Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BERBASIS PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION
(RME) UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VII SMP/MTs
PADA MATERI PERBANDINGAN.

Oleh
Aulia Agisna Rahmatika
1705113685

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PMIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2021

1
A. JUDUL PENELITIAN
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) untuk Memfasilitasi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta didik Kelas VII SMP/MTs pada
Materi Perbandingan.

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembelajaran adalah proses terpenting di dunia pendidikan. Salah satu
pembelajaran yang terdapat pada semua jenjang pendidikan adalah pembelajaran
matematika. Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2016:259) menyatakan bahwa
pembelajaran matematika merupakan proses membangun pemahaman peserta
didik tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan kemampuannya, guru
atau dosen menyampaikan materi, peserta didik dengan potensinya masing-
masing mengkonstruksikan pengertiannya tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill
serta problem solving.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di jenjang
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas bahkan
sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. Matematika sebagai wahana pendidikan
tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan
peserta didik, tetapi dapat pula membentuk kepribadian peserta didik serta
mengembangkan keterampilan tertentu. Yurniwati (2019:8) menyatakan bahwa
matematika tidak hanya mengembangkan keterampilan komputasi (operasi
hitung) tetapi juga soft skill, seperti menemukan konsep, mengolah informasi,
mengkomunikasikan ide dalam bentuk simbol, bagan, gambar, atau kalimat secara
lisan dan tulisan.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Permendikbud
Nomor 22 Tahun 2016 yaitu kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan
pemecahan masalah pada kurikulum 2013 merupakan salah satu kemampuan yang

2
harus dimiliki peserta didik setelah mempelajari matematika. Pada kurikulum
2013 peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-
idenya dalam memecahkan masalah. Pentingnya pemecahan masalah pada
pembelajaran matematika juga dinyatakan oleh Branca (dalam Sovia Ulva dan
Ekasatya, 2016) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah matematis
merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika bahkan
proses pemecahan masalah matematis merupakan jantungnya matematika. Akan
tetapi, kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik masih rendah. Akibatnya, tujuan pembelajaran
matematika belum tercapai sepenuhnya sehingga rendahnya kualitas lulusan dan
tidak mampu bersaing dalam dunia kerja.
Rendahnya kemampuan pemecahan matematis dapat dilihat dari hasil
penelitian Ulya (Ulya, 2016) menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik masih kurang baik, karena peserta didik selalu
mempunyai kendala dalam menuliskan penyelesaian masalah ke dalam bahasa
matematika dan belum mampu melakukan pengecekan masalah kembali. Begitu
juga dengan hasil penelitian Linggar dan Budi (Linggar, G., M., Budi, 2016)
menunjukkan bahwa persentase kesalahan peserta didik pada indikator memahami
masalah 34,93%, merencanakan pemecahan masalah 35,47%, melaksanakan
rencana pemecahan masalah 53,6% dan memeriksa kembali 60,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas VII
di SMP Negeri 1 Kuantan Hilir dan SMP Negeri 2 Kuantan Hilir, peneliti
memperoleh informasi bahwa belum tersedianya bahan ajar maupun perangkat
pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik yang memenuhi kriteria valid, praktis dan

3
efektif. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
beberapa peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Kuantan Hilir dan SMP Negeri
2 Kuantan Hilir, peneliti memperoleh informasi bahwa peserta didik mengalami
kesulitan saat diberikan soal-soal pemecahan masalah yang diaplikasikan ke
dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan peserta didik ini disebabkan karena
peserta didik belum terbiasa dalam menyelesaikan soal yang bersifat non rutin
sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik belum terlatih.
Kemudian masih banyak peserta didik yang belum memahami konsep
perbandingan dan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalahnya.
Sejalan dengan itu, Rizza Yustianingsih, dkk (2017) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 1 Sawahlunto,
SMP Negeri 2 Sawahlunto dan SMP Negeri 3 Sawahlunto diperoleh kesimpulan
bahwa guru telah berupaya menerapkan model-model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun tujuan
pembelajaran masih belum tercapai karena masih rendahnya kemampuan
pemecahan masalah dan aktivitas peserta didik seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah perangkat pembelajaran yang dibuat
oleh guru belum membantu peserta didik mengkonstruksi pengetahuan yang
dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan nyata sehingga
kemampuan pemecahan masalah dan aktivitasnya belum sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran matematika, bukan hanya ditentukan oleh ketertarikan peserta didik
terhadap cara guru bidang studi mengemas perangkat pembelajarannya, karena
perangkat pembelajaran berfungsi untuk memandu proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan dari pembelajaran salah satunya meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis.
Marah Doly Nasution dan Wita Oktaviani (2020) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa, berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP PAB 9

4
Klambir V ditemukan beberapa hal yang menjadi permasalahan peserta didik
maupun guru. Guru dalam memberikan materi pembelajaran masih kurang
maksimal. Keterbatasan sarana dan prasarana merupakan salah satu penyebabnya.
Selain itu, perangkat pembelajaran matematika yang disediakan guru juga tidak
sama dengan tujuan pembelajaran, karakteristik, dan kemampuan peserta didik.
Contohnya ketika guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya tidak sesuai
dengan langkah-langkah yang ada di RPP. Umumnya para guru tidak membuat
RPP sendiri melainkan mengambilnya dari internet. Selain itu, LKPD yang
didapat peserta didik juga tidak sama dengan karakteristik peserta didik karena
LKPD yang diterima tidak dibuat sendiri oleh guru matematikanya melainkan
dibeli dari penerbit sehingga tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak
tersampaikan kepada peserta didik. Faktor ini menjadi salah satu penyebab hasil
belajar peserta didik rendah karena tidak tersedianya perangkat pembelajaran yang
dapat memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah peserta didik masih rendah, oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Peserta
didik harus memiliki kemampuan memecahkan masalah matematika guna melatih
peserta didik agar terbiasa menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah
matematika maupun masalah yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik perlu
terus dilatih sehingga peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Guru harus menyusun dan merencanakan persiapan yang memadai dalam
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah
matematika. Salah satu bentuk persiapan yang harus disiapkan guru adalah
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran sangat berperan penting, seperti
yang diungkapkan Daryanto & Aris Dwicahyono (2014) bahwa perangkat
pembelajaran merupakan salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru

5
sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan merupakan tolak ukur dari
kesuksesan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sejalan dengan itu,
menurut Ibrahim (dalam Jumanta Hamdayama, 2016) perangkat pembelajaran
merupakan seperangkat rencana pengajaran yang mencakup kegiatan
merumuskan tujuan apa yang dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa
yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media
apa yang diperlukan.
Sebuah perangkat pembelajaran digunakan sebagai sumber penting bagi
peserta didik dalam memahami konsep pelajaran, oleh karena itu guru harus dapat
menyusun sebuah perangkat pembelajaran yang baik. Tanpa adanya perangkat
pembelajaran akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Begitu juga halnya dengan peserta didik, tanpa perangkat pembelajaran peserta
didik akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam belajar. Oleh karena itu,
perangkat pembelajaran dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik
oleh guru maupun peserta didik dalam upaya memperbaiki mutu proses
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran, pembelajaran, karakteristik dan kemampuan peserta didik.
Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan agar pembelajaran menjadi
efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang akan dicapai.
Selain mengembangkan perangkat pembelajaran, diperlukan suatu
pendekatan pembelajaran yang efektif untuk memfasilitasi kemampuan
pemecahan masalah peserta didik, yaitu pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME). Pendekatan RME dapat membantu peserta didik untuk
belajar bermakna sehingga memudahkan peserta didik memahami ide dan konsep
matematika. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Ulandari dkk (2019), dalam
RME pembelajaran dimulai dari masalah kontekstual yang menekankan
kemampuan matematis, diskusi, dan memberikan argumen sehingga peserta didik
dapat memecahkan masalah dengan proses yang lebih bermakna. Selain itu proses
pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 adalah berpusat pada peserta
6
didik, sifat pembelajaran yang kontekstual, dan buku teks memuat materi dan
proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan. Hal ini
sesuai dengan pendekatan RME.
Hasil penelitian Fauzan dan Yerizon (2013) menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang belajar dengan RME lebih
baik daripada peserta didik yang belajar dengan konvensional. Selain itu, hasil
penelitian Rahman (2018) memperlihatkan bahwa perangkat pembelajaran dengan
pendekatan RME dapat membantu guru meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah peserta didik.
Penelitian terdahulu terkait KPMM pada materi perbandingan yang telah
banyak dilakukan, diantaranya (Putri Fadillah, 2018) dan (Syahrina Anisa
Pulungan et al., 2020). (Putri Fadillah, 2018) melakukan penelitian terkait
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis RME terhadap KPMM peserta
didik, hasil penelitiannya adalah berdasarkan data tes hasil belajar didapatkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik meningkat setelah

dikembangkan perangkat pembelajaran pada materi perbandingan. (Putri Fadillah,


2018) pada penelitiannya mengembangkan perangkat pembelajaran berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Peserta Didik
(LKS), Buku Siswa (BS) dan Tes Hasil Belajar (THB) . Kemudian hasil
penelitian (Syahrina Anisa Pulungan et al., 2020) menyatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa ditinjau dari nilai untuk tiap indikatornya dari uji coba I
ke uji coba II mengalami peningkatan melalui penerapan perangkat pembelajaran
berbasis RME. (Syahrina Anisa Pulungan et al., 2020) pada penelitiannya
mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP, buku siswa, dan LKS.
Penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis RME
untuk memfasilitasi KPMM peserta didik pada materi perbandingan kelas VII
SMP. Penelitian dilakukan terhadap peserta didik kelas VII SMP/MTs se-Kuantan

7
Singingi. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini berupa
silabus, RPP, dan LKPD.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti terdorong untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika berupa silabus, RPP, dan LKPD. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berbasis pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik kelas VII pada materi perbandingan.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Perangkat Pembelajaran
Matematika Berbasis Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) untuk
Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta didik Kelas
VII SMP/MTs pada materi Perbandingan sudah memenuhi kriteria valid dan
praktis?”

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
matematika berbasis pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) untuk
memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik Kelas VII
SMP/MTs pada materi Perbandingan yang valid dan praktis.

E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah :
1. Bagi peserta didik
Bagi peserta didik, perangkat pembelajaran berupa LKPD yang dikembangkan
valid dan praktis diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika.

8
Selain itu peserta didik diharapkan dapat bekerja sama baik individu maupun
kelompok dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pemecahan
masalah. Dan tersedianya sumber belajar baru berupa LKPD yang valid dan
memenuhi praktikalitas pada materi perbandingan yang dapat digunakan peserta
didik kelas VII SMP/MTs.
2). Bagi guru
Bagi guru, Silabus, RPP dan LKPD yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
panduan dalam proses belajar mengajar serta menjadi referensi bagi guru dalam
mengembangkan perangkat pembelajaran menurut Kurikulum 2013. Selain itu
dapat digunakan sebagai kelengkapan alat atau bahan dalam proses pembelajaran.
3). Bagi Sekolah
Bagi sekolah, tersedianya perangkat pembelajaran matematika Kurikulum
2013 materi perbandingan yang valid dan praktis untuk digunakan di SMP/MTs
yang bisa dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas dan hasil
pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti
Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai
pembelajaran berbasis pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Dapat
dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian dan mengembangkan
perangkat pembelajaran matematika serta dapat meningkatkan kreatifitas pembaca
dalam mengembangkan perangkat pembelajaran lebih lanjut.

F. DEFINISI OPERASIONAL
Istilah-istilah yang perlu dijelaskan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran matematika yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
1. Perangkat Pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang
digunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas
berupa Silabus, RPP dan LKPD.

9
a. Silabus merupakan suatu rencana pembelajaran yang mencakup beberapa
komponen yaitu, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar. Pada kegiatan pembelajaran di silabus memuat kegiatan
pembelajaran berdasarkan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic
Education (RME) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan sebagai panduan bagi guru
dalam melaksanakan pembelajaran matematika di kelas. Pada langkah-
langkah kegiatan dalam RPP menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic
Mathematic Education (RME) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik. RPP yang dibuat terdiri dari 4 pertemuan.
Waktu untuk satu pertemuan yaitu 2 x 40 menit.
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi
petunjuk dan langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
oleh peserta didik. Dalam setiap langkah penyelesaian masalah dalam LKPD
menggunakan pendekatan pembelajaran Realistic Mathematic Education
(RME) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik. LKPD yang dibuat terdiri dari cover, isi LKPD dan juga disertai
dengan gambar yang sesuai pada soal yang dibuat.
2. Pendekatan Realistic Mathematic (RME) adalah sebuah pendekatan belajar
matematika yang menempatkan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mempermudah peserta didik menerima materi dan memberikan
pengalaman langsung dengan pengalaman mereka sendiri. Tahap-tahap dari
pendekatan Realistic Mathematic (RME) adalah: (1) memahami masalah/konteks,
(2) menjelaskan masalah kontekstual, (3) menyelesaikan masalah kontekstual,
(4) membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan (5) menyimpulkan.

10
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis adalah kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan masalah matematika dengan indikator, yaitu ; (1)
memahami masalah. (2) merencanakan pemecahan masalah. (3) melaksanakan
rencana pemecahan masalah. (4) menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh.
4. Materi perbandingan merupakan salah satu golongan matematika aritmatika
yang dipelajari di kelas VII SMP/MTs semester genap pada kurikulum 2013.
Perbandingan adalah dua bilangan atau lebih yang dicantumkan dan telah
disederhanakan untuk menyatakan proporsi beberapa besaran terhadap besaran
lain yang disandingkan. Adapun sub bab materinya adalah perbandingan
senilai dan perbandingan berbalik nilai.
KD 3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan

menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan.

1. Mengidentifikasi perbandingan senilai


2. Memahami perbandingan senilai menggunakan tabel data, grafik, dan
persamaan.
3. Mengidentifikasi perbandingan berbalik nilai
4. Memahami perbandingan berbalik nilai menggunakan tabel data,
grafik, dan persamaan.
KD 4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai
dan berbalik nilai.
1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai
menggunakan tabel data, grafik dan persamaan
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik
nilai menggunakan tabel data, grafik dan persamaan
5. Validitas perangkat pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh pakar di bidangnya untuk memberikan status valid atau sah, sehingga
perangkat pembelajaran sudah layak digunakan sebagai perangkat
pembelajaran dan dinyatakan valid jika sudah memenuhi kategori valid atau
11
sangat valid. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
(content validity). Validitas isi berarti produk yang dalam hal ini berupa
Silabus, RPP, dan LKPD sesuai dengan tuntutan karakteristik pembelajaran
yang diterapkan. Untuk melihat validitas isi diminta pendapat para ahli/pakar
(validator), validator membaca dan melakukan penilaian terhadap perangkat
pembelajaran pada lembar validasi.
6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran merupakan tingkat keterlaksanaan
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diuji yaitu LKPD.
LKPD yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic (RME)
untuk memfasilitasi kemampuan matematis peserta didik dikatakan praktis
apabila berdasarkan data yang diperoleh dari angket respon peserta didik
sudah termasuk kategori praktis atau sangat praktis.

G. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIKEMBANGKAN


Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
matematika berupa Silabus, RPP, dan LKPD yang mengacu pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Berikut
spesifikasi produk dalam penelitian pengembangan ini :

1. Silabus

a. Silabus disusun berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 yang


terdiri dari identitas silabus (nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester,
tahun pelajaran, materi pokok dan alokasi waktu), kompetensi dasar (KD),
kompetensi inti (KI), materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi (IPK) , penilaian, alokasi waktu dan
sumber belajar.

12
b. Kegiatan pembelajaran pada silabus merupakan gambaran secara umum
mengenai kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
c. KD yang terdapat pada silabus adalah KD 3.8 Membedakan perbandingan
senilai dan berbalik nilai dengan menggunakan tabel data, grafik, dan
persamaan dan KD 4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan senilai dan berbalik nilai.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. RPP dikembangkan dengan mengacu pada Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 dan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, dengan
komponen yaitu : Identitas sekolah; mata pelajaran; kelas/semester; materi
pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran; kompetensi dasar; indikator
pencapaian kompetensi; materi pembelajaran; metode pembelajaran
dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME); media
pembelajaran; sumber belajar; langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
b. RPP dikembangkan untuk 4 kali pertemuan.
3. Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)
a. LKPD dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME). LKPD berisi langkah-langkah sistematis untuk menyelesaikan
masalah. Diawali dengan menyajikan masalah-masalah kontekstual pada
suatu materi pembelajaran. Kemudian peserta didik akan memecahkan
masalah dengan kreatif dan menggunakan pengetahuan yang didapatkan
sebelumnya.
b. LKPD dikembangkan untuk 4 kali pertemuan.
c. LKPD dikembangkan dengan komponen-komponen yang terdiri atas :
1) Judul, berisi tentang identitas LKPD setiap kali pertemuan;
2) Materi pembelajaran, berisi tentang judul materi setiap kali pertemuan;

13
3) Identitas peserta didik, berisi tentang nama peserta didik, kelas dan
kelompok;
4) Kompetensi yang dicapai, berisi tentang hal-hal yang harus dicapai
peserta didik setelah mengerjakan LKPD;
5) Petunjuk, berisi tentang petunjuk penggunaan LKPD;
6) Informasi pendukung, berisi informasi-informasi yang dapat
membantu peserta didik dalam menyelesaikan LKPD;
7) Tugas dan langkah kerja, berisi tentang tugas dan langkah
penyelesaian LKPD untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan.
8) Penilaian, berisi tentang soal-soal untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap materi yang telah dikerjakan pada LKPD.

H. LANDASAN TEORITIS
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang dipergunakan
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, Kunandar (2014: 6) menjelaskan
bahwa “setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat
pembelajaran yang lengkap, sistematis agar pembelajaran dapat berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif”.
Menurut Nazarudin (Fadilah, 2018) perangkat pembelajaran merupakan
suatu persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti
yang diinginkan, meliputi: analisis minggu efektif, program tahunan, program
semester, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD, instrumen evaluasi, dan Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM). Syahrir (dalam Ria Rahayu dan Julan Hernadi, 2020), perangkat

14
pembelajaran adalah sebuah penyusunan dan perencanaan yang akan digunakan
sebagai pedoman oleh guru dan peserta didik dalam melakukan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang disusun oleh guru untuk dijadikan
sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang sistematis agar
memperoleh tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
a. Silabus
Menurut kurikulum 2013, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Silabus merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil
belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
kedalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006: 14).
b. RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
Silabus (Kunandar, 2011: 263). Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
menyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
kegiatan proses pembelajaran untuk sekali pertemuan atau lebih. RPP disusun
berdasarkan silabus dan berguna untuk mengarahkan proses pembelajaran secara
rinci sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

15
Pengembangan RPP merupakan kegiatan yang dimulai dari kajian terhadap
silabus, dan analisis guru dan peserta didik dengan tujuan menyusun perencanaan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga kompetensi yang telah
ditentukan dapat dicapai oleh peserta didik. Komponen RPP pada kurikulum 2013
terdapat pada Permendikbud No. 22 tahun 2016
c. LKPD
Kodir (2011) menyatakan bahwa lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah
lembaran kerja yang berisi informasi dan soal-soal yang digunakan pada saat
penanaman konsep maupun saat pemahaman konsep. Jadi lembar kerja peserta
didik (LKPD) merupakan pedoman untuk melakukan penyelidikan dalam mencari
solusi dari masalah yang diberikan sehingga peserta didik memahami konsep yang
dipelajari. Menurut Pandoyo (dalam Kodir, 2011) kelebihan dari penggunaan
LKPD adalah : (1) dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik; (2) dapat
mendorong peserta didik untuk mampu bekerja secara mandiri ; (3) dapat
menuntun peserta didik ke arah pengembangan konsep.
Menurut Trianto (2009:222) lembar kerja peserta didik (LKPD) dapat berupa
panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen
atau demonstrasi. Trianto (2009:223) menambahkan bahwa LKPD memuat
sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai
indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Isi dari LKPD secara
umum adalah sebagai berikut: 1) terdapat judul, mata pelajaran, dan semester; 2)
petunjuk pengerjaan; 3) kompetensi yang harus dicapai; 4) indikator; 5) informasi
pendukung pengerjaan LKPD; 6) tugas-tugas serta langkah-langkah kegiatan; 7)
penilaian.
2. Realistic Mathematic Education (RME)

16
Pendekatan RME merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
mengedepankan konteks dunia nyata dan bisa ditemukan peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. RME juga menyajikan masalah realistik sebagai langkah
awal untuk memahamkan konsep matematika pada peserta didik. Penggunaan
masalah realistik bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan
peserta didik pada matematika (Wijaya, 2012:22). Penggunaan masalah realistik
juga akan membuat peserta didik berpikir bahwa ternyata matematika itu ada
dalam aktivitas mereka sehari- hari sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan
menjadi lebih bermakna. Karakteristik Realistic Mathematics Education yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Wijaya, 2011: 21) :
1. Menggunakan konteks
Konteks dalam permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal dalam
pembelajaran. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata, namun bisa
dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama
hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran peserta didik.
Melalui penggunaan konteks, peserta didik dilibatkan secara aktif untuk
mengeksplorasi permasalahan.
2. Menggunakan model
Pembelajaran suatu topik matematika sering memerlukan waktu yang
panjang serta bergerak dari berbagai tingkat abstraksi. Dalam RME, model
digunakan sebagai jembatan dari pengetahuan matematika tingkat konkret
menuju matematika tingkat formal.
3. Memanfaatkan hasil konstruksi peserta didik
Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan
kepada peserta didik sebagai suatu produk yang siap pakai, tetapi sebagai
suatu konsep yang dibangun oleh peserta didik, maka dalam RME
ditempatkan sebagai subjek belajar. Peserta didik memiliki kebebasan untuk
mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan

17
diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil konstruksi peserta didik berupa ide,
variasi jawaban atau variasi cara pemecahan masalah dapat memperbaiki
atau memperluas konstruksi yang selanjutnya digunakan untuk landasan
pengembangan konsep matematika.
4. Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga
secara bersama merupakan proses sosial. Proses belajar peserta didik akan
menjadi lebih singkat dan bermakna ketika peserta didik saling
mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. Pemanfaatan interaksi
sangat diperlukan dalam pembelajaran, baik antara peserta didik dan peserta
didik atau antara peserta didik dan guru yang bertindak sebagai fasilitator.
Interaksi dalam pembelajaran bermanfaat dalam mengembangkan
kemampuan kognitif dan afektif peserta didik secara simultan. Bentuk
interaksi dapat berupa diskusi, pemberian penjelasan, atau komunikasi.
5. Keterkaitan
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun
banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena
itu, konsep-konsep matematika tidak diperkenalkan secara terpisah
satu sama lain. RME menempatkan keterkaitan antar konsep sebagai
hal yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran. Melalui
keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan dapat
mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika
secara bersamaan.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education menurut Hobri (Ningsih, 2014:81) sebagai berikut:
1. Memahami masalah kontekstual
Guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-
hari dan meminta peserta didik memahami masalah tersebut. Jika terdapat

18
peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami masalah yang
disajikan, maka guru hanya dapat memberikan informasi, gambaran
atau petunjuk seperlunya terbatas pada pemahaman peserta didik terhadap
masalah. Karakteristik RME yang muncul dalam langkah ini adalah
menggunakan masalah kontekstual sebagai awal konsep dari
pembelajaran menuju pada matematika formal hingga pembentukan.
2. Menjelaskan masalah kontekstual
Guru meminta peserta didik atau perwakilan dari kelompok untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan masalah kontekstual dengan bahasa
mereka sendiri. Karakteristik RME yang muncul dalam langkah ini
adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan guru dan peserta didik
dengan peserta didik.
3. Menyelesaikan masalah kontekstual
Peserta didik, baik individu maupun kelompok diharapkan dapat
menyelesaikan masalah kontekstual dengan model mereka sendiri. Guru
bertugas untuk memotivasi peserta didik selama menyelesaikan masalah
kontekstual menggunakan model mereka sendiri. Karakteristik RME
yang muncul dalam langkah ini adalah menggunakan model dan
menggunakan kontribusi peserta didik.
4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban peserta didik
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membandingkan
dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok. Selanjutnya,
membandingkan dan mendiskusikan di depan kelas. Karakteristik RME
yang muncul dalam langkah ini adalah menggunakan kontribusi peserta
didik dan adanya interaksi antar peserta didik.
5. Menyimpulkan
Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan pembelajaran
berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan dalam kelompok

19
maupun antar kelompok. Karakteristik RME yang muncul dalam
langkah ini adalah adanya interaksi guru dengan peserta didik.
3. Materi Perbandingan Kelas VII SMP/MTs
Materi perbandingan disajikan pada kelas VII semester genap SMP/MTs.
Kompetensi yang harus dicapai adalah :
KD 3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan
menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan.
KD 4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai
dan berbalik nilai.
1. Perbandingan senilai adalah apabila nilai dua variabel saling berbanding
lurus. Jika nilai variabel yang satu semakin besar maka nilai variabel yang lain
juga semakin besar. Sebaliknya jika nilai salah satu variabel semakin kecil
maka nilai variabel yang lain juga semakin kecil.
Komponen I Komponen II Komponen I Komponen II
a c atau a c

b d b d
Persamaan perbandingan senilai :

a c
= → ad = bc
b d

Penyelesaian perbandingan senilai:


a. Dengan menggunakan tabel

20
Contoh Soal:
Tabel berikut menunjukkan hubungan antara pemakaian tepung terigu (dalam kg)
dengan telur (dalam butir), dengan catatan satu resep kue bolu membutuhkan 2 kg
tepung terigu dan 4 buah butir telur
Banyaknya tepung terigu (dalam kg) 2 4 6 8 10 …
→ dinyatakan dalam x

Banyaknya telur (dalam butir) 4 8 12 16 20 …


dinyatakan dalam y

Dari tabel diperoleh informasi:


1. Semakin banyak tepung terigu yang digunakan maka akan semakin banyak pula
telur yang dipakai, dengan rasio tetap
b. Dengan menggunakan persamaan
Dengan membandingkan banyaknya telur yang diperlukan dengan banyaknya
tepung terigu untuk setiap resep kue, akan selalu menghasilkan nilai yang sama
yaitu 2 selanjutnya disebut konstanta perbandingan. Sehingga secara umum
persamaan yang terbentuk :
4 8 12 16 20
= = = = =2
2 4 6 8 10
Dari persamaan diperoleh informasi:
1. Bentuk persamaan pada perbandingan senilai adalah persamaan linier.
2. Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai x maka nilai y
akan meningkat lebih besar juga.
c. Dengan menggunakan Grafik
Dengan menghubungkan titik-titik yang terdapat pada tabel dan melihat
persamaan linier yang diperoleh sebagai berikut

21
Dari grafik diperoleh informasi:
1. Terlihat bahwa garis putus-putus tersebut membentuk garis lurus → sesuai
bentuk grafik persamaan linier
2. Semakin besar nilai x maka semakin besar nilai y
3. Gradien/ kemiringan garisnya 2 yang merupakan konstanta perbandingan
2. Perbandingan berbalik nilai adalah apabila nilai dua variabel saling
berbanding terbalik. Jika nilai variabel yang satu semakin besar maka nilai
variabel yang lain akan semakin kecil. Sebaliknya jika nilai salah satu variabel
semakin kecil maka nilai variabel yang lain akan semakin besar.
Komponen I Komponen II Komponen I Komponen II

a c atau a b

b d b d

Persamaan perbandingan berbalik nilai :


a d
= → ac = bd
b c

22
a. Dengan menggunakan tabel
Contoh Soal :
Seorang pengendara mobil berangkat dari Jakarta menuju kota Solo dengan
kecepatan rata-rata 60 km/jam selama 16 jam dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Perjalanan (jam) 1 2 3 4 5 6 …

Kecepatan rata-rata (km/jam) 60 30 20 15 12 10 …

Dari tabel diperoleh informasi:


1. Semakin bertambah waktu perjalanan yang ditempuh kecepatan rata-rata
semakin berkurang, dengan rasio berubah-ubah
2. Waktu berbanding terbalik dengan kecepatan dan sebaliknya.
b. Dengan menggunakan persamaan
Dengan membandingkan kecepatan rata-rata dengan waktu perjalanan yang
ditempuh akan menghasilkan nilai yang berbeda. Sehingga secara umum
persamaan yang terbentuk :
60 30 20 15 12 10
= 60, = 15, = 6.667, = 3.75, = 2.4, = 1.667
1 2 3 4 5 6
Dari persamaan diperoleh informasi:
1. Bentuk persamaan pada perbandingan berbalik nilai bukan persamaan linier.
2. Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai x maka nilai y
akan berbanding terbalik.
c. Dengan menggunakan Grafik

23
Dari grafik diperoleh informasi:
1. Grafik dari hubungan antara kecepatan rata-rata dan waktu perjalanan,
merupakan kurva mulus (garis lengkung)
2. Semakin besar nilai x maka semakin kecil nilai y.
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang sebagai upaya untuk dapat memecahkan masalah karena belum
memiliki solusi yang tepat untuk diterapkan secara langsung (Suryani et al.,
2020). Untuk dapat menemukan solusi yang tepat dalam mencapai tujuan
memecahkan suatu permasalahan tentunya melibatkan sebuah proses didalamnya.
Proses pemecahan masalah tidak akan lepas dari suatu pendekatan atau strategi
untuk memecahkan suatu permasalahan. penggunaan metode, prosedur, dan
strategi yang tepat merupakan hal yang ditekankan dalam pemecahan masalah
dalam proses pembelajaran matematika (Rahmatiya & Miatun, 2020). Terdapat
beberapa langkah atau tahapan pemecahan masalah menurut para pakar (Raudho
et al., 2020). Salah satunya ialah yang dikemukakan oleh Polya. Adapun tahapan-
tahapan pemecahan masalah berdasarkan langkah polya diantaranya : (1)
memahami masalah (understanding problem). Pada tahapan memahami masalah,
peserta didik perlu mengidentifikasi apa yang diketahui serta ditanyakan dari
permasalahan yang disajikan. (2) membuat rencana (devising plan). Pada tahap
ini, peserta didik perlu membuat strategi atau rencana dengan cara
24
mentransformasikan permasalahan dalam bentuk pemodelan matematika. (3)
melaksanakan rencana (carrying out). Pada tahap ini, hal yang dilakukan
bergantung pada apa yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya. (4)
memeriksa kembali (looking back). Pada tahap ini hal yang perlu diperhatikan
adalah mengecek kembali hasil yang diperoleh dan membuktikan bahwa jawaban
yang diperoleh sudah tepat yang selanjutnya dibuat kesimpulan (Yuwono et al.,
2018).
Menurut Polya sebagaimana dikutip oleh Hendriana, dkk. (2018) menyatakan
bahwa memecahkan masalah artinya peserta didik diajak untuk berusaha
menemukan suatu jalan dari tujuan yang tidak begitu mudah untuk dapat
ditemukan dalam waktu yang singkat. Kemudian dalam literatur yang sama,
Krulik dan Rudnik menyatakan bahwa dalam menyelesaikan masalah peserta
didik perlu mengaplikasikan berbagai pengetahuan dan pemahamannya terdahulu
dalam berbagai kondisi yang berbeda. Dengan demikian, pemecahan masalah
merupakan situasi dimana peserta didik tidak segera dengan mudahnya dapat
menemukan suatu solusi dari masalah. Oleh karena itu, untuk memecahkan suatu
masalah memerlukan perbekalan yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk
menyelesaikan masalah tersebut, yaitu pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman peserta didik yang sebelumnya sudah mereka miliki untuk kemudian
diaplikasikan dalam situasi baru yang belum dikenalnya.
5. Validitas Perangkat Pembelajaran
Azwar (2010) mengatakan bahwa validitas adalah sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Sukadji
(2000) validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang
seharusnya diukur. Menurut Nursalam (2013) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Kevalidan
ditentukan dari rata-rata penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran.
Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa validitas adalah suatu

25
derajat ketepatan instrumen yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen. Untuk memperoleh validitas perangkat pembelajaran diperlukan
pengujian yang disebut uji validitas atau validasi. Uji validitas adalah suatu
langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen
dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu
penelitian (Sugiyono, 2012). Pengujian validitas yang digunakan peneliti adalah
pengujian validitas konstruksi (pengujian validitas dari segi susunan) yang
dilakukan dengan menggunakan pendapat para ahli.
Menurut Azwar (2010), penilaian valid tidaknya suatu perangkat pembelajaran
oleh para ahli meliputi tiga aspek, yaitu:
1) Aspek format yang berkaitan dengan kejelasan petunjuk pengerjaan dan
kesesuaian format sebagai lembar kerja
2) Aspek isi (materi) yang berkaitan dengan kesesuaian materi dengan bahan
ajar dan keserasian warna, tulisan serta gambar pada bahan ajar
3) Aspek bahasa yang berkaitan d
4) engan kebakuan bahasa dan kemudahan peserta didik dalam memahami
bahasa yang digunakan.
Suatu bahan ajar dinyatakan valid jika ketiga aspek ini telah dinilai valid oleh
para ahli. Jadi dapat disimpulkan bahwa aspek yang mempengaruhi validitas
perangkat pembelajaran adalah aspek format, aspek isi, dan aspek bahasa.
Kevalidan perangkat pembelajaran ditentukan dari rata-rata skor yang diisi atau
dinilai oleh validator terhadap perangkat pembelajaran yakni silabus, RPP dan
LKPD pada lembar validasi. Lembar validasi silabus, RPP dan LKPD
menggunakan skala Likert. Adapun keterangan skala Likert pada skala penilaian
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 1 Kategori penilaian skala Likert
Kategori Skor

Sangat tidak sesuai 1


26
Tidak sesuai 2

Sesuai 3

Sangat sesuai 4

(Sumber: Asyti dan Zul, 2015)


6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
Menurut Maizora (2011) praktis adalah jika pengguna tidak kesulitan baik dari
segi penyajian materi maupun penggunaan materi pembelajaran. Salirawati (2012)
mengatakan bahwa kepraktisan LKPD meliputi aspek tampilan, penggunaan
bahasa dan pemaparan materi. Aspek tampilan meliputi penggunaan warna,
gambar atau ilustrasi dan menyediakan ruang yang cukup untuk memberi
keleluasaan pada peserta didik untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada
LKPD. Aspek penggunaan bahasa meliputi menggunakan bahasa yang sesuai
dengan tingkat kedewasaan peserta didik dan menggunakan struktur kalimat yang
jelas. Aspek pemaparan materi meliputi tata urutan pelajaran yang sesuai dengan
tingkat kemampuan peserta didik dan dapat digunakan untuk semua peserta didik,
baik yang lambat maupun yang cepat. Analisis kepraktisan perangkat
pembelajaran yang dihasilkan dapat dilihat dari respon peserta didik sebagai
pengguna. Pada penelitian ini, angket respon peserta didik yang digunakan untuk
melihat praktikalitas perangkat pembelajaran adalah skala Guttman (dalam
Sugiyono, 2012) yang terdiri dari dua jawaban, yaitu ya dan tidak. Angket respon
peserta didik berisi beberapa pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan
negatif. Nilai pada skala Guttman dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Nilai pada skala Guttman
Pernyataan

Positif Negatif

Nilai 1 0

27
0 1

(Sumber: Sugiyono, 2012)

I. PENELITIAN RELEVAN
Penelitian yang akan dikembangkan juga didukung oleh penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan dengan kemampuan yang diteliti dan pendekatan
pembelajaran yang digunakan peneliti sebagai gambaran dalam melaksanakan
penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada materi perbandingan
kelas VII SMP/MTs. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Putri Fadillah (2018), dengan judul “Perangkat
Pembelajaran Matematika Berbasis Realistic Mathematic Education (RME) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Peserta didik Kelas VII
SMP”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis
Realistic Mathematic Education (RME) pada materi perbandingan memenuhi
kriteria valid berdasarkan skor rata-rata RPP yaitu 4,50 dari skor maksimal 5,00
dengan kriteria sangat valid. Skor rata-rata LKPD yaitu 4,52 dari skor maksimal
5,00 dengan kriteria sangat baik. Dan kualitas kepraktisan perangkat pembelajaran
memenuhi kriteria praktis berdasarkan skor rata-rata angket respon peserta didik
4,88 dari maksimal 5,00 dengan kriteria sangat baik.
Syahrina Anisa Pulungan dan Ismi Nurul Aninda (2020) dengan judul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Pendekatan RME Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perangkat pembelajaran melalui pendekatan RME adalah valid, praktis,

28
dan efektif. Dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik telah terjadi
peningkatan. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan dikembangkan
peneliti adalah sama-sama menggunakan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME).
Selain itu, Hidayat (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kemampuan
keseluruh aspek pemecahan masalah siswa mendapatkan hasil yang lebih baik
setelah belajar menggunakan pendekatan RME. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil pengujian yang menyatakan bahwa nilai t-hitung sebesar 3,57 sedangkan
diperoleh nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, df (𝑛 − 2) = 80 − 2 = 78, dan uji
satu pihak (0,05) adalah 2,38. Berdasarkan perolehan perhitungan tersebut, maka
dapat disimpulkan skor postes kemampuan pemecahan masalah dengan
pembelajaran PMR lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah dengan

pembelajaran biasa. Kemudian penelitian Gee (2019) menyatakan bahwa adanya


peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
menggunakan alur pembelajaran berbasis RME. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata kemampuan pemecahan masalah sebelum diberikan pembelajaran
berbasis RME yakni 48,41 berada pada kategori sangat kurang, dan setelah
diberikan pembelajaran berbasis RME yakni 74,85 berada pada kategori baik.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah matematika
ditingkatkan melalui penggunaan alur pembelajaran berbasis RME.
J. KERANGKA BERPIKIR
Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang menjadi dasar dari ilmu lain,
sehingga matematika itu saling berkaitan dengan ilmu lainnya. Matematika
merupakan suatu perhitungan angka-angka yang tidak akan pernah lepas dari
kehidupan sehari-hari. Matematika juga dikatakan ilmu abstrak karena objek atau
symbol-simbol dalam matematika tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
matematika hakikatnya adalah belajar konsep, struktur konsep, mencari hubungan

29
antar konsep dan strukturnya. Dalam pembelajaran matematika, peserta didik juga
memperoleh pengalaman dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang telah dimiliki untuk diterapkan dalam memecahkan masalah yang bersifat
tidak rutin. Dengan demikian, setiap guru dan yang terkait dengan masalah
pengembangan pendidikan seharusnya berusaha dan mampu melakukan perbaikan
dan pengembangan pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan
kemampuan peserta didik, yakni kemampuan pemecahan masalah
matematis. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika
sesuai dengan kurikulum 2013. Selain itu sejalan dengan tuntutan kurikulum
2013 yang menekankan pembelajaran berpusat pada peserta didik dan sifat
pembelajaran yang kontekstual, maka dapat diwujudkan dengan menerapkan
pendekatan yang sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik yaitu pendekatan berbasis Realistic Mathematic Education (RME).
Realistic Mathematic Education (RME) merupakan suatu pembelajaran yang
bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami konsep matematika dengan
mengaitkan konsep dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. RME dapat
dikatakan strategi yang sama-sama mengajak peserta didik untuk lebih aktif dan
kreatif dalam berpikir serta mengajak peserta didik untuk mengemukakan gagasan
dalam menyelesaikan suatu persoalan matematik. Untuk mendukung proses
pembelajaran yang aktif dan kreatif serta menumbuhkembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik, maka guru harus memberikan
fasilitas yang mencukupi untuk digunakan peserta didik pada proses
pembelajaran. Salah satunya adalah mengembangkan perangkat pembelajaran,
perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan ini berupa RPP dan LKPD
yang sesuai dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
Perangkat pembelajaran ini diharapkan mampu membantu peserta didik agar aktif

30
dan menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis sehingga
tercapailah tujuan pembelajaran matematika yang sesuai dengan kurikulum 2013.

K. METODE PENELITIAN
1. Model Pengembangan
Bentuk penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and
development), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan atau
mengembangkan suatu produk tertentu. Menurut Endang Mulyatiningsih (2016),
penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menghasilkan produk baru atau memperbaiki suatu produk melalui proses
pengembangan. Pada penelitian ini, model penelitian pengembangan yang
dilakukan adalah model 4D. Model penelitian dan pengembangan 4D
dikembangkan oleh Thiagarajan. Model 4D meliputi kegiatan define
(pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate
(penyebarluasan), (Endang Mulyatiningsih, 2016).

Define Design Develop Disseminate

Gambar 3.1. Langkah-langkah 4D menurut Thiagarajan.


Penelitian akan dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022
melalui empat tahap yaitu:
a. Tahap pendefinisian (define)
Tahap define merupakan tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pengembangan pembelajaran. Penetapan
syarat-syarat yang dibutuhkan dilakukan dengan memperhatikan serta
menyesuaikan kebutuhan pembelajaran matematika bagi peserta didik. Tahap
define meliputi 5 langkah pokok yaitu analisis awal-akhir (front-end analysis),
analisis peserta didik (learner analysis), analisis konsep (concept analysis),

31
analisis tugas (task analysis), dan spesifikasi tujuan pembelajaran (specifying
instructional objectives). Berikut ini uraian tahap pendefinisian.
1. Analisis Awal Akhir
Analisis awal-akhir dilakukan dengan cara menganalisis masalah dasar
yang dihadapi dalam pembelajaran matematika sehingga dibutuhkan
pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis awal akhir bertujuan untuk
memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran (Trianto, 2017). Pada analisis awal, peneliti menganalisis
mengenai apa saja permasalahan yang terjadi di dalam pembelajaran
matematika. Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis perangkat
pembelajaran yang digunakan guru berupa silabus, RPP dan LKPD dianalisis
kesesuaian penyusunannya berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016
tentang standar proses. Pada analisis akhir, peneliti memberikan solusi dari
permasalahan yang terjadi.
2. Analisis Peserta Didik
Analisis peserta didik sangat penting dilakukan pada awal perencanaan.
Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis peserta didik dilakukan dengan
cara mengamati karakteristik peserta didik yaitu dengan mempertimbangkan
ciri, kemampuan, dan pengalaman peserta didik, baik sebagai kelompok
maupun individu. Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik,
misalnya kemampuan dan karakteristik peserta didik dalam pembelajaran.
Peneliti melakukan analisis pada peserta didik berkaitan dengan kurang
terlatihnya peserta didik dalam memecahkan masalah kontekstual pada materi
sistem persamaan linear tiga variabel. Menurut Trianto (2012) menegaskan
uraian Kardi bahwa pada analisis peserta didik perlu diidentifikasi
keterampilan khusus yang harus didapat dan dilakukan peserta didik untuk
memulai pembelajaran agar dapat berjalan lancar dan efektif.
3. Analisis Konsep

32
Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis konsep bertujuan untuk
menentukan isi materi yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang
akan dilakukan secara rasional. Analisis konsep dibuat dalam peta konsep
pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai sarana pencapaian
kompetensi tertentu, dengan cara mengidentifikasi dan menyusun secara
sistematis bagian-bagian utama materi pembelajaran. Pada analisis konsep,
peneliti melakukan analisis kurikulum tentang materi yang diangkat sebagai
pokok kajian, selanjutnya peneliti menentukan KD sesuai dengan materi yang
dipilih. Kemudian membagi materi pembelajaran menjadi beberapa
pertemuan dengan alokasi waktu yang sesuai dengan materi tersebut.
Menurut Endang Mulyatiningsih (2014) pada tahap ini dilakukan identifikasi
konsep yang perlu diajarkan, urutan penyajian konsep disusun secara
sistematis dan rinci konsep yang relevan. Menganalisis konsep yang akan
diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
4. Analisis Tugas
Rochmad (2012) menyatakan bahwa pada tahap ini guru menganalisis
tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar dapat mencapai
kompetensi minimal. Menurut Trianto (2012) menegaskan bahwa analisis
tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran.
Analisis tugas terdiri dari analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) terkait materi yang akan dikembangkan.
5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Rochmad (2012) menyatakan bahwa analisis tujuan pembelajaran
dilakukan untuk menentukan indikator pencapaian pembelajaran. Spesifikasi
tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkonversi analisis tugas dan
analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang lebih operasional.
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori (2014) menyatakan bahwa
perumusan tujuan dibuat secara operasional agar pengguna produk dapat

33
mengetahui tujuan yang akan dicapai setelah melakukan proses pembelajaran
menggunakan produk yang dikembangkan. Endang Mulyatiningsih (2014)
dengan menulis tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja operasional
akan terjadi perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar.
b. Tahap perancangan (design)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran.
Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar
tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang
sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format
(format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan
menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan
awal (initial design) sesuai format yang dipilih
Tahap perancangan ini bertujuan untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran (Trianto, 2014). Pada tahap ini akan dilakukan rancangan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) pada materi perbandingan. Pada penelitian ini, perangkat
pembelajaran yang akan dibuat berupa silabus, RPP dan LKPD. Pada tahap ini
akan dirancang silabus, RPP dan LKPD sesuai dengan saran dan masukan dari
dosen pembimbing. RPP dan LKPD akan dibuat sebanyak 3 lembar.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk
pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli
(expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan
(developmental testing). Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk
menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi
berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil uji coba.

34
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasil produk pengembangan
berupa silabus, RPP, LKPD yang dan praktis. Tahap dilakukan dengan dua
langkah, yaitu validasi, dan uji coba.
d. Tahap Pendiseminasian (disseminate)
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap
diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa
diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan
distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk
yang tepat. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final
packaging, diffusion, and adoption are most important although most frequently
overlooked.” (pada tahap akhir, difusi, dan adopsi merupakan hal yang paling
penting meskipun paling sering diabaikan).
Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui
efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat
juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi
pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan
tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk
menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para
pengguna produk.
Tahap pendiseminasian merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih besar, misalnya di kelas lain, di
sekolah lain atau oleh guru matematika yang berbeda.
2. Prosedur Pengembangan Produk
Model penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah model
4D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (define),
perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (desiminate).
Berikut adalah penjelasan alur pengembangan perangkat pembelajaran dengan
model 4-D :

35
a. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran
diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan
perangkatnya. Tahap ini meliputi lima langkah pokok, yaitu :
1. Analisis awal-akhir (front-end analysis)
“Front-end analysis is the study of the basic problem facing the teacher
trainer”. Analisis awal-akhir bertujuan untuk menetapkan masalah dasar yang
dihadapi dalam perangkat pembelajaran matematika. Pada langkah ini peneliti
akan melakukan wawancara kepada 2 guru bidang studi matematika kelas VII
SMP Negeri 1 Kuantan Hilir dan SMP Negeri 2 Kuantan Hilir untuk mengetahui
masalah yang muncul terkait dengan perangkat pembelajaran matematika. Setelah
dilakukan wawancara dengan guru, peneliti menganalisis hasil wawancara dan
menentukan masalah yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran matematika
sehingga dibutuhkan solusi untuk mengatasinya.
2. Analisis peserta didik (learner analysis)
Analisis peserta didik dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik
peserta didik antara lain : (1) tingkat kemampuan dan intelektualnya; (2) latar
belakang pengalaman; (3) perkembangan kognitif; (4) motivasi belajar; (5) dan
keterampilan-keterampilan yang dimiliki individu atau sosial yang berkaitan
dengan topik pembelajaran, media, format, dan bahasa yang dipilih dan dapat
dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Analisis
peserta didik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dikelas
dan melakukan wawancara kepada 2 orang peserta didik kelas VII SMP Negeri 1
Kuantan Hilir dan SMP Negeri 2 Kuantan Hilir untuk menghadapi permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di kelas.
3. Analisis konsep (concept analysis)

36
Pada analisis konsep ini, peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci,
memahami dan mengkonstruksi secara matematis konsep pada materi
perbandingan yang akan dipelajari peserta didik, sehingga peserta didik dapat
menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Materi yang dipilih dalam
pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah materi perbandingan. Secara
garis besar, materi perbandingan terdiri atas : (1) Perbandingan senilai; (2)
Perbandingan berbalik nilai. Analisis ini adalah kumpulan prosedural untuk
menentukan isi suatu pengajaran. Hasil dari tahap ini digunakan sebagai pedoman
dalam menyusun perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
4. Analisis tugas (task analysis)
Analisis tugas adalah prosedur yang dilakukan untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran berdasarkan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar
(KD), dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang sesuai dengan kurikulum
2013 pada materi perbandingan. Pada penelitian ini, penelitian mengembangkan
perangkat pembelajaran pada KD 3.8 yaitu membedakan perbandingan senilai dan
berbalik nilai dengan menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan. Dan KD
4.8 yaitu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan
berbalik nilai.
5. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives).
Spesifikasi tujuan pembelajaran merupakan perubahan perilaku yang
diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional. Hal ini berguna untuk
merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan
perilaku objek penelitian. Kemudian objek tersebut digunakan untuk menyusun
tes dan merancang perangkat pembelajaran yang diintegrasikan ke dalam materi
perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti. Spesifikasi tujuan
pembelajaran dilakukan dengan cara merumuskan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK) dan tujuan pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar

37
(KD) pada materi perbandingan. Spesifikasi tujuan pembelajaran akan tercantum
pada produk yang dihasilkan yaitu perangkat pembelajaran.
b. Tahap Perancangan (Design)
Setelah mendapatkan masalah dari tahap pendefinisian, selanjutnya
melakukan tahap perencanaan.
1. Penyusunan Tes
Pada langkah ini peneliti menyusun tes yang akan digunakan sebagai alat
ukur untuk mengetahui pencapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
2. Pemilihan Media
Pemilihan media disesuaikan dengan hasil dari analisis materi yang telah
dilakukan dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Pemilihan
media sangat penting terkait dengan proses belajar mengajar yang efisien
dan menjadikan peserta didik menjadi aktif, percaya diri, dan pembelajaran
tidak lagi berpusat pada guru. Media yang digunakan harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran serta kaidah dalam penyusunan media pembelajaran
yang benar.
3. Pemilihan Format
Pemilihan format dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi
perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan
kurikulum 2013 yang digunakan. Format pengembangan yang dipilih harus
dapat mencirikan perangkat pembelajaran interaktif seperti berisi gambar-
gambar dari materi yang diajarkan guru.
4. Rancangan Awal
Rancangan awal yang dimaksudkan adalah rancangan perangkat
pembelajaran
yang dibuat sebelum uji coba. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan
pada tahap ini disebut prototype 1.

38
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan output yang
sudah direvisi berdasarkan masukan-masukan dan uji coba yang telah
dilakukan kepada peserta didik.
1. Validasi
Validasi akan dilakukan oleh validator yang kompeten untuk memberikan
penilaian dan saran pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu
tiga orang dosen Pendidikan Matematika. Validator menilai kesesuaian
perangkat pembelajaran dengan Kurikulum 2013 dan pedoman
pengembangan perangkat pembelajaran. Validasi perangkat pembelajaran
dilakukan melalui lembar validasi perangkat. Perangkat pembelajaran yang
akan divalidasi adalah RPP dan LKPD.
2. Uji Coba Produk
Merupakan uji coba rancangan produk pada sasaran objek yang
sesungguhnya. Setelah produk melewati revisi dan telah memenuhi kriteria
valid. Selanjutnya produk yang berupa LKPD akan diuji cobakan pada
kelompok kecil dan kelompok besar. Uji coba kelompok ini bertujuan untuk
mengetahui apakah produk yang dikembangan memenuhi kriteria valid dan
praktis dalam kegiatan pembelajaran.
a. Uji coba kelompok kecil
Pada uji coba kelompok kecil, peneliti melakukan uji coba LKPD kepada
10 orang peserta didik dengan kemampuan yang heterogen. Pada uji coba
kelompok kecil ini, peneliti melakukan uji coba LKPD untuk melihat
keterbacaan enam LKPD mengenai materi perbandingan yang telah
dikembangkan. Peserta didik diminta untuk memberikan respon mengenai
penjabaran materi, tampilan, penggunaan LKPD dan sikap yang
diharapkan dari peserta didik setelah menggunakan LKPD yang

39
dikembangkan pada saat belajar. Respon peserta didik diperoleh melalui
angket respon peserta didik.
b. Uji coba kelompok besar
Uji coba kelompok besar tidak dilakukan karena pembelajaran masih tatap
muka terbatas.
d. Tahap Pendiseminasian (disseminate)
Tahap pendiseminasian merupakan tahap penggunaan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih besar, misalnya di kelas lain, di
sekolah lain atau oleh guru matematika yang berbeda. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk menyebarluaskan atau mempromosikan produk akhir yang sudah dilakukan
perbaikan/revisi kepada peserta didik.
Adapun prosedur pengembangan produk pada penelitian ini dapat disajikan pada
gambar 3.1 berikut:

START

Analisis awal-akhir, analisis peserta didik, analisis tugas,


analisis konsep, dan perumusan tujuan pembelajaran

Membuat rancangan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP dan LKPD.

Mengembangkan perangkat pembelajaran berupaSilabus, RPP, dan LKPD.

Validasi Silabus, RPP, dan LKPD

Ya Uji coba kelompok


Valid? kecil

Tidak

Revisi Analisis

40
Ya

Praktis

Perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP dan LKPD yang


valid dan praktis

END

Gambar 3.2. Bagan Penelitian Pengembangan


(Sumber : Thiagarajan, Semmel, dan Semmel dalam Trianto, 2014)

3. Data dan Instrumen Penelitian


1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi
wajah, bagan, gambar, dan foto (Sugiyono, 2019). Data kualitatif pada
penelitian ini adalah berupa kritikan dan masukan validator terhadap produk
yang dikembangkan dan deskripsi keterlaksanaan uji coba produk. Analisis
hasil data kualitatif berupa angket dan wawancara tentang perangkat
pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan LKPD berbasis pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) kelas VII SMP/MTs pada materi perbandingan.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah jenis data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan/scoring (Sugiyono, 2019). Data kuantitatif diperoleh dari
skor angket penilaian validator dan penilaian peserta didik atau guru bidang
studi matematika dalam aspek kevalidan perangkat pembelajaran dan hasil

41
angket respon peserta didik mengenai kepraktisan pada LKPD yang
dikembangkan.
2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Validitas
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian
untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian. Instrumen dalam penelitian
ini akan digunakan untuk mengukur kualitas produk yang dikembangkan,
meliputi kevalidan dan kepraktisan. Instrumen penelitian yang dikembangkan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah Lembar validasi
silabus, RPP dan LKPD. Lembar validasi adalah lembar penilaian yang
digunakan untuk mengukur kevalidan dari silabus, RPP dan LKPD yang
dikembangkan. Lembar validasi pengembangan perangkat pembelajaran ini
diisi atau dinilai oleh validator. Lembar validasi Silabus, RPP dan LKPD
menggunakan skala Likert yang terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan
kategori penilaian seperti pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Lembar Validasi
Kriteria Skor
Sangat tidak sesuai 1
Tidak sesuai 2
Sesuai 3
Sangat sesuai 4
(sumber : dimodifikasi dari Sudaryono, dkk, 2013)

Adapun indikator validasi Silabus disajikan pada tabel 3.2, indikator validasi RPP
pada Tabel 3.3 dan indikator validasi LKPD pada Tabel 3.4 yang dijadikan
pedoman dalam penyusunan lembar validasi dimuat pada lampiran, dan kisi-kisi
penyusunan lembar validasi diuraikan berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Silabus


Aspek Yang Dinilai Indikator Nomor
42
Butir
Kelengkapan Identitas Silabus 1
Komponen Silabus
Kelengkapan Komponen Silabus 2
Rumusan IPK mengacu pada KD 3
Kesesuaian KD dengan IPK Rumusan IPK menggunakan kata kerja
4
operasional yang dapat diukur
Kesesuaian KD dengan Pembagian materi pembelajaran sesuai
5
Materi Pembelajaran atau mendukung pencapaian KD
Kesesuaian kegiatan Kegiatan pembelajaran lebih menekankan
6
pembelajaran dengan model pengalaman belajar peserta didik
pembelajaran berdasarkan Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
7
masalah model pembelajaran berdasarkan masalah
Ketepatan alokasi waktu dengan materi
Alokasi waktu 8
pembelajaran
Kesesuaian penilaian dengan aspek 9
pengetahuan
Penilaian
Kesesuaian penilaian dengan aspek
10
keterampilan
Sumber belajar yang dipilih mendukung 11
ketercapaian KD
Sumber belajar
Kesesuaian sumber belajar dengan tingkat
12
berpikir peserta didik kelas X SMA/MA
Sumber : Sa’dun Akbar, 2013
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Validasi RPP
Nomor
Aspek Yang Dinilai Indikator
Butir
Kelengkapan Identitas RPP 1
Identitas RPP
Kelengkapan Komponen RPP 2
Kejelasan rumusan Kejelasan Rumusan Indikator Pencapaian 3
Indikator Pencapaian Kompetensi sesuai dengan KD

43
Rumusan IPK menggunakan kata kerja
Kompetensi (IPK) 4
operasional yang dapat diukur
Rumusan tujuan pembelajaran sesuai IPK 5
Rumusan tujuan Rumusan tujuan pembelajaran
pembelajaran menggunakan kata kerja operasional yang 6
dapat diukur
Kesesuaian materi pembelajaran dengan 7
Kesesuaian materi KD
pembelajaran Materi pembelajaran memuat fakta,
8
konsep, prinsip dan prosedur
Pendekatan pembelajaran yang digunakan
9
sesuai dengan tujuan pembelajaran
Kesesuaian pendekatan, Metode pembelajaran yang digunakan
metode dan model sesuai dengan tujuan pembelajaran 10
pembelajaran dengan Model pembelajaran yang digunakan
tujuan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran
11
dengan melibatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis
Kesesuaian alat atau media pembelajaran
yang digunakan dengan tujuan 12
Kesesuaian Alat/
pembelajaran
media/sumber belajar
Kesesuaian sumber belajar yang
dengan materi dan 13
digunakan dengan materi pembelajaran
tujuan pembelajaran
Sumber belajar yang bervariasi mampu
14
membantu peserta didik untuk belajar
Kesesuaian langkah- Kegiatan pembelajaran terdiri atas
15
langkah pembelajaran kegiatan pendahuluan, inti dan penutup
dengan model Kegiatan pembelajaran sesuai dengan 16
pembelajaran model pembelajaran berdasarkan masalah
berdasarkan masalah fase 1 yaitu orientasi masalah dan
pendekatan saintifik pada tahap
44
mengamati.
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
model berdasarkan masalah fase 2 yaitu
mengorganisasikan peserta didik untuk 17
belajar dan pendekatan saintifik pada
tahap menanya
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
model berdasarkan masalah fase 3 yaitu
membimbing penyelidikan dan
18

dan pendekatan saintifik pendekatan saintifik pada tahap


mengumpulkan informasi.
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
model berdasarkan masalah fase 4 yaitu
19
mengembangkan dan menyajikan dan
pendekatan saintifik pada tahap menalar
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan
model berdasarkan masalah fase 5 yaitu
20
menganalisis dan pendekatan saintifik
pada tahap mengkomunikasikan
Kesesuaian Instrumen Penilaian dengan
21
Tujuan pembelajaran
Ketepatan instrumen penilaian dengan
Penilaian
aspek pengetahuan 22
Ketepatan instrumen penilaian dengan
23
aspek keterampilan
Sumber : Sa’dun Akbar, 2013
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi LKPD
Nomor
Aspek yang dinilai Indikator
Butir
Komponen LKPD Kecukupan ruang untuk identitas 1
45
peserta didik
Judul materi pembelajaran 2
Kejelasan tujuan pembelajaran 3
Kejelasan petunjuk LKPD 4
Kesesuaian materi Materi pembelajaran sesuai dengan 5
pembelajaran KD
Materi pembelajaran sesuai dengan 6
IPK
Kelengkapan materi yang disajikan 7
Penyajian materi sesuai dengan tingkat 8
pengetahuan peserta didik
Kesesuaian kegiatan Masalah yang disajikan merupakan 9
pembelajaran masalah kontekstual
Merangsang keaktifan peserta didik 10
untuk belajar kelompok
Melatih peserta didik melakukan 11
pemecahan masalah
Membantu peserta didik untuk 12
mencapai tujuan pembelajaran
Kesesuain proses KPMM Fase orientasi peserta didik pada 13
dengan model masalah melibatkan kemampuan
pembelajaran berdasarkan memahami masalah
masalah Fase mengorganisasikan peserta didik 14
untuk belajar untuk menuliskan apa
yang diketahui dan ditanya dari
masalah yang diberikan.
Fase membimbing penyelidikan 15
kelompok melibatkan kemampuan
menyelesaikan masalah dan
memeriksa kembali jawaban
Fase mengembangkan dan menyajikan 16
46
hasil karya
Mengarahkan kelompok yang akan 17
menyajikan hasil diskusinya
Fase menganalisis dan mengevaluasi 18
proses pemecahan masalah
Mengarahkan peserta didik untuk 19
memberi tanggapan atau pertanyaan
pada saat berdiskusi dan menarik
kesimpulan.
Kesesuaian LKPD dengan Permasalahan yang disajikan
syarat Didaktis mendorong peserta didik membangun 20
pengetahuannya sendiri
Permasalahan yang disajikan dapat
mendorong peserta didik mengetahui
21
kegunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari
Kesesuaian LKPD dengan Langkah- langkah penyelesaian yang
KPMM disajikan dapat melatih kemampuan 22
memahami masalah
Langkah-langkah yang disajikan dapat
melatih kemampuan merencanakan 23
pemecahan masalah
Langkah-langkah yang disajikan dapat
melatih kemampuan menyelesaikan 24
masalah
Langkah-langkah yang disajikan dapat
melatih kemampuan memeriksa 25
kembali jawaban
Kesesuaian LKPD dengan Penggunaan bahasa yang mudah
26
syarat Konstruksi dipahami
Penggunaan bahasa komunikatif dan 27
47
tidak menimbulkan makna ganda
Struktur kalimat sesuai dengan
pemahaman berpikir peserta didik 28
SMA/MA
Kecukupan tempat yang digunakan
29
untuk mengisi LKPD
Kesesuain pertanyaan dengan tingkat
30
kemampuan peserta didik
Kesesuaian LKPD dengan Tulisan dapat dibaca dengan jelas 31
Syarat Teknis Kesesuain kombinasi dan komposisi 32
warna teks
Kejelasan / keberfungsian gambar 33
Kesesuain kombinasi dan komposisi 34
warna gambar
Tampilan cover LKPD menarik 35
Tata letak bagian di LKPD tepat 36
Sumber : Sa’dun Akbar, 2013
b. Instrumen praktikalitas
Instrumen praktikalitas pada penelitian ini berupa angket respon peserta didik
untuk mengetahui kepraktisan penggunaan LKPD. Angket respon peserta
didik berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab oleh peserta didik setelah
LKPD diuji cobakan. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui respon
peserta didik terhadap kepraktisan penggunaan LKPD yang dikembangkan
dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk
memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah. Angket respon ini berisi
sejumlah pernyataan yang harus dijawab dengan menggunakan skala Likert
yang terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu 1, 2, 3 dan 4 yang menyatakan
tidak setuju, kurang setuju, setuju, dan sangat setuju yang diadaptasi dari
Sa’adun Akbar (2016).

48
Adapun kisi-kisi penilaian angket respon peserta didik terhadap LKPD yang
dirancang dimuat pada Tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Respon Peserta Didik
Nomor
Aspek Yang Dinilai Pernyataan
Butir
Tampilan LKPD menarik. 1
Tulisan dalam LKPD jelas dan mudah
2
dibaca
Bahasa yang digunakan dalam LKPD
3
mudah Dipahami
Kalimat dan perintah kerja dalam LKPD
4
Tampilan LKPD mudah Dimengerti
Komposisi warna dalam LKPD membuat
5
saya lebih semangat belajar
Gambar-gambar pada LKPD bagus dan
6
menarik
Ruang yang diberikan cukup untuk
7
penyelesaian Masalah
Permasalahan yang terdapat pada LKPD
sering dijumpai dalam kehidupan sehari- 8
hari
Belajar dengan menggunakan LKPD ini
menambah pengetahuan tentang 9
SPLTV dalam kehidupan sehari-hari.
Isi/ Materi pada LKPD Kegiatan yang terdapat pada LKPD
melatih saya untuk selalu memahami
10
masalah sebelum merencanakan
pemecahan masalah.
Kegiatan yang terdapat pada LKPD
melatih saya untuk selalu 11

49
merencanakan pemecahan masalah
sebelum menyelesaikannya.
Kegiatan yang terdapat pada LKPD
melatih saya untuk menyelesaikan 12
masalah sesuai yang telah direncanakan.
Kegiatan yang terdapat pada LKPD
melatih saya untuk memeriksa kembali 13
dan menyimpulkan jawaban.
Setelah mempelajari materi SPLTV
menggunakan LKPD ini, saya percaya 14
bahwa saya akan berhasil dalam tes.
Saya mudah memahami materi
pembelajaran SPLTV dengan belajar 15
menggunakan LKPD yang saya gunakan.
LKPD menuntut kegiatan diskusi yang
membuat saya termotivasi untuk 16
mengungkapkan pendapat.
Saya dapat melakukan kegiatan yang
tertera pada LKPD karena petunjuk 17
kegiatan sangat jelas.
Kemudahan Penggunaan
Saya mengetahui tujuan pembelajaran
LKPD 18
yang ada pada LKPD
Masalah SPLDV yang diberikan dalam
19
LKPD ini sesuai dengan kehidupan nyata
(Sumber: Sugiyono, 2012)
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengembangan ini, teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan angket respon peserta didik.
a. Kuisioner

50
Kuesioner berupa instrumen lembar validasi dengan cara memberikan
seperangkat pernyataan tertulis kepada validator. Data validasi dari validator
kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menelaah hasil penilaian
validator terhadap perangkat pembelajaran. Hasil telaah digunakan sebagai
masukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan perangkat pembelajaran
yang digunakan. Pada penelitian ini terdapat 3 tenaga ahli yang bertindak
selaku validator yang terdiri dari 3 dosen Matematika FKIP Unri
b. Angket respon peserta didik
Angket respon peserta didik dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan tertulis kepada peserta didik. Angket respon peserta didik
digunakan untuk memperoleh data terhadap LKPD pada materi pokok sistem
persamaan linear tiga variabel dengan model pembelajaran berdasarkan
masalah. Angket yang digunakan berupa formulir yang berisi pernyataan-
pernyataan menggunakan skala Likert dengan 4 skala yaitu 1, 2, 3 dan 4 yang
menyatakan sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai.
5. Teknik Analisis Data
1. Analisis lembar validasi perangkat pembelajaran
Analisis data hasil penilaian validator dilakukan untuk menilai kevalidan
silabus, RPP dan LKPD yang dikembangkan. Analisis data dari lembar
validasi menggunakan rumus sebagai berikut:
n

∑ ❑ xi
i=1
P= ×100 %
k
(diadaptasi dari Prilyana dkk, 2016)

Keterangan:
P : persentase nilai
n

∑ ❑ x i : jumlah skor dari penilaian validator


i=1

51
n : banyaknya validator
k : jumlah skor tertinggi

Kriteria uji kevalidan yang digunakan diambil dari Prilyana dkk yang
dimodifikasi dan disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kriteria Uji Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Persentase Kriteria Kevalidan Keterangan

80−100 Sangat Sesuai Tidak Revisi

66−79 Sesuai Tidak Revisi

56−65 Cukup Sesuai Revisi

40−55 Kurang Sesuai Revisi

0−39 Tidak Sesuai Revisi

(Sumber: Modifikasi dari Prilyana dkk)

Apabila persentase yang diperoleh dari hasil analisis data hasil uji kevalidan RPP
dan LKPD menunjukkan lebih atau sama dengan 66 % maka RPP dan LKPD
dinyatakan valid dan LKPD dapat diuji cobakan pada peserta didik berdasarkan
RPP. Namun, apabila persentase yang diperoleh dari hasil analisis data hasil uji
kevalidan RPP menunjukkan kurang dari 66 % maka RPP dan LKPD dinyatakan
tidak valid maka diperbaiki berdasarkan komentar/saran dari validator.

2. Analisis Angket Respon Peserta Didik


Data kepraktisan perangkat pembelajaran diperoleh dari angket peserta
didik.. Analisis data hasil respon peserta didik dilakukan untuk menilai
kepraktisan LKPD yang dikembangkan. Analisis data hasil dari angket
respon peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut:

52
n

∑ ❑ xi
i=1
p= ×100 %
k

(diadaptasi dari Prilyana dkk, 2016)

Keterangan:

P : persentase nilai
n

∑ ❑ x i : jumlah skor dari penilaian peserta didik


i=1

n : banyaknya peserta didik


k : jumlah skor tertinggi

Kriteria uji kepraktisan yang digunakan diambil dari Prilyana dkk yang
dimodifikasi dan disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Kriteria Uji Kepraktisan

Persentase Kriteria Kepraktisan Keterangan

80−100 Sangat Positif Tidak Revisi

66−79 Positif Tidak Revisi

56−65 Cukup Positif Revisi

40−55 Kurang Positif Revisi

0−39 Tidak Positif Revisi

(Sumber: Modifikasi dari Prilyana dkk)

53
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, W. N. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan


Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika
Realistic Untuk Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Garut. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan, 1(1), 3-9.
Azwar, Saifuddin. 2010. Motivasi Dalam Belajar Yogyakarta:UGM.
Daryanto dan Aris Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran (Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar). Yogyakarta: Gava
Media
Fadilah, Putri. 2018. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Berbasis Realistic Mathematic Education (RME) untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas VII SMP.
[Skripsi]. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Fauzan, Ahmad, and Yerizon. 2013. “Pengaruh Pendekatan RME Dan
Kemandirian Belajar Terhadap Kemamampuan Matematis Siswa.”
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung: 7–14.

54
Hamzah Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Hendriana, H., Eti Rohaeti, E., & Sumarmo, U. (2018). Hard Skills dan Soft Skills
Matematik Siswa. Refika Aditama.
Hidayat, A., & Irawan, I. (2017). Pengembangan Lks Berbasis Rme Dengan
Pendekatan Problem Solving Untuk Memfasilitasi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika. https://doi.org/10.31004/cendekia.v1i2.20
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. 2011. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Linggar, G., M., Budi, M. (2016). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Aljabar Berbasis TIMSS Pada Siswa Kelas VIII. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika
Marah Doly Nasution, Wita Oktaviani (2020) Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP PAB 9 Klambir V T.P
2019/2020 Journal Mathematics Education Sigma (Jmes) Vol.1 No.2
Ningsih,S. 2014. Realistic Mathematics Education : Model Alternatif
Pembelajaran Matematika Sekolah. JPM IAIN Antasari
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah. Kemendikbud RI. Jakarta.
Rahman, A. A. (2018). Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP N 3
Langsa. January 2017.
Raudho, Z., Handayani, T., & Syutaridho. (2020). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah
Soal Pythagoras. Suska Journal of Mathematics Education, 6(2), 101–110.

55
Ria Rahayu, Julan Hernadi (2020). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan PMRI Untuk Pembelajaran Online Jurnal
Pendidikan Matematika, Volume 8, Nomor 2, Oktober 2020
Rizza Yustianingsih, Syarifuddin, H., & Yerizon, Y. (2017). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Problem Based Learning
(PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik Kelas VIII. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1(2),
258- 274.
Sa’dun Akbar. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryani, M., Jufri, L. H., & Putri, T. A. (2020). Analisis kemampuan pemecahan
masalah siswa
berdasarkan kemampuan awal matematika. Mosharafa : Jurnal Pendidikan
Matematika,
9(1), 119–130
Syahrina Anisa Pulungan dan Ismi Nurul Aninda. (2020). “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Melalui Pendekatan RME Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah”. Jurnal Tematik Universitas Negeri
Medan 1(10) 142-150.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif, (Jakarta: kencana
Prenada media group, (2010), hlm.189
Ulya, H. (2016). Profil kemampuan pemecahan masalah siswa bermotivasi belajar
tinggi berdasarkan ideal problem solving. Jurnal Konseling Gusji gang, 2
Wijaya, A. (2011). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yurniwati. 2019. Pembelajaran Aritmatika di Sekolah Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

56
Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. (2018). Analisis kemampuan
pemecahan masalah matematika dalam menyelesaikan soal cerita
berdasarkan prosedur polya. Jurnal Tadris Matematika, 1(2), 137–144.
https://doi.org/10.21274/jtm.2018.1.2.137-144

57

Anda mungkin juga menyukai