Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATAKULIAH SEMINAR

Disusun Oleh:
Clara Fadhilah Inayah (A1C017040)

Dosen Mata Kuliah : Dr. Saleh Haji, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020

JUDUL MAKALAH
Berikut 3 judul makalah yang telah saya rumuskan:
1. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Minat Dan
Prestasi Belajar Pada Materi Aljabar Siswa Kelas VII SMP.
2. Pengembangan LKPD dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education
pada Materi Kesebangunan dan Kekongruenan di Kelas IX SMP.
3. Perbandingan Model Problem Based Learning dan Pendekatan Realistic
Mathematics Education ditinjau dari Tingkat Kemampuan Pemahaman
Konsep Lingkaran Siswa Kelas VIII SMP.

Berikut masalah yang saya minati dari ketiga rumusan judul diatas:

2
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PADA
MATERI SPLDV SISWA KELAS VIII SMPN 4 KOTA BENGKULU

A. Identifikasi Masalah
 Rendahnya hasil prestasi belajar ( nilai ) siswa pada materi aljabar
 Berdasarkan hasil wawancara salah satu guru matematika kelas VIII
SMPN 4 Kota Bengkulu, diketahui bahwa peserta didik masih
kesulitan dalam memecahkan masalah yang disajikan.
 Peserta didik cenderung pasif, sehingga peserta didik hanya menerima
apa saja yang disampaikan oleh guru.
 Berdasarkan wawancara dengan peserta didik kelas VIII SMPN 4 Kota
Bengkulu, diketahui bahwa peserta didik cenderung menghapal rumus
dan cara menyelesaian suatu masalah.
 Dalam menyelesaikan masalah matematika terkait sistem persamaan
linier dua variabel masih dianggap cukup sulit untuk dipahami oleh
peserta didik karena kurangnya latihan dalam bentuk berbagai macam
masalah terkait materi sistem persamaan linier dua variabel dan
partisipasi siswa didalam pembelajaran.
Berdasarkan poin-poin identifikasi masalah diatas, berikut pada bagian
latar belakang terdapat uraian penjelasan masalah-masalah tersebut dengan teori-
teori yang mendukungnya :

B. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan zaman, pendidikan perlu mendapatkan
perhatian dari berbagai pihak agar kualitas pendidikan terus meningkat. Oleh
karena itu, kurikulum 2013 adalah salah satu bentuk upaya peningkatan kualitas
pendidikan yang sejalan dengan perkembangan zaman pada saat ini. Hal ini sesuai
dengan tujuan dari kurikulum 2013 yaitu peserta didik dituntut untuk berpikir
lebih kreatif, inovatif, cepat dan tanggap serta dilatih untuk menumbuhkan

3
keberanian dan dilatih kemampuan berlogika dalam memecahkan suatu
permasalahan (Kemendikbud, 2013).
Pentingnya pembelajaran matematika mengharuskan terciptanya proses
pembelajaran di sekolah yang mampu menarik minat belajar dari peserta didik
sehingga terjadi peningkatan aktivitas pada pembelajaran matematika. Hal ini
perlu dilakukan agar tujuan dari pembelajaran matematika tersebut dapat tercapai.
Sehingga matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang yang cenderung
tidak diminati oleh peserta didik. Faktanya Kemendikbud (2019) menyatakan
bahwa hasil rata-rata UN Matematika di tingkat SMP se-Indonesia hanya
mencapai pada angka 46,57. Angka ini adalah angka terendah jika dibandingkan
dengan mata pelajaran lainnya yang ikut diujikan pada UN. Hasil tersebut dapat
menggambarkan masih kurangnya minta belajar peserta didik pada mata pelajaran
matematika.
Menurut Ahmad Rohani (2004: 6) pelajaran matematika cenderung
dipandang sebagai mata pelajaran yang ”kurang diminati” atau ”kalau bisa
dihindari” oleh sebagian peserta didik. Kemudian berdasarkan hasil wawancara
salah satu guru matematika kelas VIII SMPN 4 Kota Bengkulu, diketahui bahwa
peserta didik masih kesulitan dalam memecahkan masalah yang disajikan. Hal ini
didasari oleh kurangnya partisipasi peserta didik pada kegiatan pembelajaran
didalam kelas. Peserta didik cenderung pasif, sehingga peserta didik hanya
menerima apa saja yang disampaikan oleh guru. Selain itu berdasarkan
wawancara dengan peserta didik kelas VIII SMPN 4 Kota Bengkulu, diketahui
bahwa peserta didik cenderung menghapal rumus dan cara menyelesaian suatu
masalah. Hal ini menyebabkan ketika guru memberikan beberapa bentuk masalah,
peserta didik cenderung tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Pembelajaran matematika akan lebih bermakna apabila dalam proses
pembelajarannya, masalah yang disajikan berkaitan langsung dengan kehidupan
sehari-hari yang bersifat konkret. Oleh karena itu, pada materi sistem persamaan
linier dua variabel peserta didik dapat dengan mudah menemui masalah yang ia
temukan didalam kehidupan sehari-hari. Menurut Booker (2009), aljabar berperan
sangat penting sebagai alat untuk menyelesaikan masalah matematika lanjut,

4
sains, bisnis, ekonomi, perdagangan, komputasi dan masalah lain dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam menyelesaikan masalah matematika terkait sistem persamaan linier
dua variabel masih dianggap cukup sulit untuk dipahami oleh peserta didik karena
kurangnya latihan dalam bentuk berbagai macam masalah terkait materi sistem
persamaan linier dua variabel serta partisipasi peserta didik pada saat
pembelajaran berlangsung. Sehingga peserta didik perlu memahami konsep
matematika yang mengaitkan sistem persamaan linier dua variabel dengan sains,
bisnis, ekonomi, perdagangan, komputasi dan masalah lain dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini perlu dilakukan agar siswa terlatih untuk berpikir kritis,
kreatif, berpikir abstrak dan bernalar sehingga pesera didik memiliki kemampuan
dan keterampilan menyelesaikan masalah yang baik.
Berdarkan masalah yang terjadi pada pembelajaran matematika tersebut,
maka dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat menghubungkan
pengetahuan peserta didik dengan materi yang dipelajari serta menjadikan peserta
didik sebagai pusat dari pembelajaran. Hal ini bermaksud agar peserta didik dapat
menemukan konsep pengetahuannya sendiri dengan melibatkan materi yang
sedang dipelajari dan difasilitasi oleh seorang guru. Penemuan konsep secara
mandiri yang dilakukan oleh peserta didik ini melibatkan masalah yang ditemukan
peserta didik didalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar peserta didik.
Poblem Based Learning adalah model pembelajaran yang menerapkan
konsep pengetahuan berasal dari peserta didik dan termasuk di dalam model
pembelajaran pada kurikulum 2013. Menurut Sani (2015:127) model
pembelajaran Problem Based Learnig merupakan model pembelajaran yang
penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu masalah, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Model
ini menjadi pendekatan yang menerapkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari
sebagai bentuk latihan untuk peserta didik dalam berlatih cara berfikir kritis,
memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep dari materi yang diajarkan.

5
Melihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mira Febrianty dan
Masjudin (2016) tentang pengaruh Problem Based Learning terhadap aktivitas dan
hasil belajar siswa, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
kelas yang diberi model Problem Based Learning lebih baik dibandingkan kelas
yang diberikan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik, serta hasil
perhitungan dari aktivitas dan respon siswa juga sangat baik. Hal tersebut dapat
berdampak baik dengan prestasi belajar peserta didik. Ketika aktivitas dan
partisipasi belajar siswa telah baik maka prestasi dan hasil belajar peserta didik
juga membaik.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara meningkatkan aktivitas peserta didik pada pembelajaran
matematika matematika dengan menerapkan model Problem Based
Learning pada materi sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII
SMPN 4 Kota Bengkulu?
2. Bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar matematika dengan
menerapkan model Problem Based Learning pada materi sistem
persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMPN 4 Kota Bengkulu?

D. Teori-Teori Yang Berkaitan Dengan Problem Based Learning


Kurniasih dan Sani (2014: 75) Menyatakan bahwa Problem Based
Learning merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Model pembelajaran ini
menyajikan suatu permasalahan nyata sehingga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan penyelesaian masalah peserta didik. Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Duch dalam Shoimin (2014 : 130) Problem Based
Learning adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

6
Menurut Abdulloh, (2015:127) Poblem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu
masalah, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan
membuka dialog. Permasalahan yang akan dikaji merupakan permasalahan yang
ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Tan (dalam
Rusman, 2010: 229) Poblem Based Learning merupakan penggunaan berbagai
macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap
tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru
dan kompleksitas yang ada.
Jadi peneliti mengemukakan bahwa Problem Based Learning dapat
didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang berorientasi pada
pemecahan masalah dimana masalah yang disajikan merupakan masalah di
kehidupan nyata.
Beberapa kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning juga
dikemukakan oleh Delisle dalam Abidin (2014: 162) yaitu sebagai berikut:
1. Model PBL berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga
pembelajaran menjadi bermakna.
2. Model PBL mendorong siswa untuk belajar secara aktif.
3. Model PBL mendorong lainnya sebagai pendekatan belajar secara
interdisipliner.
4. Model PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang
akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
5. Model PBL mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif.
6. Model PBL diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

E. Teori-Teori Yang Berkaitan Dengan Aktivitas Belajar


Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran
untuk menunjang keberhasilan dari suatu proses pembelajaran adalah aktivitas
belajar. Aktivitas belajar memiliki peran yang penting, hal ini dikarenakan peserta
didik mampu melakukan pembelajaran mandiri dan menemukan konsep-konsep
sendiri. Sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh materi dari penjelasan
konsep-konsep yang diberikan oleh guru.

7
Menurut Hendriana, Eti dan Sumarmo (2017: 160) beberapa indikator
keaktifan belajar, yaitu (1) memperhatikan penjelasan guru, (2) memahami
masalah yang diberikan oleh guru, (3) aktif bertanya dan menjawab pertanyaan,
(4) bekerjasama dengan kelompok, (5) kemampuan mengemukaan pendapat, (6)
memberikan kesempatan berpendapat kepada teman dalam berkelompok, dan (7)
mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Lestari dan Yudhanegara (2017: 99) juga menyatakan bahwa indikator
keaktifan belajar adalah sebagai berikut : (1) menyatakan pendapat, (2)
mengajukan pertanyaan, (3) menanggapi pendapat orang lain, (4) Mengerjakan
tugas dengan baik, (5) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, (6)
terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah, (7) Melaksanakan diskusi
kelompok dan (8) berani tampil di depan kelas

F. Teori-Teori Yang Berkaitan Dengan Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses
belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan
berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. Pengukuran menghasilkan data
kuantitatif mengenai hal yang diukur, berupa angka-angka tentang sesuatu
berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Djamarah dan Zein (2013: 106) untuk
mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan
melalui tes prestasi belajar.

G. Penelitian-Penelitian Relevan Yang Telah Dilakukan Sebelumnya


Penelitian yang dilakukan Rosalina Mantika (2018) dengan judul

“Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model

Problem Based Learning Pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel Kelas VIII A SMPN 2 Labuapi Tahun Pelajaran 2017/2018”. Subjek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMPN 2 Labuapi yang berjumlah

25 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa

8
ditunjukkan dengan peningkatan skor aktivitas pada siklus I pertemuan 1 yaitu 10

dengan kategori cukup aktif dan pada pertemuan 2 yaitu 11,7 dengan kategori

aktif. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 yaitu 12,9 dengan kategori aktif dan

pada pertemuan 2 yaitu 14,3 dengan kategori sangat aktif. (2) Prestasi belajar

siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata dan

ketuntasan klasikal masing-masing siklus. Siklus I nilai rata-rata 74,48 dengan

ketuntasan klasikal 72,00% dan siklus II nilai rata-rata 78,04 dengan ketuntasan

klasikal 88,00%.

Penelitian yang dilakukan Andra Irawan (2015) dengan judul “Upaya

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIII A SMPN 2

Pajangan”. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMPN 2

Pajangan yang berjumlah 32 siswa. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran

matematika dengan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar matematika pada fase penelitian kelompok. Hal ini

dapat ditunjukkan dengan ratarata hasil observasi aktivitas pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) pada siklus I adalah 65,08% dengan kriteria cukup.

Sedangkan pada siklus II rata-rata hasil observasi aktivitas pembelajaran

Problem Based Learning meningkat menjadi 79,53% dengan kriteria tinggi

sedangkan rata-rata pada tes prasiklus mencapai 57,56 (kategori cukup) dengan

ketuntasan 12,5% dan pada siklus I meningkat menjadi 76,25 (kategori tinggi)

dengan ketuntasan 62,5% Sedangkan pada tes hasil belajar matematika siswa pada

siklus II adalah 81,40 (kategori tinggi) dengan ketuntasan 84,37%.

9
Penelitian yang dilakukan Cendika M Syuro (2013) dengan judul

“Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTS Al-Maarif 01 Singosari”. Subjek dalam

penelitian ini adalah siswa kelas VII F MTS Al-Maarif 01 Singosari yang

berjumlah 41 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar ini terlihat dari adanya

peningkatan hasil tes siswa yang dilaksanakan pada tiap akhir siklus. Pada siklus I

sebanyak 58,53% siswa mengalami peningkatan nilai sebanyak 2 poin di atas

SKM sedangkan pada siklus II mencapai angka 75,61%. Dari segi kognitif yang

telah ditentukan oleh peneliti, pada siklus I sebanyak 82,35% siswa tuntas belajar

dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 87,46% sedangkan hasil

observasi aktivitas siswa pada siklus I diperoleh skor 33,6 yang berarti skor ini

termasuk dalam kategori taraf keberhasilan ‘baik’, untuk hasil observasi aktivitas

siswa pada siklus II memperoleh skor rata-rata 44,115 yang termasuk dalam

kategori taraf keberhasilan “sangat baik”.

Dari ketiga penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model Problem

Based Learning dapat diterapkan pada prses pembelajaran matematika di sekolah

untuk meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar peserta didik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, Ridwan Sani. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi


Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Booker, G., 2009. Algebraic Thinking: Generalising Number and Geometrry to
Express Patterns and Properties Succinetly. Griffith University, Brisbane.
http://www.mav.vic.edu.au/files/conferences.
Djamarah & Zain. 2013. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hendriana, Eti E dan Sumarmo U. 2017. Hard Skills and Soft Skills Matematika
Siswa. Bandung: Refika Aditama.
Irawan, A. 2015. Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada
Siswa Kelas Viii A Smp N 2 Pajangan. Skripsi thesis. Universitas PGRI
Yogyakarta.
Kurinasih, Imas dan Sani, Berlin. 2014. Sukses mengimplementasikan Kurikulum
2013.Yogyakarta: Kata Pena

Kemendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka


Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan.
Lestari dan Yudhanegara. 2017. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung:
Refika Aditama.

11
Mantika, Rosalina. 2018. Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa
Dengan Menerapkan Model Problem Based Learning Pada Pembelajaran
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII A SMPN 2 Labuapi
Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Universitas Mataram
Mira Fergianty, & Masjudin. 2016. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap
Aktivitas dan Hasil Belajar Segiempat pada Siswa Kelas VII SMPN 14
Lingkar. IKIP Mataram.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sani, R. A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Syuro, Cendika. M. (2013). Penerapan pembelajaran Problem Based Learning
untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTS Al-
Maarif 01 Singosari . Skripsi. Universitas Negeri Malang.

12
13

Anda mungkin juga menyukai