Anda di halaman 1dari 14

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


PADA MATERI BANGUN RUANG MELALUI ALAT PERAGA BALOK
DAN KUBUS PADA SISWA KELAS VIC DI SDN DANAU INDAH 01
KEC. CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

NANIH NURAENI
SD Negeri Danau Indah 01

ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi dengan masalah rendahnya hasil belajar matematika pada
materi bangun ruang pada siswa kelas VI di SDN Danau Indah 01 Kec. Cikarang Barat-
Bekasi. Hal ini tentunya karena penggunaan alat peraga pembelajaran yang diberikan kurang
tepat sehingga membuat siswa bosan dan jenuh dalam melakukan pembelajaran dikelas.
Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini untuk meningkatkan hasil belajar matematika
pada materi bangun ruang. Pendekatan yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
melalui 2 siklus dan setiap siklus dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, dengan langkah-
langkah sebagai berikut: (1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan, (3). Observasi/ Pengamatan, dan
(4). Refleksi. Peningkatan hasil belajar pada pra siklus hanya mencapai nilai rata-rata kelas
sebesar 52 dengan perolehan nilai 70 ke atas sebanyak 8 siswa atau sebesar 29%. Ini berarti
bahwa sekitar tiga perempatnya atau 20 siswa atau 61% siswa belum tuntas. Siklus 1 nilai
rata-rata siswa masih rendah, 17 siswa atau sebesar 61% yang mendapatkan nilai di atas
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan 11 siswa atau sebesar 31% belum
memenuhi nilai rata-rata KKM yakni sebesar 70, sedangkan pada siklus rata-rata nilai siswa
sebesar 63. Siklus 2 penguasaan terhadap materi pelajaran pada siklus II sudah mencapai
hasil yang maksimal yakni memperoleh nilai rata-rata kelas mencapai 81, hanya terdapat 2
siswa atau sebesar 7% yang belum mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), sedangkan 26 siswa atau sebesar 93% sudah memenuhi nilai rata-rata KKM yakni
sebesar 70. Hasil diatas diperoleh berdasarkan tindakan yang dilakukan melalui alat peraga
bangun ruang pada siswa kelas V. Maka dengan menerapkan alat peraga kubus dan balok,
maka siswa akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran, dapat memecahkan
masalah secara bersama sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu
teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika dan Alat Peraga Kubus dan Balokt

Dalam proses pendidikan guru pembelajaran berjalan dengan maksimal.


memiliki peranan penting yang sangat Dalam dunia pendidikan guru adalah
berpengaruh terhadap kemajuan peserta seorang pendidik, pelatih, dan motivator
didik, guru yang merupakan tokoh yang yang dapat menciptakan kondisi dan
berhubungan langsung dengan siswa suasana belajar yang kondusif yaitu
sebagai subjek dan objek belajar dengan suasana belajar yang menyenangkan,
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, menarik, memberi rasa aman, memberi
yaitu kompetensi pribadi, kompetensi ruang pada siswa untuk berpikir aktif,
professional, dan kompetensi sosial kreatif, dan inovatif dalam mengelaborasi
kemasyarakatan maka diharapkan peran kemampuannya.
guru dapat membantu siswa dalam proses Dalam proses pembelajaran matematika
pembelajaran sehingga proses terkadang siswa sudah merasa takut dan

68 | P e d a g o g i a n a
memandang matematika itu merupakan maka matematika diberikan sejak anak
pelajaran yang sulit sehingga jarang sekali memasuki bangku sekolah sejak kelas I
siswa yang gemar dengan matematika, hal sampai kelas XII (SMA). Namun demikian
ini menjadi motivasi tersendiri bagi guru matematika masih kurang diminati anak
agar para siswa dapat termotivasi untuk didik baik di tingkat SD, SMP maupun
mempelajari matematika dan senang dengan SMA. Hal yang demikian perlu
pelajaran matematika, serta penggunaan cara mendapatkan perhatian bagi guru untuk
penyampaian materi kepada siswa agar memperbaiki metode serta pendekatan
siswa mudah memahami materi yang dalam belajar mengajar sehingga anak
disampaikan. didik merasa senang dan termotivasi untuk
Dalam kegiatan pembelajaran di belajar matematika.
sekolah, pada prakteknya guru sebagai Matematika merupakan salah satu
salah satu komponen dalam pembelajaran mata pelajaran pokok, mata pelajaran
yang sering menghadapi berbagai macam wajib yang ada di setiap jenjang
kendala. Kendala-kendala tersebut bisa pendidikan dasar dan menengah.
berasal dari siswa, fasilitas, pengetahuan Matematika juga menjadi salah satu dari
yang minim yang dimiliki oleh guru. Oleh tiga mata pelajaran yang di masukkan
sebab itu, guru di tuntut dapat dalam Ujian Akhir Sekolah Berstandar
mengembangkan diri serta dapat mencari Nasional. Sampai sekarang masih ada
terobosan-terobosan yang dapat di siswa yang kurang berminat terhadap
sesuaikan dengan kemajuan teknologi matematika dan hasil belajar matematika
yang sedang berkembang saat ini. Salah pun belum menunjukkan hasil yang
satu cara yang dilakukan untuk optimal. Matematika adalah bagian yang
mengembangkan metode dan penggunaan tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-
media atau alat peraga yang tepat dan hari. Meskipun dalam bentuk perhitungan
harus di sesuaikan dengan proses belajar sederhana, matematika tetap berperan
mengajar di kelas. penting dalam banyak hal. Saat ini ada
Mata pelajaran matematika di Sekolah sangat banyak anak yang tidak mampu
Dasar merupakan mata pelajaran yang atau bahkan tidak mau mempelajari
dianggap paling sulit oleh siswa sehingga matematika karena merasa matematika
berakibat pada rendahnya hasil belajar sulit dan tidak menyenangkan, akibat
mata pelajaran tersebut. Padahal proses pembelajaran matematika yang
matematika merupakan mata pelajaran salah dan sangat membebani anak didik.
yang wajib diberikan bagi siswa sejak Materi pelajaran matematika disusun
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah secara teratur dalam urutan yang logis,
Atas. Jumlah jam mata pelajaran dalam arti bahwa suatu topik matematika
matematika cukup banyak dibandingkan akan merupakan prasyarat bagi topik
dengan mata pelajaran lainnya. berikutnya. Seseorang akan lebih mudah
Matematika merupakan mata pelajaran mempelajari sesuatu bila belajar itu
yang melatih anak untuk berpikir rasional, didasari kepada apa yang diketahui oleh
logis, cermat, jujur dan sistematis. Pola orang itu. Oleh karena itu untuk
pikir yang demikian sebagai suatu yang mempelajari suatu topik matematika yang
perlu dimiliki siswa sebagai bekal dalam baru, pengalaman balajar yang lalu dari
kehidupan seharihari. Penerapan seseorang akan mempengaruhi terjadinya
matematika dalam kehidupan sehari-hari proses belajar matematika dan juga belajar
akan dapat membantu manusia dalam matematika yang terputus-putus. Ini berarti
memecahkan masalah-masalah kehidupan bahwa belajar matematika akan terjadi
dalam berbagai kebutuhan kehidupan. dengan lancar bila belajar itu sendiri
Karena kondisi yang demikian pentingnya, dilakukan secara kontinyu.

Volume 8, No. 4, April 2020 | 69


JPD: Jurnal Pedagogiana
P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Proses pembelajaran yang terjadi di menggunakan paradigma yang lama,


dalam kelas sebaiknya tidak hanya di dimana guru memberikan pengetahuan
dominasi oleh guru saja, akan tetapi harus kepada siswa yang pasif. Dari jumlah
siswa yang lebih aktif karena memang siswa sebanyak 28 orang siswa hanya
peserta didik yang belajar bukan guru, terdapat 8 siswa atau 29% yang dapat
sehingga peserta didik tidak lagi sebagai mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
obyek belajar akan tetapi sebagi subyek Minimal (KKM) yang telah di tetapkan
belajar. Jadi jelaslah bahwa memang yakni sebesar 70, sedangkan siswa yang
peserta didik yang harus berperan aktif belum mencapai nilai rata-rata KKM
dalam proses pembelajaran untuk sebanyak 20 atau 71% siswa.
mendapatkan dan mengembangkan Rendahnya hasil belajar matematika,
pengetahuan itu, sementara peran guru menandakan kurang berhasilnya guru
bukan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam pembelajaran matematika.
akan tetapi sebagai mediator dan fasilitator Sebenarnya hal ini tidak hanya terkait
dalam rangka membantu optimalisasi dengan pembelajaran yang guru lakukan,
belajar siswa. tetapi juga ada faktor-faktor lain yang
Hasil belajar merupakan kemampuan berperan dalam keberhasilan suatu
yang diperoleh anak setelah melalui pembelajaran. Ada beberapa hal yang
kegiatan belajar. Dimyati dan Mudjiono menjadi penyebabnya, antara lain
(2009: 12) memaparkan bahwa hasil kurangnya pemahaman materi,
belajar merupakan hasil dari suatu penggunaan metode yang kurang tepat,
interaksi kegiatan belajar mengajar. Hasil media yang kurang menarik ataupun
belajar merupakan suatu pencapaian tujuan proses belajar mengajar yang kurang
pembelajaran dan peningkatan bervariatif.
kemampuan mental siswa. Setelah selesai Penulis menggunakan alat peraga
mempelajari sejumlah materi, diadakan karena melalui alat peraga bukanlah
evaluasi hasil belajar untuk mengetahui sebuah gambar ataupun peta konsep
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran semata, namun dalam alat peraga
yang telah ditentukan sebelumnya, menggabungkan antara penglihatan dan
sebelum dilanjutkan pada jenjang yang gambar yang menarik dan menyenangkan.
lebih tinggi. Dalam kegiatan pembelajaran Diharapkan setelah guru menggunakan alat
tujuan yang ingin dicapai telah ditentukan peraga, hasil belajar matematika akan lebih
sebelumnya, anak yang dikatakan berhasil meningkat. Berdasarkan uraian latar
adalah mereka yang dapat mencapai belakang masalah, maka penulis memilih
tujuan-tujuan pelajaran yang telah untuk menggunakan alat peraga kubus dan
ditentutan sebelum proses belajar balok dalam meningkatkan hasil belajar
berlangsung. matematika pada materi bangun ruang
Pelaksanaan pembelajaran yang pada siswa kelas VI SDN Danau Indah 01
penulis lakukan untuk mata pelajaran Kec. Cikarang Barat-Bekasi untuk
matematika belum berhasil, siswa belum bersikap aktif, kreatif dalam belajar.
menguasai konsep tersebut. Hal itu Berdasarkan latar belakang,
terbukti dari rendahnya nilai yang identifikasi dan analisis masalah di atas,
diperoleh siswa. Hasil observasi awal yang rumusan masalah yang peneliti rumuskan
dilakukan pada hari Senin tanggal 06 pada pembelajaran matematika adalah:
Agustus 2018 pada materi bangun datar ³$SDNDK GHQJDQ PHQJJXQDNDQ DODW SHUDJD
diperoleh hasil belajar matematika siswa kubus dan balok dapat meningkatkan hasil
kelas VI di SDN Danau Indah 01 Kec. belajar matematika materi bangun ruang
Cikarang Barat tergolong rendah. Selama pada siswa kelas VI di SDN Danau Indah
ini proses pembelajaran kebanyakan masih 01 Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi?.

70 | P e d a g o g i a n a
Adapun tujuan utama yang ingin di pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.
capai dalam penelitian adalah: 1) Hal ini senada dengan teori belajar
Mengetahui pelaksanaan pembelajaran behavioristik yang dikemukakan oleh John
sebelum menggunakan alat peraga kubus B Watson (Winataputra, 2007: 24) yaitu:
dan balok dalam meningkatkan hasil teori belajar behavioristik mendefinisikan
belajar matematika pada materi bangun bahwa belajar merupakan perubahan
ruang; 2) Untuk mengetahui pelaksanaan perilaku, khususnya perubahan kapasitas
pembelajaran yang diterapkan dengan siswa untuk berperilaku (yang baru)
menggunakan alat peraga kubus dan balok sebagai hasil belajar.
dalam meningkatkan hasil belajar Secara etimologis, hasil belajar
matematika pada materi bangun ruang; dan merupakan gabungan dari kata hasil dan
3) Untuk meningkatkan hasil belajar belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa
matemtika siswa kelas VI pada materi Indonesia (2000:14, 343) hasil adalah
bangun ruang melalui alat peraga. sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan)
akibat usaha. Sedangkan belajar adalah
Pengertian Belajar berusaha memperoleh kepandaian atau
Pengertian belajar menurut Gagne dan ilmu untuk merubah tingkah laku atau
Briggs yang dikutip oleh Sudjana (2000: tanggapan yang disebabkan pengalaman.
3), perubahan tingkah laku dalam proses Hasil belajar adalah tingkat pengusaan
belajar menghasilkan aspek perubahan yang dicapai oleh siswa/ pelajar dalam
seperti kemampuan membedakan, konsep mengikuti program belajar mengajar sesuai
kongkrit, konsep terdefinisi, nilai, dengan tujuan yang telah ditetapkan.
nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, Arikunto (2006: 135) mengatakan bahwa
informasi verbal, sikap, dan keterampilan hasil belajar adalah hasil akhir setelah
motorik. Belajar adalah modifikasi atau mengalami proses belajar dimana hasil itu
memperteguh kelakuan melalui tampak dalam bentuk perbuatan yang
pengalaman, yang berarti bahwa, belajar dapat diamati dan diukur.
merupakan suatu proses suatu kegiatan dan Selain itu, Ausubel mengemukakan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar sebagaimana yang dikutip oleh Dahar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih (1999: 111) bahwa hasil belajar
luas dari itu, yakni mengalami. Hasil merupakan salah satu syarat untuk
belajar bukan suatu penguasaan hasil terjadinya belajar bermakna, yakni suatu
latihan melainkan pengubahan kelakuan. proses yang mengaitkan informasi baru
(Hamalik, 2003: 27). Menurut Slameto dengan konsep relevan yang terdapat
(2008: 2) bahwa belajar merpakan suatu dalam struktur kognitif seseorang. Kingley
proses usaha yang dilakukan seseorang yang dikutip oleh Sudjana (1999: 22),
untuk memperoleh ssesuatu perubahan membagi hasil belajar menjadi tiga
tingkah laku yang baru secara keseluruhan macam, yakni : 1). Keterampilan dan
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam kebiasaan, 2). Pengetahuan dan pengertian,
interaksi dengan lingkungannya. Belajar dan 3). Sikap dan cita-cita.
sebagai kegiatan individu sebenarnya Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
merupakan rangsangan. Rangsangan dua faktor utama yaitu faktor dari dalam
individu yang dikirim kepadanya oleh diri siswa (internal), dan faktor yang
lingkungan. datang dari luar diri siswa (eksternal).
Belajar pada manusia dirumuskan Menurut Slameto (2013: 54-55) faktor
sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang mempengaruhi hasil belajar adalah
yang berlangsung dalam interaksi aktif Faktor-faktor internal dan Faktor-faktor
dengan lingkungan, yang menghasilkan eksternal.
perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

Volume 8, No. 4, April 2020 | 71


JPD: Jurnal Pedagogiana
P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Menurut Sudjana (2000: 77) ada guru dapat menciptakan suasana


beberapa cara yang dapat digunakan untuk pembelajaran yang kondusif serta
meningkatkan kualitas dan kuantitas terselenggaranya kegiatan pembelajaran
belajar siswa, yaitu: (1) kesiapan fisik dan yang efektif.
mental; (2) konsentrasi belajar; (3) minat Tujuan pembelajaran matematika di
dan motivasi belajar; (4) penggunaan SD di dalam kurikulum tingkat satuan
berbagai strategi belajar yang sesuai; (5) pendidikan bertujuan agar peserta didik
belajar secara holistik; (6) berbagi; dan (7) memiliki kemampuan sebagai berikut : (1)
menguji hasil belajar. memahami konsep matematika,
Dalam belajar diperlukan suatu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
pemusatan perhatian agar apa yang mengaplikasikan konsep atau algortima,
dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa secara luwes, akurat, efesien, dan tepat
dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya dalam pemecahan masalah, (2)
tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu menggunakan penalaran pada pola dan
perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan sifat, melakukan manipulasi matematika
ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik dalam membuat generalisasi, menyusun
kognitif, psikomotor maupun afektif. Untuk bukti, atau menjelaskan gagasan dan
meningkatkan minat, maka proses pernyataan matematika, (3) memecahkan
pembelajaran dapat dilakukan dalam masalah yang meliputi kemampuan
bentuk kegiatan siswa bekerja dan memahami masalah, merancang model
mengalami apa yang ada di lingkungan matematika, menyelesaikan model dan
secara berkelompok. menafsirikan solusi yang diperoleh, (4)
mengkomunikasikan gagasan dengan
Pembelajaran Matematika simbol, tabel, diagram, atau media lain
Belajar matematika merupakan untuk memperjelas keadaan atau masalah,
tentang konsep-konsep dan struktur (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
abstrak yang terdapat dalam matematika matematika dalam kehidupan, yaitu
serta mencari hubungan antara konsep- memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan
konsep dan struktur matematika. Belajar minat dalam mempelajari matematika
matematika harus melalui proses yang sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam
bertahan dari konsep yang sederhana ke pemecahan masalah. (Darajat, 2005: 24).
konsep yang lebih kompleks. Darsono Selain tujuan umum yang
(2000: 12) EDKZD ³VHWLDS NRQVHS menekankan pada penataan nalar dan
matematika dapat dipahami dengan baik pembentukan sikap siswa serta
jika pertama-tama disajikan dalam bentuk memberikan tekanan pada ketrampilan
konkrit. Salah satu dari Standar dalam penerapan matematika juga memuat
Kompetensi Lulusan SD pada mata tujuan khusus matematika SD yaitu: (1)
pelajaran matematika yaitu, memahami menumbuhkan dan mengembangkan
konsep sifat-sifat dan hubunagn bangun ketrampilan berhitung sebagai latihan
ruang, serta penggunaannya dalam dalam kehidupan sehari-hari, (2)
kehidupan sehari-hari.´ menumbuhkan kemampuan siswa, yang
Berdasarkan uraian tersebut dapat dapat dialihgunakan melalui kegiatan
dikatakan bahwa pemahaman guru tentang matematika, (3) mengembangkan
hakekat pembelajaran matematika di SD kemampuan dasar matematika sebagai
dapat merancang pelaksanaan proses bekal belajar lebih lanjut.
pembelajaran dengan baik yang sesuai Matematika sekolah adalah
dengan perkembanagan kognitif siswa, matematika yang telah dipilah-pilah dan
penggunaan media, metode dan disesuaikan dengan tahap perkembangan
pendekatan yang sesuai pula. Sehingga intelektual siswa, serta digunakan sebagai

72 | P e d a g o g i a n a
salah satu sarana untuk mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan
kemampuan berpikir bagi para siswa. Ada disiplin.
sedikit perbedaan antara matematika
sebagai ilmu dengan matematika sekolah. Alat Peraga Pembelajaran
Perbedaan itu dalam bentuk penyajian, Secara umum pengertian alat peraga
pola pikir, keterbatasan semesta, dan adalah benda atau alat-alat yang
tingkat keabstrakan (Sumardyono, 1994: diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
43-44). pembelajaran. Alat peraga adalah
Tujuan pembelajaran matematika di seperangkat benda kongkret yang
SD di dalam kurikulum tingkat satuan dirancang, dibuat atau disusun secara
pendidikan bertujuan agar peserta didik sengaja yang digunakan untuk membantu
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) menanamkan atau mengembangkan
memahami konsep matematika, konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan pembelajaran. Alat peraga dalam proses
mengaplikasikan konsep atau algortima, pembelajaran memegang peranan yang
secara luwes, akurat, efesien, dan tepat penting sebagai alat bantu untuk
dalam pemecahan masalah, (2) menciptakan proses pembelajaran yang
menggunakan penalaran pada pola dan efektif. Alat bantu pembelajaran adalah
sifat, melakukan manipulasi matematika perlengkapan yang menyajikan satuan-
dalam membuat generalisasi, menyusun satuan pengetahuan melalui stimulasi
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pendengaran, penglihatan atau keduanya
pernyataan matematika, (3) memecahkan untuk membantu pembelajaran (Kochhar,
masalah yang meliputi kemampuan 2008: 214). Russefendi (1994: 132)
memahami masalah, merancang model memberikan definisi alat peraga, yaitu alat
matematika, menyelesaikan model dan untuk menerangkan/ mewujudkan konsep
menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) pembelajaran. Alat peraga adalah suatu
mengkomunikasikan gagasan dengan alat yang dapat diserap oleh mata dan
simbol, tabel, diagram, atau media lain telinga dengan tujuan membantu guru agar
untuk memperjelas keadaan atau masalah, proses belajar mengajar siswa lebih efektif
(5) memiliki sikap menghargai kegunaan dan efisien (Sudjana, 2002: 59).
matematika dalam kehidupan, yaitu Menegaskan pendapat tersebut, Hamalik
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan (1994: 25) mengatakan bahwa alat peraga
minat dalam mempelajari matematika merupakan media pembelajaran yang
sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam mengandung atau membawa ciri-ciri dari
pemecahan masalah. konsep yang dipelajari. Karena alat peraga
Selain tujuan umum yang merupakan bagian dari media
menekankan pada penataan nalar dan pembelajaran, maka fungsinya juga sama
pembentukan sikap siswa serta dengan media pembelajaran.
memberikan tekanan pada ketrampilan Menurut Anderson, alat peraga
dalam penerapan matematika juga memuat sebagai media atau perlengkapan yang
tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) digunakan untuk membantu para pengajar.
menumbuhkan dan mengembangkan Ahli lain mengemukakan bahwa alat
ketrampilan berhitung sebagai latihan peraga yaitu alat bantu atau pelengkap
dalam kehidupan sehari-hari, (2) yang digunakan guru atau siswa dalam
menumbuhkan kemampuan siswa, yang belajar mengajar (Engkoswara, 1997: 52).
dapat dialihgunakan melalui kegiatan Alat peraga adalah media pembelajaran
matematika, (3) mengembangkan yang mengandung atau membawakan ciri-
kemampuan dasar matematika sebagai ciri dari konsep yang dipelajari. Alat
bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk peraga dapat dibagi menjadi dua macam

Volume 8, No. 4, April 2020 | 73


JPD: Jurnal Pedagogiana
P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

yaitu alat peraga jadi dan alat peraga pembelajaran. Alat peraga dapat
buatan sendiri. Alat peraga jadi yaitu alat memperkuat pembelajaran, antara lain :
peraga yang dibuat oleh suatu perusahaan 1) Membantu siswa mengenal
yang dapat dibeli oleh sekolah, siswa pengetahuan secara langsung
maupun guru tinggal menggunakannya 2) Menunjang kata terucap
saja. Alat peraga buatan sendiri adalah alat 3) Membuat lebih nyata, jelas, menarik,
peraga yang dibuat sendiri oleh guru dan seperti hidup
maupun siswa. Tidak semua sekolah 4) Membantu mengembangkan kepekaan
mampu menyediakan alat peraga karena terhadap waktu dan tempat
harganya yang mahal. Oleh karena itu 5) Mengembangkan kepekaan terhadap
dapat disiasati dengan membuat alat hubungan sebab akibat
peraga sendiri, dengan biaya yang sedikit 6) Membantu guru mengembangkan
gurupun mampu menggunakan alat bantu bahan pembelajarannya
untuk menyampaikan materi sehingga 7) Menunjang bahan buku pelajaran
materi itu dapat diterima siswa dengan 8) Membantu pembelajaran permanen
baik. Regional Education Centre of 9) Menambah kesenangan dan minat
Science and Mathematic (RECSAM), pada pembelajaran (Kochhar, 2008:
mengelompokkan alat peraga sebagai 210).
berikut: Pembelajaran dengan alat peraga,
a) Alat praktik, adalah suatu alat atau set maksudnya adalah cara yang digunakan
alat yang digunakan secara langsung oleh guru dalam menyampaikan materi
untuk membentuk suatu konsep. pelajaran dengan menggunakan alat bantu
b) Alat peraga, adalah alat yang yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
digunakan untuk membantu Salah satu manfaat yang dapat diperoleh
memudahkan memahami suatu konsep dari pembelajaran dengan alat bantu
secara tidak langsung. Termasuk ke adalah memudahkan guru dan siswa dalam
dalam kelompok ini antara lain: mempelajari dan memahami materi
model, karta, dan poster. pelajaran yang akan diajarkan. Alat peraga
c) Alat pendukung, adalah alat yang akan sangat mudah sekali penggunaanya
sifatnya mendukung jalannya apabila dipersiapkan, dirancang dan
percobaan/eksperimen atau kegiatan dipergunakan sebagai alat bantu sendiri.
pembelajaran yang lainnya. Contoh Dalam pembuatan alat peraga
alat yang termasuk kelompok ini membutuhkan waktu dan tenaga yang
adalah pembakar spiritus, papan tidak sedikit, untuk memilih,
flanel, OHP, dan sebagainya. mempersiapkan bahan, pengayaan atau
(Russefendi, 1994: 134) penjelasan. Pergunakan kesempatan yang
Alat peraga sangat dibutuhkan oleh baik dalam menggunakan alat peraga
guru karena guru dituntut untuk membuat sehingga ada respon yang positif dari
relevan tentang apa yang terjadi berabad- siswa, sehingga dapat melatih daya pikir
abad yang lalu. Dia harus merekonstruksi dan perkembangan siswa. Namun
masa lampau, penjelasan-penjelasan demikian manfaat lain dari alat peraga bisa
belaka tidak dapat membuat menjadi dipergunakan dilain waktu atau apabila
hidup, gamblang dan relevan dengan materi pembahasan sama. Alat peraga
kehidupan masa kini atau masa depan. yang dibahas dalam tulisan ini berupa
Pelajaran bagi siswa dikatakan menarik susunan konsep materi yang disesuaikan
MLND GLNHPDV GHQJDQ WLGDN NDNX GDQ ¶DJDN¶ dengan gambar sehingga menjadi satu
bebas, yang mampu membangun imajinasi konsep yang utuh.
peserta didik tentang pengetahuan dan
pengalaman yang menarik dari materi

74 | P e d a g o g i a n a
METODE Penelitian tindakan dapat dipandang
Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan
Perbaikan pembelajaran matematika perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pada materi bangun ruang melalui alat pengamatan dan refleksi yang selanjutnya
peraga yang dilakukan pada siswa kelas VI mungkin di ikuti dengan siklus spiral
dengan jumlah sebanyak 28 siswa yang berikutnya.
terdiri dari 11 siswa perempuan dan 17
siswa laki-laki yang tercatat pada tahun Teknik Analisis Data
ajaran 2018/2019 semester ganjil. Analisis data yang digunakan
Tempat perbaikan pembelajaran bersumber dari data yang bersifat kualitatif
dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Danau yakni merupakan bagian deskripsi dari
Indah 01 Kec. Cikarang Barat Kab. hasil pengamatan dan sumber data yang
Bekasi. Pemilihan di sekolah tersebut bersifat kualitatif yaitu dari hasil lembar
sebagai tempat dilaksanakanya penelitian kerja siswa yang di masukan kedalam
ini karena merupakan sekolah tempat pencapaian hasil belajar.
peneliti mengabdikan diri sebagai 1. Sumber Data
pendidik. Sumber data dalam penelitian ini
Penelitian perbaikan pembelajaran diambil dari hasil nilai evaluasi siswa
dilaksanakan dalam 2 siklus rangkaian kelas VI dengan materi bangun ruang
kegiatan pembelajaran, yakni siklus 1 dan berupa daftar nilai dan hasil
siklus 2 masing-masing siklus terdiri dari pengamatan yang berupa lembar
2x pertemuan, dilaksanakan pada bulan pengamatan keaktifan siswa dan kinerja
Agustus sampai September 2018. guru.
2. Instrumen Penelitian
Prosedur Perbaikan Pembelajaran Terdapat beberapa instrumen
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas penelitian yang peneliti gunakan dalam
tersedia model-model yang dapat dijadikan proses pengumpulan data pada
acuan dalam membuat desain PTK. penelitian ini adalah Lembar Tes,
Penulis menggunakan model Kemmis dan Observasi dan Dokumentasi.
Mc.Taggart meliputi: 1). perencanaan
(planning), 2. pelaksanaan (acting), 3). HASIL PENELITIAN
pengamatan (observing), dan 4). refleksi Pra Siklus
(reflecting). Model siklus tersebut dapat Pra siklus dilakukan untuk
digambarkan sebagai berikut: memperoleh data awal sebelum
diterapkannya alat peraga yang akan
dilaksanakan dalam penelitian perbaikan
pembelajaran ini. Kegiatan pendahuluan
yang dilaksanakan bertujuan untuk
mengetahui bagaimana gambaran awal
mengenai hasil belajar matematika materi
bangun ruang yang telah dimiliki oleh
siswa kelas VI.
Pembelajaran yang dilakukan oleh
guru masih bersifat sederhana dan
konvensional yang hanya menggunakan
metode ceramah, tanya jawab dan
Gambar 3.1.
penugasan tanpa menggunakan alat
Model PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
peraga. Namun dalam sesekali ada sedikit
Menurut Kemmis dan Mc Taggart
tanya jawab antara siswa dan guru, hal ini
(Arikunto, 2001: 211)
Volume 8, No. 4, April 2020 | 75
JPD: Jurnal Pedagogiana
P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana didalam melakukan pembelajaran sehingga


keaktifan siswa di dalam kelas. dalam hal ini hanya guru yang aktif.
Perolehan hasil tes hasil belajar siswa
kelas VI berdasarkan indikator yang telah Siklus 1
dirumuskan dalam setiap soal. Siswa Perencanaan, sebelum melakukan
dinyatakan tuntas dalam pembelajaran jika proses pembelajaran dengan menggunakan
PHPHQXKL NULWHULD SHQLODLDQ ..0 • 70, alat peraga, maka dibuatlah sebuah
secara rinci dapat di lihat pada tabel di perencanaan sebagai berikut: 1) Menyusun
bawah ini: Rencana Perbaikan Pembelajaran dengan
Tabel 4.1 menerapkan alat peraga, 2) Menyiapkan
Daftar Hasil Belajar Pra Siklus bahan ajar mengenai bangun ruang prisma
Jumlah 1458 segi tiga dan kubus, 3) Menyusun lembar
Rata-rata Kelas 52 observasi siswa dan guru.
Nilai Tertinggi 80
Tindakan, setelah melakukan
perencanaan secara terencana dan
Nilai Terendah 30 sistematis, langkah selanjutnya adalah
Presentasi Siswa Tuntas Belajar % 29% (8 siswa) melaksanakan tindakan. Peneliti dibantu
Presentasi Belum Tuntas Belajar % oleh supervisor 2 dalam melakukan
71% (20 siswa)
observasi atau pengamatan terhadap
kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
Dari data di atas, dapat ditemukan Secara keseluruhan, guru sudah
bahwa siswa yang berhasil dengan memberikan tindakan sesuai dengan
perolehan nilai 70 ke atas sebanyak 8 rencana perbaikan pembelajaran yang telah
siswa atau sebesar 29%. Ini berarti bahwa disusun sesuai dengan menggunakan alat
sekitar tiga perempatnya atau 20 siswa peraga. Berikut ini deskripsi pelaksanaan
atau 71% siswa belum tuntas, sedangkan dan pengamatan kegiatan pembelajaran
rata-rata kelas yang diperoleh hanya 52. dengan menggunakan alat peraga.
Untuk mengetahui gambaran dalam bentuk Pada kegiatan awal, guru mengecek
grafik dapat dilihat pada gambar 4.1 kondisi kelas meliputi kebersihan kelas
dibawah ini: dan kebersihan papan tulis. Seluruh siswa
dan guru berdo¶a untuk mengawali
pelajaran sesuai agama dan
kepercayaannya masing-masing. Guru
80% menanyakan apakah siswa siap untuk
60%
40% Tuntas memulai pembelajaan, kemudian
20%
Tuntas Remedial mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya
0%
Nilai Nilai
guru menyampaikan tujuan pembelajaran
30-60 70-90 yaitu mempelajari tentang bangun ruang
prisma dan kubus, melakukan apersepsi
dengan melakukan tanya jawab bersama,
dan memotivasi siswa. Pada saat itu siswa
Gambar 4.1 masih terlihat ramai, sehingga kurang
Grafik Persen Hasil Belajar Pra Siklus memperhatikan penjelasan guru.
Guru menjelaskan materi, secara
Pada pra siklus, aktifitas siswa dalam bersamaan siswa menyebutkan jenis-jenis
melakukan pembelajaran masih sangat bangun ruang yang ada disekitar kelas,
rendah, terlihat sekali siswa kurang seperti lemari, tabung, kubus, balok dan
bekerjasama, interaktif, tekun dan kreatif lain-lain. Guru menggunakan alat peraga
kubus kemudian siswa mengidentifikasi,

76 | P e d a g o g i a n a
melalui alat peraga bangun ruang kubus Berdasarkan hasil evaluasi di kelas VI
dan balok, guru menjelaskan sisi-sisi penguasaan terhadap materi pelajaran pada
bangun ruang, menuliskan contoh rumus siklus I masih rendah, 17 siswa atau
menghitung volume bangun ruang. sebesar 61% yang mendapatkan nilai di
Siswa mengamati alat peraga yang atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
diperlihatkan guru didepan kelas, sedangkan 11 siswa atau sebesar 39%
kemudian menjelaskan sisi-sisi, siku-siku, belum memenuhi nilai rata-rata KKM
rusuk, titik sudut, panjang, luas, volume yakni sebesar 70, sedangkan pada siklus
dan lain sebagainya, kemudian siswa rata-rata nilai siswa sebesar 65. Untuk
membuat catatan tentang materi yang telah mengetahui gambaran dalam bentuk grafik
dijelaskan oleh guru. dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini:
Pada kegiatan akhir pembelajaran,
setelah semua selesai siswa bersama guru
membahas kembali materi yang telah di
sampaikan oleh guru tersebut. Guru dan 80%
siswa melakukan kegiatan refleksi kembali 60%
40% Tuntas
dengan melakukan tanya jawab mengenai 20%
Tuntas Remedial
pembelajaran hari ini dan bersama-sama 0%
menyimpulkan pembelajaran yang telah Nilai Nilai
30-60 70-90
dilakukan.
Observasi, untuk mengetahui tingkat
keberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran siswa VI, dilaksanakan Gambar 4.2
observasi dan tes akhir siklus yang
dilaksanakan secara individu, tahapan Siklus 2
observasi dilakukan bersamaan dengan Perencanaan, pada tahap perencanaaan
pelaksanaan. Kegiatan observasi ini kembali ini, kegiatan yang dilakukan
dilakukan bersama teman sejawat dengan adalah membuat kembali: 1) menyusun
melakukan pengamatan aktifitas belajar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
siswa dan guru selama menggunakan alat dengan alat peraga bangun ruang, 2)
peraga bangun ruang. Tujuannya untuk penulis bersama teman sejawat menyusun
melihat perkembangan belajar siswa dalam lembar observasi aktivitas belajar siswa
menerapkan alat peraga yang digunakan. pada siklus 2, 3) menyusun alat, media dan
Kegiatan observasi ini dilakukan mulai bahan ajar yang akan disampaikan kepada
dari awal tindakan hingga akhir tindakan. siswa.
Adapun hasil observasi siklus I sebagai Pelaksanaan Tindakan, guru
berikut: memasuki kelas dan membuka
Tabel 4.2 pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Kegiatan pembelajaran diawali dengan
Jumlah 1808
mempersiapkan siswa untuk siap
Rata-rata Kelas 65 menerima pelajaran. Hal yang dilakukan
Nilai Tertinggi 80 pada tahap ini adalah berdo¶a, mengabsen
Nilai Terendah 50 siswa, dan mengecek kebersihan serta
kerapihan didalam kelas. Setelah semua
Presentasi Siswa Tuntas Belajar % 61% (17 siswa) dirasa cukup, maka pembelajaran dimulai
Presentasi Belum Tuntas Belajar % 39% (11 siswa) dengan menyampaikan tujuan dari
pembelajaran yang akan dilaksanakan,
serta memberikan pengertian mengenai
pentingnya mempelajari materi yang akan
Volume 8, No. 4, April 2020 | 77
JPD: Jurnal Pedagogiana
P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

disampaikan. Tidak lupa pada saat tes akhir siklus yang dilaksanakan secara
kegiatan awal pembelajaran siswa individu, tahapan observasi dilakukan
diberikan motivasi agar siswa semangat, bersamaan dengan pelaksanaan. Adapun
dan untuk menambah semangat diberikan peroleh nilai siswa dapat digambarkan
yel-yel sekaligus mengecek konsentrasi pada tabel 4.5 dan grafik 4.4 dibawah ini:
siswa. Guru melakukan apersepsi untuk Tabel 4.5
mengingatkan siswa materi pada minggu Hasil Belajar Siswa Siklus 2
yang lalu. Seperti mengajukan pertanyaan: Jumlah 2270
³6HEXWNDQ VXGXW-VXGXW NXEXV"´ ³6HEXWNDQ Rata-rata Kelas 81
SULVPD VHJLWLJD"´. Nilai Tertinggi 80
Kegiatan inti, guru menjelaskan
materi tentang kubus, siswa diberikan Nilai Terendah 60
kesempatan untuk menyebutkan sisi-sisi Presentasi Siswa Tuntas Belajar % 93% (26
kubus, bidang sisi kubus, dan rusuk kubus. siswa)
Guru mengeluarkan alat peraga berupa Presentasi Belum Tuntas Belajar % 7% (2 siswa)
kubus dan balok dari kertas karton
kemudian siswa mengidentifikasi sisi, Untuk mengetahui gambaran dalam
rusuk, dan bidang diagonal dari kubus dan bentuk grafik dapat dilihat pada gambar
balok, bersama-sama siswa, mengamati 4.3 dibawah ini :
sebuah kubus dan balok, siswa mengamati
alat peraga kubu dan balok yang
diperlihatkan guru. Guru menjelaskan 100%
kubus dan balok (seperti: sisi rusuk,
diagonal dan rumus menghitung volume 50% Tuntas
kubus dan balok), melalui alat peraga 0% Tuntas Remedial
siswa dan guru melakukan tanya jawab. Nilai Nilai
30-60 70-90
Suasana kelas cukup terkendali, bahkan
pada saat dilakukan observasi melalui
lembar observasi, siswa cukup antusias
mengamati alat peraga yang disajikan oleh Gambar 4.3
guru. Grafik Persen Hasil Belajar Siklus 2
Guru bersama siswa menyimpulkan Berdasarkan hasil evaluasi di kelas VI
poin-poin penting mengenai materi yang penguasaan terhadap materi pelajaran pada
telah dilaksanakan. Siswa dengan siklus II sudah mencapai hasil yang
bimbingan guru melakukan kegiatan tanya maksimal yakni memperoleh nilai rata-rata
jawab mengenai hal-hal yang belum kelas mencapai 81, hanya terdapat 2 siswa
diketahui oleh siswa tentang materi yang atau sebesar 7% yang belum mendapatkan
sudah dipelajari. Memberikan tindak lanjut nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal
dengan PR menuliskan kebutuhan yang (KKM), sedangkan 26 siswa atau sebesar
menjadi kebiasaan di rumahnya. 93% sudah memenuhi nilai rata-rata KKM
Observasi, dalam kegiatan ini penulis yakni sebesar 70.
mengamati hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau PEMBAHASAN
dikenakan terhadap siswa. Hasil analisis Penelitian perbaikan pembelajaran
dibandingkan dengan tujuan perbaikan yang dilaksanakan pada siswa kelas VI di
penelitian dan rumusan masalah penelitian. SDN Danau Indah 01 Kec. Cikarang
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan Barat-Bekasi dimulai dari kegiatan pra
tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus berupa observasi hingga siklus 2
siswa kelas V, dilaksanakan observasi dan berjalan dengan baik. Keberhasilan suatu

78 | P e d a g o g i a n a
proses pembelajaran melalui alat peraga
dapat dilihat dari hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah proses pembelajaran
menggunakan alat peraga dengan melihat
tes ulangan siswa, sebelum dilaksanakan
tindakan terlebih dahulu peneliti
melakukan pra siklus. Adapun hasil-hasil Hasil diatas diperoleh berdasarkan
dari setiap tindakan sebagai berikut: tindakan yang dilakukan melalui alat
Aktivitas siswa dalam pembelajaran peraga bangun ruang pada siswa kelas VI.
pun meningkat mencapai kategori baik. Maka dengan menerapkan alat peraga
Siswa telah terbiasa dalam melakukan bangun ruang, maka siswa akan selalu
kegiatan pembelajaran dengan terlibat secara langsung dalam
menggunakan alat peraga bangun ruang pembelajaran, dapat memecahkan masalah
dan mampu mengerjakan soal dengan baik, secara bersama sehingga dengan
merencanakan penyelesaian masalah, keterlibatan ini materi yang dibahas akan
mengkomunikasikan rencana penyelesaian selalu teringat dalam pemikirannya dan
masalah dan memeriksa hasil konsep yang harus dikuasai siswa akan
penyelesaian. mudah diterimanya.
Sedangkan berdasarkan hasil tes
belajar siswa, pada pra siklus mendapatkan SIMPULAN
rata-rata kelas sebesar 52 dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
perolehan nilai 70 ke atas sebanyak 8 pembahasan yang disajikan dalam Bab IV
siswa atau sebesar 29%. Ini berarti bahwa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
sekitar tiga perempatnya atau 20 siswa 1. Penggunaan alat peraga pada siswa
atau 61% siswa belum tuntas. kelas VI dapat meningkatkan hasil
Siklus 1 nilai rata-rata siswa masih belajar matemtika pada materi bangun
rendah, 17 siswa atau sebesar 61% yang ruang. Hal ini ditandai dengan
mendapatkan nilai di atas Kriteria meningkatnya nilai rata-rata kelas dari
Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan pra sikus sebesar 52 dengan perolehan
11 siswa atau sebesar 31% belum nilai 70 ke atas sebanyak 8 siswa atau
memenuhi nilai rata-rata KKM yakni sebesar 29%. Ini berarti bahwa sekitar
sebesar 70, sedangkan pada siklus rata-rata tiga perempatnya atau 20 siswa atau
nilai siswa sebesar 63. 61% siswa belum tuntas. Siklus 1 nilai
Siklus 2 penguasaan terhadap materi rata-rata siswa masih rendah, 17 siswa
pelajaran pada siklus II sudah mencapai atau sebesar 61% yang mendapatkan
hasil yang maksimal yakni memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan
nilai rata-rata kelas mencapai 81, hanya Minimal (KKM), sedangkan 11 siswa
terdapat 2 siswa atau sebesar 7% yang atau sebesar 31% belum memenuhi
belum mendapatkan nilai di atas Kriteria nilai rata-rata KKM yakni sebesar 70,
Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan sedangkan pada siklus rata-rata nilai
26 siswa atau sebesar 93% sudah siswa sebesar 63. Siklus 2 penguasaan
memenuhi nilai rata-rata KKM yakni terhadap materi pelajaran pada siklus II
sebesar 70. sudah mencapai hasil yang maksimal
yakni memperoleh nilai rata-rata kelas
Tabel 4.9 mencapai 81, hanya terdapat 2 siswa
Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Hasil atau sebesar 7% yang belum
Belajar Siswa mendapatkan nilai di atas Kriteria
Pada Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Ketuntasan Minimal (KKM),
sedangkan 26 siswa atau sebesar 93%

Volume 8, No. 4, April 2020 | 79


JPD: Jurnal Pedagogiana
P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

sudah memenuhi nilai rata-rata KKM 3. Bagi Peneliti, Dalam penelitian ini
yakni sebesar 70. hanya terbatas pada hasil belajar
2. Berdasarkan hasil obsevasi dan analisis matematika materi bangun ruang,
data pada proses pembelajaran siklus 2 sehingga diharapkan kepada peneliti
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar lain yang ingin menerapkan alat peraga
matematika pada materi bangun ruang ini dapat mengembangkannya dengan
melalui alat peraga telah menunjukkan materi lain yang sesuai dengan
hasil yang maksimal, maka penelitian penerapan alat peraga dan melakukan
ini dianggap berhasil. perbaikan-perbaikan agar memperoleh
3. Hasil yang didapat dari hasil observasi hasil yang maksimal.
berupa tes ulangan harian siswa yang
diberikan setelah selesai tindakan. Oleh DAFTAR PUSTAKA
karena itu guru harus dapat memberikan
inovasi baru dalam melakukan Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
pembelajaran, agar proses belajar Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
mengajar berjalan dengan tertib, lancar Jakarta : Rineka Cipta.
dan dapat diterima oleh siswa selain itu Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
penggunaan alat peraga dalam kegiatan Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
pembelajaran dapat meningkatkan hasil Jakarta: Rineka Cipta
belajar, khususnya hasil belajar Badudu. J.S. (2000). Kamus Besar Bahasa
matematika pada materi bangun ruang Indonesia. Jakarta: Depdiknas
pada siswa kelas VI. Dahar, Ratna, Wilis, (1999). Teori-Teori
Dari hasil penelitian yang telah Belajar: Jakarta: Erlangga
dilakukan pada siswa kelas VI, peneliti Dimyati dam Moedjiono. (2000). Belajar
dapat memberikan beberapa saran sebagai dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
berikut: Cipta
1. Bagi Kepala Sekolah, Bagi kepala Hamalik, Oermar. (1998). Media
sekolah penelitian ini dapat digunakan Pendidikan. Bandung: IKAPI
sebagai masukan dalam perumusan Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan
kebijakan dalam upaya meningkatkan Kelas. Jakarta: Referensi GP Press
pendidikan pada mata pelajaran Group
matematika. Kosmiyah, Indah, (2012). Belajar dan
2. Bagi Guru, Bagi guru kelas khususnya Pembelajaran. Yogyakarta: Teras
pada mata pelajaran matematika dapat Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi
menggunakan alat peraga dalam Pendidikan. Jakarta: Remaja
pengajaran untuk meningkatkan hasil Rosdakarya
belajar maupun pada materi yang Rahman, Abdurrohman. (2001).
lainnya. Untuk menerapkan alat peraga Pendidikan Kewarganegaraan di
dalam pengajaran hendaknya guru Perguruan Tinggi. Bandung: Remaja
memberikan bimbingan terlebih dahulu Rosdakarya.
kepada para siswa yang ditunjuk dapat Roestiyah. (2008). Strategi Belajar
menjelaskan materi kepada teman- Mengajar, Jakarta: Bina Aksara
temannya. Guru harus bisa Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-
meningkatkan kinerja dalam Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta:
pengajarannya, karena dengan kinerja Rineka Cipta
guru yang baik didalam pembelajaran Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses
maka akan terwujud keberhasilan yang Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
diharapkan. Baru Algensindo, 2002

80 | P e d a g o g i a n a
Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Syukur NC, Fatah. (2005).
Proses Belajar Mengajar. Bandung : TeknologiPendidikan, Semarang:
Sinar Baru Al Genindo Rasail
Sumantri, M dan Permana, J. (2001). Sardiman, Arif. (1996). Media Pendidikan.
Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jakarta: Raja Grafindo Persada
CV. Maulana. Tukiran, Taniredja. (2000). Pendidikan
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pancasila untuk Mahasiswa. Jakarta:
Pembelajaran Berorientasi Standar Rienaka Cipta
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Winataputra, Udin S. (2007). Teori
Suranto AW. (2005). Komunikasi Belajar dan Pembelajaran.
Perkantoran. Yogyakarta: Jakarta:Universitas Terbuka
MediaWacana.

Volume 8, No. 4, April 2020 | 81

Anda mungkin juga menyukai