Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENIGKATKAN


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

Skripsi

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

DESWATI ADVENESYA TAMBUNAN

(1301617017)

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya, sehingga dapat menyelesaikan tugas proposal ini .

Penyusunan proposal ini bertujuan untuk memenuhi tugas saya sebagai


mahasiswa.Dalam tugas ini saya akan membahas proposal dengan judul
“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN OPEN-
ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP ” .Dengan ini saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung saya terutama kepada dosen mata
kuliah Metode Penelitian Pendidikan selaku pembimbing saya.

Saya menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga saya dapat memperbaiki
kesalahan.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih . Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna
bagi para pembaca yang memerlukannya.

Jakarta, Juni 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting dalam
pendidikan. Bukti matematika itu penting adalah pelajaran matematika
diajarkan di semua jenjang pendidikan. Matematika diperlukan oleh siswa
sebagai pengetahuan dasar dalam mempelajari bidang ilmu lain. Dalam
mempelajari matematika siswa harus mengenal dan memahami konsep dasar
matematika. Siswa yang mampu memahami konsep matematika dapat
mengaplikasikan dan menyelesaikan suatu permasalahan dengan tepat.
Kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika juga mampu
membantu siswa untuk memahami materi pelajaran selanjutnya.
Matematika yang seharusnya dijadikan sebagai ilmu penting untuk
dipelajari oleh siswa pada nyatanya tidak demikian. Banyak siswa yang
kesulitan dan lemah dalam memahami ilmu matematika. Hal tersebut
disebabkan oleh kemampuan pemahaman konsep matematika yang dimiliki
siswa tergolong rendah. Salah satu pokok bahasan matematika yang dianggap
sulit dan tidak disukai siswa adalah eksponen. Materi eksponen memiliki
keabstrakan yang cukup sulit untuk dibayangkan oleh siswa. Maka dari itu
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terhadap eksponen masih
tergolong rendah.
Metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di
dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang perlu diperhatikan
adalah ketepatan dalam memilih metode mengajar, metode mengajar yang
dipilih harus sesuai dengan tujuan, jenis dan sifat materi yang diajarkan.
Kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut
sangat berpengaruh terhadap hasil yang di capai. Ketepatan menggunakan
suatu metode dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton
sehingga mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran matematika.
Masalah ini seringkali menghambat dalam pembelajaran. Kurang tepatnya
pemilihan metode mengajar oleh guru akan mempengaruhi pretasi belajar
yang dicapai oleh siswa. Selain metode mengajar hal lain yang juga sangat
mempengaruhi adalah minat siswa dalam pelajaran matematika pada
khususnya masih sangat rendah. Hal ini karena siswa beranggapan bahwa
matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Dalam menghadapi era saat ini yang penuh dengan persaingan dan tantangan
diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan tinggi dalam
memecahkan masalah. Seseorang yang memiliki kemampuan tinggi harus dapat
berpikir logis,rasional,kritis dan kreatif.Kemampuan berpikir logis, rasioanal, kritis
dan kreatif termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi yang tidak dapat
terjadi dengan sendirinya, melainkan diperleh melalui proses pendidikan khusunya
pendidikan matematika di sekolah.

Dalam pembelajaran di kelas matematika berada di posisi terdepan dalam


rangka mempersiapan para siswa untuk mampu bertahan hidup pada era pengetahuan
ini, terutama untuk 10 tahun ke depan dan seterusnya menurut Gagne dalam
Suherman, et al (20003, p.33), ada objek tak langsung yang dapat diperoleh seperti
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir, mandiri dan bersikap
menghargai matematika. Maka dari itu matematika bukan saja mengajarkan suatu
pengetahuan tentang ilmu matematika, tetapi juga sebagai pola pikir dan alat dalam
kehidupan sehari-hari.

Judul ini membahas tentang salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi
tersebut, khusunya dalam bidang matemtika yaitu beroikiris kritis matematika.
Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan menggunakan langkah-langkah
dalam metode ilmiah, yaitu: memahami dan merumuskan masalah , mengumpulkan
dan menganalisis informasi yang diperlukan dan dapat dipercaya, merumuskan
praduga dan hipotesis.

Dalam penelitian ini menggunakan instrument penilaian yaitu bahan ajar


berupa LKS.Suneetha,Rao, & Rao (2004, p.260) menyatakan bebrapa alasan
pentingnya suatu bahan ajar matematika, yaitu : (1) sebagai panduan guru dalam
mengajar, (2) sebagai buku referensi dan perangkat untuk mengajar, (3)
mengefektifkan pembelajaran(waktu dan energy yang digunakan), (4) membantu
guru membuat lembar kegiatan siswa LKS, (5) sebagai suplemen soal-soal latiham ,
(6) selain memberi informasi dan pengetahuan , juga menstimulasi pemikiran dan
penalaran siswa, (7) bisa mengembangkan kebiasaan belajar sendiri pada siswa, (8)
membantu siswa menyelesaiakan tugas di rumah,(9) membantu siswa dalam
mengerjakan soal dnegan melihat contoh soal yang ada dalam bahan ajar, (10)
membantu siswa memahami dan menginterpretasi fakta dan ide yang diberikan di
bahan ajar, dan (11) membantu siswa memperoleh ilmu dengan cepat dan tepat.

Berdasarkan latar belakang di atas mendorong peneliti untuk melakukan


penelitian dengan judul” PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA
DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENIGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMP”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka identifikasi
masalah dari penelitian ini adalah :
1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis masih
rendah.Hal ini karena kemampuan pemahaman matematis siswa
yang masih kurang untuk mengenal dan paham konsep dasar
matematika yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah karena siswa
yang belajar matematika hanya dengan menghafal tanpa
memahami konsep dasar dan kurangnya siswa dalam mengejarkan
soal-soal matematika sebagai latihan.
3. Pembelajaran yang diterapkan guru belum tepat untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan mengembangkan bahan ajar berupa LKS.

C. Batasan Masalah
Upaya untuk menghindari meluasnya kajian permasalahan maka dilakukan
pembatasan masalah yaitu pendekatan Open-Ended akan dilaksanakan pada pokok
bahasan operasi dan faktorisasi bentuk aljabar di kelas VIII SMP Negeri Jakarta
Timur.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu “apakah pendekatan Open-Ended dengan bahan ajar dapat membantu untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kritis pada
siswa SMP?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kritis siswa
SMP.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan


Produk yang dikembangkan berupa bahan ajar.Di dalam bahan ajar terdapat
beberapa di antaranya adalah :
1. RPP
2. Materi pembelajaran
3. Lembar Kerja Siswa

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberi manfaat bagi beberapa pihak


antara lain :
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang akan berguna bagi kehidupan
sehari-hari.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
masukan mengenai media pembelajaran apa yang lebih efektif untuk
digunakan di dalam kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
pada siswa.
3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
pengembangan proses pembelajaran di kelas guna meningkatkan dan
memperbaiki mutu pendidikan.
4. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau perbandingan
bagi penelitian yang relevan di masa depan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritik

Dalam belajar matematika, pada umumnya yang dianggap masalah


bukanlah soal yang biasa dijumpai siswa. Hudoyo (1988) menyatakan bahwa
soal/pertanyaan disebut masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki
penjawab. Dapat terjadi bagi seseorang, pertanyaan itu dapat dijawab dengan
menggunakan prosedur rutin baginya, namun bagi orang lain untuk menjawab
pertanyaan tersebut memerlukan pengorganisasian pengetahuan yang telah
dimiliki secara tidak rutin. Senada dengan pendapat Hudoyo, Suherman, dkk.
(2003) menyatakan bahwa suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang
mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara
langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu
masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung
mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai masalah bagi anak tersebut.

Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang


menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh
sebelumnya, dan tidak sebagai suatu keterampilan generik. Pengertian ini
mengandung makna bahwa ketika seseorang telah mampu menyelesaikan
suatu masalah, maka seseorang itu telah memiliki suatu kemampuan
baru. Kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang relevan. Semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan
oleh seseorang, maka ia akan semakin banyak memiliki kemampuan yang
dapat membantunya untuk mengarungi hidupnya sehari-hari menurut Dahar
(1989: 138).Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengatasi
kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan
Sumarmo (2000: 8). Sementara itu Montague (2007) mengatakan bahwa
pemecahan masalah matematis adalah suatu aktivitas kognitif yang kompleks
yang disertai sejumlah proses dan strategi.

NCTM menetapkan pemecahan masalah sebagai suatu tujuan


dan pendekatan. Memecahkan masalah bermakna menjawab suatu
pertanyaan dimana metode untuk mencari solusi dari pertanyaan tersebut tidak
dikenal terlebih dahulu. Untuk menemukan suatu solusi, siswa harus
menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya dan melalui
proses dimana mereka akan mengembangkan pemahaman - pemahaman
matematika baru. Memecahkan masalah bukanlah hanya suatu tujuan dari
belajar matematika tetapi sekaligus merupakan alat utama untuk melakukan
proses belajar itu (NCTM, 2000: 52).

Dari beberapa pendapat tersebut, pemecahan masalah matematis


merupakan suatu aktivitas kognitif yang kompleks, sebagai proses untuk
mengatasi suatu masalah yang ditemui dan untuk menyelesaikannya
diperlukan sejumlah strategi. Melatih siswa dengan pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika bukan hanya sekedar mengharapkan siswa
dapat menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan, namun diharapkan
kebiasaaan dalam melakukan proses pemecahan masalah membuatnya
mampu menjalani hidup yang penuh kompleksitas permasalahan.

Baroody & Niskayuna (1993) menggolongkan tiga interpretasi


pemecahan masalah yaitu pemecahan masalah sebagai pendekatan
(approach), tujuan (goal), dan proses (process) pembelajaran.
Pemecahan masalah sebagai pendekatan maksudnya pembelajaran diawali
dengan masalah, selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk menemukan
dan merekonstruksi konsep- konsep matematika. Pemecahan masalah
sebagai tujuan berkaitan dengan pertanyaan mengapa matematika
diajarkan dan apa tujuan pengajaran matematika. Pemecahan masalah
sebagai proses adalah suatu kegiatan yang lebih mengutamakan
pentingnya prosedur langkah-langkah, strategi atau cara yang dilakukan
siswa untuk menyelesaikan masalah sehingga menemukan jawaban.

Bahan ajar pada materi dan latihan soal mengakibatkan pembelajaran


lebih bersifat teacher-centered. Jika guru tidak melakukan improvisasi dan
pengembangan dalam proses pembelajaran, maka bahan ajar atau buku teks
pelajaran akan lebih dominan dalam pembelajaran tersebut. Dampaknya
adalah pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih
pasif untuk menerima dan mengikuti alur dan aturan daripada melakukan
eksperimen dan menemukan jawaban atau solusinya sendiri sebagai bagian
dari pengalaman. Bahan ajar yang ada juga lebih banyak menggunakan soal-
soal tertutup yang menekankan pada hasil akhir daripada proses bagaimana
siswa bisa menemukan jawaban.

Hal ini dapat ditemui bahkan pada beberapa Buku Sekolah Elektronik
(BSE) Matematika yang diterbitkan pemerintah. Kreativitas siswa dalam
berpikir selama proses pembelajaran menjadi tidak begitu penting.
Kemampuan mengkritisi suatu jawaban beserta cara menjawabnya pun
menjadi hal yang tabu, karena prosedur dan aturan dalam menyelesaikan soal
sudah diajarkan terlebih dahulu oleh guru. Penelitian dalam bidang
pengembangan berpikir kritis maupun berpikir kreatif menunjukkan bahwa
kedua kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran di kelas.
Kanik (2010, p.3) dalam disertasinya mendata beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas memiliki pengaruh signifikan
terhadap kemampuan dan sikap berpikir kritis, diantaranya adalah
pembelajaran yang bermakna dan membangun pengetahuan awal siswa.
Kegiatan lain yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah
menanyakan soal-soal tingkat tinggi, memberi waktu yang cukup kepada
siswa untuk berpikir lebih dalam tentang suatu topik, guru menjadi model atau
panutan dalam berpikir kritis dan menciptakan budaya berpikir kritis,
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis, pembelajaran berbasis
penelitian, menggunakan masalah sehari-hari sebagai motivasi, critical
reading and writing activities, debat, case-studies, pembelajaran jigsaw, role-
playing, game, dan melakukan evaluasi dari pembelajaran menggunakan soal
essai.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended


memenuhi beberapa karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya sehingga
menurut peneliti, pendekatan openended mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa. Karakteristik dari pembelajaran dengan
pendekatan open-ended adalah memberikan masalah terbuka pada awal
pembelajaran (terutama yang bersifat kontekstual) yang mempunyai beberapa
jawaban. Selanjutnya, dengan melakukan refleksi dan analisa terhadap
beberapa jawaban/solusi yang ditemukan, siswa diajak untuk berpikir secara
kritis untuk menentukan jawaban mana yang merupakan jawaban terbaik
menurut pemikirannya dengan berbagai alasan yang logis.

Menurut McGregor (2007, p.189), soalsoal open-ended dengan


pendekatan yang lebih terbuka merupakan salah satu strategi pedagogik
(pedagogic strategies) yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Menurut Trilling & Fadel (2009, p.53), berpikir kritis dan
kreatif dapat dikembangkan melalui pembelajaran bermakna yang dilakukan
dengan menggabungkan pertanyaan (open-ended) dan masalah. Selain itu,
beberapa penelitian tentang pendekatan open-ended juga telah dilakukan dan
menghasilkan kesimpulan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir
tingkat tinggi, termasuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif, seperti Junaidi
(2012), Hartanto (2010), Fadillah (2010), Klavir & Hershkovitz (2008),
Kwon, Park, & Park (2006).
Pendekatan Open Ended sebagai salah satu pendekatan dalam
pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan minat dan kemampuan masing-
masing. Hal ini disebabkan karena, pada pendekatan Open Ended, formulasi
masalah yang digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah
masalah yang diformulasikan memiliki multi jawaban (banyak penyelesaian)
yang benar. Di sanping itu, melalui pendekatan Open Ended, siswa dapat
menemukan sesuatu yang baru dalam penyelesaian suatu masalah, khususnya
masalah yang berkaitan dengan matematika. Dengan dasar ini, maka
pendekatan Open Ended dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dalam
kelas di sekolah (Rismayanti, 2014).

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Yandri Soeyono (2014) jurnal
pendidikan matematika adalah yang membuat bahan ajar dengan pendekatan
open-ended untuk meningkatkan pemecahan masalah matematis dan berpikir
kritis siswa.

C. Kerangka Pikir
Media pembelajaran Matematika ini dibuat melalui beberapa tahapan,
yaitu perencanaan, desain, dan pembuatan. Perencanaan yaitu tahap awal dari
penelitian ini yang terdiri dari analisis masalah dan analisis kebutuhan.
Analisis masalah antara lain mengidentifikasi permasalahan dan mencari
solusi dari permasalahan yang ada. Analisis kebutuhan antara lain
menentukan isi materi dasar-dasar pengenalan komputer kurikulum dan dapat
dibuat dengan menggunakan bahan ajar matematika.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana hasil rancangan bahan ajar matematika untuk siswa kelas VIII
SMP?
2. Bagaimana hasil analisis bahan ajar matematika untuk siswa kelas VIII
SMP?
3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar
matematika untuk siswa kelas VIII SMP?
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan
Model pengembangan yang diacu adalah model Dick & Carey
dan Borg & Gall. Borg & Gall, (2003) dalam bukunya "Educational
Research" mengatakan, karena model Dick & Carey adalah suatu model
pengembangan instruksional yang sangat sistematis. Mulai dari tahap
awal pengembangan sampai kepada desiminasi produk yang
dikembangkan dengan melakukan proses perbaikan yang berlangsung
secara terus menerus hingga target (standar kualitas) produk yang
dikembangkan tercapai, yaitu (efektif, efisien, dan berkualitas). Ini
adalah tahapan pengembangan instruksional yang tidak dimiliki oleh
model pengembangan instruksional lainnya.

B. Prosedur Pengembangan
Suneetha, Rao, & Rao (2004, p.260) menyatakan beberapa
alasan pentingnya suatu bahan ajar matematika yaitu:
1. sebagai panduan guru dalam mengajar,
2. sebagai buku referensi dan perangkat untuk mengajar,
3. mengefektifkan pembelajaran (waktu dan energi yang
digunakan),
4. membantu guru membuat lembar kegiatan siswa LKS,
5. sebagai suplemen soalsoal latihan,
6. selain memberi informasi dan pengetahuan, juga menstimulasi
pemikiran dan penalaran siswa,
7. bisa mengembangkan kebiasaan belajar sendiri pada siswa,
8. membantu siswa menyelesaikan tugas di rumah,
9. membantu siswa dalam mengerjakan soal dengan melihat
contoh soal yang ada dalam bahan ajar,
10. membantu siswa memahami dan menginterpretasi fakta dan
ide yang diberikan di bahan ajar, dan
11. membantu siswa memperoleh ilmu dengan cepat dan tepat.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri di Jakarta Timur
pada semester ganjil Tahun Ajaran 2020/2021.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


1. Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
pada penelitian ini adalah memberikan data menganalisis
perbandingan keefektifan pemeblajaran pada kedua
kelompok/kelas dimana terdiri dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol.Kelas eksperimen adalah kelas yang menggunakan
bahan ajar dari penelitian dan pengembangan ini. Kelas kontrol
adalah kelas yang menggunakan Buku Guru dan Buku Siswa
yang resmi dari Kemendikbud.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis
data adalah (1) data berupa skor dari lembar validasi dan
kepraktisan dijumlahkan, (2) total skor yang aktual yang
diperoleh kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala
lima. Data pretest digunakan untuk mengetahui gambaran awal
kedua kelompok/kelas siswa (kelas eksperimen dan kelas
kontrol). Selanjutnya, data pretest dan posttest digunakan
untuk menganalisis perbandingan keefektifan pembelajaran
pada kedua kelompok/kelas tersebut
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Subyek dalam penelitian ini adalah ahli instrument dan ahli produk
serta siswa SMP Negeri Jakarta Timur.Objek pada penelitian ini
adalah Media pembelajaran bahan ajar Validasi terhadap instrumen
penelitian dilakukan oleh validator pertama. Objek penilaian yang
dinilai adalah lembar validasi RPP, lembar validasi BPG, lembar
validasi BKS, lembar validasi soal berpikir kritis dan kreatif,
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar penilaian
guru terhadap BPG, lembar penilaian guru terhadap BKS, lembar
penilaian guru terhadap RPP, dan lembar penilaian siswa terhadap
BKS. Secara umum, hasil penilaian terhadap lembar validasi dan
instrumen penelitian adalah “layak digunakan” dan sangat valid,
karena saran dan anjuran dari validator telah dilaksanakan oleh
peneliti. Adapun validator yang melakukan validasi terhadap RPP
adalah validator kedua dan validator ketiga. Secara umum,
penilaian terhadap RPP dari kedua validator adalah “layak
digunakan dengan revisi” dan hasil perhitungan validitas dari
kedua validator adalah “sangat valid”. Selanjutnya untuk
instrumen penilaian Buku Panduan Guru mengadopsi instrumen
penilaian Buku Guru Matematika SMP Negeri yang dikeluarkan
oleh Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Validator
yang melakukan validasi terhadap Buku Panduan Guru adalah
validator kedua dan validator ketiga. Secara umum, penilaian
terhadap Buku Panduan Guru dari kedua validator adalah “layak
digunakan dengan revisi” dan hasil perhitungan validitas dari
kedua validator adalah “valid”. Adapun instrumen penilaian Buku
Kegiatan Siswa mengadopsi instrumen penilaian buku teks siswa
matematika SMP Negeri yang dikeluarkan oleh Badan
Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Validator yang
melakukan validasi terhadap Buku Kegiatan Siswa adalah
validator kedua dan validator ketiga. Secara umum, penilaian
terhadap Buku Kegiatan Siswa dari kedua validator adalah “layak
digunakan dengan revisi” dan hasil perhitungan validitas dari
kedua validator adalah “valid”.
Hasil uji asumsi normalitas terhadap data pretest menggunakan
uji jarak Mahalanobis diperoleh bahwa persentase banyak data
yang memiliki nilai pada kelas kontrol maupun eksperimen masih
disekitar 50%. Hal ini mengindikasikan bahwa data sebelum
perlakuan berdistribusi normal (Johnson & Wichern, 2007, p.184).
DAFTAR PUSTAKA

Soeyono,Yandri.(2014).”Pengembangan Bahan Ajar Matematika


dengan Pendekatan Open-ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Kreatif Siswa SMA.”Jurnal Pendidikan Matematika.

Mayasari, Dian.(2019).” Pengembangan Bahan Ajar Segitiga Dengan


Pendekatan Open Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika.”Inomatika.

Basir, Fahrul.(2018).”Penerapan pendekatan Open-Ended dalam


Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Reflektif Siswa SMP”.Pedagogy.

Yuberti.”Penelitian dan pengembangan yang belum diminati dan


Perspektifnya”.Jurnal.4,5,6.

Anda mungkin juga menyukai