atau
mengulangi informasi. Gerakan fisik
yang diutamakan dapat membantu
untuk memberi energi kepada kelas
yang telah letih.
Menurut Hisyam Zaini (2008: 53)
Card sort merupakan strategi atau
metode pembelajaran berupa
potongan-potongan kertas yang
dibentuk seperti kartu yang berisi
informasi atau materi pelajaran.
Pembelajaran aktif model card sort
merupakan pembelajaran yang
menekankan keaktifan siswa, dimana
dalam pembelajaran ini setiap siswa
diberi kartu indeks yang berisi
informasi tentang materi yang akan
dibahas, kemudian siswa
mengelompok sesuai dengan kartu
indeks yang dimilikinya. Setelah itu
siswa mendiskusikan dan
mempresentasikan hasil diskusi
tentang materi dari kategori
kelompoknya. Pendidik lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator dan
menjelaskan materi yang perlu
dibahas atau materi yang belum
dimengerti siswa setelah presentasi
selesai. Card sort (sortir kartu) strategi
ini merupakan kegiatan kolaboratif
yang bisa digunakan untuk
mengajarkan konsep, penggolongan
sifat, fakta tentang suatu objek atau
mereview ilmu yang telah diberikan
sebelumnya atau mengulangi
informasi. Gerakan fisik yang dominan
dalam strategi ini dapat membantu
mendinamisir kelas yang kelelahan.
Metode Card Sort merupakan
metode yang sangat mengedepankan
kerja sama atau kolaboratif peserta
didik, tidak ada perbedaan pintar atau
tidak, jenis kulit, ras dan lain-lain.
Guru membuat kelompok secara acak
atau berdasarkan Absen. Semua
peserta didik bekerja sama dalam
mensortir kartu yang telah disiapkan
oleh guru. Peran guru hanya sebagai
pembimbing dan pengarah pada
jalannya proses pembelajaran,
selebihnya peserta didik yang
menjalankan sesuai dengan
pemahamannya, dan nanti akan
dievaluasi oleh guru agar
pembelajaran menjadi sempurna.
Selain itu, Metode card sort dengan
menggunakan media kartu secara
praktisnya, akan membantu siswa
dalam memahami pelajaran dan
menumbuhkan motivasi serta
mengasah kemampuan mereka dalam
proses pembelajaran, sebab dalam
penerapan metode card sort, guru
hanya berperan sebagai fasilitator,
yang memfasilitasi siswanya dalam
pembelajaran, sementara siswa
belajar secara aktif dengan kartu yang
telah disiapkan dan arahan dari guru,
sehingga yang aktif disini bukan guru
akan tetapi siswa itu sendiri yang
harus aktif dalam proses
pembelajaran.
b. Langkah-langkah Metode Card Sort
Langkah-langkah pembelajaran
menggunakan metode card sort
menurut Sandra (Etik Desti Haryati
2015) adalah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan kartu kata
berisi tentang materi pokok
sesuai SK atau KD
mapael(catatan: perkirakan
jumlah kartu kata sama dengan
jumlah murid di kelas, isi kartu
kata terdiri dari kartu induk
atau topik utama dan kartu
rincian)
2) Seluruh kartu diacak agar
campur
3) Bagikan kartu kepada siswa dan
pastikan masing-masing
memperoleh satu kartu (boleh
dua kartu).
4) Perintahkan setiap siswa
bergerak mencari mencari kartu
induknya dengan mencocokkan
kepada kawan sekelasnya.
5) Kartu induk di pegang siswa
yang ditunjuk guru untuk
menjadi tutor sebaya.
6) Setelah kartu induk beserta
seluruh kartu rinciannya
ketemu, perintahkan masing-
masing membentuk kelompok
dan menempelkan hasilnya di
papan secara urut.
7) Lakukan koreksi bersama
setelah semua kelompok
menempelkan hasilnya.
8) Mintahlah salah satu
penanggung jawab kelompok
untuk menjelaskan hasil sortir
kartunya, kemudian mintahlah
komentar dari kelompok
lainnya.
9) Berikan apresiasi setiap hasil
kerja siswa.
10)Lakukan klarifikasi,
penyimpulan dan tidak lanjut.
Langkah-langkah pelaksanaan Card
Sort bisa juga dengan menjelaskan
materi ajar dan tujuan pembelajaran,
membuat kelompok maksimal 4
kelompok kecil, setelah itu masing-
masing kelompok berkumpul di depan
1 meja masing-masing, guru
menyebar kartu secara acak kepada
masing-masing kelompok yang
nantinya akan disusun menjadi satu
kesatuan utuh yang bermakna, setelah
itu masing-masing kelompok
menyusun dan mensortir kartu, dan
setelah itu dievaluasi dan dibahas
bersama-sama oleh guru dan peserta
didik.
Penggunaan metode Card Sort
akan lebih seru, aktif, dan responsif
jika dipadukan dengan metode Team
Games Turnament (TGT) atau secara
sederhana dilombakan, misalnya
semua kelompok diberi waktu 2 menit
untuk mensortir kartu menjadi satu
kesatuan yang utuh dan nanti siapa
yang paling cepat dan tepat
jawabannya maka kelompok tersebut
yang menang. Lebih baik lagi jika guru
juga memberikan Reward berupa
apapun itu untuk masing-masing
kelompok. Namun kelemahannya,
mungkin akan terjadi ketidakefektifan
atau sedikit ricuh dalam proses
pensortiran kartu dan menyusun kartu
menjadi satu kesatuan utuh. Oleh
karena itu, sebelum dimulai, guru
harus menjelaskan aturan-aturan yang
berlaku agar tidak terjadi keributan
pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Card Sort

Kelebihan dan kekurangan metode


card sort menurut Sandra (Etik Desti
Haryati 2015), yaitu:
Kelebihan Metode Card Sort
1) Siswa lebih mudah menguasai
materi pelajaran
2) Pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan
3) Siswa memiliki ketrampilan
memecahkan masalah yang
terkait dengan materi pokok.
4) Siswa lebih aktif mengikuti
proses pembelajaran.
5) Siswa bisa mandiri, berlatih
tanggung jawab atas kartu
yang dipegang.
6) Menumbuhkan sikap kerjasama
antar siswa
Kekurangan Metode Card Sort
1) Dibutuhkan keterampilan guru
dalam menerapkan card sort.
2) Siswa harus paham terhadap
materi yang diajarkan untuk
menjodohkan kartu yang sesuai
dengan harapan.
3) Guru harus memperhatikan
setiap aktivitas siswa.
Pendapat dari Nurochim (2013: 79)
yang menyatakan kelebihan metode
card sort dapat mengungkapkan daya
ingat (recoll) terhadap materi
pembelajaran yang telah dipelajari
siswa. Selain kelebihan metode card
sort terdapat pula kekurangan
didalamnya.
Menurut M. Hosnan (2014: 217)
kekurangan metode card sort seperti:
membutuhkan persiapan seperti
pembuatan media berupa kartu-kartu
dan suasana kelas menjadi gaduh.
Kekurangan dalam metode card sort
dapat diminimalisir dengan persiapan
yang matang seperti pembuatan
media, RPP, dan instrumen lain yang
dibutuhkan, serta guru harus pandai
dalam mengendalikan siswa agar
dapat berjalan sesuai tujuan
pembelajaran.
Menurut Yunia Dwi Riya Rahartika
dalam Skripsinya (2015) Selain
keterlibatan siswa dalam berpikir
tingkat tinggi, siswa juga terlibat
dalam kegiatan diskusi dan tanya
jawab selama pelaksanaan
pembelajaran Card Sort. Siswa dapat
aktif mengemukakan ide saat
membahas kategori dalam kerja
kelompok. Siswa dapat mengajarkan
pengetahuan kepada siswa lainnya
dan saling mengajukan pertanyaan
saat kegiatan presentasi kategori. Hal
ini menunjukkan di dalam suasana
pembelajaran Card Sort telah terjadi
interaksi aktif siswa.
Metode Card Sort dalam
pelaksanaannya merupakan metode
yang efektif dalam meningkatkan
kualitas dan menumbuhkan motivasi
dalam proses pembelajaran PAI,
dengan menggunakan metode Card
Sort peserta didik merasa senang dan
pembelajaran menjadi aktif dan seru
terutama dalam pembelajaran Al-
Quran Hadits dengan contoh
mengenai Bab Hadits Tolong
Menolong, seperti hal nya jurnal
penelitian oleh Fakhrurozi (2016)
yang berjudul Penerapan Metode Card
Sort Dalam Peningkatan Motivasi Dan
Kemampuan Belajar Siswa Bidang
Studi Al-Qur’an Hadits Pada Siswa Mts
Darul Huda Kota Langsa, hasilnya
menunjukkan bahwa dengan
menggunakan metode card sort dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa
bidang studi Al-Qur’an Hadits pada
siswa MTsS Darul Huda Kota Langsa.

4. Metode Artikulasi
a. Pengertian Metode Artikulasi
Miftahul Huda (2013: 268)
menjelaskan Strategi artikulasi ini
merupakan strategi atau metode
pembelajaran yang prosesnya
berlangsung layaknya pesan berantai.
Artinya, apa yang telah diberikan guru
wajib diteruskan siswa dengan
menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Siswa
dituntut untuk bisa berperan sebagai
penerima pesan sekaligus berperan
sebagai penyampai pesan.
Pembelajaran artikulasi merupakan
strategi pembelajaran yang menuntut
siswa aktif dalam pembelajaran. Pada
pembelajaran ini, siswa dibagi ke
dalam kelompok-kelompok kecil yang
masing-masing anggotanya bertugas
mewawancarai teman kelompoknya
tentang materi yang baru dibahas.
Skill pemahaman sangat diperlukan
dalam metode pembelajaran ini.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Metode Artikulasi adalah metode yang
menuntut peserta didik untuk
memberikan Informasi dari satu ke
yang lainnya. Materi yang telah
diberikan guru kemudian disampaikan
kembali kepada masing-masing
anggota kelompok, sehingga anggota
kelompok dapat memahami apa yang
telah disampaikan. Hal yang paling
sederhana adalah menyampaikan
informasi kepada pasangan,
maksudnya hanya kepada 1 teman
pasangannya saja.
Perbedaan metode artikulasi ini
dengan metode lainnya adalah
penekanannya pada interaksi siswa
pada teman satu kelompoknya,
menumbuhkan komunikasi antar
siswa, karena di sana ada proses
wawancara pada teman satu
kelompoknya, serta pada cara tiap
siswa menyampaikan hasil diskusi di
depan kelompok yang lain, sebab
setiap anak memiliki kesempatan
untuk menyampaikan pendapat
kelompoknya. Kelompok ini pun
biasanya hanya terdiri dari dua orang.
b. Langkah-langkah Metode Artikulasi
Langkah-langkah pembelajaran
Artikulasi sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi
sebagaimana biasa.
3) Guru membentuk kelompok
berpasangan dua orang untuk
mengetahui daya serap siswa.
4) Guru menugaskan salah satu
siswa dari sebuah pasangan
untuk menceritakan materi
yang baru dietrima dari guru
dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-
catatan kecil, kemudian
keduanya berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
5) Guru menugaskan siswa secara
bergiliran / diacak untuk
menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman
pasangannya hingga sebagian
siswa sudah menyampaikan
hasil wawancara.
6) Guru mengulangi/menjelaskan
kembali materi yang sekiranya
belum dipahami siswa.
c. Kelebihan dan Kekuranngan
Metode Artikulasi
Imas Kurniasih (2011) juga
mengemukakan Kelebihan Metode
Pembelajaran Artikulasi, yaitu:
1) Semua siswa terlibat (mendapat
peran)
2) Melatih kesiapan siswa
3) Melatih daya serap pemahaman
dari orang lain
4) Cocok untuk tugas sederhana
5) Interaksi lebih mudah
6) Lebih mudah dan cepat
membentuknyaMeningkatkan
partisipasi anak
Kelemahan Metode Pembelajaran
Artikulasi, yaitu:
1) Metode pembelajaran ini terlihat
sangat sederhana dan sangat
mudah dalam teknis
pelaksanannya, akan tetapi akan
terasa sangat sulit ketika siswa
tidak bisa memahami materi
pelajaran, sehingga pesan tidak
akan tersampaikan dengan baik.
2) Jika ada satu siswa yang tidak
mengerti atau tidak paham materi
pelajaran, maka siswa yang lain
pun akan mendapatkan informasi
yang sama.
3) Rentan akan kegaduhan jika guru
secara teknik kurang bisa
menguasai kelas
4) Hanya bisa dilaksanakan pada
mata pelajaran tertentu saja
5) Waktu yang dibutuhkan banyak
agar materi tersampaikan
semuanya
6) Banyak kelompok yang melapor
dan perlu dimonitor
7) Lebih sedikit ide yang muncul
8) Jika ada perselisihan tidak ada
penengah
Metode Artikulasi dirasa mampu
membuat proses pembelajaran lebih
efektif dan berkualitas, metode
artikulasi dapat digunakan pada
semua pembelajaran PAI dalam proses
pembelajaran. Namun, metode ini
akan lebih efektif jika dipadukan
dengan metode yang lainnya.
Sehingga proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Artikulasi lebih
seru dan aktif.

D. Pendekatan Berbasis Masalah


Dalam pendekatan ini, siswa
diharapkan mampu memiliki beberapa
kompetensi sebagai berikut :
a. Meneliti
b. Mengemukakan pendapat
c. Menerapkan pengetahuan
sebelumnya
d. Memunculkan ide-ide
e. Membuat keputusan-keputusan
f. Mengorganisasi ide-ide
g. Membuat hubungan-hubungan
h. Menghubungkan wilayah-wilayah
interaksi
i. Mengapresiasi kebudayaan
Metode-metode yang termasuk
dalam pendekatan ini antara lain: 1)
Metode Mind Mapping; 2) Metode
Scramble; 3) Metode inquiry; 4)
Metode Word Square.
1. Metode Mind Mapping
a. Pengertian Metode Mind Mapping
Strategi atau metode pembelajaran
Mind Mapp dikembangkan sebagai
metode efektif untuk mengembangkan
gagasan-gagasan melalui rangkaian
peta-peta. Salah satu penggagas
metode ini adalah Tony Buzan (2004).
Mind Map bisa digunakan untuk
membantu penulisan esai atau tugas-
tugas yang berkaitan dengan
penguasaan konsep. Ia merupakan
strategi ideal untuk melejitkan
‘pemikiran’ siswa. Mind map bias
digunakan untuk membentuk,
menvisualisasi, mendesain, mencatat,
memecahkan masalah, membuat
keputusan, merevisi, dan
mengklarifikasi topik utama, sehingga
siswa biasa mengerjakan tugas-tugas
yang banyak sekalipun.
Mind Map (peta Pikiran) dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk
mengorganisasikan dan menyajikan
konsep, ide, tugas, atau informasi
lainnya dalam bentuk diagram radia-
hierarkis non-linear. Mind Map pada
umumnya menyajikan informasi yang
terhubung dengan topic sentral, dalam
bentuk kata kunci, gambar (simbol),
dan warna sehingga suatu informasi
dapat dipeajari dan diingat secara
cepat dan efisien (Shoimin,68 model
pembelajaran hal. 105).
Mind Map digagas dan
dikembangkan oleh Tony Buzan,
seorang psikolog Inggris. Tony Buzan
Meyakini Bahwa Penggunaan Mind
Map tidak hanya mampu melejitkan
proses memori, tetapi juga dapat
meningkatkan kreativitas dan
keterampilan menganalisis, dengan
mengoptimakan fungsi beahan otak.
Mind Map dapat mengubah informasi
menjadi pengetahuan, wawasan, dan
tindakan. Informasi yang disajikan
focus pada bagian-bagian penting
sehingga dapat mendorong orang
untuk mengeksplorsi dan
mengelaborasinyalebih jauh. 254
(Tony Buzan, The Power of Spiritual
Intellegence (London: Pearson, 2010:
92).
Mengikuti ikhtisar pola kerja Mind
Maple, Mind Map terdiri dari tiga
komponen utama yaitu sbagai berikut.
255 (Mel Siberman, The Handbook of
Experiental Learning (Sa Francisco:
John Wiley and Sons Inc, 2007).
1) Topik Sentral: pokok atau
fokuspikiran/isu yang hendak
dikembangkan, dan diletakan
sebagai pohon.
2) Topik utama: evel pikiran apis
kedua sebagai bagian dari
Topik Sentral dan diletakan
sebagai cabang yang melingkari
pohon.
3) Sub Topik: Level Pikiran lapis
ketiga sebagai bagian dari
cabang dan diletakan sebagai
ranting (dan level pikiran lapis
berikutnya).
b. Langkah-langkah Metode Mind
Mapping
Ada beberapa langkah persiapan
yang harus dilakukan, antara lain:
1) Mencatat hasil ceramah dan
menyimak poin-poin atau
katakunci-katakunci dari ceramah
tersebut
2) Menunjukkan jaringan-jaringan
dan relasi-relasi di antara
berbagai poin/gagasan/kata kunci
ini terkait dengan materi
pelajaran;
3) Membrainstorming semua hal
yang sudah diketahui sebelumnya
tentang topik tersebut;
4) Merencanakan tahap-tahap awal
pemetaan gagasan dengan
memvisualisasikan semua aspek
dari topik yang dibahas;
5) Menyusun gagasan dan informasi
dengan membuatnya bisa diakses
pada satu lembar saja;
6) Menstimulasi pemikiran dan solusi
kreatif atas permasalahan-
permasalahan yang terkait
dengan topik bahasan; dan
7) Mereview pelajaran untuk
mempersiapkan tes atau ujian.
a. Tahap-Tahap Metode Mind
Mapping
Sementara itu, ada tahap-tahap
penting yang harus dilalui untuk
memulai mind mapping, antara lain
sebagai berikut.
 Letakkan gagasan/tema/poin
utama di tengah-tengah halaman
kertas.
 Gunakan garis, tanda panah,
cabang-cabang, dan warna yang
berbeda-beda untuk menunjukkan
hubungan antara tema berbeda-
beda untuk menunjukkan
hubungan antara tema utama dan
gagasan-gagasan pendukung lain.
 Hindari untuk bersikap latah; Lebih
menampilkan kerya bagus daripada
konten di dalamnya. Mind map
harus dibuat dengan cepat tanpa
ada jeda dan editing yang menyita
waktu.
 Pilihlah warna-warna yang berbeda
untuk mensimbolisasi sesuatu yang
berbeda pula.
 Biarkan beberapa ruang kosong
dalam kertas. Ini dimaksudkan
agar memudahkan penggambaran
lebih jauh ketika gagasan yang
harus ditambahkan.
c. Kelebihan Metode Mind Mapping
Mind Map dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan, baik yang
bersifat personal maupun kolaboratif.
Khusus dalam konteks pembelajaran
Mind Map dapat digunakan untuk
membantu siswa dalam memahami,
mengorganisasikan, dan
memvisualisasikan materi dan aktifitas
belajar secara kreatif dan atraktif.
a. Siswa dapat memetakan apa yang
didiskusikan bersama teman-
temannya.
b. Siswa dapat memetakan tentang
proses dan hasil observasi yang
dilakukannya.
c. Siswa dapat memetakan tentang
apa yang dibacanya
d. Siswa dapat memetakan tentang
apa yang didengarnya
e. Siswa dapat memetakan tentang
apa yang harus dipresentasikan
dikelas
f. Siswa dapat memetakan aneka
aktivitas belajar lainnya, baik yang
berkenaan dengan perencanaan,
pelaksanaan maupun hasi
belajarnya.

Pada pelaksanaannya Mind


Mapping sangat efektif dalam
menumbuhkan semangat belajar
siswa. Sebagai contoh Mind Mapping
ini dapat digunakan pada mata
pelajaran SKI dengan tema atau judul
Bab 4 tokoh ilmuwan dinasti
abbasiyah. Mind Mapping ini
mempermudah siswa dalam
menghafal dan memahami mengenai
sejarah karna dengan mind mapping
ini siswa tidak hanya berpikir namun ia
bisa mengembangkan potensi kreatif
nya siswa. Sehingga siswa merasakan
belajar dan bekerja sama dengan baik
dengan teman sekelompoknya.
Dengan Mind Map, siswa diajak untuk
mengkonstruksi pengetahuan secara
kreatif, sesuai dengan apa yang
dipahaminya masing-masing, bukan
menjiplak pengetahuan.
2. Metode Scramble
a. Pengertian Metode Scramble
Menurut Rober B. Taylor (2001),
scramble merupakan salah satu
metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan konsentrasi dan
kecepatan berpikir siswa. Metode ini
mengharuskan siswa untuk
menggabungkan otak kanan dan otak
kiri. Ketepatan dan kecepatan berpikir
dalam menjawan soal menjadi salah
satu kunci permainan metode
pembelajaran Scarmble. Menurut
(Imas Kurniasih : 2013) model
pembelajaran scrambel tampak lebih
mirip dengan model pembelajaran
wors square, hanya saja terlihat
berbeda karena jawaban soal tidak
dituliskan didalam kotak-kotak
jawaban, tetapi sudah dituliskan
namun dengan susunan yang acak.
Siswa hanya ditugaskan mengkoreksi
(membolak-balik huruf) jawaban
tersebut sehingga menjadi jawaban
yang tepat dan benar.
b. Langkah-langkah Metode Scramble
Sintak pembelajaran scramble
dapat diterapkan dengan mengikuti
tahap-tahap berikut ini:
1) Guru menyajikan materi sesuai
topik, misalnya guru
menyajikan materi pelajaran
tentang "Tata Surya".
2) Setelah selesai menjelaskan
tentang Tata Surya, guru
membagikan lembar kerja
dengan jawaban yang di acak
susunannya.
3) Guru memberi durasi tertentu
untuk pengerjaan soal.
4) Siswa mengerjakan soal
berdasarkan waktu yang telah
ditentukan guru.
5) Guru mengecek durasi waktu
sambil memeriksa pekerjaan
siswa.
6) Jika waktu pengerjaan soal
sudah habis, siswa wajib
mengumpulkan lembar jawaban
kepada guru. Dalam hal ini,
baik siswa yang selesai maupun
tidak selesai harus
mengumpulkan jawaban itu.
7) Guru melakukan penilaian, baik
di kelas maupun di rumah.
Penilaian di lakukan
berdasarkan seberapa cepat
siswa mengerjakan soal dan
seberapa banyak soal yang ia
kerjakan dengan benar.
8) Guru memberi apresiasi dan
rekognisi kepada siswa-siswa
yang berhasil, dan memberi
semangat kepada siswa yang
belum cukup berhasil menjawab
dengan cepat dan benar.
Untuk membuat media
pembelajaran model atau metode
scrambel, guru dapat mengikuti
langkah-langkah berikut ini:
1) Buatlah pertanyaan yang sesuai
dengan kompetensi yang ingin
di capai.
2) Buatlah jawaban yang di acak
hurufnya.
3) Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai
berikut :
 Guru menyajikan materi
sesuai kompetensi yang
ingin di capai.
 Guru membagikan
lembar kerja sesuai
contoh.
 Susunlah huruf-huruf
pada kolom B sehingga
merupakan kata kunci
(jawaban) dari
pertanyaan pada kolom
A!
Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran
dengan cara . . .
2. . . . Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang . . . Saat ini banyak yang dipalsukan
4. Nila bahan pembuatan uang disebut nila . . .
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah
barang atau jasa disebut nilai . . .

Kolom B
1. TARREB . . . . . . . . . . (Contoh : jawaban yang
benar . . . BARTER)
2. GANU . . . . . . . . . .
3. TRASEK . . . . . . . .
4. KISTRINI . . . . . . . .
5. LIRI . . . . . . . . . . . .

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode


Scramble
Kelebihan:
1) Siswa akan sangat terbantu dalam
mencari jawaban.
2) Melatih siswa untuk berfikir cepat
dan tepat.
3) Mendorong siswa untuk belajar
mengerjakan soal dengan jawaban
acak.
4) Semua siswa terlibat aktif.
5) Kegiatan pembelajaran ini
mendorong pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran dengan
bantuan teman-temannya sesama
siswa.
6) Melatih kedisiplinan siswa.

Kelemahan:
1) Dengan materi yang telah di siapkan,
membuat siswa kurang berfikir kritis.
2) Kemungkinan besar siswa mencontek
jawaban temannya.
3) Siswa tidak di latih untuk berfikir
kreatif.
4) Siswa tinggal menerima bahan mentah
yang hanya perlu diolah dengan baik.
Dalam pelaksanaan menggunakan
scramble adalah salah satu metode yang
efektif dalam proses pembelajaran,
terutama dalam mata pelajaran Fikih,
walaupun sebenarnya metode ini bisa
dilakukan disemua mata pelajaran PAI.
Metode scramble ini membuat siswa aktif,
tanggap, cermat dan tidak ada celah siswa
untuk diam apalagi bermain dengan
teamnya. Keadaan kelas menjadi hidup.
Metode scramble lebih seru jika dibarengi
dengan adanya perlombaan, karena
membuat jiwa kompetitif peserta didik
tumbuh, sehingga gairah atau semangat
untuk belajar akan timbul dan proses
pembelajaran akan semakin aktif dan
efektif.
3. Metode inquiry
a. Pengertian Metode Inquiry
Inkuiri yang di dalam bahasa
inggris inquiry berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan ,penyelidikan .strategi
inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara
sistematis ,kritis ,logis,analisis,sehingg
amereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya
diri .Sasaran utama kegiatan mengajar
pada strategi ini ialah:
1) Keterlibatan siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan
belajar .kegiatan belajar di sini
ialah kegiatan mental intelektual
dan sosial emosional .
2) Keterarahan kegiatan secara logis
dan sistematis pada tujuan
pengajaran
3) Mengembangkan sikap percaya
pada diri sendiri (self-belief) pada
diri siswa tentang apa yang di
temukan dalam proses inkuiri.
Menurut joyce mengemukkan
kondisi – kondisi umum yang
merupakan syarat bagi timbulnya
kegiatan inkuiri bagi siswa kondisi
tersebut :
1) Aspek sosial di dalam kelas dan
suasana terbuka yang
mengundang siswa berdiskusi .
2) Inkuiri berfokus pada hipotesis.
3) Penggunaan fakta sebagai evidensi
b. Langkah-langkah Metode Inquiry
Strategi inkuiri dan dimensi berpikir
Untuk mengenal berbagai cara
berpikirnya siswa terutama dalam
mereka berinkuiri ,perlu kita kenal
beberapa cara berpikir pada umum :
1) Berpikir urutan
2) Berpikir bertentangan
3) Berpikir asosiasi
4) Berpikir kausilitas
5) Berpikir konsentris
6) Berpikir konvergen
7) Berpikir divergen
8) Berpikir silogisme
Inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan
intelektual tetapi seluruh potensi yang
ada, termasuk pengembangan
emosional dan keterampilan. Pada
hakikatnya inkuiri ini merupakan suatu
proses. Semua tahapan dalam proses
inkuiri tersebut di atas merupakan
kegiatan belajar dari siswa.guru
berperan untuk mengotimalkan
kegiatan tersebut pada proses belajar
sebagai
motivator,fasilitator ,pengarah.proses
inkuiri juga di susun secara aditif
(penjumlahan ).
Skenario kegiatan belajar
–mengajar inkuiri. Pada strategi
kegiatan belajar-mengajar diawali
dengan menghadapi siswa pada
masalah yang merangsang. Munculnya
reaksi mereka sangat tergantung pada
bahan stimulasi yang di presentasikan
oleh guru. Siswa di arahkan pada
usahan supaya mereka mampu
menganalisis, mengorganisasikan
kelompok mereka bekerja dan
melaporkan hasilnya.
Langkah pelaksanaan SPI
 Orientasi
 Merumuskan masalah
 Mengajukan hipotesis
 Mengumpulkan data
 Menguji hipotesis
 Merumuskan kesimpulan
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Inquiry
SPI merupakan strategi
pembelajaran yang banyak di anjurkan
oleh karena strategi ini beberapa
keunggulan di antara:
1) SPI merupakan strategi
pembelajaran yang
menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara
seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi
yang di anggap lebih
bermakna .
2) SPI dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar
mereka.
3) SPI merupakan strategi yang di
anggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap
belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
4) Keutungan lain adalah strategi
pembelajaran ini dapat
melayani kebutuhan siswa yang
dimiliki kemampuan si atas
rata-rata.
Di samping memiliki keunggulan
SPI juga mempunyai kelemahan di
antara:
1) Jika SPI digunakan sebagai
strategi pembelajaran, maka
akan sulit mengontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa.
2) Strategi ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran
oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam
mengimplementasikannya
memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sering
menyelesaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria berhasil belajar
di tentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi
pelajaran, maka SPI akan sulit
di implementasikan oleh setiap
guru.
5) Pembelajaran dapat di katakan
sebagai hasil
memori ,kognisi ,dan
metakognisi yang berpengaruh
terhadap pemahaman
Metode Inquiry merupakan metode
yang dapat meningkatkan pemikiran
peserta didik menjadi kritis dan
membuka pemikiran peserta didik
terhadap suatu hal. Metode ini efektif
digunakan pada mata pelajaran PAI,
yakni lebih khusus pada mata
pelajaran Akidah Akhlak, Fikih, Qur’an
Hadits dan SKI. Karena metode inquiry
dapat membuat siswa menjadi lebih
kritis, maka guru dituntut untuk
menggunakan media yang sekonkrit
mungkin dalam menyampaikan
informasi mengenai materi, sampai
pada akhirnya peserta didik paham
dan mampu memecahkan masalah
yang terjadi di dalam pikirannya dan
tidak ada kesalah pahaman arti.
4. Metode Word Square
a. Pengertian Metode Word Square
Metode atau Model pembelajaran
word square adalah metode
pengembangan dari metode ceramah
yang diperkaya dan berorientasi
kepada keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Metode ini juga model
yang memadukan kemampuan
memjawab pertanyaan dengan
kejelian dalam mencocokan jawaban
pada kotak-kotak jawaban.
Metode ini sedikit lebih mirip
demgan mengisi teka-teki silang, akan
tetapi perbedaan yang mendasar
adalah metode ini sudah memiliki
jawaban, namun disamarkan dengan
menambahkan kotak tambahan
dengan sembarang huruf atau angka
penyamar atau pengecoh.
Istimewanya metode pembelajaran ini
adalah bisa di praktekan untuk semua
mata pelajaran. Hanya tinggal
bagaimana guru dapat memprogram
sejumlah pertanyaan terpilih yang
dapat merangsang siswa untuk berfikir
efektif. Tujuan huruf atau angka
pengecoh bukan untuk mempersulit
siswa namun untuk melatih sikap teliti
dan kritis.
Metode ini secara teknis adalah
kegiatan belajar mengajar dengan
cara guru dibagikan lembar kegiatan
atau lebar kerja sebagai alat untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang telah
diajarkan. Adapun instrumen utama
metode ini adalah lembar kegiatan
atau kerja berupa pertanyaan atau
kalimat yang perlu di cari jawabannya
pada susunan huruf acak pada kolom
yang telah disediakan.
b. Langkah-langkah Metode Word
Square
1) Guru menyampaikan materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran
materi tersebut.
2) Guru membagikan lembaran
kegiatan sesuai arahan yang ada.
3) Siswa menjawab soal kemudian
mengarsir huruf dalam kotak
sesuai jawaban secara vertikal,
horizontal maupun diagonal.
4) Berikan point setiap jawaban dalam
kotak.
Contoh soal :
a) Nama malaikat penjaga pintu
surga
b) Rukun islam kedua
c) Rukun islam ketiga
d) Rukun iman ada
e) Kitab yang diturunkan kepada
Nabi muhammad s.a.w
Contoh jawaban :
R I D W A N A B

S Q I L L E C A

F X A U Q N Z F

H U G P U A S A

K I U F R M R T

L O S H A L A T

M H M Y N S V H
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Word Square
Kelebihan:
1) Proses pembelajaran dengan
metode word square mendorong
pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
2) Siswa akan terlatih untuk disiplin.
3) Sebagai latihan untuk bersikap teliti
dan kritis.
4) Merangsang siswa untuk berfikir
efektif.
Kekurangan:
1) Dengan materi yang telah
dipersiapkan, akhirnya dapat
menumpulkan kreatifitas siswa .
2) Siswa tinggal menerima bahan
mentah.
3) Siswa tidak dapat mengembangkan
materi yang ada dengan
kemampuan atau potensi yang
dimilikinya.
Metode Word Square merupakan
metode yang mirip dengan teka teki
silang, peserta didik dituntut untuk
memahami setiap kalimat yang
memiliki arti atau makna yang hanya
terbungkus dalam 1 kata. Metode ini
efektif digunakan pada semua mata
pelajaran PAI kecuali Qur’an Hadits
dan Bahasa Arab, karena kedua mata
pelajaran ini perlu menggunakan
bahasa Arab atau tulisan arab yang
tidak memungkinkan dalam satu huruf
arab terdapat dalam satu kotak.
Metode Word Square menuntut
peserta didiknya untuk berpikir
sistematis dan kritis dalam
memecahkan teka-teki, serta perlu
memahami secara keseluruhan materi
yang telah diajarkan, sehingga peserta
didik perlu mengamati setiap materi
yang disampaikan dan guru perlu
secara kreatif menyampaikan materi
agar kelas menjadi menyenangkan
dan peserta didik dapat paham
dengan jelas sehingga peserta didik
dapat memecahkan teka-teki dengan
sempurna dan tepat.

E. Pendekatan Berbasis Afektif


Pendekatan afektif adalah pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk mampu:
 Menghayati materi pelajaran
dengan baik
 Belajar dengan emosi dan
perasaannya
 Menggunakan banyak media
sebagai sumber kreatifitas
 Seolah-olah merasakan isi materi
tersebut
 Menerapkan materi dalam
kehidupannya sehari-hari
Metode-metode yang termasuk ke
dalam pendekatan afektif adalah: 1)
Metode Demonstrasi; 2) Metode Role
Playing; dan 3) Metode Sosiodrama/
drama.
1. Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Pengertian dari metode
demonstrasi ialah sebuah upaya atau
peraktek dengan menggunakan
peragaan yang ditujukan pada siswa
agar semua siswa lebih mudah dalam
memahami dan mempraktekan apa
yang telah diperoleh dan didapatkan
ketika berhasil mengatasi suatu
permasalahan ketika ada perbedaan.
Dalam kaitannya untuk proses
pembelajaran, metode Demonstrasi
ialah metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana
berjalannya suatu proses
pembentukan tertentu pada siswa.
Dan untuk memperjelas pengertian
tersebut dalam prakteknya dapat
dilakukan oleh guru atau siswa itu
sendiri. Metode Demonstrasi cukup
baik apabila digunakan dalam
penyampaian bahan pelajaran yang
secara teknis banyak prakteknya,
seperti pelajaran agama fiqih pada
materi cara berwudhu, shalat,
memandikan jenazah, tawaf pada
waktu haji dan yang lainnya.
Pada prinsipnya metode
pembelajaran ini akan mampu
menciptakan suasana atau hubungan
baik antara sesama siswa sehingga
ada keinginan dan kemauan dari siswa
untuk menyaksikan apa yang di
demonstrasikan. Selain itu, ketika
demonstrasi dilaksanakan, siswa akan
mendapatkan gambaran jelas tentang
materi pelajaran yang sedang
diajarkan. Dan dengan adanya
demonstrasi ini, siswa akan lebih giat
belajar karena mereka semua
berharap tidak ada kendala ketika
mereka diminta untuk
mendemonstrasikan materi yang
dipelajari.
b. Langkah-langkah Metode
Demonstrasi
1) Memeriksa kembali segala
peralatan yang telah disiapkan
2) Melakukan demonstrasi dengan
menarik perhatian siswa
3) Mengingat pokok-pokok materi
yang akan di demonstrasikan
agar mencapai sasaran
pembelajaran
4) Memperhatikan keadaan siswa,
apakah semuanya mengikuti
demonstrasi, jika ada siswa
yang tidak berkonsentrasi,
pastikan penyampaian lebih
menarik lagi
5) Memberikan kesempatan pada
siswa untuk aktif, seperti
bertanya atau mencoba
mendemonstrasikan alat atau
bahan yang ada
6) Menghindari ketegangan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Demonstrasi
Kelebihan:
1) Dengan metode pembelajaran
demostrasi, guru bisa membuat
perhatian siswa menjadi
terpusat, dan titik tekan dalam
materi yang di anggap penting
oleh guru dapat teramati
2) Perhatian siswa akan lebih
terpusat pada apa yang di
demonstrasikan, jadi proses
pembelajaran akan lebih
terarah
3) Dapat merangsang siswa untuk
lebih aktif dalam mengikuti
proses belajar
4) Dapat menambah pengalaman
peserta didik
5) Bisa membantu siswa ingat
lebih lama tentang materi yang
di sampaikan
6) Dapat mengurangi
kesalahpahaman karena
pengajaran lebih jelas dan
konkrit
7) Dapat menjawab semua
masalah yang timnul dalam
pikiran setiap siswa karena ikut
serta berperan secara langsung.
8) Memberikan motivasi yang kuat
pada siswa agar lebih giat
belajar karena siswa dilibatkan
dengan pelajaran.
9) Siswa dapat berpartisipasi aktif
dan memperoleh pengalaman
langsung serta dapat
memperoleh kecakapan Dapat
menjawab semua masalah yang
timbul di dalam pikiran setiap
siswa karena ikut serta
berperan secara langsung.
Kekurangan:
1) Metode ini membutuhkan waktu
yang cukup banyak
2) Media yang harus digunakan
harus lengkap, dan apabila
terjadi kekurangan media,
metode demonstrasi menjadi
kurang efisien
3) Memerlukan biaya yang cukup
mahal, terutama untuk membeli
bahan-bahan sebagai alat
peraga
4) Memerlukan tenaga yang tidak
sedikit
5) Apabila siswa tidak aktif maka
metode demonstrasi menjadi
tidak efektif.
Metode Demonstrasi efektif
digunakan pada mata pelajaran Akidah
Akhlak, SKI atau fikih. Peserta didik
hanya memainkan perilaku atau
mempraktekkan materi yang sedang
dipelajari dengan waktu yang sedikit,
namun perlu adanya media yang jelas
dan konkrit, agar peserta didik dapat
memahami secara keseluruhan,
peserta didik dapat lebih lama
mengingat materi tersebut dan guru
juga bisa melihat kepercayaan dan
pemahaman peserta didik lewat
praktek yang dilakukan.
Metode pembelajaran demonstrasi
ini juga bisa mempergunakan alat
peraga, akan tetapi demonstrasi akan
menjadi metode yang tidak menarik
apabila alat yang digunakan untuk
mendemonstrasikan tidak dapat
diamati dengan seksama oleh siswa.
Dan metode demonstrasi ini akan
menjadi efektif bila siswa terlibat
langsung atau dapat mengikuti
aktivitas tersebut, hal ini akan menjadi
pengalaman tersendiri yang tidak
mudah untuk dilupakan.
2. Metode Role Playing
a. Pengertian Metode Role Playing
Metode pembelajaran role playing
merupakan cara penguasaan bahan –
bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa terhadap materi.
Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup
atau benda mati. Dalam
pelaksanaanya metode ini dilakukan
lebih dari satu orang, semua
bergantung kepada apa yang
diperankan. (Imas kurniasih dan berlin
sani :2015)
Adapun tujuan metode
pembelajaran ini adalah untuk
menerangkan suatu peristiwa yang di
dalamnya menyangkut orang banyak,
dan berdasarkan pertimbangan
didaktik lebih baik didramatisasikan
dari pada diceritakan, karena akan
lebih jelas dan dapat dihayati oleh
anak. Selain itu metode ini akan
melatih siswa agar mereka mampu
menyelesaikan masalah-masalah
sosial-psikologis serta dapat melatih
siswa agar mereka dapat bergaul dan
memberi kemungkinan bagi
pemahaman terhadap orang lain
beserta masalahnya.
Metode atau Model pembelajaran
role playing ini sangat bermanfaat,
role playing dapat memberikan
semacam hidden practise, dimana
murid tanpa sadar menggunakan
ungkapan-ungkapan terhadap materi
yang telah dan sedang mereka
pelajari. Kedua, role playing
melibatkan jumlah murid yang cukup
banyak, cocok untuk kelas besar. Dan
selanjutnya, dengan role playing pada
dasarnya adalah permainan.
b. Langkah-langkah Metode Role
Playing
1) Guru menyusun serta
mempersiapkan skenario yang
akan ditampilkan dalam metode
role playing,
2) Kemudian guru menunjuk
beberapa siswa untuk
mempelajari skenario dalam
waktu beberapa hari sebelum
pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
3) Guru membentuk kelompok
siswa yang anggotanya lebih
kurang 5 orang.
4) Memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang ingin dicapai
5) Memanggil para siswa yang
sudah ditunjuk untuk
melakonkan sekenario yang
sudah di persiapkan.
6) Setelah selesai ditampilkan,
masing – masing siswa
diberikan lembar kerja untuk
membahas atau emberi
penilaian atas penampilan
masing – masing kelompok.
7) Masing- masing kelompok
meyampaikan hasil
kesimpulannya
8) Guru memberikan kesimpulan
secara umum, kemudian
melakukan evaluasi seperti
biasanya dan setelah itu
penutup.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Role Playing
Adapun kelebihan metode
pembelajaran role playing adalah :
1) Proses pembelajarannya
melibatkan seluruh siswa untuk
berpartisipasi
2) Mempunyai kesempatan untuk
memajukan kemampuannya
dalam kerja sama.
3) Siswa juga dapat belajar
menggunakan bahasa dengan
baik dan benar
4) Siswa bebas mengambil
keputusan dan berekspresi
secara utuh.
5) Permainan merupakan
penemuan yang mudah dan
dapat digunakan dalam situasi
dan waktu yang berbeda.
6) Guru dapat mengevaluasi
pengalaman siswa melalui
pengamatan pada waktu
melakukan permainan.
7) Dapat berkesan dengan kuat
dan tahan lama dalam ingatan
siswa. Disamping merupakan
pengaman yang menyenangkan
yang saling untuk diluapkan.
8) Sangat menarik bagi siswa,
sehingga memungkinkan kelas
menjadi dinamis dan penuh
antusias.
9) Membangkitkan gairah dan
semangat optimisme dalam diri
siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang
tinggi.
10) Dapat menghayati peristiwa
yang berlangsung dengan
mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang
terkandung didalamnya dengan
dengan penghayatan siswa
sendiri.
11) Dimungkinkan dapat
meningkatkan kemampuan
profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan atau membuka
kesempatan bagi lapangan
kerja.
Melihat metode Role Playing dalam
cakupan dan cara berproses dalam
lingkup pendidikan tentunya selain
kelebihan terdapat kelemahan, dan
kelemahan itu adalah :
1) Metode bermain peranan
memerlukan waktu yang relatif
panjang atau banyak
2) Proses ini memerlukan
kreatifitas dan daya kreasi
yang tinggi dan pihak guru
maupun murid. Dan ini tidak
semua guru memilikinya
3) Kebanyakan siswa yang
ditunjuk sebagai pemeran
merasa malu untuk
memerlukan suatu adegan
tertentu
4) Apabila pelaksanaan
soisodrama dan bermain
pemeran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi
kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan
pengajaran tidak tercapai
5) Tidak semua materi
pembelajaran dapat disajikan
melalui metode ini
Metode Role Playing ini efektif
digunakan dalam mata pelajaran
Akidah Akhlak, contoh tema atau bab
nya pada bab Ghadab dan Tamak,
peserta didik dapat memainkan peran
sesuai dengan isi materi dengan
secara singkat tanpa menggunakan
teks yang panjang atau dengan kata
lain dapat berimprovesasi terhadap
materi yang sedang diajarkan. Metode
ini membuat peserta didik masuk ke
dalam keadaan yang sedang diajarkan
dan membuat peserya didik
merasakan buruk atau tidaknya dan
mengambil manfaatnya serta dijadikan
pembelajaran. Metode ini juga
membuat peserta didik menumbhkan
rasa percaya diri, sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. Namun metode ini
juga bagus digunakan oleh mata
pelajaran lainnya sesuai dengan
kehendak guru yang akan
menggunakannya.
3. Metode Sosiodrama/Drama
a. Pengertian Metode
Sosiodrama/Drama
Sosiodrama adalah teknik yang
digunakan untuk mengekspresikan
berbagai jenis perasaan yang
menekan, melalui suatu suasana yang
didramatisasikan sehingga dapat
secara bebas mengungkapkan dirinya
sendiri secara lisan. Metode ini
merupakan suatu cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup
atau benda mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu
orang, hal itu bergantung kepada apa
yang diperankan. Sosiodrama
merupakan dramatisasai dari
persoalan-persoalan yang dapat timbul
dalam pergaulan dengan orang lain,
tingkat konflik-konflik yang dialami
dalam pergaulan sosial. Sosiodrama
digunakan untuk memberikan
pemahaman dan penghayatan akan
masalah-masalah sosial serta
mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya.
b. Langkah-langkah Metode
Sosiodrama/Drama
1) Guru harus menerangkan
kepada siswa untuk
memperkenalkan strategi ini,
bahwa dengan jalan sosiodrama
siswa diharapkan dapat
memecahkan masalah
hubungan sosial yang actual
ada di masyarakat, maka
kemudian guru menunjuk
beberapa siswa yang akan
berperan, masing-masing akan
mencari pemecahan masalah
sesuai dengan perannya. Dan
siswa yang lain jadi penonton
dengan tugas-tugas tertentu
pula
2) Guru harus memilih masalah
yang urgen, sehingga menarik
minat anak. Ia mampu
menjelaskan dengan menarik
sehingga siswa terangsang
untukberusaha memecahkan
masalah itu.
3) Agar siswa memahami
peristiwanya, maka guru harus
bisa meneceritakan sambil
untuk mengatur dengan adegan
yang pertama.
4) Bila ada kesediaan sukarela dari
siswa untuk berperan, harap
ditanggapi tetapi guru harus
mempertimbangkan apakah ia
tepat untuk perannya. Bila tidak
ditunjuk saja siswa yang
memiliki kemampuan dan
pengetahuan serta pengalaman
seperti yang diperankan itu.
5) Jelaskan pada pemeran-
pemeran itu sebaik-baiknya
sehingga mereka tahu tugas
perannya, menguasai
masalahnya, pandai bermimik
maupun berdialog.
6) Siswa yang tidak turut hasil
menjadi penonton yang aktif,
disamping mendengarkan dan
melihat mereka harus bisa
memberi saran dan kritik pada
apa yang akan dilakukan
setelah sosiodrama selesai.
7) Bila siswa belum terbiasa perlu
dibantu guru dalam
menimbulkan kalimat pertama
dalam dialog.
8) Setelah dalam situasi klimaks,
maka harus dihentikan agar
kemungkinan- kemungkinan
pemecahan masalah dapat
didiskusikan secara umum.
Sehingga para penonton ada
kesempatan untuk
berpendapat, menilai
permainan, dan sebagainya.
Sosiodrama dapat dihentikan
pula bila sedang menemui jalan
buntu.
9) Sebagai tindak lanjut dari hasil
diskusi walau mungkin
masalahnya belum
terpecahkan, maka perlu dibuka
tanya jawab, diskusi atau
membuat karangan yang
berbentuk sandiwara.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Sosiodrama/Drama
Kelebihan:
1) Dapat mengembangkan
kreatifitas siswa (dengan peran
yang dimainkan siswa dapat
berfantasi).
2) Memupuk kerjasama antara
siswa.
3) Menumbuhkan bakat siswa
dalam seni drama.
4) Siswa lebih memperhatikan
pelajaran karena menghayati
sendiri.
5) Memupuk keberanian
berpendapat di depan kelas.
6) Melatih siswa untuk
menganalisa masalah dan
mengambil kesimpulan dalam
waktu singkat.
Kekurangan:
1) Sosiodrama dan bermain peran
memerlukan waktu yang relatif
panjang.
2) Memerlukan kreatifitas dan
daya kreasi yang tinggi dari
pihak guru maupun murid. Dan
ini tidak semua guru
memilikinya.
3) Kebanyakan siswa yang
ditunjuk sebagai pemeran
merasa malu untuk
memerlukan suatu adegan
tertentu.
4) Apabila pelaksanaan
sosiodrama dan bermain peran
mengalami kegagalan, bukan
saja dapat memberi kesan
kurang baik, tetapi sekaligus
berarti tujuan pengajaran tidak
tercapai.
5) Tidak semua materi pelajaran
dapat disajikan melalui metode
ini.
6) Pada pelajaran agama masalah
keimanan, sulit disajikan
melalui metode sosiodrama dan
bermain peran ini.
Metode sosiodrama atau lebih
dikenal dengan metode drama
merupakan metode yang seru dan
menantang kreatifitas peserta didik,
metode sosiodrama efektif jika
digunakan pada mata pelajaran Akidah
Akhlak, SKI, dan Fikih. Peserta didik
ditantang untuk lebih percaya diri dan
mengeluarkan bakatnya serta
menunjukkan kreatifitasnya dalam
memahami dan mendalami materi
yang disampaikan dan dipelajari.
Metode sosiodrama ini menjadi salah
satu metode yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran karena peserta
didik mampu menghayati dan
mengamalkan materi yang dipelajari
dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai