Disusun Oleh :
DosenPembimbing:
Dr. Hj. Armiati, M.Pd
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Siswa terbiasa diberikan soal hitung-hitungan sederhana tanpa memperhatikan
pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan.
2. Siswa terbiasa diberikan konsep matematika dalam bentuk yang jadi, sehingga
siswa pada akhirnya menghafal rumus-rumus yang diberikan tersebut.
3. Model pembelajaran yang digunakan di sekolah belum mampu mengasah
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan baik.
4. Siswa belum termotivasi untuk mau belajar matematika secara mandiri karena
jarang diberikan informasi terkait kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Pemahaman siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan
menyulitkan bagi mereka.
6. Kurang terlibat aktifnya siswa dalam proses pembelajaran.
C. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah perbandingan antara kemampuan
pemecahan masalah siswa yang belajar dengan model PBL dan model Problem
Possing pada Kelas VII SMP.
D. RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajar dengan model pembelajaran PBL dengan model pembelajaran Problem
Possing pada kelas VII SMP?
E. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran PBL dengan model
pembelajaran Problem Possing pada kelas VII SMP.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KERANGKA TEORI
1. Kemampuan pemecahan masalah matematis
2. Model pembelajaran PBL
a. Pengertian
b. Langkah-langkah pembelajaran
c. Kelebihan dan kekurangan
3. Model pembelajaran Problem Possing
a. Pengertian
b. Langkah-langkah pembelajaran
c. Kelebihan dan kekurangan
4. Hubungan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan PBL
5. Hubungan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan Problem Possing
B. PENELITIAN RELEVAN
1. Ratna Dwi Anifah, Wahyudi ( 2020). Efektivutas Model Pembelajaran Problem
Based Learning dan Problem Posing Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas V SD. Jurnal Edukasi Matematika dan Sains,
8(1), 2020, 60-68.
2. Septian Wulandari (2017). Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Antara yang Belajar Menggunakan Problem Based Learning
dan Problem Posing. Jurnal Formatif, 7(1) : 75-82, 2017. ISSN : 2088-351X.
3. Gunantara, Gd., dkk (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol : 2
No. 1 Tahun 2014.
4. Fabianus Kevin Nanda, Erlina Prihatnami (2017). Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Tipe Probing Promting Bagi Siswa Kelas XII SMA Kanisus Bhakti Awam
Ambarawa. Seminar Metematika dan Pendidikan Matematika UNY. ISBN. 978-
602-73403-2-9
5. Rini Sri Putri, dkk (2019). Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Jurnal
Pendidikan Matematika MOS HARAFAH. Vol 8, No.2
6. Sofi Nurqolbiah (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Berpikir
Kreatif dan Sefl Confidence Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika. Vol 2 No. 2
pp 143-158.
7. Pramesti, dkk (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik
Berdasarkan Strategi Polya Pada Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbasis Hands On Activity. Journal of Medives : Journal of Mathematics
Education IKIP Veteran Semarang, [S.I], v.3, n.2, p. 223-236. ISSN : 2549-5070.
8. Umi Supraptinah (2019). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Problem Based Learing. Jurnal
Litbang Sukowati. Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman 48-59.
9. Ira Rahmania, dkk (2018). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
(Sesiomadika). Halaman 167-172.
10. An Nur Ami Widodo, Sofri Rizka Amalia (2020). Creative Problem Solving dan
Resource Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Ditinjau dari Gender. Jurnal Aksioma, Vol 9, No 1.
11. Erik Rinaldi, Ekasatya Aldila Afriansyah. Perbandingan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Antara Problem Centered Learing dan Problem Based
Learning. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Numerical. Vol 3 No 1
Halaman 9-18.
C. KERANGKA KONSEPTUAL
Pada kerangka konseptual yang akan dilakukan
1. Dua kelas eksperimen akan diberi perlakuan dengan model PBL dan model
Problem Possing.
2. Masing-masing kelas diberikan pretest tentang kemampuan pemecahan masalah
matematis untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah siswa.
3. Setelah diberi perlakuan, di akhir pemebelajaran dilakukan posttest untuk
mengukur peningkatan kemapuan pemecahan masalah siswa dengan
membandingkan pretest dan postest masing-masing kelas eksperimen.
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhdap pemecahan masalah
matematis siswa dan manakah yang lebih efktif untuk dilaksankan diantara kedua
model pembelajaran tersebut.
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar
dengan model pembelajaran PBL dan model pembelajaran Problem Possing pada
kelas VII SMP.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel bebas : Model pembelajaran PBL dan Problem Posing
Variabel terikat : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap persiapan
a. Menentukan populasi
b. Menentukan tempat dan waktu penelitian
c. Menentukan sampel penelitian
d. Membuat perangkat pembelajaran
e. Memvalidasi perangkat pembelajaran
f. Membuat tes akhir yang disusun berdasarka indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis
g. Memvalidasi tes akhir
h. Melakukan ujicoba tes akhir
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan penelitian pada sampel dengan memberikan pembelajaran
menggunakan model PBL dan model Problem Posing
b. Memberikan tes akhir dengan indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis
3. Tahap penyelesaian
Mengolah data yang di dapat dari hasil penelitian
G. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah tes kemampuan awal (pretest) dan tes
akhir (posttest). Agar tes awal dan tes akhir yang diperoleh memiliki kualitas yang
baik maka prosedur yang ditempuh dalam penyusunan tes adalah:
1. Menentukan validitas butir tes
Sebuah isntrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak
diinginkan, langkah-langkah untuk mengukur validitas tes yaitu:
a. Membuat kisi-kisi soal tesberdasarkan indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis
b. Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi
c. Membuat kunci jawaban soal
d. Memvalidasi soal tes kepada beberapa ahli. Dalam hal ini kepada dosen
matematika dan guru matematika.
e. Melaksanakan uji coba tes
Setelah soal dinyatakan valid, selanjutnya dilaksanakan uji coba tes.
2. Menganalisis tes uji coba
a. Daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah.
b. Indeks kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah besaran yangdigunakan untuk menyatakan
apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau sukar.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
c. Kriteria penerimaan soal
Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda dan indeks kesukaran soal uji
coba dapat ditentukan soal mana yang akan dipakai, diperbaikiatau dibuang.
d. Reliabilitas tes
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan
(keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data yang digunakan.
Jika sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen, maka
statistik yang digunakan adalah uji t. Jika sampel berdistribusi normal dan tidak
homogen, maka statistik yang digunakan adalah uji t’. Jika sampel tidak
berdistribusi normal dan tidak homogen, maka statistik yang digunakan adalah uji
Mann-Whitney.
4. Uji Gain Ternormalisas
5. Analisis efektifitas pendekatan pemebelajaran (n-Gain).Deskripsi hasil gain
ternormalisasi untuk mnegetahui keefektifitasan kedua pendekatan.