Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK

WRITE (TTW) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS


PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 12 PADANG

JURNAL

ELSA RADIATI
NIM. 1305591

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)
terhadap Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik
Kelas VII SMP Negeri 12 Padang

Elsa Radiati#1, Yarman*2, Jazwinarti#3

Mathematics Department, State University of Padang


Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang, Indonesia
#1
Mahapeserta didik Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNP
*2,#3
Dosen Jurusan Matematika FMIPA UNP
elsaradiati30@gmail.com

Abstract – The understanding of mathematical concept is one of the abilities that must be known by
learns, because it is the basic in understanding mathematics. A good understanding of concepts has an
important role in achieving the goals of mathematics learning. Based on the observation, understanding
of mathematical concept and learning activities of students class VII SMPN 12 Padang were still low and
need to be improved again, so that learners can understand the concept well. The purpose of this
research are to figure out whether student’s understanding of mathematics concept using TTW type of
cooperative learning model is better than using conventionally model , and also student’s learning
activities in class VII SMPN Padang. Based on data analysis, obtained P-value=0,0486 < α=0,05, then it
was conclude that student’s concept understanding using TTW type of cooperative learning model is
better than student’s concept understanding using conventionally learning model.

Keywords–understanding of mathematical concept, learning activities of student, TTW type of


cooperative learning.

Abstrak – Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh
peserta didik, karena merupakan dasar dalam memahami matematika. Pemahaman konsep yang baik
memiliki peranan penting yang diperlukan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil observasi, pemahaman konsep matematis dan aktivitas belajar peserta didik kelas VII
SMPN 12 Padang masih rendah dan perlu di tingkatkan lagi, agar peserta didik dapat memahami konsep
dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematis
peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik
daripada peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional, serta
mendeskripsikan aktivitas belajar peserta didik kelas VII SMPN 12 Padang. Berdasarkan hasil penelitian,
diperoleh P-value = 0,0486 < α = 0,05, maka disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis peserta
didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik daripada
peserta didik yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

Kata Kunci –pemahaman konsep matematis, aktivitas belajar peserta didik, pembelajaran kooperatif tipe
TTW.

PENDAHULUAN adalah pemahaman konsep. Pemahaman konsep


merupakan penguasaan terhadap materi pelajaran
Matematika merupakan salah satu ilmu yang di mana seseorang dapat mengungkapkan kembali
dapat mencerdaskan dan menunjang kemajuan konsep yang telah di sampaikan kepadanya dengan
suatu bangsa, karena berperan membentuk pola bahasa sendiri dan mampu mengaplikasikannya
pikir manusia agar mampu berpikir logis, praktis, dalam menyelesaikan persoalan dalam
dan sistematis serta memutuskan masalah dengan matematika. Pemahaman konsep yang baik
cepat dan tepat. Oleh karena itu, matematika merupakan hal yang penting dalam mempelajari
menjadi mata pelajaran yang wajib dipelajari dan matematika, karena bermanfaat bagi peserta didik
diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar untuk langkah awal dalam proses menalarkan,
sampai perguruan tinggi. memecahkan masalah, hingga
Berdasarkan Permendikbud nomor 58 Tahun mengkomunikasikan permasalahan matematika.
2014, salah satu tujuan pembelajaran matematika Dalam matematika terdapat konsep prasyarat
sebagai dasar untuk memahami konsep selanjutnya diberikan soal yang sedikit berbeda dari contoh
atau konsep yang saling. Dengan memiliki atau latihan sebelumnya sebagian peserta didik
pemahaman konsep yang baik, peserta didik mengalami kesulitan bahkan ada yang tidak bisa
mampu memahami keterkaitan antara satu konsep mengerjakannya. Hasil yang didapat peserta didik
dengan konsep lainnya. jauh dari yang diharapkan oleh guru. Saat
Indikator-indikator pemahaman konsep diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
matematis yang harus dicapai peserta didik, yaitu mengajukan pertanyaan, hanya sebagian peserta
menyatakan ulang konsep, mengklasifikasikan didik yang bertanya. Peserta didik takut dan malu
objek-objek, mengidentifikasi sifat-sifat operasi bertanya meskipun tidak mengerti.
atau konsep, memberikan contoh atau contoh Peserta didik mengalami kesulitan karena
kontra, menerapkan konsep secara logis, tidak memahami maupun lupa dengan materi
menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk prasyarat. Saat guru menanyakan materi prasyarat,
representasi matematis, mengaitkan berbagai sedikit dari jumlah peserta didik yang bisa
konsep, mengembangkan syarat perlu dan / atau menjawab. Hal ini terjadi karena peserta didik
syarat cukup suatu konsep[1]. Peserta didik sudah banyak yang menghafal konsep, rumus, ataupun
benar-benar memahami konsep jika sudah prosedur penyelesaian. Pada saat membuat catatan
memenuhi indikator-indikato pencapaian peserta didik hanya menyalin yang ada pada papan
pemahaman konsep matematis. tulis tanpa memahaminya. Akibatnya,
Fakta yang terdapat di lapangan berdasarkan pembelajaran matematika kurang bermakna bagi
hasil observasi di kelas VII SMPN 12 Padang guru peserta didik dan hanya menerima apa yang
menerapkan pembelajaran konvensional. Guru disajikan guru tanpa bertanya lebih lanjut bahkan
diawal pembelajaran memulai pembelajaran hasil belajar yang diperoleh belum makimal. Hal
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, inilah yang menjadi salah satu penyebab
memberikan apersepsi, serta memberikan motivasi rendahnya pemahaman konsep matematis peserta
terkait materi yang akan dipelajari kepada peserta didik.
didik, kemudian guru memberikan sebuah Beberapa hasil studi dan penelitian
permasalahan awal untuk menarik minat peserta menyatakan bahwa aktivitas belajar peserta didik
didik dalam mengikuti pembelajaran. Selanjutnya, sangat mempengaruhi prestasi belajar dan
guru memberi kesempatan kepada peserta didik pemahaman konsep matematis mereka. Prestasi
untuk membaca, mengomentari, menanya, mencari belajar peserta didik yang memiliki keaktifan
informasi mengenai permasalahan yang diberikan tinggi lebih baik daripada yang memiliki keaktifan
dengan teman sebangkunya. Guru memberikan rendah. Pentingnya aktivitas belajar dalam
soal latihan dan meminta peserta didik untuk pembelajaran supaya pemahaman konsep peserta
mengerjakannya dan dibahas di depan kelas. Pada didik baik sehingga menghasilkan hasil belajar
akhir pembelajaran guru memberika tugas rumah yang baik. Aktivitas belajar peserta didik yang
untuk melihat sejauh mana pemahaman peserta keaktifan nya rendah, akan menyebabkan
didik terhadap materi yang diberikan. Guru telah pemahaman konsep matematis juga rendah.
mengupayakan pembelajaran aktif dengan dengan Berdasarkan beberapa contoh jawaban
pemberian latihan dan meminta peserta didik ulangan harian peserta didik pada materi bentuk
menyelesaikan permasalahan di depan kelas. aljabar, terlihat bahwa pemahaman konsep
Namun kenyataannya, pada saat kegiatan matematis peserta didik masih rendah. Jika
pembelajaran sebagian peserta didik tampak dibiarkan, maka dapat menyebabkan tujuan
mendengarkan dan mencatat materi yang diberikan pembelajaran matematika sulit untuk dicapai dan
dan sebagian lainnya hanya mendengarkan tanpa berdampak pada hasil belajar peserta didik.
mencatat. Saat pemberian latihan, banyak peserta Rendahnya pemahaman konsep berkaitan dengan
didik yang hanya duduk diam, melakukan kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran matematika
lain diluar pembelajaran, dan hanya menyalin yang baik dapat membantu untuk meningkatkan
pekerjaan temannya yang mengerjakan latihan pemahaman konsep dan aktivitas belajar peserta
tanpa menggunakan pengetahuannya sendiri. Guru didik. Agar pemahaman konsep dan aktivitas
sudah berusaha menegur peserta didik untuk belajar peserta didik dalam pembelajaran
mengerjakan latihan secara individu namun, meningkat, diperlukan peran aktif mereka dan guru
mereka hening dan berpura-pura mengerjakan dalam menerapkan model pembelajaran yang
untuk beberapa saat saja. tepat. Guru hendaknya berupaya mempersiapkan
Selama pembelajaran, guru sudah berusaha model pembelajaran sesuai dengan karakteristik
menanyakan apakah peserta didik mengerti dengan peserta didik, sehingga mampu memfasilitasi
penjelasan yang diberikan dan mereka menjawab peserta didik agar lebih mudah memahami konsep-
mengerti. Namun, dalam menjawab latihan konsep yang diajarkan dan pembelajaran lebih
maupun ujian yang dikerjakan secara individu dan bermakna.
Salah satu model pembelajaran yang cocok dapat membangun pengetahuan dalam proses
diterapkan untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran dan diharapkan mereka mampu
konsep dan membuat peserta didik aktif dalam menyelesaikan soal latihan yang berbeda dari
memperoleh pengetahuan adalah merancang contoh soal. Pada tahap ini dapat membantu
kegiatan pembelajaran yang efektif adalah model peserta didik mencapai indikator menerapkan
pembelajaran kooperatif. Hal ini dikarenakan konsep secara logis, menyajikan konsep dalam
model pembelajaran kooperatif memberikan berbagai macam bentuk representasi matematis,
kesempatan kepada peserta didik untuk dan mengaitkan berbagai konsep dlam matematika
bekerjasama dalam kelompok, sehingga mereka maupun diluar matematika.
dapat saling bertukar pikiran dan saling membantu Tujuan penelitian ini adalah untuk
sesamanya serta bertanggung jawab terhadap mendeskripsikan bagaimana aktivitas belajar
kelompoknya. Model pembelajaran ini peserta didik selama diterapkan model
diperkirakan cocok diterapkan karena selama pembelajaran koopertif tipe Think Talk Write
proses pembelajaran peserta didik sudah tampak (TTW), serta untuk mengetahui pemahaman
mengerjakan latihan dengan teman sebangkunya konsep matematis peserta didik yang belajar
ataupun membentuk kelompok kecil tanpa perintah menggunakan model pembelajaran koopertif tipe
guru sebelumnya. Think Talk Write (TTW) lebih baik dari pada
Model pembelajaran kooperatif yang sesuai pemahaman konsep matematis peserta didik yang
dengan karakteristik peserta didik di SMPN 12 menggunakan pembelajaran konvensional pada
Padang adalah tipe Think Talk Write (TTW). kelas VII SMPN 12 Padang.
Menurut Suyarno (2009:66) dalam model Adapun indikator pemahaman konsep yang
pembelajaran kooperatif tipe TTW dimulai dengan digunakan adalah: 1) menyatakan ulang
berpikir melalu bahan bacaan, hasil bacaannya konsep yang telah dipelajari, 2)
dikomunikasikan dengan diskusi, dan kemudian mengklasifikasikan objek berdasarkan
menulis hasil diskusi. Suatu model pembelajaran dipenuhi tidaknya persyaratan yang
yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan membentuk konsep tersebut, 3)
kemampuan pemahaman konsep peserta didik mengidentifikasikan sifat-sifat operasi atau
adalam model pembelajaran kooperatif tipe konsep, 4) menerapkan konsep secara logis, 5)
TTW[2]. Pemahaman dibangun sendiri oleh memberikan contoh atau contoh kontra (bukan
peserta didik dalam diskusi, kemudian mereka contoh) dari konsep yang telah dipelajari, 6)
menyalurkannya kebentuk tulisan. Pada kegiatan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
akhir pembelajaran adalaH membuat refleksi dan representasi matematika (tabel, grafik,
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. diagram, gambar, sketsa, model matematika,
Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran atau cara lainnya), 7) mengaitkan berbagai
kooperatif tipe TTW yaitu, 1) tahap Think, peserta konsep dalam matematika maupun di luar
didik secara individu memikirkan kemungkinan matematika. Sedangkan untuk pengamatan
jawaban, membuat catatan kecil pada lembar aktivitas belajar peserta didik, indikator-
kegiatan yang telah disediakan oleh guru tentang indikator yang diamati adalah 1) membaca
ide-ide yang terdapat pada bacaan,yaitu LKPD. permasalahan yang terdapat pada LKPD
Pada tahap ini dapat membantu peserta didik secara keseluruha, 2) membuat catatan tentang
mencapai indikator pemahaman konsep yaitu pemasalahan pada lkpd pada lembar kegiatan,
menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari dan 3) berdiskusi dengan teman kelompok yang
memberikan contoh/ bukan contoh, 2) tahap Talk, berkaitan dengan materi, 4) memberikan
peserta didik diberi kesempatan untuk tanggapan/ ide atau menjawab pertanyaan dari
mereflesikan, menyusun, dalam kegiatan diskusi kelompok lain, 5) mencatat hasil presentasi
kelompok. Pada tahap ini guru memberikan kelompom yang tampil, 6) bertanya kepada
kesempatan kepada peserta didik untuk guru mengenai materi pelajaran, 7)
merefleksikan ide-ide dalam diskusi kelompok dan menyimpulkan materi pelajaran.
menyamakan ide dengan temannya sehingga bisa
menambah pengetahuan peserta didik yang METODE PENELITIAN
awalnya masih ragu menjadi lebih percaya akan Jenis penelitian yang dilakukan adalah
jawaban yang dibuatnya. Tahap ini dapat penelitian ekperimen semu dan penelitian
membantu peserta didik mencapai indikator deskriptif dengan rancangan penelitian yang
mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep, 3) digunakan adalah static group design. Rancangan
tahap Write, peserta didik diminta menulis dengan penelitian ini dideskripsikan pada Tabel 1.
bahasa dan pemikirannya secara individu hasil TABEL 1.
pemikiran dan diskusi yang telah mereka lakukan. RANCANGAN PENELITIAN STATIC GROUP
DESIGN
Melalui keterlibatan peserta didik secara aktif
0%≤P<25%
Group Treatment Posttest
Eksperimen X T
25%≤P<50%
Kontrol - T 50%≤P<75%
75%≤P≤100%
Keterangan:
X : Pembelajaran matematika dengan model HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran kooperatif tipe TTW Hasil analisis data tes pemahaman konsep
matematis peserta didik pada kelas sampel dapat
T : Tes pemahaman konsep yang diberikan kepada
dilihat pada Tabel 2.
kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir
pembelajaran. TABEL 2
ANALISIS HASIL TES AKHIR PEMAHAMAN
Penelitian ini diaksanakan di dua kelas, yaitu KONSEP MATEMATIS PESERTA DIDIK PADA KELAS
SAMPEL
VII 1 sebagai kelas eksperimen dan VII 3 sebagai
kelas kelas kontrol. Variabel dalam penelitian ini
adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel Kelas N x s x maks x min
bebas dalam penelitian ini adalah model E 31 25,3 9,1 37 10
pembelajaran kooperatif tipe TTW dan model K 32 21,4 9,4 37 3
pembelajaran konvensional, sedangkan variabel
terikatnya yaitu pemahaman konsep matematis dan Pada Tabel 2, tampak pemahaman konsep
aktivitas belajar peserta didik. Data primer dalam matematis peserta didik kelas eksperimen yang
penelitian ini adalah data aktivitas belajar peserta belajar menggunakan model pembelajaran
didik dan hasil tes pemahaman konsep matematis kooperatif tipe TTW lebih baik dibandingkan
peserta didik, sedangkan data sekundernya adalah dengan kelas kontrol yang belajar menggunakan
data jumlah dan hasil ujian tengah semester model pembelajaran konvensional. Salah satunya
matematika peserta didik kelas VII SMPN 12 dengan melihat skor rata-rata kelas eksperimen
Padang tahun pelajaran 2017/2018. yaitu 25,3 lebih tinggi dibandingkan kelas terlihat
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap bahwa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata
yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
tahap akhir. Instrumen yang digunakan adalah Berdasarkan hasil analisis data dengan
lembar observasi aktivitas belajar peserta didik dan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh P-
tes pemahaman konsep matematis dalam bentuk value = 0,0486 < α = 0,05, maka tolak H0. Hal ini
uraian yang terdiri dari tujuh butir soal. Data hasil berarti menunjukkan pemahaman konsep
tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji Mann matematis peserta didik yang melaksanakan
Whitney karena data dari kedua sampel tidak pembelajaran menggunakan model pembelajaran
berdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk kooperatif tipe TTW lebih baik daripada peserta
mengetahui apakah pemahaman konsep matematis didik yang belajar menguunakan pembelajaran
peserta didik yang pembelajarannya menggunakan konvensional. Hal ini terjadi karena tahapan-
model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih tahapan pada TTW memfasilitasi peserta didik
baik daripada kemampuan pemahaman konsep dalam memahami konsep secara optimal dan
matematis yang menggunakan model mengharuskan peserta didik bertanggung jawab
pembelajaran konvensional. dalam materi pelajaran.
Data aktivitas belajar peserta didik dihitung Berikut data mengenai hasil tes akhir
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan pemahaman konsep matematis peserta didik pada
oleh Sudjana (2006) yaitu, [3] setiap indikator pemahaman konsep matematis
F yang disajikan dalam bentuk tabel persentase
P= ×100% jumlah peserta didik berdasarkan skor yang
N
Keterangan: diperoleh pada tes akhir pemahaman konsep
P= Persentase peserta didik yang melakukan matematis, dapat dilihat pada tabel berikut.
aktivitas pada indikator tertentu
TABEL 3
F= Frekuensi peserta didik yang melakukan PERSENTASE PENCAPAIAN INDIKATOR
aktivitas pada indikator tertentu PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS PESERTA
N-jumlah peserta didik DIDIK
Kemudian persentase tersebut ke dalam kriteria
Indik No. Persentase Peserta Didik Tiap Skor (%)
sebagai berikut menurut Dimyati & Mudjiono ator Soal
Kelas
0 1 2 3 4
(2009) [4] 1 1a E 25.8 41.9 32.3
K 31.3 31.3 37.5
E 38.7 29.0 32.3 kelas kontrol memperoleh persentase yang lebih
1b
K 37.5 31.3 31.3 tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.
E 12.9 87.1 Pemahaman konsep matematis peserta didik
2a
K 3.1 96.9 kelas kontrol pada indikator 1 lebih tinggi
5
E 16.1 83.9 dibandingkan kelas eksperimen. Ini menunjukkan
2b peserta didik kelas kontrol untuk indikator 1 yaitu
K 12.5 87.5
E 0.0 3.2 96.8 menjelaskan apa yang dimaksud dengan
3a persamaan dan pertidaksamaan linear satu
K 3.1 9.4 87.5
E 3.2 6.5 90.3 variabel, lebih baik dibandingkan kelas
3b
K 3.1 12.5 84.4
eksperimen. Beberapa hal yang mengakibatkan ini
E 3.2 3.2 93.5
terjadi pada indikator 1 karena dalam menjawab
2 3c soal tes akhir peserta didik kelas kontrol sebagian
K 9.4 9.4 81.3
besar menjawab dengan lengkap dan benar,
E 0.0 3.2 96.8
3d sedangkan pada kelas eksperimen beberapa orang
K 6.3 9.4 84.4
peserta didik masih menjawab dengan tidak
E 3.2 3.2 93.5
3e lengkap dan juga pada saat pembelajaran
K 6.3 9.4 84.4
berlangsung beberapa dari mereka izin untuk
E 22.6 6.5 0.0 71.0 keluar kelas untuk mengikuti kegiatan lain.
4a
K 43.8 9.4 0.0 46.9 Kemampuan peserta didik kelas kontrol pada
3
E 48.4 6.5 0.0 45.2 indikator 5 juga memperoleh persentase yang lebih
4b
K 53.1 3.1 6.3 37.5 tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Ini
3 5a
E 29.0 0.0 9.7 61.3 menunjukkan kemampuan peserta didik kelas
K 37.5 12.5 0.0 50.0 kontrol untuk indikator 5 lebih baik dibandingkan
E 45.2 0.0 54.8 kelas eksperimen. Hal ini terjadi karena masing-
6 5b
K 68.8 0.0 31.3 masing peserta didik di kelas kontrol selama
4 6
E 29.0 0.0 9.7 0.0 pemebalajaran jika diberikan permasalahan terkait
K 50.0 9.4 6.3 0.0 indikator 5 dapat memberikan jawaban yang
E 51.6 0.0 19.4 29.0 bervariasi karena tidak adanya diskusi kelompok
7a
K 62.5 0.0 3.1 34.3 yang artinya jawaban yang diberikan berdasarkan
7
E 51.6 0.0 16.1 32.3 opini masing-masing. Sedangkan pada kelas
7b
K 68.8 0.0 0.0 31.3 eksperimen, peserta didik mengutarakan jawaban
yang sama dalam satu kelompok sehingga mereka
Keterangan indikator: hanya menyampaikan apa yang anggota
1. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari kelompoknya sampaikan. Hal ini mengakibatkan
2. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan kebanyakan peserta didik kelas eksperimen
dipenuhi tidaknya persyaratan yang memberikan jawaban yang sama.
membentuk konsep tersebut Pada indikator 2, 3, 4, 6 dan 7 persentase
3. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep peserta didik kelas kontrol yang mendapatkan skor
4. Menerapkan konsep secara logis. 0 lebih banyak daripada peserta didik kelas
5. Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan eksperimen. Hal ini menjelaskan bahwa peserta
contoh) dari konsep yang dipelajari didik pada kelas kontrol masih kurang berusaha
6. Menyajikan konsep dalam berbagai maksimal dalam menjawab soal dengan baik dan
representasi matematis (tabel, grafik, diagram, benar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
gambar, sketsa, model matematika, atau cara konsep matematis peserta didik kelas eksperimen
lainnya) lebih baik daripada pemahaman konsep matematis
7. Mengaitkan berbagai konsep dalam konsep peserta didik kelas kontrol.
matematika maupun diluar matematika. Faktor yang menyebabkan model
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat secara pembelajaran kooperatif tipe think talk write ini
keseluruhan pemahaman konsep matematis peserta cukup berpengaruh terhadap pemahaman konsep
didik pada kelas eksperimen lebih baik daripada matematis peserta didik ialah pada model
kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat persentase pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write
peserta didik yang diperoleh untuk tiap indikator melalui tahapan berfikir, berdiskusi, dan
pada kelas eksperimen sebagian besar lebih tinggi menuliskan kesimpulan di akhir pembelajaran
sibandingkan pada kelas kontrol. Pada kelas dapat membantu peserta didik untuk lebih mudah
eksperimen untuk indikator 2,3,4,6 dan 7 yang memahami pelajaran, saling bekerjasama, berbagi
mencapai skor maksimal lebih tinggi daripada di pengetahuan dengan yang lainnya serta membuat
kelas kontrol. Sedangkan untuk indikator 1 dan 5, kesimpulan secara mandiri. Fakta ini didukung
oleh teori yang dikemukakan oleh Shield &
Swinson, 1996 (dalam Yamin.2012:87) bahwa 2 96.5 96.5 96.7 100 96.7 100
menulis dalam matematika membantu 3 79.3 72.4 77.4 83.8 87.1 93.3
merealisasikan salah satu tujuan pembelajaraan, 4 24.1 27.5 41.9 48.3 48.3 60.0
yaitu pemahaman peserta didik tentang materi 5 62.0 79.3 77.4 90.3 90.3 96.6
yang ia pelajari. Selain itu melalui tahapan- 6 24.1 27.5 25.8 29.0 25.8 40.0
tahapan pada think talk write, peserta didik dapat 7 41.3 51.7 51.6 54.8 58.0 66.6
menemukan konsep-konsep sendiri sehingga
pelajaran lebih bertahan lama dalam ingatan Keterangan:
peserta didik[5]. 1. Membaca permasalahan yang terdapat pada
Pembelajaran think talk write dimulai dari LKPD secara keseluruhan.
peserta didik yang berpikir secara individu tentang 2. Membuat catatan tentang pemasalahan pada
masalah yang diberikan dalam LKPD, selanjutnya LKPD pada lembar kegiatan.
peserta didik membuat catatan penting tentang ide- 3. Berdiskusi dengan teman kelompok yang
ide penyelesaian di dalam lembar LKPD tersebut berkaitan dengan materi.
dengan bahasa mereka sendiri. Kemudian peserta 4. Memberikan tanggapan/ ide atau menjawab
didik mendiskusikan hasil pemikirannya tadi pertanyaan dari kelompok lain.
bersama teman di dalam kelompoknya. Berdiskusi 5. Mencatat hasil presentasi kelompok yang
atau berkomunikasi baik antar peserta didik tampil.
maupun antara peserta didik dan guru dapat 6. Bertanya kepada guru mengenai materi
meningkatkan pemahaman dan mempercepat pelajaran.
kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan 7. Menyimpulkan materi pelajaran.
idenya. Fakta ini didukung oleh teori yang
dikemukakan Yamin (2012:87) bahwa Dari Tabel 4 tersebut, terlihat persentase
keterampilan berkomunikasi dapat mempercepat aktivitas yang dilakukan peserta didik bervariasi
kemampuan peserta didik mengungkapkan idenya dalam rentang 24,14% sampai 100%. Persentase
melalui tulisan, dan berkomunikasi dapat terendah adalah 24,14% terdapat pada indikator
meningkatkan pemahaman. Hal ini sesuai dengan peserta didik mencatat hasil presentasi kelompok
tujuan pokok belajar kooperatif menurut Johnson yang tampil dan bertanya kepada guru mengenai
& Johnson dalam Trianto (2012 :57) yaitu materi pelajaran pada pertemuan I, sedangkan
memaksimalkan belajar peserta didik untuk persentase tertinggi terdapat pada indikator peserta
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman didik membuat catatan tentang pemasalahan yang
baik secara individu maupun secara terdapat pada LKPD di lembar kegiatan yaitu pada
pertemuan VI, V, dan VI . Pada Tabel 3 juga
berkelompok[6]. Dengan modal diskusi yang telah
terlihat bahwa aktivitas yang diamati mengalami
dimiliki peserta didik akan membuat diskusi
peningkatan dan penurunan pada pertemuan
kelompok menjadi lebih bermakna, dan hasil dari
tertentu. Hal ini dikarenakan peserta didik belum
diskusi akan ditulis di dalam lembar diskusi yang
terbiasa dan masih beradaptasi dengan perubahan
telah diberikan oleh guru kepada masing-masing
model pembelajaran sehingga terjadi peningkatan
kelompok. Faktor lain yang menyebabkan
dan penurutan pada beberapa indikator aktivitas
kemampuan pemahaman konsep matematis peserta
belajar.
didik pada kelas eksperimen lebih baik karena
model pembelajaran think talk write membiasakan
dan melatih peserta didik untuk
mengkomunikasikan pemahaman yang dimilikinya
dengan cara lisan yang dapat dilakukan dengan
berdiskusi dalam kelompoknya dan menuliskan ide
tersebut secara tertulis.
Selanjutnya, data hasil observasi aktivitas
belajar peserta didik secara lengkap dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut.

TABEL 4
PERSENTASE JUMLAH PESERTA DIDIK YANG
MELAKUKAN AKTIVITAS

Indika Persentase Aktivitas tiap Pertemuan (%) Berdasarkan penjelasan dari data tes akhir
tor I II III IV V VI
pemahaman konsep matematis dan aktivitas
1 86.2 82.7 90.3 90.3 90.3 93.3
belajar peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TTW menunjukkan
hasil yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe TTW
memberikan pengaruh yang baik terhadap
pemahaman konsep dan aktivitas belajar peserta
didik.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil peneltian dan pembahasan,
dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
matematis peserta didik yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TTW lebih baik daripada pemahaman konsep
peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran konvensional dan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TTW membantu
peserta didik dalam berperan secara aktif selama
kegiatan pembelajaran.
UCAPAN TERIMAKASIH
Jurnal ini merupakan pembahasan lebih
lanjut dari skripsi dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write
(TTW) terhadap Pemahaman Konsep Peserta
Didik Kelas VII SMPN 12 Padang”. Skripsi dan
jurnal ini tidak terlepas dari bimbingan Drs. H.
Yarman, M.Pd, Pembimbing I, Dra. Jazwinarti,
M.Pd, Penasihat Akademik sekaligus Pembimbing
II, Bapak dan Ibu staf pengajar Jurusan
Matematika FMIPA UNP, guru dan peserta didik
SMPN 12 Padang. Serta masukan dan dukungan
dari keluarga dan teman-teman prodi Pendidikan
Matematika 2013.

REFERENSI
[1] Tim Penulis. 2013. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Menengah Jakarta: Kemendikbud.
[2] Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovativ. Jawa
Timur: Masmedia Buana Pustaka
[3] Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
[4] Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta
[5] Martinis Yamin dan Bansu I Ansari. 2012. Taktik
Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Ciputat:
Referensi
[6] Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-
Progresif. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai