Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PTK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN BERHITUNG MATEMATIKA


DENGAN MENGGUNAKAN
 METODE GAMBAR PADA MURIDKELAS
 I SD NEGERI 79 PINRANG

Oleh:
NAMA           :   PARMADI
NIM               :   210 120 074
KELAS          :   III.B

Dosen Pembina: (Dra. Marwati Abdul Malik, M.Pd)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
(UMPAR)
2011
.         JUDUL :   Meningkatkan Pemahaman Berhitung Matematika dengan    Menggunakan Metode
Gambar pada Murid Kelas I                           SD Negeri 79 Pinrang

II.      PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini berpengaruh di
segala bidang pendidikan terutama pada mata pelajaran Matematika khususnya lagi pada
pengajaran berhitung/aritmatika. Aritmatika atau berhitung adalah bidang yang berkenaan
dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (Mulyono, 2003: 253).
Dalam dunia keilmuan, matematika berperan sebagai bahasa simbolis yang
memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Kegunaan mata pelajaran
Matematika bukan hanya memberi kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif,
tetapi juga dalam penataan cara berfikir, terutama dalam hal pembentukan kemampuan
menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan
masalah (Darhim, 1993: 14).
Perkembangan pengajaran matematika di sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor yang sangat berkaitan. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor murid, guru dan materi
pelajaran itu sendiri. Salah satu faktor yang cukup berperan adalah materi pelajaran, karena
selain berkaitan dengan kesesuaian dan kesiapan murid, materi pelajaran matematika juga
harus memperhatikan materi-materi sebelumnya sebagai prasyarat untuk mempelajari materi
berikutnya.
Kemampuan berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematika,
sebab salah satu prasyarat untuk belajar matematika adalah belajar berhitung yang keduanya
saling mendukung. Oleh karena itu, antara matematika dan berhitung tidak dapat dipisahkan.
Pada kenyataannya dalam hal ini guru-guru banyak yang mengeluh karena muridnya lamban
dan kurang terampil dalam menyelesaikan perhitungan dari suatu pemecahan masalah.
Menurut pengamatan penulis sementara, keterampilan berhitung bagi murid akhir-akhir ini
kurang mendapat perhatian khusus baik di sekolah maupun di rumah. Beberapa penyebabnya
adalah:
1.    Semakin banyaknya alat-alat hitung yang serba modern sehingga anak malas untuk berpikir
sendiri dalam menyelesaikan suatu perhitungan.
2.    Ilmu berhitung tidak didapatkan secara khusus oleh anak dan hanya merupakan bagian-
bagian yang masuk ke dalam matematika sebagai akibatnya berhitung kurang digemari.
Secara umum pelajaran Matematika merupakan salah satu pelajaran yang kurang
menarik bagi murid bahkan murid berasumsi bahwa pelajaran Matematika itu sulit sehingga
menjadi momok bagi sebagian murid yang akhirnya berpengaruh pada interaksi proses
belajar-mengajar. Seperti kita ketahui juga bahwa mempelajari matematika tidak boleh
setengah-tengah karena matematika itu akan berhubungan dengan setiap bagiannya. Pelajaran
Matematika juga tidak terlepas dari berhitung sehingga jika anak kurang menguasai
kemampuan berhitung secara baik akan memperoleh hasil yang kurang baik pula.
Keterampilan berhitung di Sekolah Dasar merupakan kemampuan dasar untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan lebih lanjut, maka sangatlah tepat jika mendapat perhatian sejak awal.
Dalam kontek yang aplikatif, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan antara guru dan murid memegang peranan penting.
Suryosubroto (1997: 19), menyatakan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang
dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai evaluasi dan program
tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
pengajaran. Hal senada diungkapkan Sukewi (1994: 3), bahwa dalam proses belajar mengajar
terdapat komponen-komponen yang saling terkait, yang meliputi tujuan pengajaran, guru dan
peserta didik, bahan pelajaran, metode/strategi belajar mengajar, alat/media, sumber
pelajaran, dan evaluasi.
Media pembelajaran merupakan wahana dalam menyampaikan informasi/ pesan
pembelajaran pada murid. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar, diharapkan
membantu guru dalam meningkatkan pemahaman belajar muridnya. Pernyataan tersebut
diatas sesuai dengan pendapat Hamalik (1994: 12), yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
Pada umumnya ketika guru memgajarkan murid di kelasnya, masih banyak dijumpai
penerapan strategi mengajar yang tidak serasi, yaitu tidak diberdaya gunakan alat serta
sumber belajar yang optimal. Proses belajar mengajar menjadi terpusat pada guru, sehingga
guru masih dianggap satu-satunya sumber ilmu yang utama. Proses pembelajaran yang
demikian sudah pasti kurang menarik bagi murid karena hanya menempatkannya sebagai
objek saja, bukan sebagai subjek mempunyai keterlibatan dalam proses belajar mengajar.
Adanya kecenderungan proses pembelajaran Matematika yang terpusat pada guru
juga dialami di SD Negeri 79 pinrang, yang berdampak pada penurunan hasil belajar murid.
Sedikitnya sumber belajar dan terbatasnya media atau alat peraga merupakan salah satu
penyebab. Sehingga pembelajaran lebih bersifat searah dan membosankan. Oleh karenanya,
tidak mengherankan apabila rata-rata pelajaran berhitung pada murid kelas I menduduki
tempat ke enam dari beberapa bidang yang diajarkan. Adapun data rata-rata nilai mata
pelajarannya bisa dilihat pada tabel dibawah ini:
Sumber: Pencapaian Target Kurikulum SD Tahun Ajaran 2010/2011
No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata
1 Pendidikan kewarganegaraan 7,7
2 Pendidikan Agama 6,0
3 Bahasa Indonesia 7,7
4 Matematika 6,5
5 Kertangkes 7,0
6 Penjaskes 7,0
7 Muatan Lokal 7,5
Tabel 1.1 Hasil Taraf Serap dan Pencapaian Target Kurikulum SD
Fenomena yang terjadi dilapangan sehubungan dengan rendahnya hasil belajar
berhitung berkaitan erat dengan subtansi materi berhitung yang cenderung hafalan. Terkait
dengan itu diperlukan peran media pembelajaran untuk menjembatani kesenjangan
pemahaman materi berhitung dengan fenomena dilapangan, sehingga murid mampu
mempelajari materi berhitung tanpa ada perasaan takut dan tertekan. Salah satu diantaranya
dapat memanfaatkan media gambar sebagai alat bantu untuk memperjelas bahan ajar yang
disajikan dalam pembelajaran Matematika khususnya berhitung.
Sadiman (1996: 30), menyatakan bahwa kelebihan media pembelajaran adalah
sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi ruang dan waktu, mengatasi keterbatasan
pengamatan, memperjelas suatu masalah sehingga dapat mencegah kesalahpahaman.
Mengacu pada kelebihan media gambar maka dapat dimungkinkan pemanfaatan media
gambar dalam pembelajaran Matematika akan meningkatkan pemahaman berhitung para
murid.
Berdasarkan beberapa hal diatas, maka peneliti mengangkat judul: ” Meningkatkan
Pemahaman Berhitung Matematika dengan Menggunakan Metode Gambar pada Murid
Kelas I SD Negeri 79 Pinrang. ”

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah: “Apakah pemahaman berhitung matematika dapat  ditingkatkan dengan
menggunakan metode gambar pada murid kelas I di SD Negeri 79 Pinrang?”

C.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa berhitung matematika dapat
ditingkatkan dengan menggunanakan media gambar pada murid kelas I SD Negeri 79
Pinrang.

D.      Manfaat Penelitian
Dengan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis berharap mempunyai banyak
manfaat yang diperoleh antara lain:
1.        Bagi murid, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman berhitung.
2.        Bagi guru, memberikan masukan bagi guru dalam meningkatkan kualitas hasil belajar
berhitung.
3.        Bagi peneliti, diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dibidang peneitian.
4.        Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi guru membenahi proses
pembelajaran di sekolah dan sebagai bahan perbandingan bagi guru untuk menentukan
metode pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar berhitung.

III.    KAJIAN PUSTAKA DAN KARANGKA BERFIKIR

A.      Kajian Pustaka

1.        Hakikat  Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,
tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Winkel (1989:36), Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan
berbekas.
Menurut Gatnel (Purwanto, 2007: 84) menyatakan bahwa “belajar terjadi apabila
suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatan (ferformennya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan, tetapi belajar itu adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Menurut Hilgard dan Bower dikutip Purwanto (2000:  84), mengemukakan belajar
adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.
Hamalik (2003: 27) mendefinisikan belajar sebagai: 1) modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengakuan, 2) suatu proses perubahan tingkahlaku individu melalui
interaksi dengan lingkungan. Sedangkan  Menurut Fantana yang dikutipHerman(2003: 7)
pengertian belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai
hasil pengalaman.
David yang dikutip oleh Tim MKPBM (2001: 171), belajar dibedakan menjadi dua
yaitu: belajar dengan menerima (reception learning) dan belajar melalui penemuan (discovery
learning).
a.    Belajar dengan menerima(reception learning)

   Belajar dengan menerima, materi yang disajikan kepada siswa lengkap sampai bentuk akhir
yang berupa rumus atau pola bilangan.

b.    Belajar melalui penemuan (discovery learning).

   Pada belajar dengan penemuan, bentuk akhir yang berupa rumus, pola atau aturan-aturan
yang lain harus ditemukan oleh siswa sendiri. Proses penemuannya dapat dilakukan oleh
siswa sendiri atau dapat pula dengan bimbingan guru.
Dengan demikian belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang
tersebut terjadi perubahan tingkah laku yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubahnya pengetahuan, sikap, percakapan, kebiasaan dan lain-lain. Tetapi tidak semua
perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar. Berikut ciri-ciri belajar adalah:
1.    Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.
2.    Belajar merupakan pengalaman sendiri.
3.    Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
4.    Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar (Darsono, 2000:
30-31).
Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan hasil atau akibat dari upaya-
upaya/latihan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan. Tingkah laku yang terjadi
merupakan hasil dari proses belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Keberhasilan murid dalam proses pembelajaran merupakan satu sistem, artinya ada
beberapa komponen yang saling berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar murid. Seorang
murid yang termasuk pandai disuatu kelas, belum tentu ketika ulangan mendapatkan hasil
yang selalu memuaskan. lain seperti motivasi, keadaan fisik, lingkungn murid, dan
sebagainya.
Menurut Muhibbin (2004: 144), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a.    Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani
anak.
b.    Faktor eksernal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c.    Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya beajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengajar sangat
penting karena dapat mempengaruhi hasil belajar anak. Dengan demikian, diharapkan
penggunaan metode ekspositori dengan tepat akan menjadi metode yang baik untuk
pembelajaran matematika.

2.        Hasil belajar matematika


Dalam proses pembelajaran ada empat unsur utama yang perlu diketahui yaitu tujuan,
bahan, metode dan alat-alat serta penilaian. Dimana tujuan disini sebagai arah dari proses
pembelajaran. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum
atau dibahas dalam proses pembelajaran agar sampai pada tujuan yang telah ditetapkan.
Metode dan alat disini adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan,
sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.
 Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil tidaknya seorang murid dalam proses
pembelajaran. Kemampuan berpikir yang logis, minat terhadap matematika dan sikap
terhadap matematika berkolerasi secara signifikan dengan hasil belajar matematika.
Menurut Sudjana (1989: 3) menyatakan bahwa, hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Menurut Sanjaya (Arifin 2007:8) menyatakan bahwa hasil
belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar.
Menurut Darmansyah (2006: 13), menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
penilaian terhadap kemampuan siswa menjalani proses pembelajaran.
 Hal yang menonjol didalam memaksimalkan hasil belajar adalah mengenai faktor
kepribadian. Kepribadian murid memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil belajar
karena komponen kepribadian tersebut mempunyai fungsi yaitu:
a.    Fungsi Kognitif
   Fungsi kognitif merupakan kemampuan manusia menghadapai objek-objek dalam bentuk
representative menghadirkan objek dalam kesadaran.
b.    Fungsi Kognitif – Dinamis

   Fungsi Kognitif–Dinamis ini berkisar pada penentuan satu tujuan dan pemenuhan suatu
kebutuhan yang didasari serta dihayati.

c.    Fungsi Efektif
   Fungsi efektif membantu murid dalam mengadakan suatu penelitian terhadap objek-objek
yang dihadapinya dan dihayati apakah benda tersebut suatu peristiwa atau seseorang bernilai
atau tidak bagi dirinya.

3.        Pembelajaran  Berhitung
Berhitung adalah salah satu ilmu yang berkaitan dengan usaha-usaha melatih
kecerdasan dan keterampilan murid khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang
memerlukan perhitungan.
 Menurut Ruseffendi (1989: 38), pengerjaan-pengerjaan hitung ialah pengerjaan
tambah (menambah), pengerjaan kurang (mengurangi), pengerjaan kali (perkalian),
pengerjaan bagi (pembagian). Dari keempat pengerjaan ini yang merupakan pengerjaan
pokok ialah penambahan. Penambahan disebut pula penjumlahan, pengurangan merupakan
lawan penjumlahan, perkalian merupakan penambahan berulang sedangkan pembagian
merupakan pengurangan berulang.
Pendapat Sinaga (1988), seperti dikutip Mulyono (2003: 253) berhitung adalah
sebagai cabang matematika yang berkenaan dengan sifat-sifat dan hubungan bilangan-
bilangan nyata dan dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
perkalian, pengurangan dan pembagian.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung adalah salah satu ilmu yang
berkaitan dengan usaha untuk melatih kecerdasan dan keterampilan murid khususnya dalam
menyelesaikan soal-soal yang memerlukan perhitungan.
 Adapun tujuan prinsip-prinsip dalam pengajaran  berhitung adalah sebagai berikut:
a.    Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
b.    Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik pada masa sekarang maupun masa
yang akan datang.
c.    Mengembangkan kemampuan dan sikap rasional, ekonomis dan menghargai waktu.
d.   Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih lanjut
(Depdikbud, 1992:1).
Prinsip-prinsip Pengajaran Berhitung di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut:
a.    Menanamkan proses belajar dalam berhitung seperti latihan (drill), menghafal dan ulangan
memang memadai tetapi akan lebih efektif apabila guru mendorong kreativitas murid dengan
membantu pengertian ide dasar dan prinsip-prinsip berhitung melalui kegiatan-kegiatan
tersebut. Pengajaran berhitung yang dilandasi pengertian akan mengakibatkan daya ingat dan
daya transfer yang lebih besar.
b.    Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana
menuju pada tahapan yang lebih kompleks, dari yang kongkrit menuju ke yang lebih abstrak,
dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju ke lingkungan yang lebih luas.
c.    Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunaan benda-benda kongkrit perlu dilakukan
guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam
berhitung.
d.   Setiap langkah dalam pengajaran berhitung hendaknya diusahakan melalui penyajian yang
menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak.
e.    Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri. Tugas guru selain
memotivasi kesiapan juga memberikan pengalaman yang bervariasi dan efektif.
f.     Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan keterampilan. Karena itu
latihan-latihan harus dilandasi pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan
dengan mengikuti prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit,
padat dan melelahkan hendaknya dihindarkan untuk mencegah terjadinya ketegangan.
Berlatih secara berkala, teratur dengan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong
kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindarkan kelelahan.
g.    Relevansi berhitung dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan. Dengan demikian
pelajaran berhitung yang didapatkan anak-anak akan lebih bermakna baginya dan lebih jauh
mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu guru perlu membuat
persiapan yang terencana agar anak-anak mendapatkan pengalaman belajar yang beragam
dan fungsional (Depdikbud, 1992: 1-2).
Mengabaikan pemakaian berhitung dalam situasi yang fungsional selain membuat
anak bosan juga melepaskan anak dari pengalaman belajar yang hidup dan penuh arti.

4.        Media Gambar sebagai Salah Satu Media Pengajaran


a.         Pengertian Media Gambar
Di antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum
dipakai. Hal ini dikarenakan anak lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika
gambarnya dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan gambar yang baik, sudah pasti
akan menambah semangat anak dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 70), “media gambar adalah gambar
mati yang sederhana digunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar
yang mempunyai makna tertentu, menarik anak, dan mudah dipahami dari maksud gambar
tersebut”.
Menurut Sri Anitah (2010: 7), Media gambar (gambar mati) adalah gambar yang
dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tak tembus cahaya yang mengandung arti dan
mudah dipahami oleh siswa saat melihat gambar tersebut”.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar (gambar mati)
yang sederhana dibuat pada kertas karton atau sejenisnya yang tak tembus cahaya digunakan
oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar yang mempunyai makna tertentu,
menarik anak, dan mudah dipahami saat melihat dari maksud gambar tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah perwujudan
lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan,  ide-ide yang di
visualisasikan kedalam bentuk dua dimensi. Bentuknya dapat berupa gambar situasi dan
lukisan yang berhubungan dengan pokok bahasan berhitung.
b.        Manfaat  Media Gambar
Gambar adalah salah satu media pembelajaran yang amat dikenal di dalam setiap
kegiatan pembelajaran, karena media gambar memberikan manfaat dalam pembelajaran.
Menurut Azhar Arsyad (2002:43), media gambar memberikan manfaat sebagai berikut:
1.    Menimbulkan daya tarik pada anak. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan
membangkitkan minat dan perhatian anak.
2.    Mempermudah pengertian anak. Suatu penjelasan yang abstrak akan lebih mudah dipahami
bila dibantu gambar.
3.    Memperjelas bagian-bagian yang penting.
4.    Menyingkat suatu uraian.
Penemuan-penemuan dari penelitian mengenai nilai-guna gambar diam tersebut, menurut
Brown yang dikutip Sri Anitah, dkk. (2004:31) mempunyai sejumlah implikasi bagi pengajaran,
yaitu:
1.    Bahwa penggunaan gambar dapat merangsang minat atau perhatian anak.
2.    Gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat, membantu anak memahami dan
mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya.
3.    Gambar-gambar dengan garis sederhana seringkali dapat lebih efektif sebagai penyampaian
informasi ketimbang gambar dengan bayangan, ataupun gambar forografi yang sebenarnya.
Gambar-gambar realisme yang lengkap yang membanjiri penonton dengan informasi visual
yang terlalu banyak, ternyata kurang baik sebagai perangsang belajar dibandingkan gambar
atau potret yang sederhana saja.
4.    Warna pada gambar diam biasanya menimbulkan masalah. Sekalipun gambar berwarna lebih
memikat perhatian anak daripada yang hitam putih, namun tak selalu gambar berwarna
merupakan pilihan terbaik untuk mengajar atau belajar. Suatu studi menyarankan agar
penggunaan warna haruslah realistik dan bukan sekedar demi memakai warna saja. Kalau
pada suatu gambar hitam putih ditambahkan hanya satu warna, maka mungkin akan
mengurangi nilai pengajarannya. Pengajaran menyangkut konsep warna, maka gambar-
gambar dengan warna yang realistik memang lebih disukai.
5.    Kalau bermaksud mengajar konsep yang menyangkut soal gerak, sebuah gambar diam
(termasuk film rangkai) mungkin akan kurang efektif dibanding dengan sepotong film
bergerak yang menunjukkan gaya (action) yang sama. Dalam hal ini, suatu urutan gambar
diam, seperti yang dibuat dengan kamera foto 35 mm dapat mengurangi telalu banyaknya
informasi yang ditampilkan oleh suatu film bergerak.
6.    Isyarat yang bersifat non-verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah, ataupun tanda-tanda
lainnya pada gambar diam dapat memperjelas atau mungkin pula mengubah pesan yang
sebenarnya dimaksudkan untuk dikomunikasikan.
Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar dapat memberikan
manfaat merangsang minat atau perhatian anak, membantu anak memahami dan mengingat isi
informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya, lebih efektif sebagai penyampaian informasi
ketimbang gambar dengan bayangan, ataupun gambar fotografi yang sebenarnya, pengajaran
menyangkut konsep warna, maka gambar-gambar dengan warna yang realistik memang lebih
disukai, urutan gambar diam, seperti yang dibuat dengan kamera foto 35 mm dapat mengurangi
terlalu banyaknya informasi yang ditampilkan oleh suatu film bergerak, dan isyarat yang bersifat
non-verbal atau simbol-simbol seperti tanda panah, ataupun tanda-tanda lainnya pada gambar
diam dapat memperjelas atau mungkin pula mengubah–pesan yang sebenarnya dimaksudkan
untuk dikomunikasikan.
c.         Karakteristik Media
Menurut Rahadi (2003:27-28) karakteristik media gambar, yaitu:
1.    Harus autentik, artinya dapat menggambarkan obyek/peristiwa seperti jika siswa melihat
langsung.
2.    Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok dalam gambar
tersebut.
3.    Ukuran gambar proposional, sehingga anak mudah membayangkan ukuran sesungguhnya
benda/obyek yang digambar.
4.    Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5.    Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus.
Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Atas dasar karakteristik tersebut maka media gambar memiliki kelebihan dan
kelemahan sebagai berikut:
Kelebihan media gambar adalah:
a.    Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan
dengan bahasa verbal.
b.    Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
c.    Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
d.   Memperjelas masalah dalam bidang apa saja dan untuk semua orang tanpa memandang umur
sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.
e.    Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan (Sadiman, 1996:31).

Kekurangan media gambar adalah


a.    Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat terlihat
olehsekelompok siswa.
b.    Gambar diintepretasikan secara personal dan subyektif.
c.    Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif.
Media Gambar dalam Pembelajaran Berhitung adalah sebagai upaya terencana dalam
membina pengetahuan sikap dan keterampilan para murid melalui interaksi murid dengan
lingkungan belajar yang diatur guru pada hakikatnya mempelajari lambang-lambang verbal
danvisual, agar diperoleh makna yang terkandung didalamnya. Lambang-lambang tersebut
dicerna, disimak oleh para murid sebagai penerima pesan yangdisampaikan guru. Oleh
karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila murid dapat memahami makna yang
dipesankan oleh guru sebagai lingkungan belajarnya.
Pesan visual yang paling sederhana, praktis, mudah dibuat dan banyak diminati murid
pada jenjang pendidikan dasar adalah gambar. Disamping itu daya tarik gambar sebagai
media pengajaran bergantung kepada usia para anak. murid kelas 1 lebih menyenangi
gambar-gambar yang sederhana dan bersifat realistis seperti gambar-gambar naturalis dari
pada murid kelas IV.
Menurut Sudjana (2001:12) tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar gambar
adalah sebagai berikut:
a.    Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar anak
secara efektif.
b.    Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan
pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.
c.    Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan
dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya.
d.   Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau satu halaman penuh
bergambar, disertai beberapa petunjuk yang jelas.
e.    Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para siswa
menjadi efektif.
f.     Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan
dengan gerakan mata pengamat, dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu
harus dipusatkan dibagian sebelah kiri atas medan gambar.
Dengan demikian media gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran
yang efektif karena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu
melalui pengungkapan kata-kata dan gambar.

5.        Langkah-langkah Pembelajaran Berhitung dengan Media Gambar


Proses belajar mengajar berhitung dilaksanakan dari konkret ke yang abstrak, sesuai
dengan penyajiannya yang didasarkan atas prinsip: mudah ke sukar, sederhana ke rumit,
konkrit ke abstrak, lingkungan sehari-hari dari yang sempit dan dekat dengan murid ke yang
lebih luas dan jauh dengan murid dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara teoritis, pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran matematika sudah
pasti merupakan internalisasi dari diperolehnya pengalaman langsung melalui benda-benda
tiruan, yang merupakan wujud dari pengalaman yang paling tinggi nilainya, sekaligus
merupakan penjelas dari konsep-konsep pelajaran matematika yang bersifat abstrak. Selaras
dengan tujuan pemanfaatan media gambar yakni untuk menyederhanakan kompleksitas
materi, maka pembelajaran matematika dengan media gambar akan membantu murid dalam
memahami materi pelajaran. Daya imajinasi atau citra anak didik dapat ditimbulkan dengan
menata dan menyusun unsur-unsur visual dalam materi pengajaran.
Dalam merancang media pengajaran perlu memperhatikan beberapa unsur guna
mempertinggi daya tarik serta motivasi belajar anak, antara lain:
a.    Kesederhanaan, dalam tata letak (lay out) media pengajaran tampak pada gambar yang cukup
besar dan jelas rincian pokoknya sehingga terlihat jelas perbedaan antara latar depan dan latar
belakang unsur pokok yang ditonjolkan.
b.    Keterpaduan, ada hubungan erat di antara berbagai unsur visual sehingga keseluruhannya
berfungsi padu.
c.    Penekanan, memegang peranan penting dalam media pengajaran walaupun penyajian bersifat
tunggal, memiliki keterpaduan, seringkali memerlukan penekanan hanya pada satu unsur
yang justru memerlukan titik perhatian anak.
d.   Keseimbangan, mencakup dua macam yaitu keseimbangan formal atau simetris dan
keseimbangan informal atau asimetris.
e.    Garis, fungsi garis dalam sebagai unsur visual adalah sebagai penuntun bagi para pengamat
(siswa), dalam mempelajari rangkaian konsep, gagasan, makna atau isi pelajaran yang tersirat
di dalam media gambar yang dipertunjukkan.
f.     Bentuk, bentuk sebagai unsur visual diperlukan dalam sebuah pameran.
g.    Tekstur, adalah unsur visual yang memungkinkan timbul suatu kesan kasar atau halusnya
permukaan. Tekstur juga dapat digunakan seperti warna dalam hal penekanan, aksentuasi
atau pemisahan, serta dapat menambah kesan keterpaduan.
h.    Ruang, merupakan unsur gambar yang penting dalam merancang media pengajaran. Hanya
dengan pemanfaatan ruang secara hati-hati berbagai unsur visual dari sebuah rancangan
media gambar akan menjadi efektif.
i.      Warna, merupakan penambahan yang penting untuk sebagian besar media visual, tetapi
pemakaiannnya harus hemat dan hati-hati bila menghendaki hasil yang terbaik (Sujana,
2001:20-25).
Selain mempertimbangkan dari segi unsur-unsur media gambar kita juga harus
memperhatikan beberapa prinsip umum agar menghasilkan gambar yang komunikatif dalam
pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
a.    Visible, berarti mudah dilihat oleh seluruh sasaran didik yang akan memanfaatkan media
yang kita buat.
b.    Interesting, artinya menarik, tidak monoton dan tidak membosankan.
c.    Simple, artinya sederhana, singkat, tidak berlebihan.
d.   Useful, maksudnya adalah gambar yang ditampilkan harus dipilih yang benar-benar
bermanfaat bagi sasaran didik. Jangan menayangkan tulisan terlalu banyak yang sebenarnya
kurang penting.
e.    Accurate, isinya harus benar dan tepat sasaran.
f.     Legitimate, maksudnya adalah bahwa visual yang ditampilkan harus sesuatu yang sah dan
masuk akal. Gambar yang tidak lazim atau tidak logis akan dianggap janggal oleh anak.
g.    Structured, maksudnya gambar harus terstruktur atau tersusun dengan baik, sistematis, dan
runtut sehingga mudah dipahami pesannya.
h.    Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit
demi unit pelajaran untuk digunakan oleh siswa mengorganisasikan materi.
i.      Warna harus digunakan secara realistik (Rahadi, 2003:26-27).
Sehubungan dengan penerapan unsur-unsur dan prinsip-prinsip media gambar dalam
proses belajar mengajar berhitung, maka ada beberapa langkah yang perlu ditempuh guru,
yaitu:
a.    Tahap persiapan, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan berbagai
media gambar yang berhubungan dengan pokok bahasan yang diajarkan.
b.    Tahap pelaksanaan, guru menyajikan materi pelajaran dengan memanfaatkan media gambar,
sehingga menarik perhatian murid dalam proses belajar mengajar, sehingga media tersebut
tidak dimanfaatkan guru saja.
c.    Tahap evaluasi, guru mengadakan evaluasi materi pelajaran yang lebih menekankan pada
aspek afektif. Selebihnya guru dapat mengadakan evaluasi terhadap media gambar yang
digunakan.

B.       Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka, maka kerangka berpikirnya dapat dirumuskan bahwa
hasil belajar matematika adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana proses pembelajaran
matematika yang dicapai oleh murid terhadap materi yang diajarkan setelah proses
pembelajaran berlangsung dalam kurung waktu tertentu.
Dalam kegiatan pembelajaran salah satu faktor yang sangat mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru menggunakan metode mengajar yang
sekaligus dapat mengetahui pemahaman berhitung matematika  menggunakan  metode
menggambar.
Melalui metode menggambar diharapkan dapat menjadi salah satu metode untuk
meningkatkan pemahaman berhitung matematika, sebab dalam proses pembelajaran guru
menyajikan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada murid tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu sehingga murid dapat mengembangkan pemahaman
dan kemampuan yang dimiliki murid secara optimal.
Dengan demikian salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman berhitung, yaitu
melalui metode gambar.

Gambar 1.1 Skema Karangka Berpikir

C.      Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah: “Jika menggunakan media gambar, maka pemahaman berhitung
murid kelas I SD Negeri 79 Pinrang dapat meningkat”.

IV.   METODE PENELITIAN
A.      Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).
Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri atas empat tahap
yaitu:
1.    Perencanaan, rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci, mulai dari
materi/bahan ajar, rencana pembelajaran mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik dan
instrumen observasi/evaluasi.
2.    Pelaksanaan tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat.
3.    Observasi, kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,  dimana pada
proses ini dilihat sejauh mana perencanaan yang telah dibuat dapat diimplementasikan dalam
proses pelaksanaan tindakan.
4.    Refleksi, tahap ini merupakan tahap untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukan
pengamatan (observasi).

B.       Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terhadap murid kelas I di SD Negeri 79
Pinrang semester I Tahun 2011/2012. Dengan jumlah murid 37 orang yang terdiri dari 16
murid laki-laki dan 21 murid perempuan.

C.      Faktor yang Diselidiki

Untuk menjawab permasalahan ada beberapa faktor yang ingin diselidiki, faktor-
faktor tersebut yaitu:
1.    Faktor input
Dengan melihat kehadiran, keaktifan murid dan minat belajar murid dalam belajar
matematika dengan memperagakan atau mempertunjukkan proses atau benda sehingga dapat
meningkatkan pemahaman materi matematika khususnya pada bangun ruang.
2.    Faktor Proses
Melihat bagaimana cara guru memberikan pemahaman kepada murid mengenai materi yang
telah diberikan khususnya berhitung.
3.    Faktor Output
Melihat hasil tes yang diperoleh oleh murid pada akhir setiap siklus untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan murid dalam mengikuti pembelajaran setelah dilaksanakan
pembelajaran melalui metode gambar.

D.      Definisi Operasional Variabel


Definsi variabel operasional dalam penelitian ini adalah media gambar dan
peningkatan pemahaman berhitung.
Metode gambar adalah metode mengajar dengan memanfaatkan  media gambar dalam
memahami cara berhitung matematika sehinnga proses pembelajaran berlangsung secara
efektif.
Sedangkan pemahaman berhitung merupakan suatu hasil belajar yang dicapai oleh
murid kelas I SD Negeri 79 pinrang selama proses pembelajaran khususnya pada materi
berhitung.

E.       Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ni dilaksanakan sebanyak dua siklus :
1.      Siklus I
Pelaksanan penelitian siklus I dilaksanakan 4 tahap, yaitu:
a.    Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu :
1)   Menelaah kurikulum SD kelas semester ganjil.
2)   Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3)   Melaksanakan  proses pembelajaran dengan memanfaatkan media gambar.
4)   Memonitor perubahan yang terjadi, selama penerapan media gambar yang diindikasikan
adanya keterlibatan murid secara menyeluruh.
5)   Membuat lembar observasi berisi aspek-aspek tindakan aktivitas guru dan murid serta
suasana kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
b.    Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi dari rencana yang telah disiapkan, yaitu
melaksanakan proses pembelajaran berhitung dengan menggunakan media gambar.
c.    Tahap Observasi
Pelaksanaan observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap jalannya proses
pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai keaktifan murid dan kegiatan guru dalam
melakukan pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas. Oleh karena
itu, peneliti melakukan observasi terhadap pemanfaatan media gambar dalam proses
pembelajaran berhitung yang dipandu dengan kombinasi instrumen lembar observasi.
d.   Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil
tersebut direfleksi terhadap tindakan yang dilakukan. Refleksi yang dimaksud adalah
pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara.
2.      Siklus II
Siklus ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan tahapan seperti pada siklus I
dengan memperbaiki kekurangan pada siklus II.

F.       Insrtumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini maka digunakan suatu alat
yang disebut instrumen penelitian. Jenis instrumen penelitian yang digunakan adalah:
1.        Lembar observasi kegiatan murid yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.         Murid yang hadir pada saat pembelajaran.
b.        Perhatian murid terhadap materi yang diberikan.
c.         Keterampilan murid dalam mempersentasekan hasil belajarnya.
d.        Tanggung jawab murid dalam menyelesaikan tugas/PR yang diberikan.
2.        Tes hasil belajar
Tes digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman murid terhadap materi yang
diajarkan. Selain itu tes ini juga dapat memberikan informasi mengenai tingkat keberhasilan
metode yang digunakan dalam mengatasi kesulitan belajar murid. Namun sebelum tes hasil
belajar itu digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh validator yang dianggap berkompeten
mengenai hal tersebut.

G.      Teknik Pengumpulan Data.

Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1.        Sumber Data
Sumber data diperoleh dari pengamatan kegiatan murid, guru, daftar nilai, proses
pembelajaran dengan media gambar dan tes hasil belajar berhitung murid kelas I SD Negeri
79 Pinrang.
2.        Jenis data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif.
3.        Cara Pengumpulan data
Adapun cara pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a.           Data hasil belajar diambil dari hasil tes (memberi sejumlah pertanyaan kepada murid). Tes
yang diberikan berupa soal uraian mengenai pembelajaran berhitung khususnya soal cerita.
b.          Observasi, yaitu mengamati proses pembelajaran berhitung dengan menggunakan media
gambar.

H.      Teknik Analisis Data


Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikut yang dilakukan
adalah mengadakan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul. Karena data yang
terkumpul berupa angka-angka, teknik pengolahan yang digunakan adalah statistik.
Cara yang ditempuh untuk menganalisis data adalah memberikan nilai untuk setiap
jawaban per item soal dari soal yang telah diberikan kepada responden, kemudian dianalisis
secara statistik. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar berhitung dengan menggunakan
media gambar, maka dilakukan analisis pre test dan post test dengan uji t-tes yang rumusnya
sebagai berikut:
Keterangan :
Md             : mean dari deviasi (d) antara pre-test dan post-test
 Xd           : perbedaan masing-masing subjek (d-Md)
 x d2            : jumlah kuadrat deviasi
N                : banyaknya subjek pada sampel
d.b              : ditentukan dengan N-1 (Arikunto, 2002:79).
Selanjutnya untuk mengkategorikan persentase pemahaman siswa. Erman Suherman
(Ayu Putri Nengsi, 2008: 32) digunakan skala 5 sebagai berikut:
No. Persentase Kategori kesulitan
1 90%-100% Sangat tinggi
2 75%-89% Tinggi
3 55%-74% Sedang
4 40%-54% Rendah
5 0%-39% Sangat rendah
Tabel 1.2 Kategori persentase kesulitan belajar
Hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan teknik kategori dengan skala 5
berdasarkan standar yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional (Winarsunu, 2009:
109) yaitu:
1)        Kemampuan 85%-100% atau skor 85-100 dikategorikan sangat tinggi
2)        Kemampuan 65%-84% atau skor 65-84 dikategorikan tinggi
3)        Kemampuan 55%-64% atau skor 55-64 dikategorikan sedang
4)        Kemampuan 35%-54% atau skor 35-54 dikategorikan kurang
Kemampuan 0%-34% atau skor 0-34 dikategorikan sangat kurang.

I.         Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan adalah target keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti/guru.
Dalam penelitian ini, indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:
1.        Meningkatnya hasil belajar  berhitung setelah diterapkan metode gambar dari siklus I ke
siklus II.
2.        Meningkatnya aktivitas murid dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II.
3.        Meningkatnya ketuntasan belajar dari siklus I ke Siklus II.
Ketuntasan belajar murid secara individual dikatakan tuntas bila murid mencapai 65%
pencapaian tujuan pembelajaran dan tuntas secara klasikal bila 85% murid tuntas belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS.

Anitah, Sri. 2004. Media Pengajaran. Surakarta: FKIP UNS.

Ariifin. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Darhim. 1993. Work Shop Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Darmansyah. 2006. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Depdikbud. 1992. Petunjuk Pengajaran Berhitung Kelas I, II, III SD. Jakarta: P2MSDK.

Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar I. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, dan
SLB.

Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Herman. 2003. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud dan P2LPTK.

Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta.

Muhibbin. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika. Semarang: LPMP Jawa Tengah.


Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2001. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ningsi, Ayu Putri. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Dikjen Dikti Depdikbud.

Ruseffendi, ET. 1989. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer Untuk Guru. Bandung:
Tarsito.

Sadiman, Arif. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


                                   
Sudjana. 2001. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Offset.

Sukewi. 1994. Proses Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim MKPBM. 2001. Kurikulum Pendidikan Dasar I. Semarang: IKIP Semarang Press.

Winarsunu. 2009. Buku Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Tindakan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai