Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang dapat membantu

manusia dalam memahami berbagai permasalahan baik dalam bidang sosial,

ekonomi, dan alam. Oleh karena itu matematika dapat dikatakan sebagai

landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena

matematika dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis,

sistematis dan matematika juga salah satu mata pelajaran penentu kelulusan

siswa pada Ujian Nasional.

Mengingat pentingnya matematika bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sudah selayaknya kualitas pemahaman matematika

ditingkatkan. Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

agar mutu pendidikan matematika lebih baik, diantaranya meningkatkan

kualitas guru matematika, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan,

menyiapkan buku pegangan siswa dan guru, serta penyempurnaan kurikulum.

Walaupun telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah, namun pada

kenyataannya konsepkonsep yang diajarkan oleh guru di kelas masih kurang

dipahami oleh siswa, sehingga kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

matematika masih kurang, hal ini menjadikan siswa malas belajar matematika.

1
Dalam peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal

11November 2004 tentang penilaian perkembangan Anak Didik Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Depdiknas (2004) dalam Fadjar (2009: 13)

menyatakan bahwa Aspek penilaian matematika dalam rapor dikelompokkan

menjadi tiga aspek yaitu: 1) Pemahaman konsep, 2) Penalaran dan

Komunikasi, dan 3) Pemecahan masalah. Pemahaman konsep, siswa mampu

mendefenisikan konsep, dan mengidentifikasi dari konsep. Penalaran dan

komunikasi, siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika

secara lisan, tertulis, dan mendemonstrasikan. Sedangkan pemecahan masalah,

siswa mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan

menyelesaikan masalah.

Realitanya masih banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah dan

belum memahami berbagai konsep matematika. Oleh karena itu, guru haruslah

mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa

terutama dalam menemukan konsep-konsep matematika yang sangat penting.

Kemampuan pemahaman konsep siswa yang kurang maksimal tercermin dari

hasil belajar yang diperoleh siswa, salah satu contoh dilihat dari rendahnya

ketuntasan belajar matematika pada ujian mid semester siswa kelas VIII

MTsN Tarusan.
Tabel 1. Persentase Ketuntasan Siswa pada Ujian Semester 1 Matematika
Kelas VIII pada Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

Kelas Jumlah Nilai Ketuntasan


Siswa Rata-Rata Tidak Tuntas Tuntas
Jumlah % Jumlah %
VIII.A 41 86,47 6 15 34 85
VIII.B 42 64,9 29 72,5 11 27,5
VIII.C 40 65,22 31 77,5 9 22,5
VIII.D 39 65,33 35 89,7 4 10,3

Jumlah 101 58

Berdasarkan tabel 1 di atas terlihat bahwa masih banyak siswa kelas

VIII MTsN Tarusan yang tidak tuntas pada ujian semester. Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran matematika di MTsN Tarusan

adalah 65. Data pada tabel 1 tersebut mengindfikasikan bahwa pemahaman

konsep siswa terhadap materi yang dipelajari masih relatif rendah.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan bahwa rendahnya hasil

belajar di sebabkan karena berbagi hal, yang terjadi selama ini antaranya siswa

kurang bersemangat dan kurang aktif dalam belajar karena kegiatan belajar

masih terpusat pada guru sehingga terjadi proses pemanjaan pola pikir siswa

tersebut. Rendahnya minat siswa untuk bertanya, kurangnya motivasi siswa

untuk aktif mengemukakan ide-ide kreatif dan kemampuan berfikir kritis

sehingga siswa hanya menghafal tanpa mengerti isi dan konsep dari pelajaran

yang diberikan. Selain itu siswa beranggapan matematika pelajaran yang sulit

dan membosankan. Siswa tidak membaca buku sebelum mulai pelajaran

karena siswa terbiasa menanti apa yang disampaikan oleh guru. Ketika siswa

mengalami kesulitan, siswa tidak mau bertanya pada guru sehingga terlihat
sekali siswa kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Selanjutnya saat diberikan tugas tidak semua siswa yang serius dalam

mengerjakannya, kebanyakan dari mereka hanya mengandalkan teman yang

pandai, dengan kata lain pada umumnya siswa kurang bertanggung jawab

dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Jika guru memberikan soal latihan yang modelnya tidak sama dengan

contoh, siswa kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut. Seperti ketika guru

menjelaskan materi Pythagoras, bahwa kuadrat sisi miring sama dengan

jumlah kuadrat sisi lainnya. Guru membuat sebuah gambar segitiga siku-siku

dengan c sebagai sisi miring, a dan b sebagai sisi siku-siku, maka 2 = 2 + 2 .

kemudian guru memberikan soal lain dengan r sebagai sisi miring, p dan q

sebagai sisi siku-siku, kemudian guru menanyakan nilai 2 , namun sebagian

besar siswa menjawab 2 = 2 + 2 .

Gambar 1
Terlihat dari gambar 1 bahwa siswa kurang paham terhadap konsep

materi yang di ajarkan. Siswa tidak dapat menjawab kembali konsep yang

telah dipelajarinya, siswa kurang mampu mengelompokkan objek yang

diberikan sesuai dengan konsepnya dan siswa kurang mampum

mengaplikasikan konsep yang di berikan oleh guru ke pemecahan masalah.

jika hal ini tidak segera diantisipasi tentu akan merugikan siswa,

keberhasilan siswa dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi

serta prestasi belajar siswa. Dalam hal ini guru harus pandai memilih metode

yang pas untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa, sehingga siswa lebih

tertarik dalam mengikuti pelajaran matematika dan menjadikan siswa aktif

dalam proses pembelajaran matematika.

Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis

tertarik untuk menerapkan strategi true or false statement. Strategi true or

false statement merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran aktif yang

dapat menstimulasi keterlibatan siswa terhadap materi pelajaran yang

diberikan. Strategi ini merupakan aktifitas kolaboratif yang dapat mengajak

siswa untuk terlibat dalam materi pembelajaran berlangsung. Strategi ini dapat

menumbuhkan kerja sama tim dan saling bertukar pendapat (Hisyam, 2008:

24).

Strategi True or False Statement mengharuskan siswa untuk

menyampaikan pendapat tentang benar atau salahkah pernyataan yang

diperoleh, yang sebelumnya sudah didiskusikan dalam kelompoknya. Siswa

akan lebih aktif karena mereka akan bertukar pikiran dengan anggota
kelompoknya demi keberhasilan kelompoknya dalam menjawab pernyataan

yang diberikan dengan materi pembelajaran yang sedang di kerjakan.

Penerapan strategi true or false statement diharapkan dapat mengetahui

pemahaman konsep matematika siswa serta dapat menimbulkan minat siswa

dalam proses pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Strategi True or False

Statement Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika siswa

Kelas VIII MTsN Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

2. Proses pembelajaran matematika berlangsung satu arah

3. Pemahaman konsep siswa masih rendah.

4. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-ide kreatifnya

dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan yang penulis

miliki dan agar terpusatnya penelitian ini maka penulis membatasi masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Pemahaman konsep siswa masih rendah.


2. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-ide kreatifnya

dalam pembelajaran

Untuk mengatasi masalah di atas, maka penulis dalam penelitian ini

menerapkan Strategi True or False Statement dalam pembelajaran matematika

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas

VIII MTsN Tarusan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka

permasalahannya dapat dirumuskan: Apakah kemampuan pemahaman konsep

siswa dalam pembelajaran matematika dengan Strategi True or False

Statement lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep siswa yang

menerapkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII MTsN

Tarusan?

E. Asumsi

Asumsi yang menjadi landasan penelitian ini adalah :

1. Setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk belajar matematika

di dalam kelas.

2. Pemahaman konsep siswa menggambarkan kemampuan akademis siswa.

3. Guru mampu menggunakan strategi True Or False Statement dalam proses

pembelajaran matematika.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

pemahaman konsep siswa yang menerapkan srategi True Or False Statement


lebih baik daripada pemahaman konsep siswa yang menerapkan pembelajaran

konvensional pada kelas VIII MTsN Tarusan.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

1. Bekal pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mempersiapkan

diri sebagai calon pendidik.

2. Motivasi bagi siswa kelas VIII MTsN Tarusan agar aktif dan bekerja sama

dengan kelompoknya untuk menemukan pemahaman konsep dalam

menyelesaikan masalah matematika.

3. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika MTsN Tarusan dalam

memilih alternatif strategi pembelajaran matematika yang efektif untuk

diajarkan disekolah.
BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Belajar adalah suatu proses perubahan dan interaksi dengan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan spiritual.

Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan, dan

pengetahuan. Menurut Slameto (2003: 2) mengatakan bahwa belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan kutipan di atas, belajar adalah suatu proses kegiatan

yang dilakukan individu sehingga dapat mengubah tingkah lakunya yang

bertujuan untuk mendapatkan hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi dalam proses


belajar dapat diukur sedemikian rupa sehingga dapat mencapai hasil yang

diharapkan.

Belajar dan pembelajaran adalah dua peristiwa yang berbeda (belajar

dan mengajar). Belajar dan mengajar akan menjadi terpadu dalam suatu

kegiatan manakala terjadi interaksi atau hubungan timbal balik antara

siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam pembelajaran. Proses

belajar atau peristiwa belajar mengajar yang terjadi disebut pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu upaya peningkatan kondisi yang

memungkinkan siswa dapat belajar. Suatu pembelajaran merupakan


8
gabungan dari berbagai unsur-unsur yang mempengaruhi pencapaian

tujuan pembelajaran. Unsur-unsur tersebut meliputi orang-orang yang

terlibat dalam pembelajaran, fasilitas, dan prosedur dari pembelajaran.

Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi antara

guru dengan siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang lebih

baik.

Nikson yang dikutip oleh Muliyardi (2002: 3) mengemukakan bahwa

pembelajaran matematika adalah upaya untuk membantu siswa untuk

mengkontruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan

kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau

prinsip itu terbangun kembali. Pembelajaran tersebut lebih menekankan

pada upaya untuk membangkitkan inisiatif atau peran siswa dalam

menggali pengetahuannya dan bukan hasil transformasi dari guru.


Pembelajaran matematika memerlukan konsepsi yang cukup terstruktur

dan terarah.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran

lebih menekankan kepada bagaimana upaya guru mendorong siswa untuk

menemukan dan mengembangkan konsep-konsep matematika dengan

kemampuan sendiri sehingga informasi yang diperoleh dapat dipahami

dengan baik. Untuk itu dalam kegiatan belajar dan mengajar diperlukan

suatu model/ strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk

belajar secara aktif. Keterlibatan siswa secara aktif harus didukung oleh

usaha guru sebagai fasilitator dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan, mengembangkan, dan menetapkan ide merekaa

sendiri.

2. Strategi Belajar Aktif

Proses pembelajaran yang baik memungkinkan siswa aktif

melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik mental maupun fisik.

Strategi ini dikenal sebagai strategi pembelajaran aktif. Silberman (2006:9)

mengemukakan bahwa :

Agar belajar jadi lebih aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali
tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan dan
memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh
gairah.

Pembelajaran aktif merupakan belajar dengan memaksimalkan

aktifitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber

untuk dibahas dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga siswa dapat


berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi

juga kemampuan analitis dan sintesis.

Menurut Samadhi (2008:47) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang


memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antara siswa
dengan siswa maupun antara siswa dengan guru dalam proses
pembelajaran tersebut.

Untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan

dan sikap aktif, Silberman (2006:13) mengungkapkan beberapa cara,

yaitu: (1) mengadakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh

siswa, (2) melakukan diskusi kelas, (3) mengajukan pertanyaan, (4)

mengadakan kegiatan belajar kolaboratif, (5) melakukan diskusi antar

siswa, (6) melakukan kegiatan belajar aktif dan mandiri, (7)

mengembangkan keterampilan siswa.

Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran aktif

adalah memberikan bantuan dan dorongan kepada siswa sedangkan yang

harus aktif selama proses pembelajaran adalah siswa sendiri. Guru

hendaknya sebagai fasilitator dan motivator.

3. Strategi True or False Statement

Strategi pembelajaran true or false statement merupakan salah satu

strategi dalam pembelajaran aktif yang dapat menstimulasi keterlibatan

siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Menurut silberman (2006:

111) strategi ini merupakan aktifitas kerja sama dan juga menstimulasi

keterlibatan terhadap pengajaran yang dilakukan. Kegiatan ini


meningkatkan pembentukan tim, pertukaran pendapat, dan pembelajaran.

Pengelompokkan dalam Pembelajaran strategi true or false statement ini

dilakukan secara heterogen yang dibentuk berdasarkan tingkat

kemampuan akademis. Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan

kemampuan akademis rendah, sedang dan tinggi. Menurut Lie (2002:40) :

Pembagian kelompok dipilih secara heterogenitas (kemacam


ragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode
pembelajaran. Kooperatif learning yang dibentuk dengan
memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang, agama,
sosial-ekonomi, dan etnik serta kemampuan akademis. Kelompok
pembelajaran kooperatif learning dalam hal kemampuan akademis,
biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tingggi dua orang
berkemampuan akademis sedang dan satu lainnya berkemampaun
akademis kurang.

Kelompok belajar terdiri dari beberapa siswa yang berkumpul

dalam suatu kelompok yang mempunyai tugas yang sama. Agar lebih

efektif, dari permulaan pelajaran guru membangkitkan minat siswa,

melibatkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan

menekankan kembali apa yang telah disajikan guru memberi keterangan

tentang tugas apa yang harus dikerjakan.

Prosedur pembelajaran dengan mengggunakan strategi true or false

statement menurut Silberman (2006:111) adalah:

1. Susunlah sebuah daftar pernyataan yang terkait dengan materi


pelajaran, yang setengahnya benar dan setengahnya salah.
2. Tulis tiap pernyataan pada kartu indek yang terpisah. Pastikan
jumlah kartu sesuai dengan jumlah siswa yang hadir (jika siswa
yang hadir jumlah yang ganjil, pilihlah satu kartu untuk anda
sendiri).
3. Bagikan satu kartu untuk satu siswa. Katakan pada siswa bahwa
misi mereka adalah menentukan kartu mana yang benar (berisi
pernyataan yang benar dan mana yang salah). Jelaskan bahwa
mereka bebas memilih cara apapun yang mereka inginkan dalam
menyelasaikan tugas ini.
4. Bila para siswa sudah selesai, perintahkan agar setiap kartu
dibaca dan mintakan pendapat siswa tentang benar atau salahkah
pernyataan tersebut beri kesempatan munculnya pendapat yang
minoritas.
5. Berikan umpan balik tentang masing-masing kartu, dan catat
cara-cara siswa dalam bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
ini.
6. Tunjukan bahwa dalam pelajaran ini diperlukan keterampilan
tim yang positif, karena hal ini menunjukkan kegiatan belajar
yang sifatnya aktif.

Berdasarkan uraian di atas, maka implementasi dari

strategi True or false statement dalam penelitian ini adalah:

a. Guru menyusun daftar pernyataan yang terkait dengan materi

pelajaran, yang setengah merupakan pernyataan yang benar dan

setengah lagi pernyataan yang salah.

b. Guru menulis pernyataan-pernyataan tersebut pada kartu.

c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan

5-6 siswa.

d. Guru membagikan dua kartu yang sama pada tiap kelompok (satu

kartu berisikan pernyataan benar yang terdiri dari dua buah soal yang

benar dan satu kartu berisi pernyataan salah yang terdiri dari dua buah

soal yang salah).

e. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa misi mereka adalah

menentukan kartu mana yang benar (berisi pernyataan benar) dan

mana yang salah dan mereka diperbolehkan mengerjakan tugas ini

setelah guru selesai menyajikan materi pelajaran.


f. Guru menyajikan materi pelajaran.

g. Setelah menyajikan materi pelajaran guru memberikan waktu pada

siswa untuk melakukan diskusi dengan kelompok masing-masing

untuk mencari informasi tentang pernyataan yang diperoleh.

h. Guru mengumpulkan kembali kartu-kartu yang telah diisi oleh siswa.

i. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa orang siswa,

perwakilan dari kelompok untuk memberikan tanggapan tentang

pernyataan yang di miliki kelompoknya.

j. Tim yang mampu menyelesaikan soal dengan benar dan dapat

mempertanggung jawabkan jawabannya di depan kelas dinyatakan

sebagai pemenang, dan sebaliknya dianggap gugur/ nilai kelompok

dikurangi.

k. Guru memberikan umpan balik terhadap pernyataan-pernyataan yang

ada dikartu,dengan membahas secara klasikal.

4. Pemahaman Konsep

Sunhaji (2009:18) mengemukakan bahwa:

Comprehension atau pemahaman memiliki arti sangat mendasar yang


meletakkan bagian-bagian belajar pada proposisinya. Tanpa itu, maka skill
(pengetahuan), dan sikap tidak akan bermakna. Dalam belajar, unsur-unsur
comprehension/pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur
psikologis yang lain, dengan motivasi, konsentrasi, dan reaksi.

Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk

mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut

merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut (Fadjar, 2009 :

4). Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman


konsep adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk mengidentifikasi,

memahami, dan memberi contoh atau bukan contoh suatu objek persoalan dan

dapat dipengaruhi oleh motivasi, konsentrasi dan reaksi.

Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas

No. 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (dalam Fadjar 2009 : 13)

tentang penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator

dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar

matematika. Indikator tersebut adalah :

1) Menyatakan ulang sebuah konsep.


2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya).
3) Memberi contoh dan noncontoh dari konsep.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
6) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Dari indikator di atas, maka indikator yang dilihat dalam penelitian ini

adalah:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai

dengan konsepnya).

3. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah

Pengambilan indikator sesuai dengan pemahan konsep siswa. Jadi

pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan matematika. Dalam

pemahaman konsep diharapkan siswa mampu untuk menguasai konsep,

l ingkaran . Strategi True or false statement memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman siswa terhadap


konsep-konsep matematika.

5. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran secara

klasikal dengan metode ceramah dan pemberian tugas secara individu.

Guru sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar, pada

umumnya keberhasilan belajar hanya dinilai secara subjektif, maksudnya

hanya menilai hasil ujian. Ciri-ciri pembelajaran konvensional menurut

Marpaung dalam Muliyardi (2003:2) adalah:

Proses pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya masih


didominasi paradigma mengajar yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: (1) guru aktif menyampaikan informasi dan siswa pasif
menerima, (2) siswa dipaksa mempelajari apa yang diajarkan guru
dengan menerapkan berbagai jenis hukuman, bukan dengan
kesadaran pada makna belajar, (3) pembelajaran berfokus
(berorientasi) pada guru dan bukan pada siswa.

Ciri-ciri pembelajaran konvensional di atas pada umum digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran konvensional

yang di maksud dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan belajar

yang di mulai dengan orientasi dan penyajian informasi, yang berkaitan

dengan konsep yang akan dipelajari yang di lanjutkan dengan pemberian

contoh soal dan latihan. Setelah siswa mengerjakan latihan, dilakukan

tanya jawab mengenai soal latihan yang dianggap sulit oleh siswa.

Terakhir guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah sesuai dengan

materi yang telah dipelajari.

6. Pembentukkan Kelompok
Pembentukan kelompok pada penelitian ini adalah

pengelompokan secara heterogen yang dibentuk berdasarkan kemampuan

akademik dan jenis kelamin siswa. Pembentukan kelompok merupakan

salah satu bagian perencanaan dalam pembelajaran. Anggota kelompok

terdiri atas 5-6 orang yang berkemampuan tinggi, berkemampuan

menengah, dan berkemampuan rendah.

Langkah-langkah pembentukan kelompok berdasarkan

kemampuan akademik menurut Lie (2002:41) yaitu:

1. Siswa diurut dari tingkat kemampuan rendah sampai ketingkat


kemampuan tinggi.
2. Pembentukan kelompok I dilakukan dengan mengambil satu
orang siswa berkemampuan tinggi, satu orang berkemampuan
rendah, dan satu orang berkemampuan sedang.
3. Pembentukan kelompok II dan seterusnya dilakukan dengan
mengambil siswa dari urutan berkemampuan rendah berikutnya
siswa berkemampuan tinggi dan dua orang siswa
berkemampuan sedang berikutnya.

Tabel 2. Pengelompokan Kelompok Berdasarkan Kemampuan


Akademik
Langkah I Langkah II Langkah III

Mengurutkan Membentuk kelompok Membentuk


siswa berdasarkan pertama kelompok selanjutnya
kemampuan
akademik
1. Ani 1. Ani 1. Ani
2. David 2. David 2. David
3. 3. 3.
4. 4. 4.
5. 5. 5.
6. 6. 6.
7. 7. 7.
8. 8. 8.
9. 9. 9.
10. 10. 10.
11. Yusuf 11. Yusuf 11. Yusuf
12. Citra 12. Citra 12. Citra
13. Siska 13. Siska 13. Siska
14. Rika 14. Rika 14. Rika
15. 15. 15.
16. 16. 16.
17. 17. 17.
18. 18. 18.
19. 19. 19.
20. 20. 20.
21. 21. 21.
22. 22. 22.
23. 23. 23.
24. Slamet 24. Slamet 24. Slamet
25. Dian 25. Dian 25. Dian
Sumber : Lie (2002: 41)

7. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Rici

Efriani Putri (2010) dengan judul Penerapan Strategi True or False

Statement dalam pembelajaran matematika siswa kelas VIII SMPN 2

Luhak Nan duo Kabupaten Pasaman Barat. Kesimpulan yang didapat

bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi true or false

statement lebih baik dari pada pembelajaran konvensional.

Penelitian yang penulis lakukan berpedoman pada penelitian yang

relevan mengenai langkah-langkah pelaksanaan. Perbedaan dengan

penelitian sebelumnya adalah peneliti melihat hasil belajar pada aspek

kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

B. Kerangka Konseptual

Salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah adalah

penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, pembelajaran


masih berpusat pada guru sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif dalam

belajar karena mereka hanya bersikap menerima saja informasi yang diberikan

guru. Guru berperan penting dalam memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu

dengan memilih sistem pembelajaran yang tepat. Salah satu cara yang dapat

digunakan oleh guru adalah dengan cara menerapka strategi True or False

Statement.

Strategi true or false statement merupakan alternatif untuk

mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Penerapan strategi true or false

statement pada proses pembelajaran, terjadi interaksi langsung antara siswa

dengan siswa dan siswa dengan guru. Strategi ini dapat meningkatkan

pembentukan tim, pertukaran pendapat dan pembelajaran langsung maka

keterlibatan dan aktifitas siswa dalam belajar besar, sehingga kemampuan

pemahaman konsep meningkat.

Berdasarkan latar belakang kajian teori yang telah dikemukakan diatas

maka dapat dibuat suatu kerangka pelaksanaannya sebagai berikut:

Proses Belajar Mengajar dengan Kemampuan


Siswa STRATEGI TRUE OR FALSE Pemahaman
STATEMENT Konsep
Matematika

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang

kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika

dengan Strategi True or False Statement lebih baik daripada kemampuan

pemahaman konsep siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional pada

siswa kelas VIII MTsN Tarusan


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka jenis

penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen. Menurut

Suharsimi (2006: 3) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksud

untuk melihat akibat dari suatu tindakan atau perlakuan.

Model rancangan yang digunakan adalah random terhadap subjek.

Rancangan ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Rancangan Penelitian


Kelas Perlakuan Tes terakhir
Eksperimen X O
Kontrol - O
Sumber : Suharsimi (2006: 87)

Keterangan :

X = Pembelajaran dengan metode belajar aktif true or false statemeent


O = Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi (2006: 130) bahwa: Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah siswa

kelas VIII MTsN Tarusan Tahun Pelajaran 2011/2012 seperti terlihat pada

Tabel 4 yang terdiri dari 4 lokal dengan jumlah siswa sebagai berikut:
Tabel 4. Jumlah siswa kelas VIII MTsN Tarusan tahun ajaran
2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa


1 VIII.A 41
2 VIII.B 42
3 VIII.C 42
4 VIII.D 41
Jumlah 166
Sumber: Guru Matematika MTsN Tarusan

2. Sampel

Menurut Suharsimi (2006: 131) bahwa: Sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti. Sesuai dengan masalah yang diteliti,

maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan hasil ujian mid semester matematika siswa MTsN

Tarusan tahun pelajaran 2011/2012.

b. Melakukan uji normalitas populasi bertujuan untuk melihat apakah

populasi berdistribusi normal atau tidak. Bentuk hipotesis statistik yang

diujikan adalah :

H0 : populasi berdistribusi normal

H1 : populasi tidak berdistribusi normal

Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Liliefors. Langkah-langkah

uji Liliefors menurut Sudjana (2005: 466) adalah sebagai berikut:

1) Menyusun skor siswa yang terendah ke skor yang tertinggi

2) Skor mentah dijadikan kebilangan baku menggunakan rumus:




=

Keterangan:

= bilangan baku
= Skor siswa ke i
= Rata-rata
= Simpangan baku

3) Untuk setiap bilangan ini menggunakan daftar peluang dengan

menggunakan rumus F(Zi)= .

4) Menghitung harga S (Zi) yaitu proporsi skor baku yang lebih kecil

atau sama dengan Zi dengan rumus:


( ) =

5) Menghitung selisih F(Zi)S(Zi), kemudian tentukan harga

mutlaknya

6) Ambil harga paling besar diantara harga mutlaknya selisih tersebut,

misalkan dengan L0. Untuk menerima atau menolak H0, L0

dibandingkan dengan nilai kritis Ltabel pada taraf nyata .

Kriterianya adalah H0 diterima jka L0 < Ltabel, maka sampel

berdistribusi normal.

Uji normalitas populasi juga dapat menggunakan uji Anderson-

Darling dengan bantuan software MINITAB. Interpretasi uji ini

dengan memperhatikan p-value. Menurut Syafriandi (2001: 4) Jika p-

value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (),

maka tolak H0, atau sebaliknya kita terima H0.


c. Melakukan uji homogenitas variansi populasi. Uji homogenitas

dilakukan untuk mengetahui kehomogenan variansi dari kelas

populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett, hipotesis

yang diujikan adalah:

H0 : 12 = 22 = 32 = 42

H1 : jika salah satu tanda sama dengan tidak berlaku

Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan uji Barlett. Langkah-

langkah uji Barlett yang dikemukakan Sudjana (2005: 263) sebagai

berikut :

1) Menghitung rumus variansi gabungan dari semua populasi dengan

menggunakan rumus:

( 1)2
2 = ( 1)

2) Menentukan harga satuan Bartlett (B) dengan rumus:

= [( 1)] log 2

3) Untuk uji Barlett digunakan uji chi-kuadrat dengan rumus:

2 = ( 10)[ ( 1) 2 ]

Dimana :

B = Bartlett
= Jumlah siswa kelas ke-i
2 = Variansi kelas ke i
2 = Variansi gabungan semua sampel
2 = Chi-Kuadrat
ln 10 = 2, 3026
Kriteria pengujian: Tolak hipotesis H0 jika X2 X2(1-)(k-1),

dimana X2(1-)(k-1) didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan

peluang (1-) dan derajat kebebasan, dk= (k-1).

Uji homogenitas variansi dapat juga dilakukan dengan bantuan

software MINITAB. Syafriandi (2001: 5) mengemukakan bahwa jika

irisan selang kepercayaan itu kosong, maka dikatakan bahwa

kelompok perlakuan tersebut tidak homogen, dan sebaliknya dikatakan

homogen.

d. Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan teknik anava

satu arah. Hipotesis yang diujikan adalah:

H0: 1 = 2 = 3 = 4

H1: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Pengujian dapat dilakukan dengan uji analisis variansi satu arah.

Langkah-langkah uji analisis variansi satu arah menurut Sudjana

(2005: 304) sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah kuadrat rata-rata(Ry) dengan rumus:

(2 )
= , = 1 + 2 + +

2. Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok(Ay) dengan rumus:


2
= ( )

3. Menghitung jumlah kuadrat total( Y2) dengan rumus :

Y2 = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) dari semua nilai pengamatan


4. Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok ( ) dengan rumus:

2
=

5. Menghitung kuadrat tengah(R) dengan rumus:


=
1

6. Menghitung kuadrat tengah antar kelompok(A) dengan rumus:


=
( 1)

7. Menghitung kuadrat tengah antar kelompok (D) dengan rumus:


=
( 1)

8. Menguji signifikasi dari kelompok (F) dengan rumus:

9. Mendistibusikan hasil perhitungan langkah 1-8 dalam Tabel

analisis variansi untuk uji kesamaan rata-rata.

Tabel 5. Format Analisis Variansi untuk Uji Kesamaan Rata-


Rata.
Sumber Variansi Dk JK KT F
Rataan 1 R
Antar kelompok (k-1) A
Dalam Kelompok (1 ) D
Total 2
Sumber: Sudjana (2005: 304)

Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika (1)(1 ,2 ) , dimana

(1)(1 ,2 ) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang (1-)

dan dk = (1 , 2 ). Disini = taraf nyata untuk pengujian.


Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan

software MINITAB. Untuk interpretasi uji ini dapat melihat p-value.

Schaffer dalam Syafriandi (2001: 4) mengemukakan bahwa jika p-

value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan ()

maka tolak H0 dan sebaliknya terima H0.

e. Jika populasi dalam penelitian berdistribusi normal, homogen, dan

memiliki kesamaan rata-rata, maka sampel dapat diambil secara

random (Suharsimi, 2006: 138)

f. Jika populasi dalam penelitian ini tidak homogen maka pemilihan

sampel dapat dilakukan secara Non Random (Suharsimi, 2006: 138).

C. Variabel dan Data

1. Variabel

Menurut Suharsimi (2006:118) Variabel adalah objek penelitian,

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam

penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas adalah variabel yang diperkirakan berpengaruh

terhadap variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pembelajaran aktif tipe true or false statement pada kelas eksperimen

dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

b. Variabel terikat adalah gejala yang timbul akibat perlakuan yang

diberikan oleh variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini

adalah pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII MTsN Tarusan

yang terpilih menjadi sampel.


2. Data

Suharsimi (2006: 118) menyatakan bahwa data adalah hasil

pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka.

a. Jenis data

jenis data dalam penelitian ini adalah :

1). Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subjek

yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini adalah data

pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

2). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain. Data

sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang jumlah siswa

dan nilai ujian semester matematika kelas VIII MTsN Tarusan

tahun pelajaran 2011/2012.

b. Sumber Data

1). Data primer bersumber dari siswa kelas VIII MTsN Tarusan yang

terdaftar pada tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi kelas

sampel penelitian.

2). Data sekunder bersumber dari kantor tata usaha dan guru bidang

studi matematika kelas VIII MTsN Tarusan.

D. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Mengurus surat izin penelitian


b. Melaksanakan observasi ke MTsN Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.
c. Menetapkan jadwal penelitian

d. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

e. Menentukan kelas sampel

f. Membagi kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan

akademis siswa.

g. Menyiapkan kartu pernyataan yang terkait materi pelajaran

h. Membuat kisi-kisi soal tes akhir dengan memperhatikan indikator

kemampuan pemahaman konsep

i. Membuat soal tes akhir

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis melakukan pembelajaran di kelas

eksperimen dengan penerapan strategi true or false statement dan di kelas

kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional

a. Kelas Eksperimen
Untuk kelas eksperimen diterapkan pembelajaran

menggunakan penerapan strategi true or false statement dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pendahuluan ( 10 menit)

a. Guru mengabsen siswa, memberikan appersepsi dan motivasi

agar siswa lebih aktif dalam belajar

b. Guru menyampaikan tujuan dan menjelaskan prosedur kegiatan

dalam pembelajaran

2. Kegiatan inti ( 70 menit)


a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 5-6 siswa.

b. Guru menyajikan materi pelajaran.

c. Setelah menyajikan materi pelajaran guru membagikan dua

kartu yang sama pada tiap kelompok satu kartu berisikan

pernyataan benar yang terdiri dari dua buah soal yang benar

dan satu kartu berisi pernyataan salah yang terdiri dari dua

buah soal yang salah.

d. Guru memberikan waktu pada siswa untuk melakukan diskusi

dengan kelompok masing-masing untuk mencari informasi

tentang pernyataan yang diperoleh.

e. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa misi mereka adalah

menentukan kartu mana yang benar (berisi pernyataan benar

dan mana yang salah) dan setelah guru selesai menyajikan

materi pelajaran mereka diperbolehkan mengerjakan tugas.

f. Guru mengumpulkan kembali kartu-kartu yang telah diisi oleh

siswa.

g. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa orang siswa,

perwakilan dari kelompok untuk memberikan tanggapan

tentang pernyataan yang dimiliki kelompoknya.

h. Tim yang mampu menyelesaikan soal dengan benar dan dapat

mempertanggung jawabkan jawabannya di depan kelas


dinyatakan sebagai pemenang, dan sebaliknya dianggap gugur/

nilai kelompok dikurangi.

i. Guru memberikan umpan balik terhadap pernyataan-

pernyataan yang ada dikartu, dengan membahas secara klasikal

3. Penutup ( 10 menit)

a. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran

b. Guru memberikan tugas rumah

b. Kelas Kontrol

Untuk kelas kontrol pembelajaran matematika dilaksanakan

seperti biasa yang terlaksana di sekolah tersebut selama ini

(konvensional). Secara ringkas kegiatan pembelajaran dikelas kontrol

sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan indikator pembelajaran dan mempersiapkan

siswa untuk belajar ( 10 menit)

2. Guru mengarahkan siswa memahami pembelajaran materi

pembelajaran dengan menggunakan beberapa contoh soal ( 20

menit)

3. Guru memberikan siswa latihan ( 10 menit)

4. Guru memberikan kuis ( 10 menit)

5. Guru bersama siswa merangkum pembelajaran ( 5menit)

6. Memberikan siswa pekerjaan rumah ( 5 menit)


c. Tahap Pelaksanaan Tes Akhir

Pada tahap akhir penelitian ini dilakukan hal sebagai berikut:

Melaksanakan tes akhir, yang dilaksanakan setelah pokok bahasan

terakhir. Tujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa pada

aspek kemampuan pemahaman konsep.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data yang

digunakan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan instrumen

penelitian yaitu tes akhir dengan indikator pemahaman konsep yang berfungsi

untuk mengukur tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa. Langkah-

langkah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun Tes

Tes yang penulis susun berbentuk essay. Penulis dalam menyusun

tes tersebut melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk memperoleh hasil

belajar siswa pada aspek kemampuan pemahaman konsep.

2. Membuat batasan terhadap bahan pelajaran yaitu lingkaran yang akan

diujikan

3. Menyusun kisi-kisi tes hasil belajar matematika dengan

memperhatikan indikator kemampuan pemahaman konsep.

4. Menyusun butir-butir soal yang akan diujikan.


b. Validitas Tes

Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa

yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah

validitas isi yaitu cara membuat butir soal harus sesuai dengan kurikulum

yang berlaku. Arikunto (2002:145) mengemukakan bahwa:

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat mengukur


tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan. Oleh karena itu, materi yang diajarkan tertera pada
kurikulum. Maka validitas isi sering disebut validitas kurikulum.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa validitas isi

adalah penyesuaian antara soal yang diberikan dengan materi yang ada

dalam kurikulum. Tes yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini

memiliki validitas isi, karena soal yang penulis susun berdasarkan

kurikulum dan materi tersebut sudah di ajarkan serta berdasarkan kisi-kisi

soal yang telah disusun. Selanjutnya dikonsultasikan dengan guru

matematika kelas VIII MTsN Tarusan.

c. Uji Coba Tes

Sebelum tes diberikan kepada kelompok sampel, maka terlebih

dahulu dilakukan uji coba untuk melihat apakah soal tersebut sudah

memenuhi kriteria soal yang baik. Adapun kriteria soal yang baik adalah

akurat memiliki vadilitas, dilakukan pada kelompok yang singakat dan

relevan dengan kelompok sampel. Dalam penelitian ini uji coba tes

dilakukan di kelas VIII MTsN Gurun Panjang, karena berdasarkan

informasi yang di peroleh dari kepala sekolah VIII MTsN Gurun Panjang

dan guru matematika MTsN Tarusan, bahwa siswa di sekolah penelitian


dan sekolah uji coba memiliki kemampuan akademik yang tidak jauh

berbeda. Terbukti dari KKM kedua sekolah yang sama yaitu 65.

d. Analisis Item

Setelah uji coba dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah

melakukan analisis butir soal, untuk melihat keberadaan soal-soal yang

disusun baik atau tidak. Menurut Suharsimi (2009 : 207) bahwa: Tujuan

analisis butir soal yaitu untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik,

kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisa soal dapat diperoleh

informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadalkan

perbaikan. Suatu soal dikatakan baik, jika dapat memberikan gambaran

perbedaan anak yang pandai dan yang kurang pandai. Dalam

melaksanakan analisis item ada 3 langkah yang perlu diselidiki yaitu :

1) Indeks kesukaran Soal

Indeks kesukaran soal bertujuan untuk melihat apakah soal

termasuk soal yang mudah, sedang, atau sukar. Tingkat kesukaran soal

dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh

Depdiknas (2001:27) sebagai berikut:

Jumlah Skor pada suatu soal


Mean
Jumlah siswa yang mengikuti tes

=

Tabel 6. kriteria indeks kesukaran soal


Indeks kesukaran Kriteria
0,00 TK 0,30 Sukar
0,30 < TK 0,70 Sedang
0,70 < TK 1,00 Mudah
Sumber: Depdiknas (2001:27)
2) Indeks Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi atau pandai

dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya

pembeda soal, digunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas

(2001: 28) sebagai berikut:

mean kelompok atas mean kelompok bawah


DP
skor maksimum soal

Menurut Depdiknas (2001: 28) bahwa kriteria daya pembeda

soal adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Kriteria Daya Pembeda Soal


Daya Pembeda Kriteria
0,40 DP 1,00 Soal diterima/baik
0,30 TK < 0,40 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 DP < 0,30 Soal diperbaiki
0,00 DP < 0,20 Soal tidak dipakai/dibuang
Sumber: Depdiknas (2001: 28)

3) Reliabilitas Soal

Reliabilitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat

dipercaya. Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali pengujian

menunjukkan hasil yang relatif sama. Untuk menentukan koefisien

reliabilitas digunakan dengan rumus alpha yang dinyatakan oleh Anas

(2009: 208) yaitu:

n si
2

r 11 = 1 2
n 1 st
Keterangan:
r 11 = Koefisien reliabilitas tes
s 2
i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
s t = Varians total
n = Banyak butir item

Berdasarkan kriteria analisis data maka interpretasi terhadap koefisien

reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan menurut Anas

(2009 : 209):

1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes
hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah
memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable)
2. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar
yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki
reliabilitas yang tinggi (un-reliable).

F. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah

diterima atau ditolak. Dalam menganalisis data, penulis melakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Menghitung Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Analisis ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang

pemahaman konsep matematika siswa. Untuk mengukur pemahaman

konsep siswa, peniliti menggunakan rubrik analitik skala 4. Menurut puji

(2004: 13) Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan

beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat

dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria

yang mana.
Tabel 8: Contoh Rubrik Anatik skala 4 secara umum
Skala 0 1 2 3

Indikator

Menyatakan ulang Tidak ada Kurang Jelas dengan Jelas dan


sebuah konsep jawaban jelas dan sedikit tepat
kurang kesalahan
tepat
Mengklasifikasikan Tidak sesuai Kurang Sesuai Sesuai
objek menurut dengan sesuai dengan dengan
sifat-sifat tertentu konsepnya dengan konsepnya konsepny
sesuai dengan konsepnya sedikit a dan
konsepnya kesalahan tidak ada
kesalahan
Mengaplikasikan Tidak ada Kurang Benar Benar
konsep atau jawaban benar dengan dalam
algoritma ke sedikit mengapli
pemecahan masalah kesalahan kasikan
Sumber: Dimodifikasi dari Penilaian Unjuk Kerja, Puji (2004: 14)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dinilai tes akhir yang dilakukan

siswa. Tes akhir siswa digunakan untuk menentukan batasan memenuhi

dan tidak memenuhi indikator pemahaman konsep yang ditetapkan. Skala

0 dapat dianggap untuk kerja yang tidak memenuhi, skala 1 dianggap

untuk kerja yang cukup memenuhi, skala 2 dianggap untuk kerja yang

baik, dan skala 3 dianggap untuk kerja yang sangat baik (Dimodifikasi dari

penilaian untuk kerja, Puji Iryanti 2004: 15).

Skor yang diperoleh masih harus dirubah dalam skala angka yang

ditetapkan (dalam bentuk 0-100). Skor yang diperoleh siswa jika

dikonversikan ke skala 0-100 yaitu skor yang diperoleh siswa dibagi skor

maksimum dikali 100 atau bila diumuskan:


= 100%

2. Analisis Data hasil Belajar Siswa dengan Kemampuan Pemahaman

Konsep.

Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan

apakah diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kelas

sampel.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diujikan adalah:

H0: skor kemampuan pemahaman konsep siswa kelas sampel

berdistribusi normal

H1: skor kemampuan pemahaman konsep siswa kelas sampel tidak

berdistribusi normal.

Uji yang digunakan adalaah uji Anderson-Darling dengan bantuan

software MINITAB. Untuk interpretasi dan uji normalitas bisa

dilakukan dengan melihat P-value yang menyatakan besarnya peluang

untuk melakukan galat jenis 1 (menolak H0 jika sesungguhnya H0

tersebut benar). Schaffer dalam Syafriandi (2001: 4) jika P-value

lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan (), maka tolak H0 dan

sebaliknya terima H0.


b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas bertujuan untuk menyelidiki apakah kedua

kelompok sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak.

Untuk mengujinya digunakan uji F. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0: 12 = 22

H1:12 22

Rumus yang akan digunakan untuk menguji F (Walpole, 1988: 315)

adalah:

S12
F 2
S2

Dimana:

F = Variansi kelompok data


S1 = Variansi kemampuan pemahaman konsep matematika kelas
eksperimen
S22 = Variansi kemampuan pemahaman konsep matematika kelas
kontrol

Kriteria pengujian adalah: Terima hipotesis H0 jika

(1)(1 1,21) < < (11,21) dalam hal lain tolak H0.
2 2

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan software MINITAB. Syafriandi (2001: 5) mengemukakan

bahwa jika irisan selang kepercayaan itu kosong, maka dikatakan

bahwa kelompok perlakuan tersebut tidak homogen dan sebaliknya

dikatakan homogen.
c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas,

dilakukan uji hipotesis. uji hipotesis digunakan untuk mengetahui

apakah kemampuan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen

lebih baik dari pada kelas kontrol. Bedasarkan hipotesis yang

dikemukakan maka digunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji satu

pihak. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0: 1 2

Hi: 1 2

Dengan:

1: rata- rata skor tes kemampuan pemahaman konsep matematika


siswa kelas eksperimen
2: rata-rata skor tes kempuan pehamahan konsep matematika siswa
kelas kontrol

Menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut:

a. Jika kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi

homogen maka uji statistik yang digunakan adalah dengan

rumus:


1
2
= 1 1
+
1 2

Dengan:
n 1S12 n2 1S 22
S2 1
n1 n2 2

Dimana:

X 1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen


X 2 = Nilai rata-rata kelas kontrol
S = Simpangan baku kedua kelompok
S2 = Variansi total
S12 =Variansi kemampuan pemahaman konsep kelas
eksperimen
2
S2 = Variansi kemampuan pemahaman konsep kelas kontrol
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah:

Terima H0 jika thitung < ttabel (1-) dengan derajat kebebasan

dk=(1 + 2 2), tolak H0 jika t mempunyai harga-harga

lainnya.

b. Jika kedua sampel berdistribusi normal tetapi mempunyai variansi

yang tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah:

X1 X 2
t'
S12 S 22

n1 n 2
Dimana:

X 1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen


X 2 = Nilai rata-rata kelas control
S12 =Variansi kemampuan pemahaman konsep kelas
eksperimen
2
S2 = Variansi kemampuan pemahaman konsep kelas control
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

Kriteria pengujian menurut Sudjana (2005: 243) :


11 + 2 2
Tolak hipotesis H0 jika , dan terima H0 jika
1 +2

12 22
terjadi sebaliknya, dengan: 1 = , 2 = , dimana:
1 2

1= (11), (1 1)
2 = (11), (2 1)
2 2

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan

dengan bantuan software MINITAB. Untuk interpretasi

pengujian ini bisa memperhatikan P-value. Syafriandi (2001: 4)

mengemukakan jika P-value yang diperoleh lebih kecil dari

taraf nyata yang ditetapkan (), maka tolak H0 dan sebaliknya

terima H0.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anas Sudijono. (2009). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta:PT. Rajawali


Pers.

Anita Lie. (2002). Cooperative Lierning. Mempraktikkan Cooperative Learning di


Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Depdiknas. (2001). Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian. Jakarta:


Depdiknas.

Erman Suherman dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung : JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Fadjar Shadiq. (2009). Kemahiran Matematika.Yogyakarta. Depdiknas

Hisyam Zaini. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Indah


Madani

Muliyardi. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika. Padang : FMIPA UNP

Nasution, S.(2000). Diktatik Azaz-azaz mengajar. Jakata: Bumi Aksara.

Oemar Hamalik . (2008). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.

Puji Iryanti. (2004). Penilaian Untuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas.

Sardiman, A.M. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rajawali

Silberman Melvin L. (2006). Aktive Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung : Nusa Media (Diterjemahkan oleh Muttaqien).

Slameto. (2003).Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya.Jakarta


:PT.Reneka Cipta.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

_______________. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi


Aksara

Syafriandi. ( 2001). Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab.


Padang: UNP
Susanti, Ningsih. 2008. Penerapan Strategi True or False Statement Dalam
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Lenggo Sari BAganti
Airhaji Kabupaten Pesisir Selatan. Padang: STKIP.

Tim Penulis. (2008). Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir/ Skripsi. UNP
Padang: Universitas Negeri Padang.

Ronal E. Walpole. (1988). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama

Anda mungkin juga menyukai