LAPORAN AKHIR
Oleh:
Nur Rokhman, M.Pd.
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang memegang peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi. Dengan
yang beraneka ragam, menuntut siswa untuk lebih memusatkan pikiran agar dapat
menguasai konsep dalam matematika tersebut. Hal ini menyebabkan banyak siswa
ulangan harian Matematika materi Limit menunjukkan rata-rata nilai 39,13 dengan
1 siswa (3,33%) yang tuntas dan 29 siswa (96,67%) belum tuntas. Hal ini
matematika siswa cenderung pasif, beberapa siswa juga sering tidak membawa buku
pelajaran matematika. Ketika diberi tugas, yang mengerjakan hanya siswa pandai
1
2
saja, sementara siswa yang lain hanya menyalin jawaban dari temannya. Hal ini
ekspositori. Dengan proses pembelajaran seperti ini siswa menjadi pasif, kadar
aktivitas dan komunikasi antara siswa dan guru sangat rendah, komunikasi yang
terjadi terbatas pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang
Rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa dapat disebabkan karena proses
media yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu perbaikan
prestasi belajar siswa. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah model Tutor Teman Sebaya Plus-plus (TTS plus plus) yaitu
model Tutor Teman Sebaya dilengkapi dengan LKS interaktif dan kompetisi antar
kelompok.
dirasakan oleh tutor saja, tetapi juga bagi siswa yang dibimbingnya. Siswa pada
dengan gurunya. Dengan tutor teman sebaya, siswa dapat mendiskusikan pendapat,
3
bertanya, belajar dari pendapat orang lain, memberikan kritik dan menyimpulkan
Salah satu kendala dalam pelaksanaan metode tutor teman sebaya adalah
kemampuan tutor itu sendiri, untuk itu pada pelaksanaannya dibantu dengan LKS
interaktif yang dapat dijalankan pada laptop maupun smartphone android. Untuk
kelompok akan bersemangat dan berusaha untuk tidak kalah dengan kelompok lain.
Dari uraian di atas peneliti akan menerapkan model Tutor Teman Sebaya
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut.
aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 1
belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 1 Kramat
C. Tujuan Penelitian
TTS Plus-plus.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas
Plus-plus.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
2. Bagi guru
belajar siswa.
5
belajar siswa.
3. Bagi sekolah
sekolah.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Hakikat Matematika
keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisir, mulai dari unsur yang tidak
timbul dari proses pemikiran manusia, tentu setiap orang dapat mempelajarinya,
sehingga akan terasa sangat dangkal jika pemahaman matematika hanya didapat
6
7
ide yang berkaitan dengan elemen dan kuantitas dengan menggunakan bahasa
universal.
2. Belajar
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar
dengan itu Gagne, mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang
tingkah laku berlaku dalam waktu relatif lama yang disertai usaha orang
tersebut sehingga orang itu berubah dari tidak bisa menjadi bisa.
adalah memahami sesuatu yang baru dan kemudian memaknainya, yaitu adanya
perubahan tingkah laku siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap ataupun
3. Pembelajaran
menekankan pada pola interaksi guru dan siswa atau interaksi antara kegiatan
perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas, dan proses belajar yang terjadi
pada siswa yang berisi perbuatan siswa untuk menghasilkan perubahan pada
atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan
siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini
peranan siswa di satu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam
istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal, demikian juga
kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi
pengertian sebagai suatu proses atau usaha sadar dan aktif dari guru terhadap
siswa agar siswa memiliki keinginan untuk belajar serta saling bertukar
informasi.
10
bisa berasal dari siswa yang lebih pandai. Zaini (dalam Suyitno, 2004:36)
kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor teman
siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang
pada akhirnya dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.
bahwa yang dimaksud dengan tutor teman sebaya adalah seorang atau beberapa
Menurut Alwi (2009) ada pengaruh yang signifikan dari metode tutor
teman sebaya terhadap motivasi belajar matematika siswa SMA. Hal ini berarti
motivasi belajar matematika siswa SMA. Tutor teman sebaya adalah perekrutan
salah satu siswa guna memberikan satu per satu pengajaran kepada siswa lain
11
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi peran tutor dan
tutee. Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee (Roscoe & Chi,
2007).
Menurut Arjanggi & Suprihatin (2010) metode tutor teman sebaya adalah
yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk
menjadi tutor bagi temantemannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas
yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan
bukan kompetitif.
disimpulkan bahwa metode tutor teman sebaya ialah pemanfaatan siswa yang
seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas belajar siswa (Magin, & Churches,
1995). Webb & Mastergeorge (2003) menyatakan bahwa tutor teman sebaya
merupakan salah satu strategi yang paling baik dipelajari dalam pembelajaran
12
pada pendidikan lanjutan dan tinggi telah banyak digunakan dan telah terbukti
efektif.
d. Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor teman
sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk
e. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
secara efektif dan berhasil, guru perlu memperhatikan pemilihan petugas tutor
sebaya ditentukan oleh ciri-ciri yang telah disebutkan di atas dan disesuaikan
dengan banyaknya siswa dalam kelas tersebut dan banyaknya siswa dalam tiap-
tiap kelompok yang akan direncanakan. Karena jumlah siswa ada 30 orang
13
a. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara siswa yang
a. Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu
b. Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi
dengan baik.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah media cetak yang berupa lembaran-
lembaran kertas yang berisi informasi soal-soal atau pertanyaan yang harus
jawaban siswa.
Metode tutor teman sebaya akan berhasil jika siswa yang dipilih
LKS ini diberikan dalam dua versi yaitu versi cetak dan versi aplikasi yang
Dalam pengisiannya siswa tidak perlu takut salah karena bagian yang
diperbaiki kembali.
ini siswa akan bersemangat dan berusaha untuk tidak kalah dengan
sebagai berikut.
a. Pertandingan
2) Siswa yang dapat menjawab soal dengan benar dan paling cepat akan
b. Kuis
Semua siswa diberi kuis secara individu, kemudian diberi skor untuk
mengerjakan tugas atau soal, komunikasi dengan guru secara aktif dalam
siswa yang negatif, misalnya mengganggu sesama siswa pada saat proses
belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan
kelompok, yaitu :
membuat keputusan.
dan sebagainya.
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu dan dari
tidak mengerti menjadi tahu dan mengerti. Dengan demikian, hasil belajar
kegiatan, secara singkat dapat dikatakan prestasi adalah hasil usaha. Perbedaan
hasil belajar dengan prestasi belajar, bahwa penilaian hasil belajar dilakukan
pada penilaian pada aspek kognitif siswa yang berkenaan dengan tingkat
pencapaian kompetensi dasar pada materi Limit. Data penilaian diambil melalui
B. Kerangka Berpikir
plus, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada
dari LKS. Pada kegiatan ini tutor pada masing-masing kelompok bersama anggota
Dengan LKS interaktif tutor dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan
antar kelompok. Dengan kompetisi ini maka semua siswa merasa bertanggungawab
19
oleh kelompok lain. Sehingga semua siswa berusaha aktif dan bersungguh-sungguh
dalam belajarnya.
Dengan penerapan model TTS Plus-plus maka akan terjadi proses dialogis
dan pembelajaran juga lebih terbuka dan bermakna. Dengan pembelajaran yang
lebih dialogis dan lebih terbuka, keaktifan siswa semakin meningkat. Peningkatan
aktivitas siswa ini tentu saja akan disertai peningkatan kemampuan penguasaan
materi konsepnya. Sehingga pada akhirnya bila diberi tes siswa akan memperoleh
Kondisi Awal
Guru menggunakan metode ceramah
C. Hipotesis Tindakan
aktivitas belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMA
Prestasi belajar Matematika materi Limit pada siswa kelas XI IPS 4 SMA
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Kramat
Sumber data dalam penelitian ini meliputi dua sumber yaitu (1) sumber data primer
di mana data diperoleh langsung dari subjek penelitian (siswa); dan (2) sumber data
1. Tes Tertulis
diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes awal diberikan pada
Limit dan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil belajar
siswa. Dengan perkataan lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui
tingkat perkembangan prestasi belajar siswa sesuai dengan siklus yang ada.
21
22
2. Pengamatan
pelajaran, seperti yang terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi rangsang
baik yang datang dari guru atau teman lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisis. Data kuantitatif
diolah melalui analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi
awal, nilai tes setelah siklus I, dan siklus II, sedangkan data kualitatif hasil
E. Indikator Keberhasilan
1. Aktivitas Siswa
Sebanyak 90% siswa skor aktivitas dalam pembelajaran masuk kategori baik
2. Prestasi Belajar
Jumlah siswa yang tuntas belajarnya meningkat, dengan Persentase siswa yang
F. Metode Penelitian
melalui paparan gabungan definisi dari kata “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”.
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan
adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang
siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama oleh guru. Jadi,
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Pengkajian Berdaur (Siklus)”. Langkah ini berulang-ulang yang terdiri dari (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian tindakan
G. Siklus Kegiatan
1. Siklus I
a. Perencanaan
kelompok.
evaluasi siklus I.
pengamatan guru.
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain
25
itu, untuk memperoleh data yang akurat, guru juga bertanya jawab dengan
d. Refleksi
2. Siklus II
a. Perencanaan
refleksi pada siklus I. pada tahap ini, guru kembali menyusun Rencana
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
dipusatkan pada pedoman dan lembar observasi yang telah disusun. Selain
itu, guru juga bertanya jawab dengan siswa untuk mendapatkan data yang
lebih lengkap.
d. Refleksi
atau tidak. Pada akhir siklus II melalui model TTS Plus-plus diharapkan
BAB IV
tugas. Dalam satu kelas yang aktif mengerjakan tugas hanya anak-anak tertentu
saja, sementara yang lain menunggu jawaban dari temannya. Beberapa siswa
bahkan sama sekali tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak bisa. Ketika
siswa diminta berdiskusi dengan temannya maka bukan diskusi yang terjadi
melainkan hanya menyalin jawaban teman tanpa mau tahu bagaimana cara
menyelesaikan masalahnya.
skor 4 = baik, skor 3 = cukup, skor 2 = kurang, dan skor 1 = sangat kurang. Hasil
skor 2,74 atau pada kategori cukup. Hasil pengamatan aktivitas belajar
Matematika pada kondisi awal berdasarkan kategori tampak pada Tabel 4.1.
27
28
baik, 11 siswa (36,67%) masuk kategori cukup, 5 siswa (16,67%) masuk kategori
kurang, dan 6 siswa (20%) masuk kategori sangat kurang. Hal ini menunjukkan
Keterangan Aspek:
5
1. Kesiapan mengikuti pelajaran
4.5
4 2. Perhatian pada saat guru
3.5 menjelaskan
3 3. Keseriusan dalam
2.5 mengerjakan Tugas
2
4. Keaktifan mencatat hal
1.5
1 penting dalam pembelajaran
0.5 5. Keaktifan dalam diskusi
0 6. Keaktifan Kerjasama
1 2 3 4 5 6
Prestasi belajar pada kondisi awal diperoleh dari hasil ulangan harian
materi Limit. Siswa diminta mengerjakan soal tes tertulis berbentuk uraian untuk
untuk mengetahui hasil belajar pada kondisi awal sebelum tindakan dilakukan.
Hasil ulangan harian materi Limit menunjukkan rata-rata nilai 39,13, nilai
terendah 10, nilai tertinggi 96. Ketuntasan prestasi belajar adalah 1 siswa
(3,33%) yang tuntas dan 29 siswa (96,67%) tidak tuntas. Hal ini menunjukkan
1. Tahap Perencanaan
dengan LKS dalam bentuk cetak, LKS interaktif dalam bentuk aplikasi,
yang telah dibuat di awal semester. RPPP disusun sesuai dengan model Tutor
Pembuatan LKS dibuat dalam dua bentuk yaitu bentuk cetak dan bentuk
aplikasi. Baik LKS cetak maupun LKS aplikasi terdiri dari 3 LKS dengan tingkat
30
selanjutnya disebut sebagai LKS interaktif. Semua soal yang ada pada LKS
interaktif ada pada LKS bentuk cetaknya. Namun demikian pada LKS bentuk
cetak ditambah 2 soal yang tidak terdapat dalam LKS interaktif., hal ini
bantuan aplikasi. Untuk lebih jelasnya gambar LKS interaktif dapat dilihat pada
2. Pelaksanaan Tindakan
tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus I materi
pertemuan kedua.
1. Kegiatan Pendahuluan
dengan benar.
Tanya jawab dimunculkan dengan cara menentukan faktor oleh siswa secara
pembelajaran.
33
2. Kegiatan Inti
bentuk cetak dan LKS interaktif dalam bentuk aplikasi yang dapat digunakan
pada laptop dan smartphone. Pada setiap kelompok terdapat satu laptop dan
LKS. Sebelum mengisi LKS dalam bentuk cetak tutor bersama anggotanya
Pada gambar 4.4 tampak siswa sangat antusias dalam mempelajari materi
Limit, terutama pada saat mengisi LKS interaktif pada laptop. Siswa yang
dengan cara menginput jawaban sesuai dengan isian yang tersedia. Setelah
mengisi LKS siswa dapat mengecek apakah jawaban yang diisikan sudah
benar atau belum. Jika jawaban benar maka akan muncul tanda centang
berwarna hijau dan jika jawaban salah maka akan muncul tanda silang
berwarna merah. Siswa dapat mengganti jawaban yang salah dan dapat
dalam bentuk cetak. Soal yang ada pada LKS bentuk cetak sama dengan soal
yang ada pada LKS interaktif ditambah dengan beberapa soal sejenis.
diskusinya dengan cara mengisi LKS interaktif di laptop Guru yang dapat
3. Kegiatan Penutup
Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari apa yang dipelajari,
memberikan informasi bahwa pada pertemuan yang akan datang akan ada
atas kesediaan siswa belajar bersama dan membantu teman dalam belajar.
1. Kegiatan Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
masing-masing kelompok dalam hal ini ada 6 peserta pada setiap putaran.
Setelah semua peserta siap masing-masing peserta diberi sebuah soal untuk
dikerjakan dalam waktu maksimal lima menit. Pada tahap ini guru berperan
terhadap kegiatan. Pada saat ini guru belum membacakan skor perolehan
dilanjutkan dengan pemberian kuis sebagai evaluasi untuk semua siswa. Skor
39
3. Kegiatan Penutup
3. Hasil Pengamatan
kegiatan diskusi. Dalam satu kelompok tampak masih mencari posisi dan
menggunakan laptop lebih dari satu, ada juga beberapa siswa yang
dalam satu kelompok dapat lebih fokus dalam berdiskusi. Penggunaan laptop
Dengan cara seperti ini kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik.
Hampir semua siswa terlibat aktif dan antusias dalam mengerjakan LKS,
interaktif. Pada saat siswa diminta maju untuk mengisi LKS interaktif di
depan, beberapa siswa siswa yang sebelumnya tidak pernah maju menjadi
berani maju.
Kerjasama yang baik dalam kelompok terlihat pada semua kelompok. Pada
memahami aturan main dengan baik. Pada putaran kedua, pertandingan mulai
berlangsung seru. Setiap siswa berusaha menyelesaikan soal dengan cepat dan
yang akan bertanding. Suasana kelas sangat dinamis dan siswa terlihat
menikmati pertandingan.
41
menunjukkan masih adanya beberapa nilai nol, hal ini dapat dimaklumi
karena masih ada beberapa siswa yang belum menguasai materi dengan baik.
Disamping itu sistem pertandingan yang hanya memberi skor benar dan salah
Dari Tabel 4.2 tampak bahwa banyaknya siswa yang memperoleh skor
Keterangan Aspek:
5
4.35 1. Kesiapan mengikuti pelajaran
4.5 4.06 2. Perhatian pada saat guru
4 3.68 3.65
3.45 menjelaskan
3.5 3.16
3. Keseriusan dalam
3 mengerjakan Tugas
2.5 4. Keaktifan mencatat hal
2 penting dalam pembelajaran
1.5 5. Keaktifan dalam diskusi
1 6. Keaktifan Kerjasama
1 2 3 4 5 6
mengikuti pelajaran dan perhatian terhadap penjelasan guru sudah tinggi. Skor
keaktifan diskusi dan kerjasama sudah cukup tinggi. Hanya saja masih ada
Ulangan harian dalam bentuk tes tertulis dilakukan pada akhir siklus I
untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Dari hasil tes tertulis siklus I
diperoleh nilai terendah 45, nilai tertinggi 100 dan rata-rata nilai 71,17.
Terdapat 15 siswa (50%) yang memperoleh nilai ≥ 78 atau tuntas KKM dan
15 siswa (50%) belum tuntas, hal ini tampak pada Gambar 4.13.
43
100.00
100
71.17
80
60 45.00 50% 50%
40
20
0
4. Refleksi
kondisi awal. Jika dibandingkan dengan kondisi awal rata-rata skor aktivitas
meningkat dari 2,74 menjadi 3,77. Pada siklus I ini, jumlah siswa yang masuk
kategori sangat baik ada 8 siswa (26,67%), kategori baik 12 siswa (40%).
Artinya ada 20 siswa (66,67%) aktivitasnya masuk kategori baik atau sangat
model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit
44
nilai terendah dari 10 menjadi 45. Nilai tertinggi naik dari 96 menjadi 100.
Rata-rata nilai naik dari 39,13 menjadi 71,17. Persentase jumlah siswa yang
telah tuntas belajar juga meningkat dari 3,33% menjadi 50%. Data
Tabel 4.3 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal dan Siklus I
100
80
60
Kondisi Awal
40
Siklus 1
20
0
Nilai Nilai Rata-rata Ketuntasan
Terendah Tertinggi
Gambar 4.14. Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal dan Siklus I
45
yaitu:
2) Guru perlu lebih memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
diskusi kelompok.
soal uraian, karena dimungkinkan pada jawaban soal uraian tidak seratus
1. Tahap Perencanaan
perbaikan yang dilengkapi dengan LKS dalam bentuk cetak, LKS interaktif
yang telah dibuat pada siklus I sesuai dengan catatan yang diperoleh pada
siklus I.
Seperti pada siklus I, pembuatan LKS dibuat dalam dua bentuk yaitu
bentuk cetak dan bentuk aplikasi. Baik LKS cetak maupun LKS aplikasi terdiri
dari 3 LKS dengan tingkat kesulitan yang bertahap. LKS dalam bentuk aplikasi
dalam bentuk aplikasi dirancang dalam layout yang menarik dan interaktif
sehingga selanjutnya disebut sebagai LKS interaktif. Semua soal yang ada pada
LKS interaktif ada pada LKS bentuk cetaknya. Namun demikian pada LKS
bentuk cetak ditambah 2 soal yang tidak terdapat dalam LKS interaktif., hal ini
bantuan aplikasi.
47
pengamatan dan penilaian mulai dari mengawali pelajaran, perhatian ketika guru
2. Pelaksanaan Tindakan
tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus II adalah materi
Februari 2015 (2 jp), pertemuan kedua pada 20 Februari 2015 (2 jp). Ulangan
1. Kegiatan Pendahuluan
cara menentukan hasil dari (a + b)(a – b) baik secara lisan atau tertulis di
papan tulis.
2. Kegiatan Inti
dalam bentuk cetak dan LKS interaktif dalam bentuk aplikasi yang dapat
kelompok juga terdapat satu laptop yang digunakan untuk mempelajari dan
Pada gambar 4.15 tampak semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan
materi Limit, siswa yang ditunjuk sebagai tutor memberi penjelasan kepada
jawaban sesuai dengan isian yang tersedia. Setelah mengisi LKS siswa dapat
mengecek apakah jawaban yang diisikan sudah benar atau belum. Jika
jawaban benar maka akan muncul tanda centang berwarna hijau dan jika
jawaban salah maka akan muncul tanda silang berwarna merah. Siswa dapat
mengganti jawaban yang salah dan dapat mengulang kembali proses ini
dilanjutkan dengan mengisi LKS dalam bentuk cetak. Kegiatan ini juga
3. Kegiatan Penutup
Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari apa yang dipelajari,
Guru memberikan informasi bahwa pada pertemuan yang akan datang akan
membantu teman dalam belajar. Guru memberikan tugas rumah berupa LKS 3
1. Kegiatan Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
masing-masing kelompok dalam hal ini ada 6 peserta pada setiap putaran.
Setelah semua peserta siap masing-masing peserta diberi sebuah soal untuk
kuis sebagai evaluasi. Guru membagikan soal kuis untuk dikerjakan secara
3. Kegiatan Penutup
3. Hasil Pengamatan
Pada pertemuan pertama siklus II, siswa sudah mulai nyaman dengan
dengan baik. Hampir semua siswa terlibat aktif dan antusias dalam diskusi
kelompok. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor sudah luwes dalam menjelaskan
yang akan bertanding. Suasana kelas sangat dinamis dan siswa terlihat
kelompoknya. Hasil pengamatan aktivitas belajar dapat dilihat pada tabel 4.4.
57
Dari Tabel 4.4 tampak bahwa sebanyak 28 siswa (93,33%) masuk dalam
kategori baik atau sangat baik dan tidak ada siswa yang masuk kategori
Rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada semua aspek sudah tinggi,
Keterangan Aspek:
5.00
1. Kesiapan mengikuti pelajaran
4.50
2. Perhatian pada saat guru
4.00
menjelaskan
3.50
3. Keseriusan dalam
3.00
mengerjakan Tugas
2.50 4. Keaktifan mencatat hal
2.00 penting dalam pembelajaran
1.50 5. Keaktifan dalam diskusi
1.00 6. Keaktifan Kerjasama
1 2 3 4 5 6
dalam bentuk tes tertulis pada akhir siklus II. Dari hasil tes tertulis siklus II
diperoleh nilai terendah 52, nilai tertinggi 100 dan rata-rata nilai 88,13.
Terdapat 24 siswa (80%) yang memperoleh nilai ≥ 78 atau tuntas KKM dan 6
siswa (20 %) belum tuntas, hal ini tampak pada Gambar 4.25.
100
100 80.00
80 20%
52
60
40 80%
20
0
4. Refleksi
model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit
dari 3,77 menjadi 4,30. Pada siklus II ini, jumlah siswa yang masuk kategori
59
sangat baik ada 17 siswa (56,67%), kategori baik 11 siswa (36,67%). Artinya
ada 28 siswa (93,33%) aktivitasnya masuk kategori baik atau sangat baik.
model Tutor Teman Sebaya Plus-plus pada materi menentukan nilai Limit
dengan metode mengalikan dengan akar sekawannya. Hasil belajar siswa pada
nilai naik dari 71,17 menjadi 88,13. Persentase banyaknya siswa yang telah
tuntas belajar juga meningkat dari 50% menjadi 80%. Persentase sebesar 80%
sudah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu lebih dari 75% siswa
memperoleh nilai tuntas. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
Kenaikan
Kondisi
No Uraian Siklus I Siklus II dari Kondisi
awal
Awal
1 Nilai Terendah 10 45 52 42
2 Nilai Tertinggi 96 100 100 4
3 Rata-rata 39,13 71,17 88,13 49
4 Ketuntasan 3,33% 50% 80% 76,67%
60
100
90
80
70
60
Kondisi Awal
50
40 Siklus I
30
Siklus II
20
10
0
Nilai Nilai Rata-rata Ketuntasan
Terendah Tertinggi
Gambar 4.26 Progres Prestasi Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
c. RefleksiTindakan Siklus II
yaitu:
D. Pembahasan
Pada kondisi awal aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa masih
rendah. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga
siswa tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Metode yang digunakan adalah
metode ekspositori dimana peran guru sangat dominan, hal ini menyebabkan
61
awal, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan. Rata-rata skor aktivitas belajar
siswa pada kondisi awal 2,74 naik menjadi 3,77 pada siklus I dan naik menjadi
4,30 pada siklus II. Kenaikan ini dikarenakan dengan metode pembelajaran
tutor teman sebaya semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Siswa yang ditunjuk sebagai tutor aktif dalam membantu anggota kelompoknya
aktif bertanya dan berdiskusi dengan tutor yang merupakan teman mereka
menjadikan semua siswa terlibat secara aktif dalam mengisi LKS tersebut.
62
anggotanya agar jangan sampai kalah dengan kelompok lain. Hal ini
awal, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan. Rata-rata nilai prestasi belajar
siswa pada kondisi awal 39,13 naik menjadi 71,17 pada siklus I dan naik
menjadi 88,13 pada siklus II. Persentase siswa yang tuntas juga mengalami
kenaikan, pada kondisi awal siswa yang tuntas belajar hanya 3,33% naik
menjadi 50% pada siklus I dan naik menjadi 80% pada siklus II.
tutor teman sebaya semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
dapat minta bantuan kepada tutor yang merupakan teman mereka sendiri.
Proses diskusi dengan teman sebaya menjadikan siswa lebih terbuka ketika
mengalami kesulitan belajar. Siswa tidak merasa segan ketika bertanya berkali-
kali kepada temannya sendiri. Proses diskusi semacam ini menjadikan siswa
dapat lebih leluasa dalam memahami materi yang diberikan. Hal ini akan sangat
63
berbeda ketika siswa minta bantuan kepada guru, siswa sering merasa segan
serta memunculkan ide baru. Selain itu, ketika tutee mengajukan pertanyaan
yang spesifik dan mendalam, hal itu akan mendukung tutee dalam
proses ini sekaligus juga menguatkan pemahamannya. Hal inilah yang dapat
dan mengisi LKS yang diberikan. Selain mudah digunakan LKS interaktif dapat
memberikan umpan balik terhadap jawaban yang siswa berikan. Dengan cara
seperti ini siswa dapat mengetahui apakah jawaban yang diberikan sudah benar
atau salah tanpa merasa disalahkan. LKS interaktif juga sangat membantu tutor
mengecek jawaban yang dimsukkan sudah benar atau belum. Jika jawaban
kesulitan siswa dapat bertanya kepada tutor yang merupakan teman sendiri.
ditandingkan dengan kelompok lain. Hal ini menyebabkan semua siswa terpacu
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
sebagai berikut.
dalam pengajaran remedial matematika pada materi Limit fungsi aljabar pada
2014/2015. Hal ini tampak dari skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada
kondisi awal 2,74, meningkat menjadi 3,77 pada siklus I dan meningkat menjadi
4,30 pada siklus II. Sedangkan banyaknya siswa yang aktif pada kondisi awal
dalam pengajaran remedial matematika pada materi Limit fungsi aljabar pada
2014/2015. Hal ini tampak dari nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 39,13,
meningkat menjadi 71,17 pada siklus I dan meningkat menjadi 88,13 pada siklus
II. Sedangkan banyaknya siswa yang tuntas pada kondisi awal 3,33%,
meningkat menjadi 50% pada siklus I dan meningkat menjadi 80% pada siklus
II.
65
66
B. Saran
dalam mengatasi kesulitan belajarnya, salah satunya adalah model tutor teman
sebaya plus-plus.
3. Guru perlu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar melalui berbagai teknik
Daftar Pustaka
Alwi, M. (2009). Pengaruh metode tutor teman sebaya terhadap motivasi dan prestasi
belajar matematika siswa SMA. Tesis Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arjanggi, R & Suprihatin, T. (2010). Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya
Meningkatkan Hasil Belajar Berdasar Regulasi-Diri. Makara, Sosial Humaniora,
Vol. 14, No. 2, Desember 2010: 91-97
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, O. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hudojo, H.. 1998. Mengajar belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Magin, D.J. and Churches, A.E. (1995). Peer Tutoring in Engineering Design: a case
study, Studies in Higher Education, Vol 20, No1, pp73-85
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosidakarya
Nasution. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Roscoe, R.D., & Chi, M.T.H. (2007). Understanding tutor learning: Knowledge building
and knowledgetelling in peer tutors’ explaination and questions. Review of
Education Research, 77 (4): 534-574.
Russeffendi, E.T.1984. Dasar-dasar Matematika Modern dan Kompetensi Untuk Guru.
Bandung: Tarsito
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientesi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Semiawan, C. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI.
Suryo, Moh dan Moh. Amin. 1982. Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud P2BSPG.
Jakarta. Tahun V Repelita III.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang:
FMIPA UNNES.
68
Topping, K.J. 1996. The Effectiveness of Peer Tutoring in Further and Higher
Education: A Typology and Review of the Literature. Higher Education, Vol. 32,
No. 3 (Oct., 1996), pp. 321-345
Webb, N. M., & Mastergeorge, A. M. (2003). The development of students’ helping
behavior and learning in peer-directed small group. Cognition and Instruction,
2(4), 361-428.