Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BERBASIS PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION
(RME) UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VII SMP/MTs
PADA MATERI PERBANDINGAN

Oleh
Aulia Agisna Rahmatika
1705113685

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PMIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022

1
A. JUDUL PENELITIAN
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) untuk Memfasilitasi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs pada
Materi Perbandingan

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembelajaran adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan. Hal ini
dikarenakan proses pembelajaran akan memberikan suatu pengetahuan dan
pengalaman baru. Salah satu pembelajaran yang terdapat di dunia pendidikan adalah
pembelajaran matematika. Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2016:259) menyatakan
bahwa pembelajaran matematika merupakan proses membangun pemahaman
peserta didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan
kemampuannya, guru atau dosen menyampaikan materi, peserta didik dengan
potensinya masing-masing mengkonstruksikan pengertiannya tentang fakta,
konsep, prinsip, dan skill serta problem solving.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di jenjang
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas bahkan
sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. Matematika sebagai wahana pendidikan
tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan
peserta didik, tetapi dapat pula membentuk kepribadian peserta didik serta
mengembangkan keterampilan tertentu. Yurniwati (2019:8) menyatakan bahwa
matematika tidak hanya mengembangkan keterampilan komputasi (operasi
hitung) tetapi juga soft skill, seperti menemukan konsep, mengolah informasi,
mengkomunikasikan ide dalam bentuk simbol, bagan, gambar, atau kalimat secara
lisan dan tulisan.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Permendikbud
Nomor 22 Tahun 2016 yaitu kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan

2
pemecahan masalah pada kurikulum 2013 merupakan salah satu kemampuan yang
harus dimiliki peserta didik setelah mempelajari matematika. Pada kurikulum
2013 peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-
idenya dalam memecahkan masalah. Pentingnya pemecahan masalah pada
pembelajaran matematika juga dinyatakan oleh Branca (dalam Sovia Ulva dan
Ekasatya, 2016) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah matematis
merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika bahkan
proses pemecahan masalah matematis merupakan jantungnya matematika. Akan
tetapi, kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik masih rendah. Akibatnya, tujuan pembelajaran
matematika belum tercapai sepenuhnya sehingga rendahnya kualitas lulusan dan
tidak mampu bersaing dalam dunia kerja.
Rendahnya kemampuan pemecahan matematis dapat dilihat dari hasil
penelitian Ulya (Ulya, 2016) menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik masih kurang baik, karena peserta didik selalu
mempunyai kendala dalam menuliskan penyelesaian masalah ke dalam bahasa
matematika dan belum mampu melakukan pengecekan masalah kembali. Begitu
juga dengan hasil penelitian Linggar dan Budi (Linggar, G., M., Budi, 2016)
menunjukkan bahwa persentase kesalahan peserta didik pada indikator memahami
masalah 34,93%, merencanakan pemecahan masalah 35,47%, melaksanakan
rencana pemecahan masalah 53,6% dan memeriksa kembali 60,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas VII
di SMP Negeri 1 Kuantan Hilir dan SMP Negeri 2 Kuantan Hilir, peneliti
memperoleh informasi bahwa belum tersedianya bahan ajar maupun perangkat
pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan

3
masalah matematis peserta didik yang memenuhi kriteria valid, praktis dan
efektif. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
beberapa peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Kuantan Hilir dan SMP Negeri
2 Kuantan Hilir, peneliti memperoleh informasi bahwa peserta didik mengalami
kesulitan saat diberikan soal-soal pemecahan masalah yang diaplikasikan ke
dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan peserta didik ini disebabkan karena
peserta didik belum terbiasa dalam menyelesaikan soal yang bersifat non rutin
sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik belum terlatih.
Kemudian masih banyak peserta didik yang belum memahami konsep
perbandingan dan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalahnya.
Sejalan dengan itu, Rizza Yustianingsih, dkk (2017) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 1 Sawahlunto,
SMP Negeri 2 Sawahlunto dan SMP Negeri 3 Sawahlunto diperoleh kesimpulan
bahwa guru telah berupaya menerapkan model-model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun tujuan
pembelajaran masih belum tercapai karena masih rendahnya kemampuan
pemecahan masalah dan aktivitas peserta didik seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah perangkat pembelajaran yang dibuat
oleh guru belum membantu peserta didik mengkonstruksi pengetahuan yang
dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan nyata sehingga
kemampuan pemecahan masalah dan aktivitasnya belum sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran matematika, bukan hanya ditentukan oleh ketertarikan peserta didik
terhadap cara guru bidang studi mengemas perangkat pembelajarannya, karena
perangkat pembelajaran berfungsi untuk memandu proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan dari pembelajaran salah satunya meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis.

4
Marah Doly Nasution dan Wita Oktaviani (2020) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa, berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP PAB 9
Klambir V ditemukan beberapa hal yang menjadi permasalahan peserta didik
maupun guru. Guru dalam memberikan materi pembelajaran masih kurang
maksimal. Keterbatasan sarana dan prasarana merupakan salah satu penyebabnya.
Selain itu, perangkat pembelajaran matematika yang disediakan guru juga tidak
sama dengan tujuan pembelajaran, karakteristik, dan kemampuan peserta didik.
Contohnya ketika guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya tidak sesuai
dengan langkah-langkah yang ada di RPP. Umumnya para guru tidak membuat
RPP sendiri melainkan mengambilnya dari internet. Selain itu, LKPD yang
didapat peserta didik juga tidak sama dengan karakteristik peserta didik karena
LKPD yang diterima tidak dibuat sendiri oleh guru matematikanya melainkan
dibeli dari penerbit sehingga tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak
tersampaikan kepada peserta didik. Faktor ini menjadi salah satu penyebab hasil
belajar peserta didik rendah karena tidak tersedianya perangkat pembelajaran yang
dapat memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah peserta didik masih rendah, oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Peserta
didik harus memiliki kemampuan memecahkan masalah matematika guna melatih
peserta didik agar terbiasa menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah
matematika maupun masalah yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik perlu
terus dilatih sehingga peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Guru harus menyusun dan merencanakan persiapan yang memadai dalam
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah
matematika. Salah satu bentuk persiapan yang harus disiapkan guru adalah
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran sangat berperan penting, seperti

5
yang diungkapkan Daryanto & Aris Dwicahyono (2014) bahwa perangkat
pembelajaran merupakan salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan merupakan tolak ukur dari
kesuksesan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sejalan dengan itu,
menurut Ibrahim (dalam Jumanta Hamdayama, 2016) perangkat pembelajaran
merupakan seperangkat rencana pengajaran yang mencakup kegiatan merumuskan
tujuan apa yang dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan
disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang
diperlukan.
Sebuah perangkat pembelajaran digunakan sebagai sumber penting bagi
peserta didik dalam memahami konsep pelajaran, oleh karena itu guru harus dapat
menyusun sebuah perangkat pembelajaran yang baik. Tanpa adanya perangkat
pembelajaran akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Begitu juga halnya dengan peserta didik, tanpa perangkat pembelajaran peserta
didik akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam belajar. Oleh karena itu,
perangkat pembelajaran dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik
oleh guru maupun peserta didik dalam upaya memperbaiki mutu proses
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran, pembelajaran, karakteristik dan kemampuan peserta didik.
Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan agar pembelajaran menjadi
efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang akan dicapai.
Selain mengembangkan perangkat pembelajaran, diperlukan suatu
pendekatan pembelajaran yang efektif untuk memfasilitasi kemampuan
pemecahan masalah peserta didik, yaitu pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME). Pendekatan RME dapat membantu peserta didik untuk
belajar bermakna sehingga memudahkan peserta didik memahami ide dan konsep
matematika. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Ulandari dkk (2019), dalam
RME pembelajaran dimulai dari masalah kontekstual yang menekankan
kemampuan matematis, diskusi, dan memberikan argumen sehingga peserta didik
6
dapat memecahkan masalah dengan proses yang lebih bermakna. Selain itu
pendekatan RME sejalan dengan pembelajaran matematika dalam kurikulum
2013 yang menekankan pada proses pencarian pengetahuan. Setiap siswa
diarahkan untuk dapat menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep,
serta nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya, dan fokus
pembelajarannya diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam
memproses pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep
dan nilai-nilai yang diperlukan (Kemendikbud RI, 2013).
Hasil penelitian Fauzan dan Yerizon (2013) menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang belajar dengan RME lebih
baik daripada peserta didik yang belajar dengan konvensional. Selain itu, hasil
penelitian Rahman (2018) memperlihatkan bahwa perangkat pembelajaran dengan
pendekatan RME dapat membantu guru meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
Penelitian terdahulu terkait KPMM pada materi perbandingan yang telah
banyak dilakukan, diantaranya (Putri Fadillah, 2018) dan (Syahrina Anisa
Pulungan et al., 2020). (Putri Fadillah, 2018) melakukan penelitian terkait
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis RME terhadap KPMM peserta
didik, hasil penelitiannya adalah berdasarkan data tes hasil belajar didapatkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik meningkat setelah

dikembangkan perangkat pembelajaran pada materi perbandingan. (Putri Fadillah,


2018) pada penelitiannya mengembangkan perangkat pembelajaran berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Peserta Didik
(LKPD), Buku Siswa (BS) dan Tes Hasil Belajar (THB) . Kemudian hasil
penelitian (Syahrina Anisa Pulungan et al., 2020) menyatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa ditinjau dari nilai untuk tiap indikatornya dari uji coba I
ke uji coba II mengalami peningkatan melalui penerapan perangkat pembelajaran

7
berbasis RME. (Syahrina Anisa Pulungan et al., 2020) pada penelitiannya
mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP, buku siswa, dan LKS.
Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis RME
untuk memfasilitasi KPMM peserta didik pada materi perbandingan kelas VII
SMP. Penelitian dilakukan terhadap peserta didik kelas VII SMP/MTs se-Kuantan
Singingi. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini berupa
silabus, RPP, dan LKPD.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti terdorong untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika berupa silabus, RPP, dan LKPD. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berbasis pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs pada materi perbandingan.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Perangkat Pembelajaran
Matematika Berbasis Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) untuk
Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta didik Kelas
VII SMP/MTs pada materi Perbandingan sudah memenuhi kriteria valid dan
praktis?”

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
matematika berbasis pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) untuk
memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik Kelas VII
SMP/MTs pada materi Perbandingan yang valid dan praktis.

8
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah :
1. Bagi peserta didik
Bagi peserta didik, perangkat pembelajaran berupa LKPD yang dikembangkan
valid dan praktis diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika.
Selain itu peserta didik diharapkan dapat bekerja sama baik individu maupun
kelompok dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pemecahan
masalah. Dan tersedianya sumber belajar baru berupa LKPD yang valid dan
memenuhi praktikalitas pada materi perbandingan yang dapat digunakan peserta
didik kelas VII SMP/MTs.
2). Bagi guru
Bagi guru, Silabus, RPP dan LKPD yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
panduan dalam proses belajar mengajar serta menjadi referensi bagi guru dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran menurut Kurikulum 2013. Selain itu
dapat digunakan sebagai kelengkapan alat atau bahan dalam proses pembelajaran.
3). Bagi sekolah
Bagi sekolah, tersedianya perangkat pembelajaran matematika Kurikulum
2013 materi perbandingan yang valid dan praktis untuk digunakan di SMP/MTs
yang bisa dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas dan hasil
pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti
Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai
pembelajaran berbasis pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Dapat
dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian dan mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika serta dapat meningkatkan kreatifitas pembaca
dalam mengembangkan perangkat pembelajaran lebih lanjut.

9
F. DEFINISI OPERASIONAL
Istilah-istilah yang perlu dijelaskan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran matematika yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
1. Perangkat Pembelajaran adalah sebuah penyusunan dan perencanaan yang
akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dan peserta didik dalam
melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Perangkat
pembelajaran yaitu berupa Silabus, RPP dan LKPD.
a. Silabus adalah rencana pembelajaran dalam satu atau kelompok mata
pelajaran tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pada kegiatan
pembelajaran di silabus memuat kegiatan pembelajaran berdasarkan
pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) untuk
memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik pada
materi Perbandingan kelas VII SMP/MTs.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih sebagai panduan
bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika di kelas. Pada
langkah-langkah kegiatan dalam RPP menggunakan pendekatan pembelajaran
Realistic Mathematic Education (RME) untuk memfasilitasi kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik. RPP yang dibuat terdiri dari 4
pertemuan, meliputi: 1) perbandingan senilai; (2) perbandingan senilai
menggunakan tabel data, grafik dan persamaan; (3) perbandingan berbalik
nilai; dan (4) perbandingan berbalik nilai menggunakan tabel data, grafik dan
persamaan.
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah salah satu perangkat
pembelajaran yang dapat berfungsi sebagai sumber belajar maupun media
pembelajaran yang membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran

10
atau bisa juga diartikan lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik.. Dalam setiap langkah penyelesaian masalah dalam LKPD
menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education
(RME) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik. LKPD yang dibuat terdiri dari cover, isi LKPD dan juga disertai
dengan gambar yang sesuai pada soal yang dibuat.
2. Pendekatan Realistic Mathematic (RME) adalah pendekatan yang mengaitkan
matematika dengan kenyataan dan menggunakan masalah-masalah nyata
sebagai titik awal pengembangan ide dan konsep matematika. Tahap-tahap
dari pendekatan Realistic Mathematic (RME) adalah: (1) memahami
masalah/konteks; (2) menjelaskan masalah kontekstual; (3) menyelesaikan
masalah kontekstual; (4) membandingkan dan mendiskusikan jawaban; dan
(5) menyimpulkan.
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang sebagai upaya untuk dapat memecahkan masalah karena
belum memiliki solusi yang tepat untuk diterapkan secara langsung. Adapun
indikator KPMM, yaitu: (1) memahami masalah; (2) merencanakan
pemecahan masalah; (3) melaksanakan rencana pemecahan masalah; (4)
menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh.
4. Materi perbandingan merupakan salah satu materi pembelajaran yang
dipelajari di kelas VII SMP/MTs semester genap pada kurikulum 2013.
Perbandingan adalah dua bilangan atau lebih yang dicantumkan dan telah
disederhanakan untuk menyatakan proporsi beberapa besaran terhadap besaran
lain yang disandingkan. Adapun materi pembelajaran dari perbandingan
senilai dan perbandingan berbalik nilai adalah sebagai berikut.
KD 3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan
menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan.

11
4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai
dan berbalik nilai
1. Perbandingan senilai
2. Perbandingan senilai menggunakan tabel data, grafik dan persamaan
3. Perbandingan berbalik nilai
4. Perbandingan berbalik nilai menggunakan tabel data, grafik dan
persamaan.
5. Validitas adalah kegiatan yang dilakukan oleh validator untuk memberikan
status sah bahwa perangkat yang dikembangkan valid meliputi :
a. Silabus dinilai valid berdasarkan pada aspek: (1) identitas silabus; (2) KI
dan KD; (3) indikator pencapaian kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5)
kegiatan pembelajaran; (6) penilaian hasil belajar; dan (7) sumber belajar,
yang dinyatakan dalam bentuk skor penilaian yang diberi validator melalui
lembar validasi.
b. RPP dinilai valid berdasarkan pada aspek: (1) identitas RPP; (2) KI dan
KD; (3) indikator pencapaian kompetensi; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi
pembelajaran; (6) kegiatan pembelajaran; (7) KPMM; (8) alat, media dan
sumber belajar; dan (9) penilaian hasil belajar, yang dinyatakan dalam bentuk
skor penilaian yang diberi validator melalui lembar validasi.
c. LKPD dinilai valid didasarkan pada aspek: (1) komponen LKPD; (2) materi
pembelajaran; (3) LKPD dan pendekatan RME; (4) LKPD dan KPMM; (5)
LKPD dan syarat didaktik; (6) LKPD dan syarat konstruksi; dan (7) LKPD
dan syarat teknis, yang dinyatakan dalam bentuk skor penilaian yang
diberikan validator melalui lembar validasi.
6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran adalah kegiatan untuk melihat
keterlaksanaan perangkat yang dikembangkan berdasarkan hasil angket respon
peserta didik meliputi: (1) materi; (2) tampilan; dan (3) penggunaan LKPD.
Peserta didik memberikan penilaian berupa skor sesuai dengan pernyataan

12
yang diberikan. LKPD dikatakan praktis jika telah sesuai dan memenuhi aspek
penilaian dengan tingkat praktikalitas yang tergolong praktis.

G. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIKEMBANGKAN


Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
matematika berupa Silabus, RPP, dan LKPD yang mengacu pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Berikut
spesifikasi produk dalam penelitian pengembangan ini :

1. Silabus

a. Silabus disusun berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 yang


terdiri dari identitas silabus (nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester,
tahun pelajaran, materi pokok dan alokasi waktu), kompetensi dasar (KD),
kompetensi inti (KI), materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi (IPK) , penilaian, alokasi waktu dan
sumber belajar.
b. Kegiatan pembelajaran pada silabus merupakan gambaran secara umum
mengenai kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
c. KD yang terdapat pada silabus adalah KD 3.8 Membedakan perbandingan
senilai dan berbalik nilai dengan menggunakan tabel data, grafik, dan
persamaan dan KD 4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan senilai dan berbalik nilai.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. RPP dikembangkan dengan mengacu pada Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 dan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, dengan
komponen yaitu : Identitas sekolah; mata pelajaran; kelas/semester; materi
pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran; kompetensi dasar; indikator

13
pencapaian kompetensi; materi pembelajaran; metode pembelajaran
dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME); media
pembelajaran; sumber belajar; langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
b. RPP dikembangkan untuk 4 kali pertemuan dengan materi pembelajaran:
(1) perbandingan senilai; (2) perbandingan senilai menggunakan tabel
data, grafik dan persamaan; (3) perbandingan berbalik nilai; dan (4)
perbandingan berbalik nilai menggunakan tabel data, grafik dan
persamaan.
3. Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)
a. LKPD dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME). LKPD berisi langkah-langkah sistematis untuk menyelesaikan
masalah. Diawali dengan menyajikan masalah-masalah kontekstual pada
suatu materi pembelajaran. Kemudian peserta didik akan memecahkan
masalah dengan kreatif dan menggunakan pengetahuan yang didapatkan
sebelumnya.
b. LKPD dikembangkan untuk 4 kali pertemuan.
c. LKPD dikembangkan dengan komponen-komponen yang terdiri atas :
1) Judul, berisi tentang identitas LKPD setiap kali pertemuan;
2) Materi pembelajaran, berisi tentang judul materi setiap kali pertemuan;
3) Identitas peserta didik, berisi tentang nama peserta didik, kelas dan
kelompok;
4) Kompetensi yang dicapai, berisi tentang hal-hal yang harus dicapai
peserta didik setelah mengerjakan LKPD;
5) Petunjuk, berisi tentang petunjuk penggunaan LKPD;
6) Informasi pendukung, berisi informasi-informasi yang dapat
membantu peserta didik dalam menyelesaikan LKPD;

14
7) Tugas dan langkah kerja, berisi tentang tugas dan langkah
penyelesaian LKPD untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan.
8) Penilaian, berisi tentang soal-soal untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap materi yang telah dikerjakan pada LKPD.

H. LANDASAN TEORITIS
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang dipergunakan
dalam proses pembelajaran. Menurut Trianto (2015), perangkat pembelajaran
merupakan perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran. Syahrir (dalam
Ria Rahayu dan Julan Hernadi, 2020), perangkat pembelajaran adalah sebuah
penyusunan dan perencanaan yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru
dan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum. Nazarudin (dalam Idza dan Ariyanto, 2017) menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran adalah suatu atau beberapa persiapan yang disusun oleh
guru baik selaku individu maupun kelompok agar pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti
yang diharapkan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran adalah sebuah penyusunan dan perencanaan yang akan
digunakan sebagai pedoman oleh guru dan peserta didik dalam melakukan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum.
. Perangkat pembelajaran meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan Instrumen
Penilaian, dalam penelitian ini perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan
hanya silabus, RPP, dan LKPD. Perangkat pembelajaran tersebut secara rinci
diuraikan sebagai berikut.

15
a. Silabus
Dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 silabus merupakan dasar
penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Menurut Akbar (2016: 07) silabus pada dasarnya merupakan garis besar program
pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2018:16) mendefinisikan silabus
adalah rencana pembelajaran dalam satu atau kelompok mata pelajaran tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar. Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran dalam satu atau
kelompok mata pelajaran tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 silabus paling sedikit
memuat: (1) identitas pelajaran; (2) identitas sekolah meliputi nama satuan
pendidikan dan kelas; (3) kompetensi Inti, yaitu gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata
pelajaran; (4) kompetensi Dasar, yaitu kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait mata pelajaran; (5) tema (khusus
SD/MI/SDLB, Paket A); (6) materi pokok, yaitu berisi materi pembelajaran yang
sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; (7) pembelajaran, yaitu
kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi
inti yang diharapkan; (8) penilaian, yaitu proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik; (9) alokasi
waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu
smester atau satu tahun; (10) sumber belajar yang dapat berupa buku, media cetak
dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

16
Silabus yang dikembangkan disesuaikan dengan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 tidak memuat tema, karna tema hanya terdapat pada silabus untuk
tingkat SD. Pada bagian pembelajaran berisi kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Pada bagian
penilaian terbagi atas dua bagian yaitu penilaian pengetahuan dan penilaian
keterampilan sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.

b. RPP
Menurut Andi Prastowo (2017) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu kali pertemuan atau lebih.
Menurut Nurdin & Andriantoni (2016: 94) RPP merupakan perencanaan jangka
pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan di lakukan
dalam pembelajaran dan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016


menyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
kegiatan proses pembelajaran untuk sekali pertemuan atau lebih. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa RPP adalah adalah suatu rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih sebagai
panduan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika di kelas.
RPP disusun berdasarkan silabus dan berguna untuk mengarahkan proses
pembelajaran secara rinci sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan Pemendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam menyusun RPP, yaitu:
a) Perbedaan individual peserta didik, meliputi: kemampuan awal, bakat, tingkat
intelektual, emosi, minat, kecepatan belajar, motivasi belajar, kemampuan
sosial, latar belakang budaya, gaya belajar, nilai, kebutuhan khusus, norma,
dan/atau lingkungan peserta didik .

17
b) Partisipasi aktif peserta didik.
c) Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik agar terdorongnya motivasi,
inovasi, semangat belajar, kreativitas, inspirasi, minat, inisiatif dan
kemandirian peserta didik.
d) Pengembangan budaya menulis dan membaca dirancang agar minat membaca
peserta didik dan pemahaman beragam bacaan peserta didik berkembang,
serta mampu berekspresi pada beragam bentuk tulisan.
e) RPP memuat pemberian umpan balik positif, pengayaan, penguatan, dan
remedi.
f) RPP disusun berdasarkan keterpaduan dan keterkaitan antara KD, kegiatan
pembelajaran, materi, penilaian, indikator pencapaian kompetensi, dan
sumber belajar dalam suatu pengalaman belajar.
g) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pada RPP yang dikembangkan terdapat komponen berupa materi
pembelajaran yang terletak setelah materi pokok. Selanjutnya komponen tujuan
pembelajaran terletak setelah KD dan IPK. Pada langkah-langkah pembelajaran,
di bagian inti sesuai dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
yang digunakan. Pada penilaian hasil belajar dibagi atas dua bagian, yaitu
penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan.
Penilaian pengetahuan diberikan melalui tes lisan, tes tertulis, dan
penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal uraian dan dilengkapi pedoman
penskoran. Instrumen tes lisan adalah daftar pertanyaan, instrumen penugasan
berupa pekerjaan rumah dan/atau projek. Penilaian keterampilan diberikan melalui
praktik, projek, dan portofolio dengan tahapan yang sama pada penilaian aspek
pengetahuan. Instrumen yang digunakan pada penilaian aspek keterampilan
adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) dengan rubrik.

18
Sesuai dengan Permendikbud No. 22 tahun 2016, Komponen RPP terdiri
dari 1) identitas sekolah; 2) identitas mata pelajaran; 3) kelas/semester; 4) materi
pokok; 5) alokasi waktu; 6) tujuan pembelajaran; 7) kompetensi dasar; 8)
indikator pencapaian kompetensi; 9) deskripsi materi pembelajaran yang meliputi
fakta, konsep, prinsip dan prosedur; 10) pendekatan/metode pembelajaran; 11)
media pembelajaran; 12) alat/media/sumber belajar; 13) langkah-langkah
pembelajaran; dan 14) penilaian hasil pembelajaran.
c. LKPD
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan sebuah perangkat
pembelajaran yang berperan penting dalam proses pembelajaran. Menurut Andi
Prastowo (2017) LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran-
lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus dilaksanakan
oleh peserta didik. Menurut Nurdin & Andriantoni (2016: 111) Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat
berfungsi sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran yang membantu
siswa maupun guru dalam proses pembelajaran atau bisa juga diartikan lembaran
yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat berfungsi
sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran yang membantu siswa
maupun guru dalam proses pembelajaran atau bisa juga diartikan lembaran yang
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Menurut Suyitno dalam Hidayat (2013) mengungkapkan manfaat
penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses.

19
4. Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar.
6. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
LKPD memiliki tujuan yang penting dalam memberi dampak positif terhadap
peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran. Menurut Achmadi (dalam
Nurdin, 2016) tujuan LKPD adalah (1) mengaktifkan peserta didik dalam proses
kegiatan pembelajaran; (2) membantu peserta didik mengembangkan konsep; (3)
melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses;
4) sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksankan proses kegiatan
pembelajaran; (4) membantu peserta didik dalam memperoleh informasi tentang
konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis; (5)
membantu peserta didik dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui
kegiatan pembelajaran.
Pengembangan LKPD sebaiknya memperhatikan bahan atau materi yang
akan disajikan dalam LKPD dan dapat dikembangkan sendiri atau menggunakan
materi yang sudah tersedia. Prosedur dalam penyusunan LKPD yang harus
dilakukan agar LKPD dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran menurut Diknas dalam Prastowo (2013) sebagai berikut: 1)
melakukan analisis kurikulum mengenai SK, KD, indikator, dan materi
pembelajaran; 2) menyusun peta kebutuhan LKPD. Peta kebutuhan sangat
diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang harus ditulis serta melihat
urutannya.; 3) menentukan judul-judul LKPD. Judul LKPD ditentukan atas dasar
materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum; 4)
penulisan LKPD, untuk menulis LKPD langkah yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah merumuskan Kompetensi Dasar, menentukan alat penilaian,

20
menyusun materi dan memperhatikan struktur LKPD. Komponen-komponen
LKPD menurut Trianto (2011) meliputi: judul eksperimen, landasan teori, alat dan
bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan
untuk bahan diskusi.
Darmodjo dan Kaligis dalam Indriyani (2013) menjelaskan bahwa dalam
penyusunan LKPD harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu syarat didaktik,
syarat konstruksi dan syarat teknis. Syarat didaktik mengatur tentang penggunaan
LKPD yang bersifat universal dimana peserta didik yang kemampuannya diatas
maupun dibawah rata-rata dapat menggunakan LKPD dengan baik. Syarat
konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan, yang pada
hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Syarat
teknis menekankan pada penyajian LKPD, yaitu berupa tulisan, gambar, dan
penampilan.
2. Realistic Mathematic Education (RME)
Realistic Mathematic Education (RME) merupakan model pembelajaran dengan
mengkaitkan pada realita yang ada dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Masalah-masalah nyata yang sesuai dengan lingkungan dan karakteristik peserta
didik dapat dijadikan sebagai titik awal pengembangan ide dan konsep
matematika (Shoimin, 2016). Menurut pendapat Freudenthal
(dalam Ningsih, 2014), Realistic Mathematic Education (RME) adalah
pendekatan yang mengaitkan matematika dengan kenyataan dan matematika
merupakan aktivitas manusia, yang berarti matematika
harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan
nyata. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Realistic
Mathematic Education (RME) adalah pendekatan yang mengaitkan matematika
dengan kenyataan dan menggunakan masalah-masalah nyata sebagai titik awal
pengembangan ide dan konsep matematika.

21
Menurut Zulkardi (2016: 4), teori RME terdiri dari lima karakteristik yaitu: 1).
penggunaan real konteks sebagai titik tolak dalam belajar matematika; (2)
penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum
menggunakan cara formal atau rumus; (3) mengaitkan berbagai topik dalam
matematika; (4) penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika dan (5)
menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa. Selanjutnya Sumarmo
(2016:11) melaporkan berbagai keuntungan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan realistik, yaitu: Melalui penyajian masalah kontekstual
pemahaman konsep siswa meningkat dan bermakna mendorong siswa untuk
memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar; Siswa terlibat langsung
dalam proses doing math sehingga mereka tidak takut belajar matematika; Siswa
dapat memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-
hari dan mempelajari bidang studi lainnya; Memberi peluang pengembangan
potensi dan kemampuan berfikir alternative; Kesempatan cara penyelesaian
berbeda ; Melalui belajar berkelompok, siswa dilatih untuk menghargai pendapat
orang lain; dan Memenuhi empat pilar yang dikemukakan oleh UNESCO yaitu
learning to know. Leraning to do, learning to be, learning to live together. Adapun
Asmin (2016) menggambarkan tentang keunggulan RME sebagai berikut: (1)
Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa
dengan pengetahuannya; (2) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan
karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan belajar
matematika; (3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap
jawaban siswa ada nilainya; (4) Memupuk kerjasama dalam kelompok; (5)
Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya; (6) Melatih
siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat; (7) Pendidikan budi
pekerti, misalnya: saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang
berbicara.

22
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education menurut Hobri (Ningsih, 2014:81) sebagai berikut:
1. Memahami masalah kontekstual
Guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-
hari dan meminta peserta didik memahami masalah tersebut. Jika terdapat
peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami masalah yang
disajikan, maka guru hanya dapat memberikan informasi, gambaran
atau petunjuk seperlunya terbatas pada pemahaman peserta didik terhadap
masalah. Karakteristik RME yang muncul dalam langkah ini adalah
menggunakan masalah kontekstual sebagai awal konsep dari
pembelajaran menuju pada matematika formal hingga pembentukan.
2. Menjelaskan masalah kontekstual
Guru meminta peserta didik atau perwakilan dari kelompok untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan masalah kontekstual dengan bahasa
mereka sendiri. Karakteristik RME yang muncul dalam langkah ini
adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan guru dan peserta didik
dengan peserta didik.
3. Menyelesaikan masalah kontekstual
Peserta didik, baik individu maupun kelompok diharapkan dapat
menyelesaikan masalah kontekstual dengan model mereka sendiri. Guru
bertugas untuk memotivasi peserta didik selama menyelesaikan masalah
kontekstual menggunakan model mereka sendiri. Karakteristik RME
yang muncul dalam langkah ini adalah menggunakan model dan
menggunakan kontribusi peserta didik.
4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban peserta didik
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membandingkan
dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok. Selanjutnya,
membandingkan dan mendiskusikan di depan kelas. Karakteristik RME

23
yang muncul dalam langkah ini adalah menggunakan kontribusi peserta
didik dan adanya interaksi antar peserta didik.
5. Menyimpulkan
Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan pembelajaran
berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan dalam kelompok
maupun antar kelompok. Karakteristik RME yang muncul dalam
langkah ini adalah adanya interaksi guru dengan peserta didik.
3. Materi Perbandingan Kelas VII SMP/MTs
Materi perbandingan disajikan pada kelas VII semester genap SMP/MTs.
Kompetensi yang harus dicapai adalah :
KD 3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan
menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan.
KD 4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai
dan berbalik nilai.
1. Perbandingan senilai adalah apabila nilai dua variabel saling berbanding
lurus. Jika nilai variabel yang satu semakin besar maka nilai variabel yang lain
juga semakin besar. Sebaliknya jika nilai salah satu variabel semakin kecil
maka nilai variabel yang lain juga semakin kecil.
Komponen I Komponen II Komponen I Komponen II
a c atau a c

b d b d
Persamaan perbandingan senilai :

a c
= → ad = bc
b d

24
Penyelesaian perbandingan senilai:

a. Dengan menggunakan tabel


Contoh Soal:
Tabel berikut menunjukkan hubungan antara pemakaian tepung terigu (dalam kg)
dengan telur (dalam butir), dengan catatan satu resep kue bolu membutuhkan 2 kg
tepung terigu dan 4 buah butir telur
Banyaknya tepung terigu (dalam kg) 2 4 6 8 10 …
→ dinyatakan dalam x

Banyaknya telur (dalam butir) 4 8 12 16 20 …


dinyatakan dalam y

Dari tabel diperoleh informasi:


1. Semakin banyak tepung terigu yang digunakan maka akan semakin banyak pula
telur yang dipakai, dengan rasio tetap
b. Dengan menggunakan persamaan
Dengan membandingkan banyaknya telur yang diperlukan dengan banyaknya
tepung terigu untuk setiap resep kue, akan selalu menghasilkan nilai yang sama
yaitu 2 selanjutnya disebut konstanta perbandingan. Sehingga secara umum
persamaan yang terbentuk :
4 8 12 16 20
= = = = =2
2 4 6 8 10
Dari persamaan diperoleh informasi:
1. Bentuk persamaan pada perbandingan senilai adalah persamaan linier.
2. Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai x maka nilai y
akan meningkat lebih besar juga.
c. Dengan menggunakan Grafik
Dengan menghubungkan titik-titik yang terdapat pada tabel dan melihat
persamaan linier yang diperoleh sebagai berikut
25
Dari grafik diperoleh informasi:
1. Terlihat bahwa garis putus-putus tersebut membentuk garis lurus → sesuai
bentuk grafik persamaan linier
2. Semakin besar nilai x maka semakin besar nilai y
3. Gradien/ kemiringan garisnya 2 yang merupakan konstanta perbandingan
2. Perbandingan berbalik nilai adalah apabila nilai dua variabel saling
berbanding terbalik. Jika nilai variabel yang satu semakin besar maka nilai
variabel yang lain akan semakin kecil. Sebaliknya jika nilai salah satu variabel
semakin kecil maka nilai variabel yang lain akan semakin besar.
Komponen I Komponen II Komponen I Komponen II

a c atau a b

b d b d

Persamaan perbandingan berbalik nilai :


a d
= → ac = bd
b c

26
a. Dengan menggunakan tabel
Contoh Soal :
Seorang pengendara mobil berangkat dari Jakarta menuju kota Solo dengan
kecepatan rata-rata 60 km/jam selama 16 jam dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Perjalanan (jam) 1 2 3 4 5 6 …

Kecepatan rata-rata 60 30 20 15 12 10 …
(km/jam)

Dari tabel diperoleh informasi:


1. Semakin bertambah waktu perjalanan yang ditempuh kecepatan rata-rata
semakin berkurang, dengan rasio berubah-ubah
2. Waktu berbanding terbalik dengan kecepatan dan sebaliknya.
b. Dengan menggunakan persamaan
Dengan membandingkan kecepatan rata-rata dengan waktu perjalanan yang
ditempuh akan menghasilkan nilai yang berbeda. Sehingga secara umum
persamaan yang terbentuk :
60 30 20 15 12 10
= 60, = 15, = 6.667, = 3.75, = 2.4, = 1.667
1 2 3 4 5 6
Dari persamaan diperoleh informasi:
1. Bentuk persamaan pada perbandingan berbalik nilai bukan persamaan linier.
2. Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai x maka nilai y
akan berbanding terbalik.
c. Dengan menggunakan Grafik

27
Dari grafik diperoleh informasi:
1. Grafik dari hubungan antara kecepatan rata-rata dan waktu perjalanan,
merupakan kurva mulus (garis lengkung)
2. Semakin besar nilai x maka semakin kecil nilai y.
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang sebagai upaya untuk dapat memecahkan masalah karena belum
memiliki solusi yang tepat untuk diterapkan secara langsung (Suryani et al.,
2020). Untuk dapat menemukan solusi yang tepat dalam mencapai tujuan
memecahkan suatu permasalahan tentunya melibatkan sebuah proses didalamnya.
Proses pemecahan masalah tidak akan lepas dari suatu pendekatan atau strategi
untuk memecahkan suatu permasalahan. penggunaan metode, prosedur, dan
strategi yang tepat merupakan hal yang ditekankan dalam pemecahan masalah
dalam proses pembelajaran matematika (Rahmatiya & Miatun, 2020). Terdapat
beberapa langkah atau tahapan pemecahan masalah menurut para pakar (Raudho
et al., 2020). Salah satunya ialah yang dikemukakan oleh Polya. Adapun tahapan-
tahapan pemecahan masalah berdasarkan langkah polya diantaranya : (1)
memahami masalah (understanding problem). Pada tahapan memahami masalah,
peserta didik perlu mengidentifikasi apa yang diketahui serta ditanyakan dari
permasalahan yang disajikan. (2) membuat rencana (devising plan). Pada tahap
ini, peserta didik perlu membuat strategi atau rencana dengan cara
mentransformasikan permasalahan dalam bentuk pemodelan matematika. (3)
28
melaksanakan rencana (carrying out). Pada tahap ini, hal yang dilakukan
bergantung pada apa yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya. (4)
memeriksa kembali (looking back). Pada tahap ini hal yang perlu diperhatikan
adalah mengecek kembali hasil yang diperoleh dan membuktikan bahwa jawaban
yang diperoleh sudah tepat yang selanjutnya dibuat kesimpulan (Yuwono et al.,
2018).
Menurut Polya sebagaimana dikutip oleh Hendriana, dkk. (2018) menyatakan
bahwa memecahkan masalah artinya peserta didik diajak untuk berusaha
menemukan suatu jalan dari tujuan yang tidak begitu mudah untuk dapat
ditemukan dalam waktu yang singkat. Kemudian dalam literatur yang sama,
Krulik dan Rudnik menyatakan bahwa dalam menyelesaikan masalah peserta
didik perlu mengaplikasikan berbagai pengetahuan dan pemahamannya terdahulu
dalam berbagai kondisi yang berbeda. Dengan demikian, pemecahan masalah
merupakan situasi dimana peserta didik tidak segera dengan mudahnya dapat
menemukan suatu solusi dari masalah. Oleh karena itu, untuk memecahkan suatu
masalah memerlukan perbekalan yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk
menyelesaikan masalah tersebut, yaitu pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman peserta didik yang sebelumnya sudah mereka miliki untuk kemudian
diaplikasikan dalam situasi baru yang belum dikenalnya.
5. Validitas Perangkat Pembelajaran
Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014) menyatakan bahwa validitas artinya
menilai apa yang seharusnya dinilai dengan alat yuang sesuai untuk mengukur
kopetensi. Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara (2017)
mengatakan bahwa validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu
instrumen, untuk mengukur sesuatu yang harus diukur. Dari beberapa pendapat
tersebut tentang validitas, dalam kaitannya dengan perangkat pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa validitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

29
mengetahui ketepatan dan kesahihan perangkat pembelajaran yang layak
digunakan sebagai perangkat pembelajaran.
Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa terdapat tiga macam validitas yaitu:
1) Validitas isi (content validity), pengujian ini membandingkan tingkat
penguasaan suatu tes/instrumen terhadap suatu materi yang harus dikuasai
dan sesuai dengan tujuan pengajaran.
2) Validitas konstruk (construct validity), pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana butir-butir tes/instrumen mampu mengukur apa yang
benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi
konseptual yang telah ditetapkan.
3) Validitas empiris atau validitas kriteria, dilakukan berdasarkan kriteria
internal (validitas internal) dan eksternal (validitas eksternal).
Dari uraian diatas, dalam penelitian ini peniliti melakukan validitas isi
(content validity), memenuhi validitas isi berarti produk yang dalam hal ini berupa
Silabus, RPP, dan LKPD sesuai dengan tuntutan karakteristik pembelajaran yang
diterapkan. Untuk melihat validitas isi diminta pendapat para ahli/pakar
(validator), validator membaca dan melakukan penilaian terhadap perangkat
pembelajaran pada lembar validasi. Kevalidan perangkat pembelajaran ditentukan
dari rata-rata skor yang diisi atau dinilai oleh validator terhadap perangkat
pembelajaran yakni silabus, RPP dan LKPD pada lembar validasi. Lembar
validasi silabus, RPP dan LKPD menggunakan skala Likert. Adapun keterangan
skala Likert pada skala penilaian dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 1 Kategori penilaian skala Likert


Kategori Skor

Sangat tidak sesuai 1

Tidak sesuai 2

30
Sesuai 3

Sangat sesuai 4

(Sumber: Asyti dan Zul, 2015)

6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran


Praktikalitas dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan diperlukan
uji coba produk. Menurut Sigit (2014) praktikalitas merupakan tingkat
keterlaksanaan instrumen dalam menyajikan tes dan tidak bertele-tele, mudah
dipahami dalam proses pengadministrasiannya. Dengan demikian praktikalitas
merupakan tingkat keterlaksanaan perangkat pembelajaran. Dimana suatu
instrumen yang apabila digunakan produk yang dihasilkan, maka dapat
memudahkan penggunanya. Menurut Sigit (2014) ada beberapa indikasi praktis,
yaitu: (1) perangkat yang dihasilkan mudah dilaksanakan/dikerjakan oleh peserta
didik; (2) perangkat yang dihasilkan mudah dalam pemeriksaannya; (3), perangkat
yang dihasilkan dilengkapi dengan petunjuk yang jelas dalam pengerjaan.
Dalam mengembangkan LKPD menurut Darmojo dan Kaligis (dalam Hamzah
Yunus dan Heldy Vanni Alam, 2015) harus memenuhi: (1) Syarat didaktik yang
mengatur tentang penggunaan LKPD bersifat universal yang artinya siswa yang
memiliki kemampuan baik di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata mampu
mengunakan LKPD dengan baik; (2) syarat konstruksi yaitu mengatur susunan
kalimat, kosakata, tingkat kesulitan, dan kejelasan, yang dapat dimengerti oleh
siswa; dan (3) Syarat teknis yang menekankan terhadap penyajian LKPD
mencakup tulisan, gambar, dan penampilan. Kepraktisan LKPD dalam penelitian
ini dapat diketahui melaui angket respon siswa terhadap LKPD yang
dikembangkan. Berdasarkan beberapa penjelasan yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa praktikalitas adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

31
pengguna produk perangkat pembelajaran untuk mengukur tingkat keterlaksanaan
produk yang dikembangkan.
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika peserta
didik tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran menggunakan LKPD yang
dikembangkan dan seharusnya peserta didik terbantu dalam pembelajaran.
Kepraktisa LKPD dalam penelitian ini juga dapat diketahui dari angket respon
peserta didik terhadap LKPD yang dikembangkan.

I. PENELITIAN RELEVAN
Penelitian yang akan dikembangkan juga didukung oleh penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan dengan kemampuan yang diteliti dan pendekatan
pembelajaran yang digunakan peneliti sebagai gambaran dalam melaksanakan
penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada materi perbandingan
kelas VII SMP/MTs. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Putri Fadillah (2018), dengan judul “Perangkat
Pembelajaran Matematika Berbasis Realistic Mathematic Education (RME) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Peserta didik Kelas VII
SMP”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis
Realistic Mathematic Education (RME) pada materi perbandingan memenuhi
kriteria valid berdasarkan skor rata-rata RPP yaitu 4,50 dari skor maksimal 5,00
dengan kriteria sangat valid. Skor rata-rata LKPD yaitu 4,52 dari skor maksimal
5,00 dengan kriteria sangat baik. Dan kualitas kepraktisan perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria praktis berdasarkan skor rata-rata angket respon peserta didik
4,88 dari maksimal 5,00 dengan kriteria sangat baik.
Syahrina Anisa Pulungan dan Ismi Nurul Aninda (2020) dengan judul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Pendekatan RME Untuk

32
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perangkat pembelajaran melalui pendekatan RME adalah valid, praktis,
dan efektif. Dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik telah terjadi
peningkatan. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dikembangkan
peneliti adalah sama-sama menggunakan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME).
Selain itu, Hidayat (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kemampuan keseluruh aspek pemecahan masalah siswa mendapatkan hasil yang
lebih baik setelah belajar menggunakan pendekatan RME. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil pengujian yang menyatakan bahwa nilai t-hitung sebesar 3,57
sedangkan diperoleh nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, df (𝑛 − 2) = 80 − 2 =
78, dan uji satu pihak (0,05) adalah 2,38. Berdasarkan perolehan perhitungan
tersebut, maka dapat disimpulkan skor postes kemampuan pemecahan masalah
dengan pendekatan RME lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah

dengan pendekatan biasa. Kemudian penelitian Gee (2019) menyatakan bahwa


adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
menggunakan alur pembelajaran berbasis RME. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata kemampuan pemecahan masalah sebelum diberikan pembelajaran
berbasis RME yakni 48,41 berada pada kategori sangat kurang, dan setelah
diberikan pembelajaran berbasis RME yakni 74,85 berada pada kategori baik.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah matematika
ditingkatkan melalui penggunaan alur pembelajaran berbasis RME.

J. KERANGKA BERPIKIR
Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang menjadi dasar dari ilmu lain,
sehingga matematika itu saling berkaitan dengan ilmu lainnya. Matematika
merupakan suatu perhitungan angka-angka yang tidak akan pernah lepas dari
kehidupan sehari-hari. Matematika juga dikatakan ilmu abstrak karena objek atau

33
symbol-simbol dalam matematika tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
matematika hakikatnya adalah belajar konsep, struktur konsep, mencari hubungan
antar konsep dan strukturnya. Dalam pembelajaran matematika, peserta didik juga
memperoleh pengalaman dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang telah dimiliki untuk diterapkan dalam memecahkan masalah yang bersifat
tidak rutin. Dengan demikian, setiap guru dan yang terkait dengan masalah
pengembangan pendidikan seharusnya berusaha dan mampu melakukan perbaikan
dan pengembangan pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan
kemampuan peserta didik, yakni kemampuan pemecahan masalah
matematis. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika
sesuai dengan kurikulum 2013. Selain itu sejalan dengan tuntutan kurikulum
2013 yang menekankan pada proses pencarian pengetahuan. Setiap siswa
diarahkan untuk dapat menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep,
serta nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya, dan fokus
pembelajarannya diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam
memproses pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep
dan nilai-nilai yang diperlukan. Dengan demikian maka dapat diwujudkan dengan
menerapkan pendekatan yang sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik yaitu pendekatan berbasis Realistic Mathematic
Education (RME). Realistic Mathematic Education (RME) merupakan suatu
pembelajaran yang bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami konsep
matematika dengan mengaitkan konsep dan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. RME dapat dikatakan strategi yang sama-sama mengajak peserta
didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam berpikir serta mengajak peserta didik
untuk mengemukakan gagasan dalam menyelesaikan suatu persoalan matematik.
Untuk mendukung proses pembelajaran yang aktif dan kreatif serta
menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik,

34
maka guru harus memberikan fasilitas yang mencukupi untuk digunakan peserta
didik pada proses pembelajaran. Salah satunya adalah mengembangkan perangkat
pembelajaran, perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan ini berupa RPP
dan LKPD yang sesuai dengan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME). Perangkat pembelajaran ini diharapkan mampu membantu peserta didik
agar aktif dan menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematis sehingga tercapailah tujuan pembelajaran matematika yang sesuai
dengan kurikulum 2013.

K. METODE PENELITIAN
1. Model Pengembangan
Bentuk penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and
development), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan atau
mengembangkan suatu produk tertentu. Menurut Endang Mulyatiningsih (2016),
penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menghasilkan produk baru atau memperbaiki suatu produk melalui proses
pengembangan. Pada penelitian ini, model penelitian pengembangan yang
dilakukan adalah model 4D. Model penelitian dan pengembangan 4D
dikembangkan oleh Thiagarajan. Model 4D meliputi kegiatan define
(pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate
(penyebarluasan), (Endang Mulyatiningsih, 2016).

Define Design Develop Disseminate

Gambar 3.1. Langkah-langkah 4D menurut Thiagarajan.


Penelitian akan dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022
melalui empat tahap yaitu:
a. Tahap pendefinisian (define)

35
Tahap define merupakan tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pengembangan pembelajaran. Penetapan
syarat-syarat yang dibutuhkan dilakukan dengan memperhatikan serta
menyesuaikan kebutuhan pembelajaran matematika bagi peserta didik. Tahap
define meliputi 5 langkah pokok yaitu analisis awal-akhir (front-end analysis),
analisis peserta didik (learner analysis), analisis konsep (concept analysis),
analisis tugas (task analysis), dan spesifikasi tujuan pembelajaran (specifying
instructional objectives). Berikut ini uraian tahap pendefinisian.
1. Analisis Awal Akhir
Analisis awal-akhir dilakukan dengan cara menganalisis masalah dasar
yang dihadapi dalam pembelajaran matematika sehingga dibutuhkan
pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis awal akhir bertujuan untuk
memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran (Trianto, 2017). Pada analisis awal, peneliti menganalisis
mengenai apa saja permasalahan yang terjadi di dalam pembelajaran
matematika. Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis perangkat
pembelajaran yang digunakan guru berupa silabus, RPP dan LKPD dianalisis
kesesuaian penyusunannya berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016
tentang standar proses. Pada analisis akhir, peneliti memberikan solusi dari
permasalahan yang terjadi.
2. Analisis Peserta Didik
Analisis peserta didik sangat penting dilakukan pada awal perencanaan.
Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis peserta didik dilakukan dengan
cara mengamati karakteristik peserta didik yaitu dengan mempertimbangkan
ciri, kemampuan, dan pengalaman peserta didik, baik sebagai kelompok
maupun individu. Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik,
misalnya kemampuan dan karakteristik peserta didik dalam pembelajaran.
Peneliti melakukan analisis pada peserta didik berkaitan dengan kurang

36
terlatihnya peserta didik dalam memecahkan masalah kontekstual pada materi
perbandingan.
3. Analisis Konsep
Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis konsep bertujuan untuk
menentukan isi materi yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang
akan dilakukan secara rasional. Analisis konsep dibuat dalam peta konsep
pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai sarana pencapaian
kompetensi tertentu, dengan cara mengidentifikasi dan menyusun secara
sistematis bagian-bagian utama materi pembelajaran. Pada analisis konsep,
peneliti melakukan analisis kurikulum tentang materi yang diangkat sebagai
pokok kajian, selanjutnya peneliti menentukan KD sesuai dengan materi yang
dipilih. Kemudian membagi materi pembelajaran menjadi beberapa
pertemuan dengan alokasi waktu yang sesuai dengan materi tersebut.
Menurut Endang Mulyatiningsih (2014) pada tahap ini dilakukan identifikasi
konsep yang perlu diajarkan, urutan penyajian konsep disusun secara
sistematis dan rinci konsep yang relevan. Menganalisis konsep yang akan
diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
4. Analisis Tugas
Rochmad (2012) menyatakan bahwa pada tahap ini guru menganalisis
tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar dapat mencapai
kompetensi minimal. Menurut Trianto (2012) menegaskan bahwa analisis
tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran.
Analisis tugas terdiri dari analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) terkait materi yang akan dikembangkan.
5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis tujuan pembelajaran
dilakukan untuk menentukan indikator pencapaian pembelajaran. Spesifikasi
tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkonversi analisis tugas dan

37
analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang lebih operasional.
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori (2014) menyatakan bahwa
perumusan tujuan dibuat secara operasional agar pengguna produk dapat
mengetahui tujuan yang akan dicapai setelah melakukan proses pembelajaran
menggunakan produk yang dikembangkan. Endang Mulyatiningsih (2014)
dengan menulis tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja operasional
akan terjadi perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar.
b. Tahap perancangan (design)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran.
Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar
tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang
sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format
(format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan
menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan
awal (initial design) sesuai format yang dipilih
Tahap perancangan ini bertujuan untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran (Trianto, 2014). Pada tahap ini akan dilakukan rancangan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) pada materi perbandingan. Pada penelitian ini, perangkat
pembelajaran yang akan dibuat berupa silabus, RPP dan LKPD. Pada tahap ini
akan dirancang silabus, RPP dan LKPD sesuai dengan saran dan masukan dari
dosen pembimbing. RPP dan LKPD akan dibuat sebanyak 3 lembar.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk
pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli
(expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan
(developmental testing). Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk

38
menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi
berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil uji coba.
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasil produk pengembangan
berupa silabus, RPP, LKPD yang dan praktis. Tahap dilakukan dengan dua
langkah, yaitu validasi, dan uji coba.
d. Tahap Pendiseminasian (disseminate)
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap
diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa
diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan
distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk
yang tepat. Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk
mengetahui efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran.
Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para
praktisi pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini
dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk
menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para
pengguna produk. Tahap pendiseminasian merupakan tahap penggunaan
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada skala yang lebih besar,
misalnya di kelas lain, di sekolah lain atau oleh guru matematika yang berbeda.
2. Prosedur Pengembangan Produk
Model penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah model
4D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (define),
perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (desiminate).
Berikut adalah penjelasan alur pengembangan perangkat pembelajaran dengan
model 4-D :
a. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran

39
diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan
perangkatnya. Tahap ini meliputi lima langkah pokok, yaitu :
1. Analisis awal-akhir (front-end analysis)
“Front-end analysis is the study of the basic problem facing the teacher
trainer”. Analisis awal-akhir bertujuan untuk menetapkan masalah dasar yang
dihadapi dalam perangkat pembelajaran matematika. Pada langkah ini peneliti
akan melakukan wawancara kepada 2 guru bidang studi matematika kelas VII
SMP Negeri 1 Kuantan Hilir dan SMP Negeri 2 Kuantan Hilir untuk mengetahui
masalah yang muncul terkait dengan perangkat pembelajaran matematika. Setelah
dilakukan wawancara dengan guru, peneliti menganalisis hasil wawancara dan
menentukan masalah yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran matematika
sehingga dibutuhkan solusi untuk mengatasinya.
2. Analisis peserta didik (learner analysis)
Analisis peserta didik dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik
peserta didik antara lain : (1) tingkat kemampuan dan intelektualnya; (2) latar
belakang pengalaman; (3) perkembangan kognitif; (4) motivasi belajar; (5) dan
keterampilan-keterampilan yang dimiliki individu atau sosial yang berkaitan
dengan topik pembelajaran, media, format, dan bahasa yang dipilih dan dapat
dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Analisis
peserta didik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dikelas
dan melakukan wawancara kepada 2 orang peserta didik kelas VII SMP Negeri 1
Kuantan Hilir dan SMP Negeri 2 Kuantan Hilir untuk menghadapi permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di kelas.
3. Analisis konsep (concept analysis)
Pada analisis konsep ini, peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci,
memahami dan mengkonstruksi secara matematis konsep pada materi
perbandingan yang akan dipelajari peserta didik, sehingga peserta didik dapat
menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Materi yang dipilih dalam

40
pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah materi perbandingan. Secara
garis besar, materi perbandingan terdiri atas : (1) Perbandingan senilai; (2)
Perbandingan berbalik nilai. Analisis ini adalah kumpulan prosedural untuk
menentukan isi suatu pengajaran. Hasil dari tahap ini digunakan sebagai pedoman
dalam menyusun perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
4. Analisis tugas (task analysis)
Analisis tugas adalah prosedur yang dilakukan untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran berdasarkan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang sesuai dengan kurikulum 2013 pada
materi perbandingan. Pada penelitian ini, penelitian mengembangkan perangkat
pembelajaran pada KD 3.8 yaitu membedakan perbandingan senilai dan berbalik
nilai dengan menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan. Dan KD 4.8 yaitu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan berbalik
nilai.
5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives).
Spesifikasi tujuan pembelajaran merupakan perubahan perilaku yang
diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional. Hal ini berguna untuk
merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan
perilaku objek penelitian. Kemudian objek tersebut digunakan untuk menyusun
tes dan merancang perangkat pembelajaran yang diintegrasikan ke dalam materi
perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti. Spesifikasi tujuan
pembelajaran dilakukan dengan cara merumuskan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK) dan tujuan pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar
(KD) pada materi perbandingan. Spesifikasi tujuan pembelajaran akan tercantum
pada produk yang dihasilkan yaitu perangkat pembelajaran.
b. Tahap Perancangan (Design)
Setelah mendapatkan masalah dari tahap pendefinisian, selanjutnya
melakukan tahap perencanaan.

41
1. Penyusunan Tes
Pada langkah ini peneliti menyusun tes yang akan digunakan sebagai alat
ukur untuk mengetahui pencapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran.

2. Pemilihan Media
Pemilihan media disesuaikan dengan hasil dari analisis materi yang telah
dilakukan dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Pemilihan
media sangat penting terkait dengan proses belajar mengajar yang efisien
dan menjadikan peserta didik menjadi aktif, percaya diri, dan pembelajaran
tidak lagi berpusat pada guru. Media yang digunakan harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran serta kaidah dalam penyusunan media pembelajaran
yang benar.
3. Pemilihan Format
Pemilihan format dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi
perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan
kurikulum 2013 yang digunakan. Format pengembangan yang dipilih harus
dapat mencirikan perangkat pembelajaran interaktif seperti berisi gambar-
gambar dari materi yang diajarkan guru.
4. Rancangan Awal
Rancangan awal yang dimaksudkan adalah rancangan perangkat
pembelajaran
yang dibuat sebelum uji coba. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan
pada tahap ini disebut prototype 1.
c. Tahap Pengembangan (Develop)

42
Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan output yang
sudah direvisi berdasarkan masukan-masukan dan uji coba yang telah
dilakukan kepada peserta didik.
1. Validasi
Validasi akan dilakukan oleh validator yang kompeten untuk memberikan
penilaian dan saran pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu
tiga orang dosen Pendidikan Matematika. Validator menilai kesesuaian
perangkat pembelajaran dengan Kurikulum 2013 dan pedoman
pengembangan perangkat pembelajaran. Validasi perangkat pembelajaran
dilakukan melalui lembar validasi perangkat. Perangkat pembelajaran yang
akan divalidasi adalah RPP dan LKPD.
2. Uji Coba Produk
Merupakan uji coba rancangan produk pada sasaran objek yang
sesungguhnya. Setelah produk melewati revisi dan telah memenuhi kriteria
valid. Selanjutnya produk yang berupa LKPD akan diuji cobakan pada
kelompok kecil dan kelompok besar. Uji coba kelompok ini bertujuan untuk
mengetahui apakah produk yang dikembangan memenuhi kriteria valid dan
praktis dalam kegiatan pembelajaran.
a. Uji coba kelompok kecil
Pada uji coba kelompok kecil, peneliti melakukan uji coba LKPD kepada
9 orang peserta didik dengan kemampuan yang heterogen. Peserta didik
diminta untuk memberikan respon mengenai penjabaran materi, tampilan,
penggunaan LKPD dan sikap yang diharapkan dari peserta didik setelah
menggunakan LKPD yang dikembangkan pada saat belajar. Respon
peserta didik diperoleh melalui angket respon peserta didik.
b. Uji coba kelompok besar
Uji coba kelompok besar dilakukan dengan siswa kelas VII/1
d. Tahap Pendiseminasian (disseminate)

43
Tahap pendiseminasian merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih besar, misalnya di kelas lain, di
sekolah lain atau oleh guru matematika yang berbeda. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk menyebarluaskan atau mempromosikan produk akhir yang sudah dilakukan
perbaikan/revisi kepada peserta didik.

Adapun prosedur pengembangan produk pada penelitian ini dapat disajikan pada
gambar 3.1 berikut:

START

Analisis awal-akhir, analisis peserta didik, analisis tugas,


analisis konsep, dan perumusan tujuan pembelajaran

Membuat rancangan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP dan LKPD.

Mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, dan LKPD.

Validasi Silabus, RPP, dan LKPD

Ya Uji coba kelompok


Valid? kecil

Tidak

Revisi Analisis

Ya tidak
Praktis

44
Perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP dan LKPD yang
valid dan praktis
END

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Produk


(Sumber : Thiagarajan, Semmel, dan Semmel dalam Trianto, 2014)

3. Data dan Instrumen Penelitian


1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi
wajah, bagan, gambar, dan foto (Sugiyono, 2019). Data kualitatif pada
penelitian ini adalah berupa kritikan dan masukan validator terhadap produk
yang dikembangkan dan deskripsi keterlaksanaan uji coba produk. Analisis
hasil data kualitatif berupa angket dan wawancara tentang perangkat
pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan LKPD berbasis pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) kelas VII SMP/MTs pada materi perbandingan.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah jenis data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan/scoring (Sugiyono, 2019). Data kuantitatif diperoleh dari
skor angket penilaian validator dan penilaian peserta didik atau guru bidang
studi matematika dalam aspek kevalidan perangkat pembelajaran dan hasil
angket respon peserta didik mengenai kepraktisan pada LKPD yang
dikembangkan.
2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Validitas
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian
untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian. Instrumen dalam penelitian
45
ini akan digunakan untuk mengukur kualitas produk yang dikembangkan,
meliputi kevalidan dan kepraktisan. Instrumen penelitian yang dikembangkan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah Lembar validasi
silabus, RPP dan LKPD. Lembar validasi adalah lembar penilaian yang
digunakan untuk mengukur kevalidan dari silabus, RPP dan LKPD yang
dikembangkan. Lembar validasi pengembangan perangkat pembelajaran ini
diisi atau dinilai oleh validator. Lembar validasi Silabus, RPP dan LKPD
menggunakan skala Likert yang terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan
kategori penilaian seperti pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Lembar Validasi
Kriteria Skor

Sangat tidak sesuai 1

Tidak sesuai 2

Sesuai 3

Sangat sesuai 4

(sumber : dimodifikasi dari Sudaryono, dkk, 2013)


Adapun indikator validasi Silabus disajikan pada tabel 3.2, indikator
validasi RPP pada Tabel 3.3 dan indikator validasi LKPD pada Tabel 3.4 yang
dijadikan pedoman dalam penyusunan lembar validasi dimuat pada lampiran, dan
kisi-kisi penyusunan lembar validasi diuraikan berikut.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Silabus
Aspek yang Dinilai Pernyataan
Mencantumkan kelengkapan identitas silabus
Identitas Silabus Mencantumkan kelengkapan komponen
silabus
Kesesuaian KD dengan IPK Rumusan KD sesuai dengan permendikbud

46
No 24 Tahun 2016
Kesesuaian Indikator pencapaian kompetensi
dengan KD
Kesesuaian materi pebelajaran Kesesuaian materi pembelajaran dengan
dengan IPK Indikator pencapaian kompetensi
Kesesuaian kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran disusun sesuai dengan
dengan pendekatan Realistic pendekatan Realistic Mathematic Education
Mathematic Education (RME) (RME)
Kesesuaian teknik penilaian pengetahuan
dengan Indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis
Penilaian
Kesesuaian teknik penilaian keterampilan
dengan Indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis
Kesesuaian alokasi waktu dengan materi.
Alokasi waktu Kesesuaian alokasi waktu dengan kegiatan
pembelajaran.
Kesesuaian sumber belajar dengan materi.
Sumber belajar Kesesuaian sumber belajar dengan
karakteristik siswa.
Sumber : Modifikasi dari Sa’dun Akbar (2017:77) dan Permendikbud (2016)
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Validasi RPP
Aspek yang Dinilai Pernyataan
Kelengkapan identitas RPP
Identitas RPP
Kelengkapan komponen RPP
Tujuan pembelajaran Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan KD
Kesesuaian alokasi waktu dengan materi
Alokasi waktu
Kesesuaian alokasi waktu dengan kegiatan pembelajaran
Indikator pencapaian
Kesesuaian IPK dengan KD
kompetensi

47
Kesesuaian Alat, Media, dan sumber belajar dengan materi
Media pembelajaran
pembelajaran perbandingan
Kesesuaian sumber belajar dengan materi
Sumber belajar
Kesesuaian sumber belajar dengan karateristik siswa
Kegiatan Kegiatan pembelajaran disusun dengan 3 tahap yaitu:
pembelajaran kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan pendahuluan memuat kegiatan :
a. Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk
mengikuti proses pembelajaran.
b. Melakukan motivasi yaitu guru memberikan contoh
manfaat materi perbandingan
c. Memberikan apersepsi yaitu guru menggali
pengetahuan prasyarat siswa.
d. Menyampaikan kompetensi atau tujuan pembelajaan
yang akan dicapai.
e. Menjelaskan garis besar cakupan materi dan
memberikan informasi tentang kegiatan yang akan
dilakukan.
f. Mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok
belajar.
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan komponen
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan indikator
kemampuan pemecahan masalah matematis
Pada kegiatan penutup memuat kegiatan :
a. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
b. Memberikan umpan balik terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan dalam diskusi
kelompok.
c. Guru memberikan tugas rumah untuk dikerjakan siswa

48
di rumah.
d. Guru menyampaikan materi untuk pertemuan
berikutnya.
e. Guru menutup pelajaran dengan salam dan doa.
Terdapat penilaian (pengetahuan dan keterampilan)
Penilaian Butir instrumen penilaian sesuai dengan indikator
kemampuan pemecahan masalah matematis
Sumber : Modifikasi dari Sa’dun Akbar (2017:77) dan Permendikbud (2016)

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi LKPD


Aspek yang Dinilai Pernyataan
Kesesuaian LKPD dengan Tampilan sampul LKPD menarik
syarat teknis Kesesuaian huruf yang digunakan didalam
LKPD
Kesesuaian LKPD dengan Permasalahan yang digunakan mampu
syarat didaktik mendorong siswa mengetahui kegunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Kesesuaian bahasa yang digunakan pada LKPD
Kesesuaian LKPD dengan
dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
syarat kontruksi
Kesesuaian penggunaan EYD pada LKPD.
Kesesuai materi dengan KD Kesesuaian materi dengan KD.
Penyajian materi pembelajaran yang sistematis.
Kesesuaian masalah pada Kesesuaian masalah pada LKPD dengan
LKPD dengan pendekatan pendekatan Realistic Mathematic Education
Realistic Mathematic (RME).
Education (RME)
Sumber : Adaptasi dari Sa’dun Akbar (2017:77)
b. Instrumen praktikalitas

49
Instrumen praktikalitas pada penelitian ini berupa angket respon peserta didik
untuk mengetahui kepraktisan penggunaan LKPD. Angket respon peserta
didik berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab oleh peserta didik setelah
LKPD diuji cobakan. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui respon
peserta didik terhadap kepraktisan penggunaan LKPD yang dikembangkan
dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk
memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah. Angket respon ini berisi
sejumlah pernyataan yang harus dijawab dengan menggunakan skala Likert
yang terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu 1, 2, 3 dan 4 yang menyatakan
sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju yang diadaptasi dari
Sa’dun Akbar (2017:78). Adapun kisi-kisi penilaian angket respon peserta
didik terhadap LKPD yang dirancang dimuat pada Tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Respon Peserta Didik
Butir Pernyataan
Tampilan sampul LKPD menarik
Bahasa yang digunakan pada LKPD ini jelas
Bahasa yang digunakan pada LKS ini mudah dipahami.
Petunjuk kegiatan dalam LKPD jelas, sehingga mempermudah siswa dalam
melakukan kegiatan.
Tulisan dapat dibaca dengan jelas
Serangkaian soal-soal yang disajikan didalam LKPD membuat siswa
memahami materi perbandingan
Isi LKPD sangat bermanfaat bagi siswa.
Kemudahan dalam penggunaan LKPD.
Gaya penyajian LKPD ini menarik.
Belajar matematika dengan LKPD ini menarik
Sumber : Modifikasi dari Sa’dun Akbar (2017:78) dan Sugiyono (2019:217)
4. Teknik Pengumpulan Data

50
a. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru matematika SMP/MTs dan peserta didik
yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang karakteristik peserta didik pada
tahap define, karakteristik pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tersebut
sebagai acuan untuk membuat rancangan awal perangkat pembelajaran yang akan
dikembangkan. Selain itu, wawancara juga digunakan untuk mendapatkan
masukan untuk perbaikan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

b. Observasi
Observasi dilakukan selama uji coba dilakukan untuk memperoleh data-data
pendukung yang bisa digunakan untuk bahan acuan penyusunan serta perbaikan
produk dalam pengembangan perangkat pembelajaran.
c. Angket
Angket terdiri dari angket penilaian perangkat pembelajaran dan angket
respon peserta didik
1. Memberikan angket penilaian RPP dan LKPD kepada 2 dosen ahli dan
satu orang guru untuk mengukur kevalidan RPP dan LKPD yang
dikembangkan
2. Memberikan angket respon kepada peserta peserta didik untuk mengukur
kepraktisan LKPD yang dikembangkan.
5. Teknik Analisis Data
1. Analisis lembar validasi perangkat pembelajaran
Analisis data hasil penilaian validator dilakukan untuk menilai kevalidan
silabus, RPP dan LKPD yang dikembangkan. Analisis data dari lembar
validasi menggunakan rumus sebagai berikut:

51
n

∑ ❑ xi
i=1
P= ×100 %
k
(diadaptasi dari Prilyana dkk, 2016)

Keterangan:
P : persentase nilai
n

∑ ❑ x i : jumlah skor dari penilaian validator


i=1

n : banyaknya validator
k : jumlah skor tertinggi

Kriteria uji kevalidan yang digunakan diambil dari Prilyana dkk yang
dimodifikasi dan disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kriteria Uji Kevalidan Perangkat Pembelajaran


Persentase Kriteria Kevalidan Keterangan

80−100 Sangat Sesuai Tidak Revisi

66−79 Sesuai Tidak Revisi

56−65 Cukup Sesuai Revisi

40−55 Kurang Sesuai Revisi

0−39 Tidak Sesuai Revisi

(Sumber: Modifikasi dari Prilyana dkk)

Apabila persentase yang diperoleh dari hasil analisis data hasil uji kevalidan RPP
dan LKPD menunjukkan lebih atau sama dengan 66 % maka RPP dan LKPD
dinyatakan valid dan LKPD dapat diuji cobakan pada peserta didik berdasarkan
RPP. Namun, apabila persentase yang diperoleh dari hasil analisis data hasil uji
52
kevalidan RPP menunjukkan kurang dari 66 % maka RPP dan LKPD dinyatakan
tidak valid maka diperbaiki berdasarkan komentar/saran dari validator.

2. Analisis Angket Respon Peserta Didik


Data kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari angket peserta
didik.. Analisis data hasil respon peserta didik dilakukan untuk menilai
kepraktisan LKPD yang dikembangkan. Analisis data hasil dari angket
respon peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ ❑ xi
i=1
p= ×100 %
k

(diadaptasi dari Prilyana dkk, 2016)

Keterangan:

P : persentase nilai
n

∑ ❑ x i : jumlah skor dari penilaian peserta didik


i=1

n : banyaknya peserta didik


k : jumlah skor tertinggi

Kriteria uji kepraktisan yang digunakan diambil dari Prilyana dkk yang
dimodifikasi dan disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Kriteria Uji Kepraktisan

Persentase Kriteria Kepraktisan Keterangan

80−100 Sangat Positif Tidak Revisi

53
66−79 Positif Tidak Revisi

56−65 Cukup Positif Revisi

40−55 Kurang Positif Revisi

0−39 Tidak Positif Revisi

(Sumber: Modifikasi dari Prilyana dkk)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. (2016). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Andi Prastowo. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press
Andi Prastowo. 2017. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana

Anisa, W. N. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan


Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika
Realistic Untuk Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Garut. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan, 1(1), 3-9.

54
Asmin.(2016). Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan
Kendala yang Muncul di Lapangan. Makalah yang disajikan pada
Konperensi Matematika Nasional.
Bandung: ITB Eni Yuliani. Pengalaman Menggunakan PMRI.
http://www.pmri.or.id/ buletin3.htm

Azwar, Saifuddin. 2010. Motivasi Dalam Belajar Yogyakarta:UGM.

Daryanto dan Aris Dwi Cahyono. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


(Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar). Yogyakarta: Gava Media

Fadilah, Putri. 2018. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika


Berbasis Realistic Mathematic Education (RME) untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII SMP. Medan:
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Fauzan, Ahmad, and Yerizon. 2013. “Pengaruh Pendekatan RME Dan
Kemandirian Belajar Terhadap Kemampuan Matematis Siswa.” Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung: 7–14.
Hamzah Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Hamzah Yunus dan Heldy Vanni Alam. 2015. Perencanaan Pembelajaran
Berbasis Kurikulum 2013. Cet. 1. Yogyakarta: Penerbit Deepublish

Hendriana, H., Eti Rohaeti, E., & Sumarmo, U. (2018). Hard Skills dan Soft Skills
Matematik Siswa. Refika Aditama.
Hidayat, A., & Irawan, I. (2017). Pengembangan Lks Berbasis Rme Dengan
Pendekatan Problem Solving Untuk Memfasilitasi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika. https://doi.org/10.31004/cendekia.v1i2.20

55
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Bandung
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Indrayani. 2013. Mengembangkan Penguasaan Konsep Sains dan Karakter Siswa
Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan. Universitas Pendidikan
Indonesia. Repository.upi.edu

Jumanta Hamdayana. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara. 2017. Penelitian


Pendidikan Matematika. Bandung: PT. Refika Aditama

Kunandar. 2011. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Linggar, G., M., Budi, M. (2016). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Aljabar Berbasis TIMSS Pada Siswa Kelas VIII. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika
Marah Doly Nasution, Wita Oktaviani (2020) Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP PAB 9 Klambir V T.P
2019/2020 Journal Mathematics Education Sigma (Jmes) Vol.1 No.2
Ningsih,S. 2014. Realistic Mathematics Education : Model Alternatif
Pembelajaran Matematika Sekolah. JPM IAIN Antasari
Nurdin, S., & Andriantoni. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Grafindo Persada.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah. Kemendikbud RI. Jakarta.

56
Rahman, A. A. (2018). Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP N 3
Langsa. January 2017.
Raudho, Z., Handayani, T., & Syutaridho. (2020). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah
Soal Pythagoras. Suska Journal of Mathematics Education, 6(2), 101–110.
Ria Rahayu, Julan Hernadi (2020). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan PMRI Untuk Pembelajaran Online Jurnal
Pendidikan Matematika, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2020
Rizza Yustianingsih, Syarifuddin, H., & Yerizon, Y. (2017). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Problem Based Learning
(PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik Kelas VIII. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1(2),
258- 274.
Sa’dun Akbar. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Shoimin, A. (2016). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sigit. 2014. Panduan Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva
Press
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.2012, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualititatif, dan
R&D.Bandung: Alfabeta

Sumarno, Utari. (2016). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung


Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Disajikan pada
Pelatihan Guru Matematika April 2003, di SKIP Siliwangi Cimahi.
Bandung :tidak diterbitkan
57
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. (2020). Analisis kemampuan pemecahan
masalah siswa
berdasarkan kemampuan awal matematika. Mosharafa : Jurnal Pendidikan
Matematika,
9(1), 119–130
Syahrina Anisa Pulungan dan Ismi Nurul Aninda. (2020). “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Melalui Pendekatan RME Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah”. Jurnal Tematik Universitas Negeri
Medan 1(10) 142-150.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif, (Jakarta: kencana
Prenada media group, (2010), hlm.189
Trianto., 2017. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, dan
kontekstual. Jakarta: Kencana Prena Media Group.

Ulya, H. (2016). Profil kemampuan pemecahan masalah siswa bermotivasi belajar


tinggi berdasarkan ideal problem solving. Jurnal Konseling Gusjigang, 2
Wijaya, A. (2011). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yurniwati. 2019. Pembelajaran Aritmatika di Sekolah Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. (2018). Analisis kemampuan
pemecahan masalah matematika dalam menyelesaikan soal cerita
berdasarkan prosedur polya. Jurnal Tadris Matematika, 1(2), 137–144.
https://doi.org/10.21274/jtm.2018.1.2.137-144
Zulkardi (2016). RME Suatu Inovasi dalam Pendidikan Matematika di Indonesia.
Makalah yang disajikan pada Konperensi Matematika Nasional. Bandung:
ITB.

58

Anda mungkin juga menyukai