ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, serta pembelajaran
menjadi bermakna dan tidak membosankan. Penelitian ini merupakan penelitian studi literatur
yaitu penelitian yang mengambil data dari hasil membaca, menganalisis dan mengolah hasil
penelitian sebelumnya. Instrumen yang digunakan berupa artikel ilmiah yang membahas
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Penelitian ini secara khusus membahas beberapa tipe model
pembelajaran kooperatif, yaitu FSLC, STAD, GI dan TTW. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah model pembelajaran kooperatif. Sehingga model pembelajaran kooperatif dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, Kemampuan Komunikasi Matematis.
PENDAHULUAN
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan tujuan umum pembelajaran
matematika yang tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, salah satunya adalah
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah. Merujuk pada tujuan pembelajaran matematika di atas,
terdapat berbagai macam kemampuan matematis yang salah satunya adalah kemampuan
komunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis adalah salah satu kemampuan
yang cukup penting untuk dikembangkan, karena melalui komunikasi matematis siswa dapat
mengorganisasi dan mengonsolidasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun
tulisan yang dapat terjadi dalam proses pembelajaran. Selain itu, komunikasi matematis dapat
membantu guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan
pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Ketika siswa
dapat berkomunikasi matematis dengan lisan maupun tulisan, maka siswa menjadi lebih
mudah mengomunikasikan ide-ide yang mereka punya dalam bentuk matematika.
KAJIAN PUSTAKA
1) Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
(Pratiwi, 2015) mendefinisikan komunikasi matematis sebagai cara untuk menyampaikan
ide atau gagasan untuk memecahkan suatu masalah baik secara lisan maupun tulisan. Lalu,
(Sari, 2017) berpendapat bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan dalam
menyampaikan pengetahuan yang telah dimiliki melalui penyampaian langsung maupun
secara tertulis tentang rumus, konsep, maupun strategi dalam menyelesaikan masalah
matematika. Kemampuan komunikasi matematis menurut Eka dan Ridwan (2015) adalah
kemampuan menyampaikan, memahami dan menerima gagasan atau ide matematis secara
lisan maupun tulisan secara cermat, analitis, kritis dan evaluatif untuk mempertajam
pemahaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematis adalah salah satu
kemampuan matematis siswa yang digunakan untuk menyampaikan informasi, ide atau
gagasan matematis dalam bentuk lisan maupun tulisan kepada orang lain maupun diri sendiri
sehingga kita dan orang lain dapat memahami informasi matematis yang disampaikan. Secara
umum, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa adalah
kemampuan siswa dalam menginterpretasikan gambar, grafik, diagram, atau sebaliknya yaitu
mengomunikasikan suatu peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika.
Kemudian, (Yuliani, 2015) mengindikasikan kemampuan komunikasi matematis sebagai
kemampuan dalam menjelaskan suatu persoalan dengan menggambar; kemampuan
menyatakan suatu persoalan dengan membuat model matematis; serta kemampuan
menjelaskan situasi dari suatu gambar dengan kata-kata sendiri dalam bentuk tulisan.
Kemampuan komunikasi matematis menjadi kemampuan yang cukup penting dalam proses
pembelajaran karena menurut (Sapitri & Hartono, 2015) komunikasi dalam matematika dapat
menolong guru untuk mengetahui kemampuan siswanya dalam menginterpretasikan
pemahamann yang telah dipelajari, sehingga setelah siswa memahami bagaimana berbicara
dengan bahasa matematika, mereka akan lebih mudah menyampaikan ide dan gagasan
mereka.
2) Pembelajaran Kooperatif
Menurut (Zulhartati, 2012) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menerapkan pembelajaran pada kelompok-kelompok kecil sehingga dapat mengembangkan
interaksi antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya dalam Sapitri
(2015) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok belajar.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memiliki banyak jenis,
penelitian ini akan membahas beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang telah Widyastuti
(2010) susun. Pertama, menurut Trianto dalam Prayitno (2012) salah satu pembelajaran
kooperatif yang dapat memberikan keleluasaan siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif
adalah pembelajaran kooperatif tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC), pembelajaran
tipe ini merupakan modifikasi dari pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS),
yaitu pembelajaran yang dimulai dengan memberikan siswa kesempatan untuk
memformulasikan gagasannya masing-masing, lalu menyampaikan hasil tersebut kepada
rekannya, begitu sebaliknya. Dari proses membagi hasil pemikirannya masing-masing lalu
siswa menulis kembali hasil dari diskusi dengan kelompok. Lalu model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Para siswa dibagi dalam tim
belajar yang terdiri atas kurang lebih empat siswa yang berbeda-beda pada tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, siswa
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis secara sendiri-sendiri, dan tidak diperbolehkan
untuk saling membantu. Menurut Soppeng, Fahradina (2014) salah satu pembelajaran
kooperatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi dan kemandirian belajar siswa melalui berbagai kegiatan adalah
pembelajaran kooperatif tipe Investigasi kelompok. Tipe ini diawali dengan pemecahan soal-
soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan selanjutnya terbuka,
artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksanaannya mengacu pada
berbagai teori investigasi. Penggunaan model pembelajaran kooperatif pada dasarnya mengacu
pada keyakinan bahwa belajar adalah ketika siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna, kontekstual dan tidak membosankan.
Lalu yang terakhir adalah model pembelajaran tipe Think, Talk, Write (TTW). Pada
pembelajaran ini, siswa diminta untuk memikirkan suatu strategi dalam menyelesaikan suatu
masalah, lalu menyampaikan gagasan tersebut pada forum dan menulis kembali hasil diskusi
yang didapat. Dengan pembelajaran tipe ini, aktivitas yang dilaksanakan dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam mengomunikasikan ide dan
gagasannya pada kegiatan diskusi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi literatur dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian menggunakan studi literatur yaitu penelitian yang mengambil data dari hasil
membaca, menganalisis dan mengolah hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan komunikasi matematis. Jenis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang digunakan tidak berasal
dari hasil peneliti secara langsung, namun berasal dari hasil penelitian-penelitian yang telah
dilaksanakan sebelumnya tentang penerapan model pembelajaran kooperatif dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Dari hasil pengumpulan dan penganalisisan data, maka akan diperoleh solusi yang
ditawarkan dari masing-masing penelitian. Dalam penelitian terdapat beberapa tahapan.
Pertama, pengumpulan dan identifikasi gagasan yang dilakukan melalui membaca artikel
ilmiah yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan
komunikasi matematis. Lalu, mencari pengetahuan-pengetahuan yang relevan melalu referensi
yang telah dihimpun. Ketiga, pendataan teori dan gagasan. Kemudian, mengolah dan
menyimpulkan hasil temuan dan menulis hasil temuan pada artikel ilmiah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Formulate – Share – Listen – Create (FSLC)
1) Penelitian (Anggraeni, 2013) dalam artikel yang berjudul Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan Kontekstual
Dan Strategi Formulate-Share-Listen-Create. Hasil penelitian tersebut yaitu pencapaian
dan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa yang
memperoleh pendekatan kontekstual dan strategi Formulate-Share-Listen-Create
(FSLC) lebih baik daripada pencapaian dan peningkatan kemampuan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Kemampuan komunikasi matematik siswa
yang memperoleh kelas pembelajaran kontektual dan strategi formulate-share-listen-
create (FSLC) mencapai (16,98 dari 24) yang tergolong cukup dan memperoleh
peningkatan (0,68) yang lebih baik daripada pencapaian (14,28 dari 24) dan peningkatan
(0,49) siswa pada kelas konvensional yang tergolong kurang.
2) Penelitian (Prayitno, Rochmad, & Mulyono, 2012) dalam artikel yang berjudul
Pembelajaran Kooperatif Tipe Formulate Share Listen And Create Bernuansa
Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis. Hasil
penelitian tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif tipe FSLC bernuansa
konstruktivisme pada materi turunan fungsi kelas XI IPS secara praktis dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis berdasarkan respon positif siswa,
respon positif guru dan kemampuan pengelolaan pembelajaran yang baik. Hasil olah
data diperoleh kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen telah
melampaui ketuntasan secara klasikal yaitu dengan 70 sebagai KKM dan proporsi
sebesar 70%. Uji perbedaan dilakukan untuk membandingkan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh hasil nilai rata-rata ketuntasan yang berbeda dengan nilai rata-rata pada kelas
eksperimen 78,46 dan kelas kontrol 72,32. Berarti kelas eksperimen mempunyai nilai
rata-rata kemampuan komunikasi matematis lebih tinggi dari pada kelas kontrol.
3) Penelitian (Hidayati, Asikin, & Sugiman, 2014) dalam artikel yang berjudul Keefektifan
Model FSLC dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa. Hasil penelitian tersebut yaitu rata-rata kemampuan komunikasi
matematis siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model FSLC dengan
pendekatan kontekstual lebih dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa di
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori yang berpusat pada guru.
Rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang mendapatkan
model pembelajaran kooperatif tipe FSLC dengan pendekatan kontekstual sebesar 81,16
lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang mendapatkan pembelajaran dengan
model pembelajaran ekspositori sebesar 73,83.
Berdasarkan hasil dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran
kooperatif tipe Formulate – Share – Listen – Create (FSLC) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
DAFTAR PUSTAKA