Anda di halaman 1dari 27

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI

PENDEKATAN REALISTIC MATEMATICS EDUCATION DI KELAS 2


SDN 091 CIBEUREUM KOTA BANDUNG

PROPOSAL
(Penelitian Tindakan Kelas Peserta didik Kelas II SD Negeri 091 Cibeureum)

Oleh :
Hayani,S.Pd

NIP. 196902162008012006

DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG


SEKOLAH DASAR NEGERI 091 CIBEUREUM
KOTA BANDUNG
2021
A. Judul

”UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI


PENDEKATAN REALISTIC MATEMATICS EDUCATION DI KELAS 2 SDN
091 CIBEUREUM KOTA BANDUNG”

B. Latar Belakang

Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat seperti

sekarang ini terasa sekali pendidikan boleh dikatakan tidak dapat terlepas dari

kehidupan manusia. Kemampuan belajar yang tinggi menjadi syarat bagi setiap

peserta didik dalam memburu ilmu pengetahuan di sekolah khususnya di kelas II

SDN 091 Cibeureum. Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang

memerlukan usaha dan dana yang cukup, diakui oleh semua orang atau suatu

bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian juga Indonesia menaruh

harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa karena

dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sumaatmadja (Sarwon,, 2009 : 1) yang

mengemukakan bahwa pendidikan upaya meningkatkan salah satu aspek kualitas

Sumber Daya Manusia. Untuk mendukung pembentukan Sumber Daya Manusia

yang berkualitas melalui pendidikan, pemerintah melalui kurikulum pendidikan

nasional merekomendasikan matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang

wajib diberikan kepada peserta didik sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

Beberapa alasan yang membuat matematika diwajibkannya untuk dipelajari adalah

sebagai berikut :
1. Matematika selalu digunakan dalam segala sendi kehidupan.

2. Semua bidang studi memerlukan kajian matematika yang sesuai.

3. Matematika dapat dipergunakan untuk memberikan informasi dengan berbagai

cara.

4. Matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan

memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan sejak sekolah

dasar. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang

amat pesat, baik materi atau kegunaan, maupun strategi pembelajarannya.

Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki objek abstrak yang

berdasarkan kebenaran dan konsistensi. Materi matematika bukanlah yang

pertamakali dikenal oleh peserta didik dalam pembelajaran matematika di sekolah

dasar. Kemampuan peserta didik dalam pembelajaran mengenali ide-ide

matematika berkembang sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Ide-ide

matematika yang tentu dikenal itu perlu dikembangkan secara sistematis dalam

bentuk pembelajaran yang diajarkan secara berencana.

Uraian didepan mengungkapkan bahwa matematika itu penting, tetapi

dilain pihak prestasi belajar peserta didik dalam matematika masih jauh dari apa

yang kita harapkan. Hal tersebut karena metode pembelajaran yang dipakai kurang

sesuai dengan kebutuhan sehingga pembelajarn tersebut kurang maksimal.


Kenyataan tersebut masih banyak ditemui di SD Negeri 091 Cibeureum

Kota Bandung , tempat penulis melaksanakan tugas selama ini. Guru masih

dominasi dengan metode ceramah yang berlangsung hanya satu arah. Guru

menyampaikan pesan pada peserta didik hanya menekankan pada isi pesan, yaitu

materi pelajaran. Sedangkan peserta ddidik hanya sebagai pendengar materi yang

disampaikan oleh guru.

Pembelajaran masih berpusat pada guru tanpa melibatkan peserta didik,

sehingga tidak mearik minat peserta didik untuk belajar yang akhirnya

menyebabkan peserta didik merasa jenuh. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap

prestasi belajar yang dicapai peserta didik. Peserta didik yang merasa jenuh belajar

tidak akan mampu menyerap materi pelajaran dengan baik sehingga hasil tes

peserta didik akan sering menunjukkan prestasi belajar yang rendah.

Selain pembelajaran yang masih sering disampaikan secara konvensional,

masih banyak guru matematika yang menyusun program pembelajaran tidak

berorientasi pada kenyataan dan masalah yang sering dihadapi peserta didik dalam

kehidupannya. Sejumlah besar materi pelajaran matematika belum begitu baik

tertanam dalam pemahaman peserta didik. Banyak peserta didik tidak dapat

merasakan hubungan emosional dengan materi pelajaran sehingga peserta didik

tidak dapat merasakan bahwa materi pelajaran matematika yang dipelajari penting

bagi kehidupannya.

Tuntutan pendidikan yang terus meningkat, mengharuskan adanya

peningkatan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar


merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi

peserta didik. Penyampaian bahan ajar merupakan syarat penting bagi

berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik. Oleh karena itu, peningkat

pembelajaran seyogiyanya difokuskan kepada keaktifan peserta didik selama

proses belajar mengajar berlangsung. Guru dituntut untuk menyajikan materi

pelajaran dengan baik, selain menguasai bahan pelajaran.

Dalam menghadapi era globalisasi pendidikan di Indonesia terutama bidang

studi matematika, perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Mata pelajarn

matematika penting sebagai alat bantu, sebagai ilmu, sebagai pembimbing pola

pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Selain itu, matematika menunjang

terbentuknya watak, keterampilan berpikir ilmiah, dan keterampilan memecahkan

masalah. Salah satu pokok bahasan matematika kelas II Sekolah Dasar yang sulit

di pahami oleh peserta didik, diantaranya adalah perkalian bilangan. Tujuan

pembelajaran menghitung bilangan 1-50 dengan cara perkalian di kelas II sekolah

dasar adalah memahami perhitungan kali menggunakannya dalam pemecahan

masalah.

Konsep menghitung bilangan dengan cara perkalian merupakan konsep

yang tidak mudah dipahami oleh peserta didik sekolah dasar. Sehingga untuk

mengajarkannya memerlukan kesabaran, kesungguhnan, perhatian, ketekunan,

kemampuan professional guru, dan mempunyai dedikasi yang tinggi. Hal ini

ditunjukkan dengan rendahnya nilai ulangan peserta didik pada pokok bahasan

menghitung bilangan 1-50 dengan perkalian.


Bagi peserta didik Sekolah Dasar menghitung bilangan 1-50 dengan cara

perkalian adalah hal yang tidak mudah, kesulitan tersebut disebabkan oleh

pemahaman yang belum mantap tentang menghitung konsep bilangan secara

perkalian itu sendiri. Sehingga ketika guru menjelaskan cara menghitung bilangan

1-50 dengan langkah perkalian peserta didik mengikuti secara mekanik (tanpa

pemahaman). Salah satu alternative solusi yang dipandang dapat mengatasi

permasalahan diatas adalah dengan menggunakan pendekatan realistic matematics

education (RME). Dengan pendekatan pembelajaran ini diharapkan dapat

memposisikan guru sebagai perancang dan organisasi pembelajaran sehingga

peserta didik memiliki kesempatan untuk memahami dan memaknai matematika

melalui aktivitas belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar

matematika melalui pendekatan realistic matematics education dapat meningkatkan

prestasi belajar matematika untuk peserta didik pada pokok bahasan menghitung

bilangan 1-50 dengan cara perkalian di kelas II SD Negeri 091 Cibeureum Kota

Bandung?”.

D. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan tertentu memiliki tujuan, begitu pula dengan penelitian ini

secara umum yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
prestasi belajar peserta didik sekolah dasar terutama di SD Negeri 091 Cibeureun

Kota Bandung. Adapun secara khusus, penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui proses pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan Realistic Matematics Education.

2. Melihat minat peserta didik terhadap matematika dengan menggunakan

pendekatan Realistic Matematics Education.

3. Memberikan gambaran tentang sejauhmana pembelajaran menghitung

bilangan 1-50 dengan cara perkalian dengan menggunakan pendekatan

Realistic Matematics Education dapat meningkatkan prestasi belajar peserta

didik.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. SD Negeri 091 Cibeureum

Diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi penentuan kebijakan,

khususnya dalam peningkatan kualitas pendidikan.

2. Guru

2.1 Sebagai masukan khususnya bagi peneliti sendiri umumnya kepada

guru lain, tentang alternative model pembelajaran matematika di

Sekolah Dasar, terutama pada pokok bahasan menghitung keliling dan

luas persegi dan persegi panjang.

2.2 Sebagai upaya peningkatan prestasi belajar matematika peserta didik

dan memberi gambaran kepada para guru manfaat penelitian tindakan


kelas dalam upaya mengatasi masalah yang dijumpai pada pembelajaran

yang dilaksanakan.

3. Peserta Didik

Agar peserta didik belajar matematika, khususnya pokok bahasan

menghitung bilangan dengan cara perkalian, secara lebih bermakna karena

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

F. Definisi Operational

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang

digunakan, beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional.

1. Belajar adalah suatu proses perilaku sebagai hasil usaha individu

berdasarkan pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Pendekatan Realistic Matematics Education adalah suatu cara yang

ditempuh guru dalam pembelajaran matematika dengan mengaitkan

pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika.

3. Prestasi belajar adalah menunjuk pada keberhasilan dalam upaya

mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki peserta didik melalui suatu

kegiatan yang diikutinya.

G. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses psikologi dasar pada diri individu dalam

mencapai perkembangan kehidupannya. Melalui belajar individu memperoleh


perubahan-perubahan dalam dirinya atau kematangan kepribadiannya, baik yang

menyangkut aspek-aspek intelektual, emosional, maupun moral spiritual.

Sumardi (1984 : 253) mengemukakan bahwa :

1. Belajar itu membawa perubahan (perubahan perilaku, baik aktual maupun

potensial),

2. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya perubahan baru,

3. Perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

2. Pembelajaran Matematika

Proses belajar pada dasarnya merupakan interaksi dinamis antara peserta

didik dengan guru dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal

ini, interaksi mengisyarat adanya aktivitas setiap pihak, baik peserta didik yang

belajar maupun guru yang mengajar. Aktivitas kedua pihak terjalin dalam bentuk

interaksi belajar mengajar. Pada tahapan pembelajaran akan lebih efektif bila

peserta didik ikut berpartisipasi aktif. Oleh karena itu perlu di tekankan agar peserta

didik lebih aktif dalam pembelajaran itu sendiri.

Mengorganisasikan pembelajarn sekurang-kurangnya ada empat hal yang

harus di perhatikan, yaitu :

1. Menyajikan sesuatu dengan baik.

2. Menumbuhkembang proses berpikir.

3. Membaca intelektual sosial.

4. Mengajar bagaimana mengajar.


Tujuan belajar dalam proses pembelajaran adalah untuk memperoleh

pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan-kemampuan

intelektual para peserta didik dan merangsang keingintahuan mereka. Dari

pernyataan di atas diharapkan peserta didik dapat menguasai materi tidak hanya

terbata pada tahap ingatan tanpa pengertian (rote learning) tetapi bahan pelajaran

yang dapat di serap secara bermakna (meaningful larning). Tujuan pengajaran

bermakna (meaningful learning) dimaksudkan sebagai cara mengajarkan materi

pelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada harapan, bukan sekedar

menerima maupun menghafal. Dalam belajar bermakna aturan-aturan matematika

tidak disajikan dalam bentuk jadi tetapi sebaliknya aturan-aturan tersebut sebaiknya

ditemukan oleh peserta didik.

Menurut Suherman dan Soedjana (Suharyati, 2006 : 8) ”Pendekatan-

pendekatan pembelajaran dalam matematika merupakan suatu konsep atau

prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk menacapai

tujuan mengajar.

Sedangkan metode pembelajaran adalah cara yang dapat digunakan untuk

mengajarkan tiap bahan pelajaran misalnya metode ceramah, tanya jawab dan lain-

lain”. Proses pembelajaran seyogyanya bukan sekedar transfer gagasan dari guru

kepada peserta didik untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Dalam

pembelajaran matematika sekarang ini diharapkan peserta didik dapat menerapkan

matematika secara baik dalam kehidupan mereka. Dengan hal demikian diharapkan

matematika lebih memasyarakat dan tidak dianggap sebagai mata pelajaran yang

sulit dan menakutkan.


3. Pembelajaran Matematika Realistic Matematics (RME) Education SD

Realistic Matematics Education Mathematika Education adalah model

pembelajaran yang menempatkan realistk dan lingkungan peserta didik sebagai titik

awal pembelajaran. Masalah yang nyata atau yang telah dikuasai dapat dibayangkan

dengan baik oleh peserta didik dan digunakan sebagai sumber munculnya konsep

atau pengertian matematika yang meningkat. (Sholeh, 2021:4)

Pembelajaran matematika dengan menggunakan Realistics Mathematic

Education (RME) merupakan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang

nyata atau pernah di alami oleh peserta didik. Pembelajaran ini juga menekankan

keterampilan proses yaitu memberikan kesempatan atau menciptakan peluang

sehingga peserta didik aktif belajar matematika.

Pandangan Freudental dalam matematika banyak mempengaruhi pendekatan

Realistic Matematics Education. Menurut de Lenge RME mempunyai lima

karakteristik yaitu :

1. Menggunakan masalah kontekstual (masalah konstektual sebagai aplikasi

dan sebagai titik tolak dari matematika yang di inginkan dapat muncul).

2. Menggunakan model atau jembatan yang menghubungkan dunia konkret

dengan dunia abstrak (perhatian diarahkan pada pengembangan model,

skema, dan simbolis dari pada hanya menstransfer rumus atau matematika

formal secara langsung.

3. Menggunakan konstribusi peserta didik (konstribusi yang besar pada proses

belajar mengajar diharapkan dari konstrbusi peserta didik sendiri yang


mengarahkan dari metode informal mereka ke arah yang lebih formal atau

standar).

4. Interaktivitas (negoisasi secara eksplisit, intervensi, koopersi, dan evaluasi

sesama peserta didik dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar

secara kontrktif dimana strategi informal peserta didik digunakan sebagai

jantung untuk mencapai penyajian yang formal.

5. Terkait dengan topik pembelajaran lainnya, (baik terkait dengan topik di

dalam matematika sendiri maupun diluar matematika). Sebagai usaha untuk

mengintegrasikan bahan-bahan matematika yang diikat oleh kontek tema.

6. Perkembangan pembelajaran matematika yang semakin kompleks menuntut

setiap guru untuk berperan aktif dalam mencari solusi pendekatan yang

memungkinkan untuk disampaikan pada peserta didik sekolah dasar.

Realistics Mathematic Education yang dikembangkan di negara Belanda

pada tahun 1980-1990 sangat menarik untuk disampaikan di Indonesia.

7. Treffers (dalam Suharyati, 2006 : 11) mengemukakan tentang kerangka atau

prinsip teori Realistic Matematics Education yang meliputi :

1. Contructing and Concretising

Prinsip pembelajaran pertama adalah pembelajaran matematika

yang menekankan pada upaya pembentukan suatu aktivitas pembelajaran

yang nyata pembelajaran ini didominasi oleh masalah-masalah dalam

konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep

matematika.
2. Level and Models

Prinsip pembelajaran ini adalah pembelajaran konsep atau

kemampuan yang merupakan suatu proses dalam menemukan suatu

jawaban, terkadang pokok bahasan berada diluar batas yang harus

ditetapkan sehingga pada tahap ini terlihat adanya tingkatkan bagi peserta

didik yang aktif dan pasif. Perhatian yang diberikan pada pengembangan

model-model, situasi, skema dan simbol-simbol.

3. Reflection and Special Assignments

Prinsip pembelajaran yang ketiga adalah pengembangan suatu fakta

dalam proses pembelajaran memperlihatkan suatu refleksi aktivitas mulai

dari mengingat sendiri sampai pada proses penyampaian pada orang lain.

Sumbangan para peserta didik, sehingga peserta didik dapat membuat

pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya peserta didik

memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri sehingga dapat

membimbing para peserta dari level matematika informasi menuju

matematika formal.

4. Social Conteks and Interaction

Prinsip pembelajaran yang keempat adalah pembelajaran bukan

berarti aktivitas sendiri akan tetapi sesuatu yang terjadi dalam suatu

kelompok dan ini berarti secara langsung dan merangsang hubungan pada

konteks sosial budaya Interaktivitas sebagai karakteristik dari proses

pembelajaran matematika.
5. Structuring and Interweaping

Prinsip pembelajaran yang kelima adalah pembelajaran matematika

yang bukan hanya kumpulan pembelajaran yang mengasikan yang tidak

berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan, akan tetapi suatu

pengetahuan dan kemampuan yang tersusun rapi dari suatu structur yang

ada. Intertwinning (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan.

Kelima prinsip belajar (dan mengajar) menurut filosopfis ”realistics” di atas

inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika.

4. Prestasi Belajar Matematika

Istilah prestasi belajar menunjuk pada keberhasilan dalam upaya

mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya melalui suatu kegiatan yang

diikutinya. Setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan

perubahan-perubahan pada dirinya. Hasil-hasil yang diperoleh peserta didik dapat

diukur atau diketahui berdasarkan perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan

kegiatan belajar.

H. Hipotesis Tindakan

Siswa sebagai anggota masyarakat, tidak terlepas dari berbagai masalah

baik yang bersifat individual maupun kelompok. Pendekatan Realistic Matematics

Education merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

belajar memecahkan yang rasional dan sistematis. Siswa sangat perlu memiliki

keterampilan memecahkan masalah terutama yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari.
Peran guru dalam pembelajaran pendekatan Realistic Matematics Education

adalah untuk membantu siswa menyelesaikan berbagai masalah dengan spektrum

yang luas yakni membantu mereka untuk dapat memahami konteks masalah biasa

terus berkembang, selain itu guru juga berperan sebagai fasilitator dan motivator

siswa.

Berdasarkan hasil analisis teoritik dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut: Apabila pembelajaran Matematika pada pokok bahasan

menghitung bilangan 1-50 dengan cara perkalian di SDN 091 Cibeureum dengan

menggunakan pendekatan Realistic Matematics Education, maka aktivitas dan hasil

belajar akan meningkat. Penelitian ini penting untuk dilaksanakan karena

diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan Realistic Matematics Education. Selain dari pada itu,

penelitian, penelitian ini juga merupakan salah satu upaya meningkatkan prestasi

belajar peserta didik. Hasil dari pada penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan motivasi terhadap pembelajaran matematika.

I. METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research). Menurut Sudikin (Suharyati, 2006:18),

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang bersifat

reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki

dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih


profesional. Metode penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan

meningkatkan pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan agar dapat

meningkatkan pembelajaran yang selama ini berlangsung lebih efisien dengan

memperhatikan perkembangan pemahaman siswa. Selain itu metode ini, dapat

meningkatkan keprofesionalan guru dalam menangani proses belajar mengajar.

Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian tindakan model Kemmis

dan Mc. Taggart ini menggunakan system spiral refleksi diri yang dimulai dengan

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), reflektif

(reflecting) dan perencanaan kembali

Rencana 1

Refleksi

Tindakan Rencana 2

Observasi Tindak Lanjut

Rencana 2

Refleksi

Tindakan Rencana 3

Observasi Tindak Lanjut


Rencana 3

Refleksi

Tindakan

Observasi Tindak Lanjut & Simpula

Gambar 3.1: Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas (adaptasi Hopkin, 1993)

Bertitik tolak dari pemikiran di atas, maka peneliti menetapkan alur

penelitian yang berpedoman pada uraian tersebut. Adapun langkah-langkah

pelaksanaan yang dilakukan menurut siklus masing-masing seperti tampak pada

gambar di bawah ini:

Tiap siklus dimulai dari rencana (planning), kemudian tindakan (acting),

dilanjutkan dengan observasi (obseving), dari tindakan yang telah dilakukan dan

yang terakhir refleksi (reflecting). Jika pada siklus pertama peneliti tersebut kurang

baik, maka peneliti melanjutkan dengan siklus kedua dengan melakukan perbaikan

terhadap rencana penelitian yang pertama (rencana yang direvisi). Siklus tersebut

akan berhenti dengan penelitian yang dilakukan dirasa cukup. Pada penelitian ini,

peneliti melakukan tiga siklus seperti di bawah ini.


Rencana Siklus I

Tindakan dan Observasi Siklus I

Refleksi Siklus I Rencana yang direvisi Siklus II

Tindakan Observasi Siklus II

Rencana yang direvisi Siklus III Refleksi Siklus II

Tindakan dan Observasi Siklus

III

Refleksi Siklus III Refleksi Seluruh Tindakan

Kesimpulan

Gambar 3.2 Siklus Pembelajaran yang Dilakukan oleh Peneliti


2. Tempat dan Waktu

Yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 091

Cibeureum Kecamatan Andir Kota Bandung.

3. Sumber Data

Prosedur yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Orientasi Lapangan (penelitian awal)

a. Observasi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran matematika untuk

memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika selama ini.

b.Wawancara dengan pihak sekolah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang gambaran pelaksanaan pembelajaran dan kendala yang

dihadapi dalam pembelajaran matematika.

c. Mengidetifikasi masalah-masalah pembelajaran yang terdapat di sekolah ini.

2. Tahap Persiapan

a. Mendiskusikan dengan guru untuk menentukan metode penelitian kelas

sebagai alternative dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika dikelas.

b. Merancang dan menyusun rencana pembelajaran yang akan dilakukan.


c. Menyusun bahan ajar yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan

diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat prestasi mereka dalam

mengerjakan pernasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Menyusun soal untuk mengetahui tingkat prestasi siswa dalam mata

pelajaran matematika.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Pada tahap ini peneliti melakukan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Realistic Matematics Education. Pokok bahasan yang akan

dipilih peneliti adalah menghitung keliling dan luas persegi dan persegi

panjang.

b. Observasi pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi dilakukan setiap

pelaksanaan tindakan pembelajaran. Observasi terdiri dari guru-guru

SD Negeri 091 Cibeureum. Pengamatan lebih diarahkan pada peranan guru

dalam pembelajaran siswa.

c. Refleksi tindakan. Langkah-langkah dalam refleksi tindakan diantaranya

adalah:

1. Merinci dan menganalisis efektivitas pembelajaran yang didasarkan pada

hasil diskusi antara peneliti dengan pengamat, data hasil observasi, jurnal

siswa, dan catatan lapangan.

2. Menentukan tindak lanjut dengan merencanakan tindakan selanjutnya

berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan serta kolaboratif anatara peneliti


dengan pengamat. Menganalisis sebelum dan setelah pembelajaran serta

kekurangan yang telah dilakukan oleh peneliti.

d. Tes Formatif

Tes formatif ini dilakukan setiap selesai siklus pertama, kedua, dan ketiga

tindakan pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

prestasi siswa.

e. Tes Subsumatif

Tes ini dilakukan pada akhir siklus ketiga untuk mengetahui hasil akhir

dari penelitian yang telah dilakukan.

f. Menyebarkan Angket

Hal ini dilakukan pada akhir ketiga untuk mengetahui tanggapan siswa

tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

g. Wawancara

Tahap wawancara dengan guru dilakukan pada setiap akhir dari suatu

pembelajaran.

Untuk mendapatkan data, instrument yang digunakan adalah : tes tertulis,

LKS, angket, lembar observasi, lembar wawancara, dan catatan lapangan.

a. Tes tertulis berbentuk uraian


Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian untuk

mengukur prestasi belajar matematika siswa.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS digunakan sebagai bahan ajar yang diperlukan untuk mendukung

proses pembelajaran serta untuk mengetahui kemampuan awal siswa, yang

dikerjakan secara kelompok. Adapun tujuan diberikan LKS adalah untuk melihat

tindakan pada pembelajaran perkalian bilangan 1-50 dengan pendekatan Realistic

Matematics Education. LKS ini disusun berdasarkan pada tujuan masing-masing

materi pembelajaran.

c. Angket

Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh

responden untuk mendapatkan informasi dengan tujuan untuk mengumpulkan

data, mencatat data atau informasi, sikap dan pemahaman siswa yang dijawab

secara tertulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket yang berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan tujuan untuk mengetahui :

Respon siswa terhadap pelajaran matematika sebelum dilakukan kegiatan

penelitian. Respon siswa setelah pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan Realistic Matematics Education diterapkan. Proses kegiatan belajar

mengajar yang menyangkut aktifitas siswa baik secara individu maupun

kelompok selama pembelajaran berlangsung dan kesan siswa terhadap materi

yang diajarkan.

d. Lembar Observasi
Observasi atau pengamatan adalah cara pengumpulan data yang dilakukan

terhadap suatu obyek untuk mengetahui tentang kejadian atau tingkah laku yang

terjadi pada proses pembelajaran baik yang terjadi pada guru dan siswa.

Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui performance guru selama

melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic

Matematics Education.

e. Lembar Wawancara

Pedoman adalah suatu percakapan yang bertujuan mengumpulkan data atau

memperkaya informasi yang diperoleh. Wawancara dilakukan dengan

mengemukakan beberapa pertanyaan kepada siswa secara acak. Wawancara

dengan siswa dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran

pecahan. Aspek-aspek dalam lembar wawancara siswa berkaitan langsung

dengan pelaksanaan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

tentang keberadaan siswa dalam proses pembelajaran, baik tentang motivasi

belajar maupun partisipasi dalam meningkatkan prestasi belajar. Selain itu

wawancara juga digunakan dalam rangka mengungkapkan pengalaman pribadi

siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika sebelum dan sesudah

penelitian.

4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui instrument yang telah dikumpulkan sebelum

diolah menjadi dua jenis secara kuantitatif dan kualitatif.

a. Kuantitatif
Data kuantitatif berasal dari tes formatif yang dilakukan setiap akhir siklus

pembelajaran dan tes subsumatif yang dilakukan pada akhir siklus. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan dan prestasi siswa dalam

matematika.

Salah satu perhitungan data kuantitatif adalah dengan menggunakan

persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebagai berikut :

∑ S ≥ 6,5
TB = x 100%
n

Keterangan :

∑ S ≥ 6,5 = Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan

6,5

n = banyak siswa

TB = ketuntasan belajar

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan matematika siswa, dilakukan

perhitungan nilai rata-rata pada setiap siklus sehingga dapat dilihat perubahan yang

terjadi

5. Tekinik Anakisis Data

Data kualitatif diperoleh melalui angket untuk mengetahui kekurangan dan

kelebihan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Analisis terhadap angket yang

telah diberikan pada setiap siswa dihitung, ditabulasikan, dan interprestasi dalam
kalimat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran terhadap pembelajaran

secara keseluruhan.

Dari hasil angket dikelompokkan berdasarkan jawaban Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Persentase suatu

pernyataan dihitung dengan rumus :

∑ siswa yang menjawab suatu pernyataan


%R= x 100 %
∑ seluruh siswa

Tabel 3.1
Kategori Persentase Angket
%R Kriteria
R=0 Tak seorang pun
0 < R ≤ 25 Sebagian kecil
25 < R < 50 Hampir setengahnya
R = 50 Setengahnya
50 < R ≤ 75 Sebagian besar
75 < R < 100 Hampir seluruhnya
R = 100 Seluruhnya

Untuk menganalisis proses pembelajaran lebih mendalam, dilakukan

analisis terhadap lembar observasi dan wawancara. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui performance guru selama pembelajaran berlangsung sehingga dapat

mengurangi kesalahan-kesalahan pada siklus berikutnya.

K. DAFTAR PUSTAKA

Fajariyah, N. dan Triratnawati, D. (2008). Cerdas Berhitung Matematika Kelas 2


untuk SD/MI. Jakarta : Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional.
Hatimah, I., Susilana, R. dan Nuraedi. (2006). Penelitian Pendidikan. (Edisi
Kesatu). Bandung: UPI Pres.

Hermawan, R., Mujono. Dan Suherman, A. (2007). Metode Penelitian Pendidikan


Sekolah Dasar. (Edisi Kesatu). Bandung : UPI Pres.

Isrok”atun. (2009). “Pembelajaran Matematika Dengan Stategi Kooperatif Tipe


Studen Team Achievement Division Untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematika Siswa”. Jurnal Pendidikan Dasar. (12), 36-40.

Prabawanto, S. Dan Mujono. (2006). Analisis Data dan Peluang. (Edisi Kesatu).
Bandung: UPI Pres.

Sarwon ”atun. (2009). ” Peningkatan Pemahaman Siswa pada Pembelajaran


Matematika Konsep Bilangan Romawi Melalui Metode Pemecahan Masalah.
Makalah PTK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suryati, I. (2006). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistic


Matematics Education Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Kelas III SDN. Gandasoli Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi.
Skripsi UPI : tidak diterbitkan.

Supriadi, (2009). “Teori Belajar Matematika Dengan Pendidikan Matematika”.


Jurnal Pendidikan Dasar. (12), 41-46.

Suwangsih, E. dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. (Edisi


Kesatu). Bandung : UPI Pres.

Yusuf, S. et al. (1993). Dasar-Dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar


Mengajar. Bandung : CV. Andira Bandung

Anda mungkin juga menyukai