Oleh:
NAMA : PARMADI
NIM : 210 120 074
KELAS : III.B
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini berpengaruh di
segala bidang pendidikan terutama pada mata pelajaran Matematika khususnya lagi pada
pengajaran berhitung/aritmatika. Aritmatika atau berhitung adalah bidang yang berkenaan
dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (Mulyono, 2003: 253).
Dalam dunia keilmuan, matematika berperan sebagai bahasa simbolis yang
memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Kegunaan mata pelajaran
Matematika bukan hanya memberi kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif,
tetapi juga dalam penataan cara berfikir, terutama dalam hal pembentukan kemampuan
menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan
masalah (Darhim, 1993: 14).
Perkembangan pengajaran matematika di sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor yang sangat berkaitan. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor murid, guru dan materi
pelajaran itu sendiri. Salah satu faktor yang cukup berperan adalah materi pelajaran, karena
selain berkaitan dengan kesesuaian dan kesiapan murid, materi pelajaran matematika juga
harus memperhatikan materi-materi sebelumnya sebagai prasyarat untuk mempelajari materi
berikutnya.
Kemampuan berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan matematika,
sebab salah satu prasyarat untuk belajar matematika adalah belajar berhitung yang keduanya
saling mendukung. Oleh karena itu, antara matematika dan berhitung tidak dapat dipisahkan.
Pada kenyataannya dalam hal ini guru-guru banyak yang mengeluh karena muridnya lamban
dan kurang terampil dalam menyelesaikan perhitungan dari suatu pemecahan masalah.
Menurut pengamatan penulis sementara, keterampilan berhitung bagi murid akhir-akhir ini
kurang mendapat perhatian khusus baik di sekolah maupun di rumah. Beberapa penyebabnya
adalah:
1. Semakin banyaknya alat-alat hitung yang serba modern sehingga anak malas untuk berpikir
sendiri dalam menyelesaikan suatu perhitungan.
2. Ilmu berhitung tidak didapatkan secara khusus oleh anak dan hanya merupakan bagian-
bagian yang masuk ke dalam matematika sebagai akibatnya berhitung kurang digemari.
Secara umum pelajaran Matematika merupakan salah satu pelajaran yang kurang
menarik bagi murid bahkan murid berasumsi bahwa pelajaran Matematika itu sulit sehingga
menjadi momok bagi sebagian murid yang akhirnya berpengaruh pada interaksi proses
belajar-mengajar. Seperti kita ketahui juga bahwa mempelajari matematika tidak boleh
setengah-tengah karena matematika itu akan berhubungan dengan setiap bagiannya. Pelajaran
Matematika juga tidak terlepas dari berhitung sehingga jika anak kurang menguasai
kemampuan berhitung secara baik akan memperoleh hasil yang kurang baik pula.
Keterampilan berhitung di Sekolah Dasar merupakan kemampuan dasar untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan lebih lanjut, maka sangatlah tepat jika mendapat perhatian sejak awal.
Dalam kontek yang aplikatif, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan antara guru dan murid memegang peranan penting.
Suryosubroto (1997: 19), menyatakan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang
dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai evaluasi dan program
tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
pengajaran. Hal senada diungkapkan Sukewi (1994: 3), bahwa dalam proses belajar mengajar
terdapat komponen-komponen yang saling terkait, yang meliputi tujuan pengajaran, guru dan
peserta didik, bahan pelajaran, metode/strategi belajar mengajar, alat/media, sumber
pelajaran, dan evaluasi.
Media pembelajaran merupakan wahana dalam menyampaikan informasi/ pesan
pembelajaran pada murid. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar, diharapkan
membantu guru dalam meningkatkan pemahaman belajar muridnya. Pernyataan tersebut
diatas sesuai dengan pendapat Hamalik (1994: 12), yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
Pada umumnya ketika guru memgajarkan murid di kelasnya, masih banyak dijumpai
penerapan strategi mengajar yang tidak serasi, yaitu tidak diberdaya gunakan alat serta
sumber belajar yang optimal. Proses belajar mengajar menjadi terpusat pada guru, sehingga
guru masih dianggap satu-satunya sumber ilmu yang utama. Proses pembelajaran yang
demikian sudah pasti kurang menarik bagi murid karena hanya menempatkannya sebagai
objek saja, bukan sebagai subjek mempunyai keterlibatan dalam proses belajar mengajar.
Adanya kecenderungan proses pembelajaran Matematika yang terpusat pada guru
juga dialami di SD Negeri 79 pinrang, yang berdampak pada penurunan hasil belajar murid.
Sedikitnya sumber belajar dan terbatasnya media atau alat peraga merupakan salah satu
penyebab. Sehingga pembelajaran lebih bersifat searah dan membosankan. Oleh karenanya,
tidak mengherankan apabila rata-rata pelajaran berhitung pada murid kelas I menduduki
tempat ke enam dari beberapa bidang yang diajarkan. Adapun data rata-rata nilai mata
pelajarannya bisa dilihat pada tabel dibawah ini:
Sumber: Pencapaian Target Kurikulum SD Tahun Ajaran 2010/2011
No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata
1 Pendidikan kewarganegaraan 7,7
2 Pendidikan Agama 6,0
3 Bahasa Indonesia 7,7
4 Matematika 6,5
5 Kertangkes 7,0
6 Penjaskes 7,0
7 Muatan Lokal 7,5
Tabel 1.1 Hasil Taraf Serap dan Pencapaian Target Kurikulum SD
Fenomena yang terjadi dilapangan sehubungan dengan rendahnya hasil belajar
berhitung berkaitan erat dengan subtansi materi berhitung yang cenderung hafalan. Terkait
dengan itu diperlukan peran media pembelajaran untuk menjembatani kesenjangan
pemahaman materi berhitung dengan fenomena dilapangan, sehingga murid mampu
mempelajari materi berhitung tanpa ada perasaan takut dan tertekan. Salah satu diantaranya
dapat memanfaatkan media gambar sebagai alat bantu untuk memperjelas bahan ajar yang
disajikan dalam pembelajaran Matematika khususnya berhitung.
Sadiman (1996: 30), menyatakan bahwa kelebihan media pembelajaran adalah
sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi ruang dan waktu, mengatasi keterbatasan
pengamatan, memperjelas suatu masalah sehingga dapat mencegah kesalahpahaman.
Mengacu pada kelebihan media gambar maka dapat dimungkinkan pemanfaatan media
gambar dalam pembelajaran Matematika akan meningkatkan pemahaman berhitung para
murid.
Berdasarkan beberapa hal diatas, maka peneliti mengangkat judul: ” Meningkatkan
Pemahaman Berhitung Matematika dengan Menggunakan Metode Gambar pada Murid
Kelas I SD Negeri 79 Pinrang. ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah: “Apakah pemahaman berhitung matematika dapat ditingkatkan dengan
menggunakan metode gambar pada murid kelas I di SD Negeri 79 Pinrang?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa berhitung matematika dapat
ditingkatkan dengan menggunanakan media gambar pada murid kelas I SD Negeri 79
Pinrang.
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis berharap mempunyai banyak
manfaat yang diperoleh antara lain:
1. Bagi murid, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman berhitung.
2. Bagi guru, memberikan masukan bagi guru dalam meningkatkan kualitas hasil belajar
berhitung.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dibidang peneitian.
4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi guru membenahi proses
pembelajaran di sekolah dan sebagai bahan perbandingan bagi guru untuk menentukan
metode pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar berhitung.
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,
tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Winkel (1989:36), Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan
berbekas.
Menurut Gatnel (Purwanto, 2007: 84) menyatakan bahwa “belajar terjadi apabila
suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatan (ferformennya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan, tetapi belajar itu adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Menurut Hilgard dan Bower dikutip Purwanto (2000: 84), mengemukakan belajar
adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.
Hamalik (2003: 27) mendefinisikan belajar sebagai: 1) modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengakuan, 2) suatu proses perubahan tingkahlaku individu melalui
interaksi dengan lingkungan. Sedangkan Menurut Fantana yang dikutipHerman(2003: 7)
pengertian belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai
hasil pengalaman.
David yang dikutip oleh Tim MKPBM (2001: 171), belajar dibedakan menjadi dua
yaitu: belajar dengan menerima (reception learning) dan belajar melalui penemuan (discovery
learning).
a. Belajar dengan menerima(reception learning)
Belajar dengan menerima, materi yang disajikan kepada siswa lengkap sampai bentuk akhir
yang berupa rumus atau pola bilangan.
Pada belajar dengan penemuan, bentuk akhir yang berupa rumus, pola atau aturan-aturan
yang lain harus ditemukan oleh siswa sendiri. Proses penemuannya dapat dilakukan oleh
siswa sendiri atau dapat pula dengan bimbingan guru.
Dengan demikian belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang
tersebut terjadi perubahan tingkah laku yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubahnya pengetahuan, sikap, percakapan, kebiasaan dan lain-lain. Tetapi tidak semua
perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar. Berikut ciri-ciri belajar adalah:
1. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.
2. Belajar merupakan pengalaman sendiri.
3. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar (Darsono, 2000:
30-31).
Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan hasil atau akibat dari upaya-
upaya/latihan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan. Tingkah laku yang terjadi
merupakan hasil dari proses belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Keberhasilan murid dalam proses pembelajaran merupakan satu sistem, artinya ada
beberapa komponen yang saling berpengaruh terhadap perolehan hasil belajar murid. Seorang
murid yang termasuk pandai disuatu kelas, belum tentu ketika ulangan mendapatkan hasil
yang selalu memuaskan. lain seperti motivasi, keadaan fisik, lingkungn murid, dan
sebagainya.
Menurut Muhibbin (2004: 144), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani
anak.
b. Faktor eksernal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya beajar siswa yang meliputi strategi dan metode
yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengajar sangat
penting karena dapat mempengaruhi hasil belajar anak. Dengan demikian, diharapkan
penggunaan metode ekspositori dengan tepat akan menjadi metode yang baik untuk
pembelajaran matematika.
Fungsi Kognitif–Dinamis ini berkisar pada penentuan satu tujuan dan pemenuhan suatu
kebutuhan yang didasari serta dihayati.
c. Fungsi Efektif
Fungsi efektif membantu murid dalam mengadakan suatu penelitian terhadap objek-objek
yang dihadapinya dan dihayati apakah benda tersebut suatu peristiwa atau seseorang bernilai
atau tidak bagi dirinya.
3. Pembelajaran Berhitung
Berhitung adalah salah satu ilmu yang berkaitan dengan usaha-usaha melatih
kecerdasan dan keterampilan murid khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang
memerlukan perhitungan.
Menurut Ruseffendi (1989: 38), pengerjaan-pengerjaan hitung ialah pengerjaan
tambah (menambah), pengerjaan kurang (mengurangi), pengerjaan kali (perkalian),
pengerjaan bagi (pembagian). Dari keempat pengerjaan ini yang merupakan pengerjaan
pokok ialah penambahan. Penambahan disebut pula penjumlahan, pengurangan merupakan
lawan penjumlahan, perkalian merupakan penambahan berulang sedangkan pembagian
merupakan pengurangan berulang.
Pendapat Sinaga (1988), seperti dikutip Mulyono (2003: 253) berhitung adalah
sebagai cabang matematika yang berkenaan dengan sifat-sifat dan hubungan bilangan-
bilangan nyata dan dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
perkalian, pengurangan dan pembagian.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung adalah salah satu ilmu yang
berkaitan dengan usaha untuk melatih kecerdasan dan keterampilan murid khususnya dalam
menyelesaikan soal-soal yang memerlukan perhitungan.
Adapun tujuan prinsip-prinsip dalam pengajaran berhitung adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
b. Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik pada masa sekarang maupun masa
yang akan datang.
c. Mengembangkan kemampuan dan sikap rasional, ekonomis dan menghargai waktu.
d. Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih lanjut
(Depdikbud, 1992:1).
Prinsip-prinsip Pengajaran Berhitung di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut:
a. Menanamkan proses belajar dalam berhitung seperti latihan (drill), menghafal dan ulangan
memang memadai tetapi akan lebih efektif apabila guru mendorong kreativitas murid dengan
membantu pengertian ide dasar dan prinsip-prinsip berhitung melalui kegiatan-kegiatan
tersebut. Pengajaran berhitung yang dilandasi pengertian akan mengakibatkan daya ingat dan
daya transfer yang lebih besar.
b. Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana
menuju pada tahapan yang lebih kompleks, dari yang kongkrit menuju ke yang lebih abstrak,
dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju ke lingkungan yang lebih luas.
c. Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunaan benda-benda kongkrit perlu dilakukan
guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam
berhitung.
d. Setiap langkah dalam pengajaran berhitung hendaknya diusahakan melalui penyajian yang
menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak.
e. Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri. Tugas guru selain
memotivasi kesiapan juga memberikan pengalaman yang bervariasi dan efektif.
f. Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan keterampilan. Karena itu
latihan-latihan harus dilandasi pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan
dengan mengikuti prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit,
padat dan melelahkan hendaknya dihindarkan untuk mencegah terjadinya ketegangan.
Berlatih secara berkala, teratur dengan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong
kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindarkan kelelahan.
g. Relevansi berhitung dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan. Dengan demikian
pelajaran berhitung yang didapatkan anak-anak akan lebih bermakna baginya dan lebih jauh
mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu guru perlu membuat
persiapan yang terencana agar anak-anak mendapatkan pengalaman belajar yang beragam
dan fungsional (Depdikbud, 1992: 1-2).
Mengabaikan pemakaian berhitung dalam situasi yang fungsional selain membuat
anak bosan juga melepaskan anak dari pengalaman belajar yang hidup dan penuh arti.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka, maka kerangka berpikirnya dapat dirumuskan bahwa
hasil belajar matematika adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana proses pembelajaran
matematika yang dicapai oleh murid terhadap materi yang diajarkan setelah proses
pembelajaran berlangsung dalam kurung waktu tertentu.
Dalam kegiatan pembelajaran salah satu faktor yang sangat mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru menggunakan metode mengajar yang
sekaligus dapat mengetahui pemahaman berhitung matematika menggunakan metode
menggambar.
Melalui metode menggambar diharapkan dapat menjadi salah satu metode untuk
meningkatkan pemahaman berhitung matematika, sebab dalam proses pembelajaran guru
menyajikan pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada murid tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu sehingga murid dapat mengembangkan pemahaman
dan kemampuan yang dimiliki murid secara optimal.
Dengan demikian salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman berhitung, yaitu
melalui metode gambar.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah: “Jika menggunakan media gambar, maka pemahaman berhitung
murid kelas I SD Negeri 79 Pinrang dapat meningkat”.
IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).
Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri atas empat tahap
yaitu:
1. Perencanaan, rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci, mulai dari
materi/bahan ajar, rencana pembelajaran mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik dan
instrumen observasi/evaluasi.
2. Pelaksanaan tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat.
3. Observasi, kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dimana pada
proses ini dilihat sejauh mana perencanaan yang telah dibuat dapat diimplementasikan dalam
proses pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi, tahap ini merupakan tahap untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukan
pengamatan (observasi).
B. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terhadap murid kelas I di SD Negeri 79
Pinrang semester I Tahun 2011/2012. Dengan jumlah murid 37 orang yang terdiri dari 16
murid laki-laki dan 21 murid perempuan.
Untuk menjawab permasalahan ada beberapa faktor yang ingin diselidiki, faktor-
faktor tersebut yaitu:
1. Faktor input
Dengan melihat kehadiran, keaktifan murid dan minat belajar murid dalam belajar
matematika dengan memperagakan atau mempertunjukkan proses atau benda sehingga dapat
meningkatkan pemahaman materi matematika khususnya pada bangun ruang.
2. Faktor Proses
Melihat bagaimana cara guru memberikan pemahaman kepada murid mengenai materi yang
telah diberikan khususnya berhitung.
3. Faktor Output
Melihat hasil tes yang diperoleh oleh murid pada akhir setiap siklus untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan murid dalam mengikuti pembelajaran setelah dilaksanakan
pembelajaran melalui metode gambar.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ni dilaksanakan sebanyak dua siklus :
1. Siklus I
Pelaksanan penelitian siklus I dilaksanakan 4 tahap, yaitu:
a. Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu :
1) Menelaah kurikulum SD kelas semester ganjil.
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3) Melaksanakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan media gambar.
4) Memonitor perubahan yang terjadi, selama penerapan media gambar yang diindikasikan
adanya keterlibatan murid secara menyeluruh.
5) Membuat lembar observasi berisi aspek-aspek tindakan aktivitas guru dan murid serta
suasana kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi dari rencana yang telah disiapkan, yaitu
melaksanakan proses pembelajaran berhitung dengan menggunakan media gambar.
c. Tahap Observasi
Pelaksanaan observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap jalannya proses
pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai keaktifan murid dan kegiatan guru dalam
melakukan pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas. Oleh karena
itu, peneliti melakukan observasi terhadap pemanfaatan media gambar dalam proses
pembelajaran berhitung yang dipandu dengan kombinasi instrumen lembar observasi.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil
tersebut direfleksi terhadap tindakan yang dilakukan. Refleksi yang dimaksud adalah
pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara.
2. Siklus II
Siklus ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan tahapan seperti pada siklus I
dengan memperbaiki kekurangan pada siklus II.
F. Insrtumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini maka digunakan suatu alat
yang disebut instrumen penelitian. Jenis instrumen penelitian yang digunakan adalah:
1. Lembar observasi kegiatan murid yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Murid yang hadir pada saat pembelajaran.
b. Perhatian murid terhadap materi yang diberikan.
c. Keterampilan murid dalam mempersentasekan hasil belajarnya.
d. Tanggung jawab murid dalam menyelesaikan tugas/PR yang diberikan.
2. Tes hasil belajar
Tes digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman murid terhadap materi yang
diajarkan. Selain itu tes ini juga dapat memberikan informasi mengenai tingkat keberhasilan
metode yang digunakan dalam mengatasi kesulitan belajar murid. Namun sebelum tes hasil
belajar itu digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh validator yang dianggap berkompeten
mengenai hal tersebut.
Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari pengamatan kegiatan murid, guru, daftar nilai, proses
pembelajaran dengan media gambar dan tes hasil belajar berhitung murid kelas I SD Negeri
79 Pinrang.
2. Jenis data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif.
3. Cara Pengumpulan data
Adapun cara pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Data hasil belajar diambil dari hasil tes (memberi sejumlah pertanyaan kepada murid). Tes
yang diberikan berupa soal uraian mengenai pembelajaran berhitung khususnya soal cerita.
b. Observasi, yaitu mengamati proses pembelajaran berhitung dengan menggunakan media
gambar.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan adalah target keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti/guru.
Dalam penelitian ini, indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya hasil belajar berhitung setelah diterapkan metode gambar dari siklus I ke
siklus II.
2. Meningkatnya aktivitas murid dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II.
3. Meningkatnya ketuntasan belajar dari siklus I ke Siklus II.
Ketuntasan belajar murid secara individual dikatakan tuntas bila murid mencapai 65%
pencapaian tujuan pembelajaran dan tuntas secara klasikal bila 85% murid tuntas belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Depdikbud. 1992. Petunjuk Pengajaran Berhitung Kelas I, II, III SD. Jakarta: P2MSDK.
Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar I. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, dan
SLB.
Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta.
Ruseffendi, ET. 1989. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer Untuk Guru. Bandung:
Tarsito.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Offset.
Winarsunu. 2009. Buku Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Tindakan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.