PENDAHULUAN
1
2
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka
tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan pembelajaran matematika yang menggunakan
pendekatan Realistic Mathematic Educationuntuk mencapai nilai rata-rata 75
5
D. Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah diuraikan diatas, kemampuan penalaran matematis siswa
sangat penting dalam pembelajaran matematika, maka hasil penelitian ini dapat
member manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dipandang dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan memperkaya wawasan
ilmu pengetahuan mengenai tingkat kemampuan matematis siswa, khususnya
kemampuan penalaran matematis.
2. Manfaat Praktis
Dipandangan secara praktis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat,
sebagai berikut:
a) Bagi lembaga, menjadi pertimbangan dalam meningkatkan kualitas lembaga
pendidikan yang ada, dimana di dalamnya terdapat para pendidik sehingga
menjadi penentu kebijakan dalam lembaga pendidik.
b) Bagi sekolah, menjadi pertimbangan dalam meningkatkan kualitas mutu
pendidikan di sekolah.
c) Bagi siswa, menjadi acuan untuk menyadari kesalahan juga kendala dalam
menyelesaikan persoalan matematika dan menambah pengetahuan siswa
mengenai kemampuan penalaran matematis.
d) Bagi peneliti, mengetahui kesalahan dan juga kendala siswa dalam
menyelesaikan persoalan matematika dan menambah pengetahuan mengenai
kemampuan penalaran matematis pada siswa.
e) Bagi peneliti lain, menjadi referensi dalam penelitian-penelitian serupa yang
akandilakukan selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Penelitian yang relevan ini penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Darma.
I Wayan Sadra. Sariyasa dalam e-journal volume 2 (2013). Dengan Judul
“Pengaruh Pendidikan Matematika Realistik Terhadap Pemahaman Konsep Dan
Daya Matematika Ditinjau Dari Pengetahuan Awal Siswa SMP Nasional Plus
Jembatan Budaya”. Dari hasil penelitian ini menunjukan hasil analisis ditemukan
hasil sebagai berikut 1) terdapat perbedaan pemahaman konsep dan daya
matematika antara siswa yang belajar dengan PMR dari siswa yang belajar dengan
pendekatan kooperatif tipe STAD ditinjau dari kompetensi awal (F = 6,954; p <
0,05 ); 2) tidak terdapat interaksi pendekatan (F = 0179; p > 0,05). Berdasarkan
temuan penelitian ini di atas disarankan agar pelaksanaan proses pembelajaran di
sekolah menggunakan pendidikan matematika realistik karena dapat
meningkatkan pemahaman konsep, dan daya matematika siswa.
Tiah Fitrianti, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara
Kemampuan Penalaran Matematis Dengan Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI
SMA Negeri 1 Cilamaya” pada tahun 2016. Memberikan kesimpulan bahwa
adanya hubungan yang saling terkait antara kebiasaan belajar siswa dengan
kemampuan penalaran matematis siswa.
Harry Diah S, dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Dengan Model Problem Based Learning
pada siswa SMP se-Kab Karawang” pada tahun 2017. Menemukan permasalahan
bahwa masih kurangnya penalaran matematis siswa ditinjau dari wawancara oleh
guru disana dan diberikan soal yang berhubungan dengan kemampuan penalaran
matematis siswanya.
Fitri yanti, dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran
Probing Prompting terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Kelas VII di MTs An-Nashir Tirtamulya”. Penelitian ini dilatarbekangi
oleh kurangnya kemampuan penalaran matematis siswa. Pada penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Probing
Prompting.
13
E. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan mengajarkan kepada
siswa tentang berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
mempunyai kemampuan kerjasama. Dari hal tersebut pembelajaran matematika
harus bisa meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Dari sini bahwa
dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang dapat memudahkan pemahaman
konsep matematika sekaligus mampu meningkatkan kemampuan penalaran
matematis siswa. Pendekatan yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa adalah pendekatan Realistic Mathematics
Education(RME).
Sehubungan dengan penerapan pendekatan RME dalam pembelajaran
matematika dan melihat prinsip yang ada, RME tentu dapat berdampak pada
kemampuan penalaran matematis siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,
peneliti akan mengungkap bagaimana peningkatan kemampuan penalaran
matematis siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan RME. Pada
pendekatan matematika realistik ini adalah suatu strategi pembelajaran yang
menggunakan masalah realistik sebagai awal dari pembelajaran matematika agar
terampil dalam memecahkan masalah, sehingga mereka memperoleh pengetahuan
dan konsep-konsep yang esensial dari materi pembelajaran. Jadi, suatu
pembelajaran matematika yang menggunakan objek permasalahan sehari-hari
yang dialami oleh siswa pada kehidupannya.
Adapun keterkaitannya dengan permasalahan yang sedang ingin di teliti pada
permasalahan kemampuan penalaran matematis siswa, yaitu terletak pada proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan Realistic
14
F. Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan suatu praduga dari sebuah penelitian. Maka
dengan ini peneliti membuat hipotesis penelitiannya yaitu :
Rata-rata kemampuan penalaran matematis siswa yang diajarkan dengan
pendekatan matematika realistik mencapai nilai rata-rata 75.
Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan Realistic Mathematic
Education lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran
langsung.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Desain Penelitian
Berdasarkan metode penelitian yang telah dikemukakan, maka desain dalam
penelitian ini menggunakanNon Equivalen Control Group Design. Menurut
(Sugiyono, 2015 : 118) yaitu :
O1 X O2
O1 O2
Keterangan :
O1 = Pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
O2 = Postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X = Pembelajaran dengan Pendekatan RME/PMRI
------------------- = Sampel tidak diambil secara acak
Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih tidak secara acak, yaitu kelas
sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang lain sebagai kelompok kontrol.
16
D. Definisi Operasional
1. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Penalaran adalah proses berpikir yang dilakukan dengan suatu cara untuk
menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar, didasarkan pada
pengamatan data-data yang ada sebelumnya dan telah diuji kebenarannya. Adapun
Indikator dari kemampuan penalaran matematis yaitu :a) Menarik kesimpulan logis,
b) Memberikan penjelasan dengan model, fakta, sifat – sifat, dan hubungan, c)
Memperkirakan jawaban dan proses solusi, d) Menggunakan pola dan hubungan
untuk menganalisis situasi matematis, e) Menyusun dan mengkaji konjektur, f)
Merumuskan lawan mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argument, g)
Menyusun argument yang valid, h) Menyusun pembuktian langsung, tak
langsung, dan menggunakan induksi matematis.
17
indeks kesukaran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kriteria instrumen tes
kemampuan penalaran matematis, yaitu sebagai berikut :
a. Validitas
Dalam tahap ini soal di lihat dahulu suatu ke validitasan nya. Menurut
Anderson (Arikunto, 2005), sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukurapa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu instrument
merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang harus
diukur. Untuk menghitung validitas tes kemampuan penalaran matematis
digunakan rumus korelasi product moment(Riduwan, 1997:123) dengan rumus
sebagai berikut :
r xy =n ( ∑ XY )−( ∑ X ) ¿ ¿
Keterangan :
r xy : Koefisien Korelasi
n : Banyaknya peserta tes
x : Skor siswa pada tiap butir soal
y : Skor total
Berikut ini merupakan kriteria r xy, untuk menginterpretasikan derajat validitas
instrument oleh J.P Guilford (Sopiany, 2016:48) yang disajikan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 3.1
Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Nilai r xy Korelasi Interpretasi
0,8 <r xy ≤ 1,0 Sangat tinggi Validitasnya sangat tinggi
0,6 <r xy ≤ 0,8 Tinggi Validitasnya tinggi
0,4 <r xy ≤ 0,6 Sedang Validitasnya sedang
0,2 <r xy ≤ 0,4 Rendah Validitasnya rendah
0,0 <r xy ≤ 0,2 Sangat rendah Validitasnya sangat rendah
19
b. Reliabilitas
Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrument tes tipe
subjektif atau instrumen non tes adalah rumus Alpha Cronbach, dalam Lestari dan
Yudhanegara 2015:206yaitu :
( )( ∑ Si
)
2
n
r= 1−
n−1 St
2
Dengan :
n = banyak butir soal
r = koefisien reliabilitas
2
Si =¿ variansi skor butir soal ke-i
S2t =¿ variansi skor total
Kriteria r , untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen ditentukan
berdasarkan kriteria menurut Guilford (Lestari dan Yudhanegara, 2015:206) yaitu
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen
Nilai r Korelasi Interpretasi Reliabilitas
0,90≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi Reliabilitasnya sangat tinggi
0,70≤ r <¿ 0,90 Tinggi Reliabilitasnya tinggi
0,40≤ r <¿ 0,70 Sedang Reliabilitasnya sedang
0,20 ≤ r <¿ 0,40 Rendah Reliabilitasnya rendah
r <¿ 0,20 Sangat rendah Reliabilitasnya sangat rendah
c. Daya Pembeda
Daya pembeda tiap soal menyatakan seberapa jauh kemampuan soal untuk
membedakan siswa yang menjawab soal dengan yang tidak dapat menjawab soal.
Berikut ini rumus untuk menghitung daya pembeda untuk soal uraian menurut
Galton (Suherman dalam sahaya, 2017) yaitu sebagai berikut :
X A −X B
DP=
SMI
20
Keterangan :
DP : Daya Pembeda
X A : Rata-rata skor siswa kelompok atas yang menjawab soal itu
X B : Rata-rata skor siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu
SMI : Skor maksimal Ideal
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya pembeda
disajikan dalam tabel berikut :(Arikunto dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015)
Tabel 3.3
Kriteria Daya Pembeda Instrumen
Nilai DP Korelasi
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk
DP ≤ 0,00 Sangat Buruk
d. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran
suatu butir soal. Indeks kesukaran sangat erat kaitannya dengan daya pembeda,
jika soal terlalu sulit atau terlalu mudah, maka daya pembeda soal tersebut
menjadi buruk karena baik siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah
akan dapat menjawab soal tersebut dengan tepat atau tidak dapat menjawab soal
tersebut dengan tepat.
Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks kesukaran instrument tes
tipe subjektif (Suherman dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015) yaitu sebagai
berikut :
X
IK =
SMI
Keterangan :
21
IK : Indeks kesukaran
X : Rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal
SMI : Skor Maksimum Ideal
Berikut ini adalah Indeks kesukaran suatu butir soal yang diinterpretasikan
dalam kriteria sebagai berikut yang disajikan pada tabel (Arikunto dalam
Apriyanti: 2016).
Tabel 3.4
Kriteria Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi Indeks Kesukaran
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,31 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,71 < IK ≤ 1,00 Mudah
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemilihan sampel sebanyak dua kelas.
b. Pelaksanaan tes awal (pretes) untuk kelas eksperimen yang memperoleh
pembelajaran dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education dan
kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional.
c. Pelaksanaan Pembelajaran yang dimana kelas eksperimen diberikan
pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) dan kelas control dengan pembelajaran konvensional.
d. Pelaksanaan tes akhir (postes) untuk kelas eksperimen yang memperoleh
pembelajaran dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education dan
kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional.
3. Tahap Analisis
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dari dua kelas yaitu pretes dan
postes kemampuan penalaran matematis.
b. Mengolah dan menganalisis hasil data kuantitatif yang diperoleh
untuk mengetahui normalitas data dengan bantuan software SPSS 22.
Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest dianalisis untuk menguji
hipotesis yang diajukan dan diolah dengan menggunakan SPSS Statistik 23 for
Windows sebelum itu peneliti melakukan hal-hal berikut :
1. Menskor jawaban siswa dengan kunci jawaban
2. Merangkum skor jawaban dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam
bentuk tabel.
3. Menghitung peninkatan kemampuan penalaran matematis yang terjadi
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus gain ternormalisasi (N-
Gain) yaitu :
Skor Postes−Skor Pretes
N−Gain=
SMI −Skor Pretes
Data N-gain atau gain ternormalisasi merupakan data yang diperoleh dengan
membandingkan selisih skor postes dan pretes dengan selisih SMI dan pretes.
Data N-gain digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa.
Berdasarkan rumus diatas, tinggi rendahnya nilai N-gain ditentukan berdasarkan
kriteria sebagai berikut (Lestari dan Yudhanegara 2015: 235) :
Tabel 3.5
Kriteria N-Gain
Nilai gain (g) Kriteria
N-gain ≥ 0,70 Tinggi
0,30 < N-gain< 0,70 Sedang
N-gain ≤ 0,30 Rendah
(Lestari dan Yudhanegara 2015: 135)
Setelah melakukan penskoran, merangkum jawaban dalam bentuk tabel dan
menghitung peningkatan kemampuan penalaran matematis, maka peneliti
melakukan analisis uji prasyarat peningkatan kemampuan penalaran matematis
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Uji Normalitas
24
Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat untuk memenuhi asumsi
kenormalan dalam analisis data statistik parametrik (Lestari dan Yudhanegara
2015: 243), pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data
berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini, peneliti menggunakan
Kolmogorov-Smirnov yang dapat digunakan pada sampel besar ataupun kecil
dengan bantuanSPSS 23 for windows pada taraf signifikan α =0,05 . Jika data
berasal dari distribusi yang normal, maka analisis data dilanjutkan dengan uji
homogenitas varians untuk menentukan uji parametrik yang sesuai. Varians
tetapi langsung dilakukan uji perbedaan dua rata-rata yaitu dengan menggunakan
uji statistika non-parametrik Mann-Whitney.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan salah satu uji prasyarat analisis data statistik
parametric pada teknik komparasional (membandingkan) (Lestari dan
Yudhanegara 2015: 243), uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
variansi data dari sampel yang dianalisis homogen atau tidak. Pengujian
homogenitas ini menggunakan levene’s testdengan menggunakan SPSS 23 for
windows. Levene’s tesdengan menggunakan SPSS 23 for windows biasa
digunakan untuk menguji homogenitas varians dari dua sampel independen.
Dalam penelitian ini menggunakan dua sampel independen yaitu pendekatan
pembelajaran Realistic Mathematics Education dan model pembelajaran
konvensional.
populasi tidak diketahui, data berdistribusi normal dan variansi kedua data
homogen.
26
DAFTAR PUSTAKA
Astiati, Putri Eka., Irawati, Riana. dan Kurniadi, Yedi. (2016). “Pengaruh
Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Kemampuan
Koneksi dan Pemahaman Matematis Siswa pada Materi Perbandingan”.
Jurnal Pena Ilmiah. 1, (1), 1011-1020.