Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan diberbagai jenis

jenjang pendidikan, dimulai dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang

perguruan tinggi (Zulkipli,2018). Hal tersebut merupakan salah satu bukti yang

menunjukan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting

dalam dunia pendidikan. Alasan matematika dipelajari dalam dunia pendidikan

karena matematika sangat berperan disegala bidang kehidupan, misalnya sebagai

informasi dan gagasan banyak dikomunikasikan atau disampaikan dengan bahasa

matematika, serta banyak masalah yang dapat disajikan kedalam model

matematika. Selain itu, dengan mempelajari matematika seseorang terbiasa

berpikir secara sistematis, ilmiah, menggunakan logika, kritis, serta dapat

meningkatkan daya kreativitasnya. Salah satu kemampuan dasar matematika yang

harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan komunikasi matematika.

Komunikasi matematis merupakan kecakapan siswa dalam mengungkapkan

ide-ide matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan benda

nyata, atau menggunakan simbol matematika. Siswa yang memiliki kemampuan

untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan matematisnya dengan baik cenderung

mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep yang dipelajari dan mampu

memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari.

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu standar proses dalam

1
2

pembelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan dalam Principles &

Standards for School Mathematics yaitu standar proses dalam pembelajaran

matematika meliputi kemampuan pemecahan masalah (problem solving),

kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan komunikasi (communication),

kemampuan membuat koneksi (connection), dan kemampuan representasi

(representation). Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa kemampuan

komunikasi matematis merupakan hal yang penting sehingga setiap peserta didik

perlu mengembangkan kemampuan ini.

Selain itu kemampuan komunikasi matematika perlu dikembangkan karena

melalui komunikasi matematika siswa dapat berpikir matematis baik secara lisan

maupun tulisan. Dengan demikian siswa bisa memberi respon dengan tepat, baik

diantara siswa itu sendiri maupun antara siswa dengan guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Komunikasi matematika berperan untuk memahami

ide-ide matematika secara benar. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematika yang baik cenderung dapat membuat berbagai representasi yang

beragam sehingga lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan alternatif-

alternatif penyelesaian berbagai permasalahan matematika (Surya.E,2015).

Melalui kemampuan komunikasi matematika, siswa dapat merenungkan dan

mengklarisifikasi ide-ide mereka, pemahaman mereka terhadap hubungan

matematis, dan argumen matematis mereka sehingga dapat disimpulkan bahwa

kekampun komuniksi matematika siswa perlu untuk ditingkatkan.

Namun hasil yang diperoleh ketika peneliti melakukan observasi wawancara

kepada guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat
Labuhanbatu mengenai kemampuan komunikasi matematika siswa, guru

menjelaskan bahwa kemampuan komunikasi siswa masih sangat rendah dan ini

dibuktikan dari hasil pembelajaran setiap tahunnya.

Tabel 1.1. Hasil Rata-rata Kemampuan Komunikasi Siswa Tahun 2016-2019


No Tahun Pelajaran Kemampuan Komunikasi Siswa
.
1. 2016/2017 Kemampuan komunikasi matematika siswa masih
sangat redah. Dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar
siswa yaitu masih dibawah KKM (Rata-rata 70 < 75)
2. 2017/2018 Peningkatan kemampuan komunikasi siswa mulai
terlihat pada tahun pembelajaran ini yaitu rata-rata
80, lebih besar dari KKM (75)
3. 2018/2019 Kemampuan komunikasi siswa mulai lebih
meningkat yaitu rata-rata 85, lebih besar dari KKM
(75)
Berdasarkan observasi tersebut, kemampuan komunikasi matematika siswa

sangat rendah dikarenakan pola pembelajaran guru yang tidak bervariasi. Siswa

merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti pembelajaran sehingga siswa tidak

aktif dalam pembelajaran matematika. Kurang tersedianya media/alat belajar,

sehingga dalam pembelajaran guru kurang efektif menyampaikan materi belajar.

Dalam hal ini menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari proses pembelajaran.

Dari pemaparan masalah diatas menyebabkan komunikasi guru dan siswa tidak

dapat dikembangkan.

Untuk mengatasi masalah kemampuan komunikasi matematika siswa yang

telah dijelaskan diatas maka perlu diterapkan sebuah alternatif yaitu model

pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi. Artikulasi merupakan apa


yang kita defenisikan sebagai struktur-struktur dalam otak yang melibatkan

kemampuan bicara (area kemampuan bicara), membaca atau memproses kata-kata

lainnya dan area gerak tambahan seperti menulis, membuat sketsa, dan gerak-

gerak ekspresif lainnya (Erva,2017). Artinya, artikulasi merujuk kepada apa-apa

saja yang berkaitan dengan berbicara atau melakukan sesuatu akibat dan

pemprosesan hasil kerja otak. Penerapan model pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Artikulasi dalam pembelajaran juga melibatkan kemampuan

berbicara serta gerak ekspresi akibat kegiatan berfikir siswa. Tipe artikulasi

berbentuk kelompok berpasangan, dimana salah satu siswa menyampaikan materi

yang baru di terima dari pasangannya kemudian bergantian, presentasi didepan

kelas perihal hasil diskusinya dan guru membimbing siswa untuk memberikan

kesimpulan.

Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang berasal dari

kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan

saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim

(Suprijono,2010). Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana

sistem belajar dan bekerja dalam kelompok berpasang atau berkelompk-kelompok

kecil yang berjumlah 4-6 orang, serta kolaboratif sehingga dapat merangsang

siswa lebih bergairah dalam belajar (Sudestia,2016). Salah satu tipe Cooperative

Learning yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu tipe

artikulasi.

Model pembelajaran Cooperative Learning tipe artikulasi juga dapat

mengingatkan hasil belajar melalui komunikasi metematika, karena setiap peserta


didik di tuntut untuk memahami materi yang telah diberikan oleh guru dan

menjelaskan kembali kepada teman pasangannya sehingga mampu meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa apabila diberi latihan soal oleh guru.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ukha (2015) yang

menyimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Artikulasi

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

Dari uraian diatas, maka diperlukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Artikulasi Terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematika Pada Materi Kubus Dan Balok Siswa

Kelas VIII SMP Negari 4 Satu Atap Bilah Barat Labuhanbatu Tahun

Pembelajaran 2019/2020”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka beberapa masalah dapat

diidentifikasi :

1. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih sangat rendah.

2. Pola pengajaran guru yang tidak bervariasi atau menonton.

3. Banyak siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit.

4. Siswa tidak aktif ketika pembelajaran matematika berlangsung.

5. Tidak adanya rasa minat siswa terhadap pembelajaran matematika.

1.3. Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah adalah

“Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Artikulasi Matematika Materi

Kubus Dan Balok kelas VIII Smp Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat Tahun

Pelajaran 2019/2020.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi

terhadap kemampuan komunikasi matematika pada materi kubus dan balok

siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat Labuhanbatu Tahun

Pembelajaran 2019/2020 ?

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi

terhadap kemampuan komunikasi matematika pada materi kubus dan balok

siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat Labuhanbatu Tahun

Pembelajaran 2019/2020 ?

1.5. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran

cooperatif learning tipe artikulasi. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran

cooperatif learning tipe artikulasi dan mengetahui kemampuan komunikasi


matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Bilah Barat Tahun

Pembelajaran 2019/2020 setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran

cooperatif learning tipe artikulasi.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa

a) Menambah pengetahuan siswa pada pembelajaran matematika khususnya

pada materi kubus dan balok.

b) Sebagai masukan agar siswa lebih meningkatkan kemampuan komunikasi

matematika.

c) Mengubah pola pikir siswa yang beranggapan bahwa pelajaran matematika

menakutkan.

2. Bagi guru

a) Guru mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswanya.

b) Guru dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikasi

matematika siswanya.

Anda mungkin juga menyukai