Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pendidikan Matematika

ISSN-p 2086-8235 | ISSN-e 2597-3592


Vol. 11, No. 2, Juli 2020, Hal: 271-284, Doi: http://dx.doi.org/10.36709/jpm.v11i2.11305
Available Online at http://ojs.uho.ac.id/index.php/jpm

Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning


dengan Soal Tipe Complex, Unfamilliar, NonRoutine (CUN)
(Development of Learning Module Based on Problem Based Learning with Problem Types of
Complex, Unfamilliar, NonRoutine (CUN))

Riza Maiyusriani 1)*, M. Rusdi 1), Jefri Marzal 1)


1
Program Studi Pendidikan Matematika, PPS Universitas Jambi, Jl. Jambi – Ma. Bulian, Kota Jambi, Indonesia

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah pengembangan serta melihat kelayakan
dari sebuah modul berbasis problem based learning yang digunakan sebagai sumber pembelajaran
berorientasi pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian
pengembangan dengan prosedur pengembangannya menggunakan model ADDIE. Adapun prosedur
pengembangannya terdiri dari analisis kebutuhan, analisis kurikulum, analisis karakteristik siswa, desain
produk, validasi ahli desain dan materi, validasi praktisi, uji coba perorangan, dan uji coba kelompok kecil.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX di Bimbingan Belajar RIBIVAT Kota Jambi. Instrumen
yang digunakan berupa lembar validasi ahli desain dan materi, lembar validasi praktisi oleh guru, lembar
wawancara persepsi siswa, serta soal tes dengan tipe complex, unfamilliar and nonroutine (CUN). Dari hasil
penelitian diperoleh temuan bahwa pengembangan modul pembelajaran yang dikembangkan valid ditinjau
dari penilaian ahli desain pembelajaran yang menyatakan bahwa modul valid. Prosedur penggunaan modul
pembelajaran dikatakan mudah dan baik berdasarkan hasil validasi oleh praktisi dan hasil uji coba
perorangan, dampak dari penggunaan modul ini dapat membuat siswa menjadi lebih mudah dalam
memahami materi bilangan serta meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dilihat dari hasil
pretest dan posttest.
Kata kunci: modul, kemampuan pemecahan masalah, problem based learning.

Abstract: This study aims to describe the development steps and see the feasibility of a problem based
learning module that is used as a learning resource oriented to improving students' problem solving abilities.
This type of research is development research with development procedures using the ADDIE model. The
development procedure consists of needs analysis, curriculum analysis, analysis of student characteristics,
product design, validation of design experts and materials, validation of practitioners, individual trials, and
small group trials. The subjects in this study were grade IX students in the RIBIVAT Tutoring in Jambi City.
The instruments used were expert design and material validation sheets, teacher validation sheets by
teachers, student perception interview sheets, and test questions with complex, unfamilliar and nonroutine
(CUN) types. From the research results, it was found that the development of the learning module that was
developed was valid in terms of the assessment of the learning design expert which stated that the module
was valid. The procedure of using the learning module is said to be easy and good based on the results of
validation by practitioners and the results of individual trials, the impact of using this module can make
students easier to understand number material and improve students' problem solving abilities viewed from
the results of pretest and post-test.
Keywords: modul, problem solving skill, problem based learning.

PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 menekankan bahwa kritis, analisis, cermat dan teliti,
kemampuan pemecahan masalah adalah bertanggung jawab, responsif, dan tidak
salah satu kemampuan yang harus dimiliki mudah menyerah dalam memecahkan
oleh siswa. Menurut permendikbud, salah masalah (Permendikbud, 2013).
satu kompetensi matematika untuk siswa Cara untuk menilai tingkat
kelas SMP adalah menunjukkan sikap logis, kemampuan pemecahan masalah siswa
* Korespondensi Penulis. E-mail: maiyusrianiriza@gmail.com Penerbit: Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Halu Oleo

271
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dengan Soal Tipe Complex,
Unfamilliar, NonRoutine (CUN)

dapat dilihat salah satunya melalui survei PISA. PISA (programme for
ketepatan tahapan pemecahan masalah yang international student assessment) adalah
dilakukan oleh siswa ketika menyelesaikan salah satu tes skala internasional yang juga
soal. Aspek-aspek yang dinilai yaitu mengukur kemampuan pemecahan masalah.
ketepatan siswa ketika memahami masalah, Indonesia berpartisipasi dalam PISA sejak
ketepatan siswa ketika menyusun rencana tahun 2000. Namun hasil PISA
penyelesaian masalah, ketepatan siswa menunjukkan bahwa kemampuan
dalam melakukan penyelesaian masalah pemecahan masalah siswa Indonesia masih
sesuai rencana, dan ketepatan siswa saat rendah. Hasil PISA tahun 2018
membuat kesimpulan solusi permasalahan. menunjukkan bahwa Indonesia berada pada
Siswa yang dapat memenuhi keempat aspek peringkat 72 dari 78 negara.
tersebut maka bisa dikatakan siswa tersebut Berdasarkan pengamatan dan
sudah memiliki kemampuan pemecahan pemberian soal matematika yang telah
masalah yang baik. dilakukan terhadap siswa SMP pada
Kenyataan yang ditunjukkan di bimbingan belajar RIBIVAT, ditemukan
lapangan bahwa tingkat kemampuan dalam proses pembelajaran matematika dan
pemecahan masalah matematika yang dalam menjawab soal matematika siswa
dimiliki siswa di Indonesia masih belum belum secara optimal dapat memecahkan
optimal. Hal tersebut sejalan dengan hasil masalah matematika.
Tabel 1. Hasil Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah 30 Orang Siswa SMP di
RIBIVAT

Pernyataan Siswa Persentase


Rendah 50%
Sedang 40%
Tinggi 10%

Berdasarkan Tabel 1 dapat dinyatakan menyelesaikan masalah (Mahrani, Bukit, &


bahwa sebagian besar siswa masih memiliki Sinulingga, 2017). Unsur penting dari model
kemampuan pemecahan masalah yang PBL yaitu masalah sebagai sumber awal
sangat rendah. Supaya kemampuan untuk memulai pembelajaran dan menjadi
pemecahan masalah siswa bisa berkembang, pedoman belajar secara berkelompok (Sari,
maka dalam proses pembelajaran harusnya Wahyudi, & Hendrias, 2017). Menurut
siswa diberikan kesempatan yang lebih lagi pendapat Prayogi & Estetika (2019), model
untuk meningkatkan kemampuan PBL membekali siswa berpikir kritis,
memecahkan masalah dengan menganalisis berpikir analitis, dan memanfaatkan sumber
masalah yang ada dan mencari belajar yang relevan untuk dapat
penyelesaiannya menggunakan pengetahuan menyesaikan suatu permasalahan.
matematikanya. Salah satu alternatif untuk Fakhriyah (2014) mengemukakan
memperbaiki proses pembelajaran dengan model PBL mempunyai tujuan menyiapkan
memilih dan menetapkan suatu model siswa untuk meningkatkan kemampuan
pembelajaran tertentu yang sesuai berpikir kritis, dan berpikir analisis.
kebutuhan belajar. Model pembelajaran Sementara, menurut Bandi, Hasna, & Ikman
tersebut yaitu problem based learning (2015) model PBL menjadikan
(PBL). Model PBL merupakan model permasalahan untuk membiasakan siswa
pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kemampuannya untuk
mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan suatu masalah. Tahapan

272
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Riza Maiyusriani, M. Rusdi, Jefri Marzal

pelaksanaan model PBL memuat: orientasi belajar dan mudah memahami konsep
masalah oleh siswa, pengorganisasian matematika (Nuryana & Aprismayanti,
belajar siswa, penyelidikan individu atau 2013). Modul juga merupakan alternatif
kelompok, pemaparan hasil kerja bersama bahan belajar dengan karakteristik yaitu
dan evaluasi dari hasil pemecahan masalah prinsip belajar mandiri (Lasmiyati & Harta,
(Ikman, Hasnawati, & Rezky, 2016). Rubiah 2014). Modul perlu dirancang berbasis
(2016) juga mengungkapkan model PBL konstruktivis sehingga siswa membangun
memiliki tahapan: memunculkan masalah pengetahuannya sendiri, mengembangakn
secara kontekstual, pengorganisasian siswa sikap ilmiah siswa, dan siswa terlibat aktif
untuk menyelesaikan masalah, memberikan dan memiliki pengalaman belajar secaar
tanggung jawab kepada siswa selama langsung (Tjiptiany, As’ari, & Muksar,
pelaksanaan pembelajaran, terdapat 2016).
kelompok-kelompok kecil, dan siswa Adanya modul pembelajaran untuk
mempresentasikan pengalaman belajar yang mempermudah siswa dalam belajar yang
diperolehnya. disajikan dalam bentuk modul elektronik
Upaya untuk membantu siswa dalam yang dapat dipakai siswa dimana dan kapan
belajar juga diperlukan adanya suatu modul saja, dan perlu adanya soal-soal yang
pembelajaran dengan menerapkan aspek- memuat masalah yang lebih komplek, asing
aspek pemecahan masalah bagi siswa untuk dan tidak rutin pada modul yang diciptakan.
dapat melatih siswa dalam belajar secara Untuk soal yang dapat digunakan adalah
mandiri baik di sekolah ataupun di rumah, soal dengan tipe CUN (complex, unfamilliar
serta menyajikan soal-soal yang komplek and noun routin). Menurut Praveena (2015)
yang dapat membuat kemampuan bahwa siswa dalam memecahkan masalah
pemecahan masalah siswa meningkat. rutin hanya mengandalkan menghafal,
Izzati & Fatikhah (2015) namun untuk masalah CUN diperlukan
mengungkapkan modul merupakan bahan keterampilan matematika yang tidak hanya
belajar berbasis cetak untuk digunakan menggunakan logika dan deduksi tetapi juga
membantu guru dan siswa dalam proses intuisi, kemampuan numerik dan penarikan
pelaksanaan pembelajaran. Modul kesimpulan. Contoh tugas matematika
digunakan sebagai suplemen belajar dengan dengan soal tipe CUN disajikan pada
tujuan agar siswa memiliki ketertarikan Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Contoh Soal dengan Tipe CUN

273
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dengan Soal Tipe Complex,
Unfamilliar, NonRoutine (CUN)

Mevarech & Kramarski (2014) keterampilah higher order thingking. Tobin


mengungkapkan bahwa dalam matematika, (2019) mengungkapkan masalah CUN
pembelajarannya harus melewati sudah diterapkan di negara Singapura
permasalahan rutin dengan memasukkan melalui penerapan kemapuan metakognisi
masalah inovatif complex, unfamilliar and yang menjadi bagian dari kurikulum
noun routin (CUN). Masalah CUN merujuk matematika dan telah memberikan hasil
kepada situasi kehidupan nyata yang yang lebih baik.
melibatkan koordinasi antara pengetahuan Tujuan penelitian ini yaitu untuk
dan pengalaman belajar sebelumnya, mendeskripsikan langkah pengembangan
termasuk berbagai representasi dan pola serta melihat kelayakan dari sebuah modul
penarikan kesimpulan, memiliki satu atau berbasis problem based learning yang
beberapa solusi yang benar, dan mendorong digunakan sebagai sumber pembelajaran
refleksi pada tahap pemecahan masalah. berorientasi pada peningkatan kemampuan
Pada CUN juga masih memerlukan pemecahan masalah siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah oleh ahli praktisi. Selanjutnya tahap


penelitian pengembangan. Menurut Richey, keempat yaitu tahap implementasi. Pada
Klein, & Nelson (2004) bahwa desain dan tahapan ini, peneliti melakukan uji coba
pengembangan penelitian bertujuan untuk perorangan yang dilakukan dengan 4 orang
menciptakan suatu pengetahuan yang siswa, dan setelah mendapatkan hasil maka
berdasarkan pada data secara sistematik dilanjutkan dengan uji coba kelompok kecil
yang diperoleh dari suatu praktik. Peneliti yang dilakukan dengan 10 orang siswa.
ini menggunakan model pengembangan Tahap terakhir yaitu tahap evaluasi.
ADDIE yang menurut Rusdi (2018) memuat Evaluasi dilakukan setelah didapat
kerangka analysis, design, develovment, masukan-masukan selama melakukan 4
implementation dan evaluation. ADDIE tahap sebelumnya. Selain itu juga, pada
merupakan kerangka kerja yang runut dan tahap ini peneliti melakukan evaluasi berupa
sistematis dalam mengorganisasikan revisi dari hasil validasi media dan materi
rangkaian kegiatan penelitian desain dan sesuai saran dari ahli dan juga melakukan
pengembangan. revisi dari hasil penilaian guru sesuai saran
Langkah pertama dalam penelitian ini yang diberikan. .
adalah analisis yang terdiri dari analisis Data yang ada pada penelitian ini
kebutuhan, analisis kurikulum dan analisis adalah data kualitatif. Data kualitatif
karakteristik siswa. Langkah kedua adalah diperoleh dari angket penilaian validator
desain. Pada tahapan ini dimaksudkan ahli desain produk, validator ahli materi,
untuk membuat rancangan modul validator ahli desain pembelajaran,
pembelajaran dengan membuat sintaks tanggapan guru dan peserta didik. Instrumen
kemampuan pemecahan masalah, sintaks peneltian yang digunakan dalam penelitian
problem based learning, dan desain awal ini berupa angket. Angket berguna untuk
modul pembelajaran.Setelah komponen mengumpulkan data dari subjek-subjek
modul didesain, selanjunya melakukan ujicoba. Angket yang digunakan dalam
tahap ketiga yaitu tahap development. Tahap penelitian adalah jenis angket terbuka.
yang dilakukan yaitu dengan melakukan Angket terbuka memiliki keuntungan antara
pengembangan komponen modul menjadi lain: responden dapat mengisi sesuai dengan
bentuk yang dibutuhkan dan kemudian keinginan dan keadaan yang dialaminya
dilakukan validasi dengan ahli desain serta bagi penelitian akan mendapatkan data
pembelajaran dan materi, setelah dinyatakan yang bervariasi bukan hanya yang sudah
layak dilanjutkan dengan validasi produk disajikan.

274
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Riza Maiyusriani, M. Rusdi, Jefri Marzal

Instrumen penelitian dapat dikatakan Teknik analisa data yang digunakan


valid ketika instrumen yang digunakan pada penelitian dan pengembangan ini
dapat mengukur apa yang seharusnya merupakan teknik analisis data kualitatif.
diukur. Instrumen penelitian dapat dikatakan Aktifitas ketika menganalisis data kualitatif
valid jika telah dilakukan uji validitas. Uji dilaksanakan dengan proses interaktif serta
validitas yang digunakan untuk instrumen berlangsung secara terus-menerus di setiap
penelitian ini yaitu validitas isi. Teknik tahapan penelitian sampai tuntas dan
pengumpulan data adalah wawancara, datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam
dokumentasi, dan angket. Teknik analisis data kualitatif yaitu data direduksi,
wawancara mengunakan instrumen data disajikan, dan ditarik kesimpulan.
pedoman wawancara. Wawancara yang Nantinya data dikumpulkan dan dianalisis
dilakukan adalah wawancara mendalam. sampai tuntas. Hasil saran dari validator dan
Teknik dokumentasi dengan cara guru akan diolah supaya dapat memperbaiki
mengumpulkan semua dokumen yang kelemahan pada modul pembelajaran
terkait dengan pembelajaran dibimbel dan berbasis problem based learning dengan
sekolah guna membantu dalam soal tipe CUN yang dikembangkan.
pengembangan modul pembelajaran.

HASIL PENELITIAN

Penelitian pengembangan ini untuk: terdapat materi bilangan bulat dan bilangan
(1) mendeskripsikan bagaimana prosedur pecahan, di kelas VIII terdapat materi pola
dalam mengembangkan modul bilangan dan di kelas IX terdapat materi
pembelajaran matematika; (2) mengetahui bilangan akar dan pemangkatan. Adapun
hasil penilaian oleh ahli desain hasil wawancara yang diberikan kepada 20
pembelajaran dan ahli materi terhadap siswa SMP di Ribivat menunjukkan bahwa
modul; (3) mengetahui hasil penilaian ahli siswa mengalami kesulitan dalam
praktisi yaitu seorang guru dan hasil uji pemecahan masalah dikarenakan materi
coba perorangan kepada 4 siswa, dan (4) dasarnya kurang di kuasai, terutama dalam
mengetahui tingkat kemampuan pemecahan perhitungan bilangan yang mana akan
masalah siswa dengan soal tipe CUN digunakan disetiap pembelajaran
melalui hasil pretest dan posttest. Tahapan matematika. Untuk sumber belajar siswa
penelitian pengembangan ini meliputi lebih banyak dari internet dan buku paket
analysis, design, develovment, serta LKS yang di berikan dari sekolah.
implementation dan evaluation. Selain itu siswa juga suka berdiskusi dengan
Tahap pertama analyze (analisis) yaitu temannya ketika memahami materi
analisis kebutuhan, analisis materi, dan pembelajaran matematika yang diberikan.
analisis karakteristik siswa. Analisis Adapun harapan dari guru dan siswa terkait
kebutuhan dilakukan dengan cara pembelajaran matematika di sekolah
wawancara kepada guru dan siswa. Hasil maupun di rumah dari hasil wawancara yang
wawancara yang diberikan kepada guru dilakukan yaitu, guru mengharapkan supaya
menunjukkan bahwa pembelajaran dibuatkan modul sebagai buku pedoman
matematika di kelas VII, VIII dan IX SMP tambahan yang dapat dipelajari oleh siswa
menggunakan kurikulum 2013. Materi tentang materi bilangan yang bisa
pembelajaran matematika menggunakan meningkatkan kemampuan pemecahan
buku paket dan LKS dari sekolah. Adapun masalah siswa dalam proses pembelajaran
materi dasar yang perlu dipelajari siswa matematika. Siswa mengharapkan adanya
untuk mempermudah pembelajaran modul pembelajaran matematika tentang
matematika salah satu nya adalah materi materi bilangan yang merangkum semua
bilangan yang terdapat di setiap kelas pada materi dari kelas VII, VIII dan IX yang
semester ganjil, misalnya di kelas VII dibuat dengan bentuk yang menarik, rapi,

275
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dengan Soal Tipe Complex,
Unfamilliar, NonRoutine (CUN)

sistematis, dan diharapkan juga ada video baik aspek konsep, aspek fungsi, aspek
pembelajaran yang bisa digunakan oleh teknis, aspek teknologi dan aspek nilai
siswa secara mandiri di rumah tanpa (Rusdi, 2018). Adapun bentuk prototype
bantuan orang lain. Dan disajikan dengan dari modul pembelajaran adalah desain
bahasa yang mudah, ringan, dan tidak sampul depan dan belakang, kata pengantar,
ambigu. Serta terdapat soal-soal latihan daftar isi, petunjuk penggunaan modul,
untuk bisa meningkatkan kemampuan deskripsi mata pelajaran matematika,
pemecahan masalah siswa. manfaat mata pelajaran dan kompetensi inti
Hasil analisis materi telah dilakukan mata pelajaran matematika, tujuan akhir,
dengan mengumpulkan dokumen berupa petunjuk pemecahan masalah matematika
silabus mata pelajaran matematika untuk dan strategi pemecahan masalah
anak SM yang relevan dengan materi matematika. Desain modul pembelajaran
bilangan bulat, bilangan pecahan, pola dilengkapi dengan materi ajar yang terdiri
bilangan, dan bilangan akar pemangkatan. dari 3 bab yaitu materi bilangan bulat dan
Setelah mengumpulkan sumber tersebut pecahan yang terdapat di kelas VII, materi
maka modul siap dikembangkan pola bilangan yang terdapat di kelas VIII,
berdasarkan literatur dan silabus yang dan materi bilangan akar pemangkatan yang
sesuai. Pada analisis karakteristik siswa terdapat di kelas IX. Selain materi ajar
didapatlah hasil bahwa siswa SMP di disertai juga link video pembelajaran pada
Ribivat memiliki rentang usia dari 12-15 setiap bab yang terdapat pada modul
tahun. Pada rentang usia tersebut, pembelajaran, pada akhir dari pembuatan
perkembangan kognitif siswa telah terletak modul pembelajaran diberikan soal-soal
pada posisi tahap operasional formal. Pada dengan tipe CUN dengan harapan dapat
tahap tersebut, siswa sudah mampu berpikir melatih kemampuan pemahaman siswa
abstrak dan logis serta mampu dalam pemecahan masalah yang dapat
mengembangkan hipotesis maupun menarik dikerjakan dirumah maupun didiskusikan di
kesimpulan. Hasil lain yang didapatkan sekolah bersama teman. Pada bagian akhir
adalah bahwa sebagian besar siswa lebih dari modul pembelajaran juga dilengkapi
menyukai gaya belajar audio visual, adanya dengan refleksi diri siswa, kunci jawaban,
gambar serta warna-warna yang menarik. dan daftar pustaka.
Mudahnya mengakses informasi Modul pembelajaran di desain
pembelajaran menjadikan internet sebagai menggunakan aplikasi Microsoft word 2007.
sumber belajar selain buku dan hal tersebut Dengan menggunakan kertas A4 yang
juga didukung oleh kemampuan siswa yang memiliki ketebalan 80 gram dan ukuran
sudah memiliki handphone android pribadi kertas 21 cm x 29,7 cm. Modul
masing-masing. pembelajaran dibuat dengan sampul atau
Tahap kedua design (desain) yaitu cover yang didesain menggunakan aplikasi
tahapan dengan hasil pada tahap ini adalah adobe photoshop yang dikerjakan oleh ahli
terbentuknya prototype dari modul desain. Cover didesain dengan warna- warna
pembelajaran. Prototype belum merupakan yang dapat menarik perhatian siswa.
produk final yang siap digunakan oleh Ilustrasi yang ada pada cover disesuaikan
pengguna akan tetapi produk awal yang dengan isi dari materi yang ada di dalam
telah dirancang dan dibangun oleh modul pembelajaran.
pengembang dan membutuhkan perbaikan

276
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Riza Maiyusriani, M. Rusdi, Jefri Marzal

Gambar 2. Cover Modul Pembelajaran

Pada tahap desain dibuatlah prototype tujuan akhir, petunjuk pemecahan masalah
dari modul pembelajaran. Prototype modul matematika dan strategi pemecahan masalah
pembelajaran meliputi daftar isi, petunjuk matematika, serta adanya link video dan
penggunaan modul, deskripsi mata pelajaran pembatas setiap bab. Adapun gambar dari
matematika, manfaat mata pelajaran dan prototype modul pembelajaran dapat dilihat
kompetensi inti mata pelajaran matematika, pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Komponen Modul Pembelajaran

Tahap ketiga development Modul pembelajaran yang telah dirancang


(pengembangan) yaitu menghasilkan saran oleh pengembang dan tim pengembang
dari validasi ahli dan validasi praktisi. membutuhkan masukan perbaikan secara

277
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dengan Soal Tipe Complex,
Unfamilliar, NonRoutine (CUN)

konseptual dan praktikal. Masukan Gambar 4 dan Gambar 5 berikut.


perbaikan tersebut dapat dilihat pada

Gambar 4. Modul Pembelajaran Sebelum Revisi

Gambar 5. Modul Pembelajaran Setelah Revisi

Tahap keempat implementation dimulai dari kemampuan tinggi, sedang, dan


(pelaksanaan) merupakan proses rendah. Keempat siswa diberikan waktu 1
penghubung antara pengembang dan peserta jam 30 menit untuk melihat, membaca, dan
didik yang merupakan sebagai pengguna memahami setiap lembar dari modul
secara langsung. Pada tahap implementasi, pembelajaran yang telah dikembangkan.
pengembang mengamati dan mewawancarai Seluruh siswa tersebut memberikan
secara mendalam peserta didik agar tanggapan yang positif terhadap modul
mendapatkan data yang diinginkan. Tahap pembelajaran yang dikembangkan. Hal
implementasi merupakan bagian dari tersebut dilihat dari hasil wawancara
evaluasi formatif dengan uji coba mendalam terhadap subjek uji coba. Adapun
perorangan dan uji coba kelompok kecil. Uji hasil wawancara yang telah dilakukan
coba perorangan dilakukan ketika validator adalah siswa terlihat sangat fokus saat
ahli dan validator praktisi telah menyatakan memahami setiap lembar dari modul
bahwa modul pembelajaran yang pembelajaran. Siswa menggunakan telepon
dikembangkan layak untuk diujicobakan. genggam nya masing-masing untuk
Adapun subjek uji coba perorangan yaitu mengakses link video pembelajaran yang
siswa bimbingan belajar RIBIVAT kelas IX ada di dalam modul pembelajaran serta
di Kota Jambi. Uji coba perorangan mengkoneksi internet dengan wifi yang ada
melibatkan 4 orang siswa yang memiliki di bimbingan belajar RIBIVAT. Siswa juga
kemampuan akademik beragam yang mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang

278
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Riza Maiyusriani, M. Rusdi, Jefri Marzal

ada di dalam modul pembelajaran. Setelah menarik dan mudah dipahami. Siswa
selesai membaca modul pembelajaran maka mengatakan tampilan halaman sampul
dilakukanlah wawancara mendalam. Hasil menarik dengan warna-warni yang bagus
wawancara adalah siswa tidak mengalami dan judul mewakili isi dari modul
kesulitan dalam menggunakan modul pembelajaran. Siswa mengatakan isi dari
pembelajaran karena petunjuk modul pembelajaran matematika tentang
penggunaannya jelas. Siswa mudah bilangan berbasis problem based learning
memahami isi materi dalam modul mudah dipahami karena menggunakan
pembelajaran karena materinya disajikan kalimat yang sederhana dan disajikan secara
dengan singkat, jelas, terperinci dan ringan. terperinci serta dibagi dengan bab kelas
Selain itu, siswa juga memberikan penilaian jenjang untuk dipelajari. Walaupun tidak
yang sangat baik untuk langkah pemecahan semua siswa mengatakan bahwa modul itu
masalah dan strategi yang diajarkan, contoh, mudah dipahami tetapi bagi siswa yang
gambar, dan soal-soal yang ada pada modul memiliki kemampuan rendah dengan
pembelajaran. langkah perlahan mereka bisa memahami
Adapun saran perbaikan yang modul pembelajaran. Untuk contoh-contoh
diberikan oleh subjek uji coba perorangan yang diberikan pada modul pembelajaran
adalah perubahan warna dan pembuatan sudah cukup membantu siswa untuk
tabel pada modul pembelajaran. Warna yang memahami materi bilangan yang disajikan
terdapat pada modul pembelajaran belum dalam modul pembelajaran. Siswa merasa
terlalu variatif sehingga siswa meminta sangat terbantu dengan adanya modul
untuk lebih diperbanyak lagi warna-warna pembelajaran ini karena dapat menambah
agar siswa dapat membaca modul dengan wawasan serta ilmu mereka tentang materi
tenang dan tidak bosan. Dan untuk siswa bilangan yang tadinya mengalami kesulitan
yang memiliki kemampuan rendah dalam pembelajaran di sekolah. Modul
mengatakan bahwa soal yang ada pada pembelajaran ini juga berisikan link video
modul pembelajaran sangat sulit tetapi yang dapat diputar untuk membantu
dengan perlahan bisa dikerjakannya pemahaman siswa dalam proses
walaupun tidak secepat siswa yang memiliki pembelajaran lebih luas lagi dan dapat
kemampuan tinggi. Mereka sangat terbantu dikerjakan secara mandiri tanpa bantuan
dengan adanya model pembelajaran yang guru. Untuk soal-soal latihan yang disajikan
disajikan secara rinci dan dapat menambah pada modul dapat dikerjakan secara mandiri
wawasan mereka tentang materi bilangan. dan dipahami secara mandiri, bagi siswa
Subjek uji coba kelompok kecil merupakan yang memiliki kemampuan rendah dapat
siswa kelas IX SMP di RIBIVAT yang mempelajarinya melalui kunci jawaban yang
terdiri dari 10 orang siswa dengan disajikan di dalam modul tersebut.
kemampuan kognitif yang bervariasi. Proses Setelah siswa memahami isi dari
uji coba dilakukan melalui tiga tahap yaitu modul pembelajaran, siswa melakukan
mengerjakan pretest, memahami modul posttest kembali untuk melihat perubahan
pembelajaran, dan mengerjakan posttest. pada hasil yang dibuat oleh siswa apakah
Pretest dilakukan untuk mengetahui dengan membaca modul pembelajaran dapat
kemampuan awal siswa dan posttest meningkatkan pemahaman siswa dalam
mengetahui kemampuan setelah pemecahan masalah. Karena saat dilakukan
menggunakan modul pembelajaran yang pretest siswa menjawab dengan hasil yang
dikembangkan. Adapun hasil dari rendah. Dari 10 orang siswa hanya 1 orang
wawancara seluruh siswa dapat memberikan yang dapat menjawab soal dengan nilai
tanggapan positif terhadap modul diatas 60 dan selebihnya tidak dapat
pembelajaran yang dikembangkan. Seluruh menjawab soal pretest hanya mampu
siswa menyatakan bahwa modul membuatkan informasi yang diketahui dan
pembelajaran yang dikembangkan sangat ditanya, tetapi tidak bisa melanjutkan ke

279
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dengan Soal Tipe Complex,
Unfamilliar, NonRoutine (CUN)

tahap penyelesaian karena kurangnya ilmu apakah modul pembelajaran yang


mereka tentang pemahaman materi dikembangkan berhasil dan sesuai dengan
bilangan. Setelah mereka melakukan pretest, harapan awal atau tidak. Pada tahap evaluasi
pengembang memberikan modul ini diperoleh hasil bahwa modul yang
pembelajaran kepada siswa untuk mereka dikembangkan telah layak dan memenuhi
pahami secara mandiri. Selanjutnya syarat sebagai modul yang baik.
dilakukan posttest untuk melihat apakah Berdasarkan hasil validasi ahli, validasi
modul pembelajaran tadi dapat praktisi, uji coba perorangan dan uji coba
meningkatkan kemampuan pemecahan kelompok kecil dinyatakan bahwa modul
masalah bagi siswa dengan hasil dari yang dikembangkan mudah digunakan dan
posttest yang dilakukan kepada siswa yang berpotensi meningkatkan kemampuan
menjadi subjek kelompok kecil sangat baik, pemecahan masalah siswa SMP sehingga
dimana siswa-siswa tersebut dapat mampu memahami materi bilangan dengan
menjawab soal posttest dengan nilai baik. Pada akhirnya modul yang
terendah 70. Bahkan ada dua orang siswa dikembangkan sesuai dengan harapan yang
yang dapat menjawab soal posttest dengan diinginkan.
benar semuanya.
Tahap kelima evaluate (evaluasi) yaitu
tahapan yang dilakukan dengan melihat

PEMBAHASAN

Penelitian dan pengembangan modul pada soal-soal matematika. Hal ini juga
pembelajaran diawali dengan sejalan dengan hasil penelitian oleh Salim,
mengidentifikasi masalah. Permasalahan Lambertus, & Bariudin (2020) bahwa model
yang teridentifikasi di bimbingan belajar PBL dapat membuat siswa aktif dalam
RIBIVAT Kota Jambi adalah sulitnya belajar, siswa saling kerja sama dalam
memahami materi matematika karena belajar, siswa memiliki antusias belajar,
kurangnya dasar materi bilangan yang siswa memiliki tanggung jawab untuk
dimiliki oleh siswa. Untuk dapat membantu belajar, dan siswa mulai dapat
siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada menyelesaikan masalah. Begitu juga
mata pelajaran matematika, siswa harus penelitian yang dilakukan Abdurrozak,
memiliki kemampuan dasar berupa operasi Jayadinata, & Isrok'atun (2016) bahwa moel
hitung tentang bilangan karena setiap materi PBL merupakan sebuah pembelajaran yang
matematika pasti menggunakan operasi menuntut siswa untuk mengkonstruksi
hitung bilangan. Untuk itu guru dan siswa pengetahuan mereka sendiri melalui
berharap adanya sebuah modul permasalahan.
pembelajaran matematika yang membahas Modul pembelajaran yang
tuntas secara menyeluruh tentang materi dikembangkan layak untuk digunakan
bilangan dari hal yang ringan sampai hal setelah melalui tahap validasi dan uji coba.
yang sulit. Dengan alasan tersebut maka Tahapan validasi dan uji coba dilakukan
dilakukan pengembangan atau pembuatan bertujuan untuk menentukan kualitas
modul pembelajaran berbasis problem based penelitian. Kedua tahap tersebut menjadi
learning dengan materi bilangan yang penting dilakukan dengan memenuhi
diharapkan dapat membantu siswa untuk kaidah-kaidah penilaian. Substansi validasi
belajar di rumah maupun di sekolah agar dan uji coba Sama halnya dengan evaluasi
dapat memperdalam ilmu mereka tentang formatif. Evaluasi formatif merupakan
materi bilangan sehingga dapat membantu evaluasi proses yang bertujuan
mereka dalam pemecahan masalah yang ada menghasilkan produk yang sesuai dengan

280
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Riza Maiyusriani, M. Rusdi, Jefri Marzal

rencana spesifikasi yang telah ditentukan ganda pada tugas akhir yang terkait dengan
(Rusdi, 2018:180). Evaluasi formatif materi bilangan dan merupakan soal dengan
mengandung identifikasi kekurangan dan tipe CUN. Shambaugh & Magliaro (2006)
kelebihan modul pembelajaran selama menjelaskan beberapa bentuk penugasan
proses pengerjaan. yang dapat diberikan kepada siswa antara
Validasi yang dilakukan terhadap lain pilihan ganda, mencocokkan, benar
modul pembelajaran yang dikembangkan salah, jawaban singkat dan essay. Essay
meliputi validasi ahli dan validasi praktisi. dapat digunakan untuk menilai pemahaman
Validasi ahli dilakukan untuk mendapatkan dan melatih kemampuan menulis dari siswa.
masukan secara kepakaran terhadap Penugasan dibuat agar siswa mampu
substansi utama dari modul yang mencapai tujuan pembelajaran yang
dikembangkan. Substansi tersebut meliputi diinginkan yaitu untuk meningkatkan
materi, desain, dan kualitas teknis. Penilaian kemampuan pemecahan masalah siswa.
ahli bertujuan untuk perbaikan modul Validasi ahli yang juga dilakukan
pembelajaran yang dapat berguna dalam terhadap modul pembelajaran adalah
merevisi modul pembelajaran. Validasi ahli validasi ahli desain produk dan materi
yang dipilih dalam pengembangan modul pembelajaran. Modul yang dikembangkan
pembelajaran adalah ahli desain terdiri dari judul, petunjuk penggunaan,
pembelajaran, ahli materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
produk. informasi pendukung berupa link video
Validator desain pembelajaran pembelajaran, soal latihan dan kunci
memberikan tanggapan positif terhadap jawaban. Kemudian soal yang dibuat pada
modul yang dikembangkan. Berdasarkan modul merupakan soal dengan tipe CUN
penilaian validator ahli desain pembelajaran yang menurut Mevarech & Kramarski
dinyatakan bahwa secara keseluruhan modul (2014) harus memuat penalaran matematis,
yang dikembangkan telah memenuhi aspek- kreativitas matematika atau memuat
aspek desain pembelajaran seperti pemikiran yang berbeda pada masalah yang
menganalisis kebutuhan dan tujuan diajukan, dan memiliki komunikasi
pembelajaran, analisis instruksional matematika.
pembelajaran, analisis pembelajaran dan Modul yang dikembangkan juga
konteks, merumuskan tujuan khusus, dilalukan dengan validasi praktisi. Validasi
mengembangkan instrumen penilaian, praktisi bertujuan untuk memperoleh
mengembangkan strategi pembelajaran masukan dalam perspektif praktis.
dengan basis problem based learning, Pandangan praktisi terhadap modul
mengembangkan materi pembelajaran dan pembelajaran menjadi jembatan
bahan ajar, merancang dan mengembangkan penghubung antara pandangan konseptual
evaluasi formatif, merevisi pembelajaran ahli dengan siswa sebagai pengguna.
dan merancang serta mengembangkan Partisipan yang dijadikan sebagai validator
evaluasi sumatif. Adanya kesesuaian aspek adalah satu orang guru matematika di
desain pembelajaran antara literatur dan bimbingan belajar RIBIVAT. Sesuai
modul yang dikembangkan maka akan dapat penilaian oleh praktisi dapat diketahui
mempresentasikan desain pembelajaran bahwa modul pembelajaran yang
secara utuh. dikembangkan sudah sesuai. Praktisi
Validator desain pembelajaran menilai modul pembelajaran berdasarkan
mengomentari tentang penugasan yang silabus yang dicantumkan saat dilakukan
terdapat dalam modul. Seseorang tidak akan validasi. Praktisi mengatakan bahwa modul
pernah belajar jika tidak ada penugasan. yang dikembangkan sudah sesuai dan dapat
Penugasan yang disajikan dalam modul digunakan dengan baik oleh siswa agar
berupa pertanyaan-pertanyaan soal yang membantu pemahaman siswa tentang materi
diberikan dengan bentuk essay dan pilihan bilangan.

281
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dengan Soal Tipe Complex,
Unfamilliar, NonRoutine (CUN)

Usai dilakukannya tahap validasi ahli perpangkatan, bab 2 berisi pola bilangan,
dan validasi praktisi maka dilanjutkan ke dan bab 3 berisi bilangan akar pemangkatan.
tahap pengujian. Pengujian modul Dengan membagi materi bilangan ke dalam
merupakan tahapan penting yang harus tiga bab membuat siswa mudah memahami
dilakukan. Modul yang dikembangkan dapat materi yang ada pada modul karena mereka
memberikan manfaat pemecahan masalah harus memahami masing-masing bab bukan
setelah melalui proses pengujian baik pada langsung menjadi satu. Serta terdapatnya
skala terbatas maupun skala luas. Pengujian link video, gambar dan warna yang menarik
modul dapat memberikan informasi tidak dapat membuat siswa belajar dengan asyik
hanya dalam aspek kegunaan bagi pengguna dan tidak membosankan. Adapun saran
akan tetapi dapat memperjelas spesifikasi perbaikan dari uji coba perorangan yaitu
modul yang dihasilkan. Pengujian modul merubah atau menambahkan warna-warna
menjadi penghubung antara pengembang pada modul serta gambar pada modul agar
dan siswa sebagai pengguna. Pengujian lebih menarik lagi.
modul dilakukan dengan pengujian Setelah dilakukan proses uji coba
perorangan dan pengujian kelompok kecil. perorangan maka selanjutnya dilakukan uji
Uji coba perorangan dilaksanakan coba kelompok kecil. Uji coba kelompok
untuk mendapatkan rumusan masalah terkait kecil dilakukan untuk dapat menentukan
prosedur penggunaan dari modul yang efektifitas dalam perubahan hasil uji coba
dikembangkan. Sesuai hasil dari uji coba perorangan dan mengidentifikasi
perorangan diperoleh bahwa modul dapat permasalahan lainnya. Secara keseluruhan
digunakan dengan mudah karena adanya pada uji kelompok kecil siswa menyatakan
petunjuk penggunaan yang jelas. Dalam bahwa modul pembelajaran yang
menggunakan bahasa yang efektif juga dikembangkan sudah mampu membantu
dapat membantu siswa untuk lebih mudah mereka untuk belajar materi bilangan dan
memahami isi materi dalam modul. menambah wawasan mereka dalam
Mudahnya mempelajari isi materi dalam pemecahan masalah yang ada pada soal
modul disebabkan karena materi disajikan dengan tipe CUN yang disajikan pada
secara terperinci dan ringan serta dibagi ke modul. Sehingga tidak ada perbaikan yang
dalam bab-bab yang jelas. Modul diinginkan oleh kelompok kecil pada saat
menyajikan materi ke dalam bentuk 3 bab wawancara mendalam.
yaitu bab 1 berisi materi bilangan bulat dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari proses praktisi dan uji coba perorangan. Mudahnya


Pengembangan modul pembelajaran menggunakan model pembelajaran karena
berbasis problem-based learning untuk menggunakan kalimat yang sederhana dan
meningkatkan kemampuan pemecahan efektif sehingga memberikan motivasi untuk
masalah siswa dapat dilakukan dengan mempelajari model pembelajaran lebih
mengikuti lima tahapan pengembangan lanjut bagi siswa. Dampak penggunaan
ADDIE (analyze, design, develop, modul pembelajaran berbasis problem-
implement, evaluate). Prosedur penggunaan based learning untuk meningkatkan
model pembelajaran berbasis problem-based kemampuan pemecahan masalah siswa
learning untuk meningkatkan kemampuan dengan soal tipe CUN adalah membuat
pemecahan masalah siswa SMP dengan soal siswa menjadi lebih mudah dalam
tipe CUN dinyatakan baik Dan mudah memahami materi bilangan serta dapat
digunakan berdasarkan hasil validasi ahli meningkatkan kemampuan siswa dalam
desain pembelajaran, ahli materi pemecahan masalah dilihat dari hasil
pembelajaran dan produk serta validasi

282
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Riza Maiyusriani, M. Rusdi, Jefri Marzal

kemajuan belajar mereka yaitu melalui


pretest dan posttest.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. I., Tarmizi, R. A., & Abu, R. Matematika Bermuatan Emotion


(2010). The Effects of Problem Quotient pada Pokok Bahasan
Based Learning on Mathematics Himpunan. Eduma: Mathematics
Performance and Affective Education Learning and Teaching,
Attributes in Learning Statistics at 4(2), 46-61.
Form Four Secondary Level. https://doi.org/10.24235/eduma.v4i2.
Procedia - Social and Behavioral 29
Sciences, 8, 370–376. Lasmiyati, & Harta, I. (2014).
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010 Pengembangan Modul Pembelajaran
.12.052 untuk Meningkatkan Pemahaman
Abdurrozak, R., Jayadinata, A. K., & Konsep dan Minat SMP.
Isrok'atun. (2016). Pengaruh Model PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan
Problem Based Learning Terhadap Matematika, 9(2), 161-174.
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. https://doi.org/10.21831/pg.v9i2.907
Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 871-880. 7
https://doi.org/10.23819/pi.v1i1.358 Mahrani, E., Bukit, N., & Sinulingga, K.
0
(2017). Efek Model problem based
Bandi, N. T. L., Hasnawati, & Ikman. Learning terhadap kemampuan
(2015). Pengaruh Model Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Pembelajaran Berbasis Masalah kritis pada siswa Sekolah Menengah
Terhadap Hasil Belajar Matematika Pertama. Jurnal Pendidikan Fisika,
Kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari. 6(2), 81-85.
Jurnal Penelitian Pendidikan https://dx.doi.org/10.22611/jpf.v6i2.
Matematika, 3(3), 69-82. 8127
http://dx.doi.org/10.36709/jppm.v3i3 Mevarech, Z., & Kramarski, B. (2014),
.3022 Critical Maths for Innovative
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan Problem Societies: The Role of Metacognitive
Based Learning dalam Upaya Pedagogies, Educational Research
Mengembangkan Kemampuan and Innovation. Paris: OECD
Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Publishing.
Pendidikan IPA Indonesia, 3(1), 95- https://doi.org/10.1787/97892642235
101. 61-en
https://doi.org/10.15294/jpii.v3i1.29 Nuryana, & Aprismayanti, E. (2013).
06 Pengaruh Penggunaan Modul
Ikman, Hasnawati, & Rezky, M. F. (2016). terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Effect of Problem Based Learning Mata Pelajaran Matematika Kelas
(PBL) Models of Critical Thinking VII SMP Negeri 8 Kota Cirebon.
Ability Students on The Early Eduma: Mathematics Education
Mathematics Ability. International Learning and Teaching, 2(1).
Journal of Education and Research, https://doi.org/10.24235/eduma.v2i1.
4(7), 361-374. 63
Izzati, N., & Fatikhah, I. (2015). Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013
Pengembangan Modul Pembelajaran Tentang Kerangka Dasar dan

283
Jurnal Pendidikan Matematika, 11 (2) (2020): 271-284
Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning dengan Soal Tipe Complex,
Unfamilliar, NonRoutine (CUN)

Struktur Kurikulum Sekolah Outcomes of Student in Light Matter


Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. in The Class VIII SMP Negeri 1
Ledo Kabupaten Bengkayang.
Praveena, K. (2015). Complex, Unfamiliar
Journal of Physics: Theories and
And Non-Routine Problem Solving.
Applications, 1(1), 75-82.
Retrieved July 7, 2020, from
https://doi.org/10.20961/jphystheor-
https://blog.ei-
appl.v1i1.4720
india.com/2015/03/25/complex-
unfamiliar-and-non-routine-problem- Shambaugh, N., & Magliaro, S. G. (2006).
solving/ Instructional Design: A Systematic
Approach for Reflectoin Practice.
Prayogi, R. D., & Estetika, R. (2019).
United States of America: Pearson
Kecakapan Abad 21: Kompetensi
Education.
Digital Pendidik Masa Depan. Jurnal
Manajemen Pendidikan, 14(2), 144- Tjiptiany, E. N., As’ari, A. R., & Muksar,
151. M. (2016). Pengembangan Modul
https://doi.org/10.23917/mp.v14i2.9 Pembelajaran Matematika dengan
486 Pendekatan Inkuiri untuk Membantu
Siswa SMA Kelas X dalam
Richey, R. C., Klein, J. D., & Nelson, W. A.
(2004). Developmental Research: Memahami Materi Peluang. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Studies of Instructional Design and
Pengembangan, 1(10), 1938-1942.
Development. Retrieved July 8,
http://dx.doi.org/10.17977/jp.v1i10.6
2020, from
973
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/d
ownload?doi=10.1.1.551.8284&rep= Tobin, K. (2019). Mindfulness in Education.
rep1&type=pdf USA: Routledge.
Rubiah, M. (2016). Implementation of
Problem Based Learning Model in
Concept Learning Mushroom as a
Result of Student Learning
Improvement Efforts Guidelines for
Teachers. Journal of Education and
Practice, 7(22), 26-30.
Rusdi, M. (2018). Penelitian Desain dan
Pengembangan Kependidikan:
Konsep, Prosedur, dan Sintesis
Pengetahuan Baru. Jakarta: Rajawali
Pers.
Salim, Lambertus, & Bariudin, L. O. M.
(2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) terhadap Pencapaian Hasil
Belajar Matematika Siswa. Jurnal
Pendidikan Matematika RAFA, 6(1),
28-38.
https://doi.org/10.19109/jpmrafa.v6i
1.5348
Sari, I. N., Wahyudi, & Hendrias. (2017).
Application of Problem Based
Learning Model to Learning
284

Anda mungkin juga menyukai