Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA


KELAS VIII SMP NEGERI 15 PALEMBANG

Oleh :
Maidiana1
Rosinta Parapat2 dan Jumroh2

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh positif model pembelajaran
problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
kelas VIII SMP Negeri 15 palembang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh posititif model pembelajaran problem based learning terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 15
Palembang. Metode Penelitian yang digunakan metode eksperimen tipe Postest-Only
Control Desaign. Subjek dalam penelitian ini adalah 39 siswa kelas VIII.6 sebagai kelas
eksperimen dan 39 siswa kelas VIII.5 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan tes. Data yang diperoleh dari hasil tes terlebih dahulu
dilakukan pengujian normalitas data, homogenitas data, dan dilanjutkan dengan
pengujian hipotesis menggunakan statistik uji t.Hasil analisis data dalam penelitian ini
yang dilakukan dengan uji hipotesis menunjukkan bahwa hasil dari t h itung=2,673 ≥
t tabel=1 , 67 berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh positif model pembelajaran problem based learning terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di SMP Negeri 15 Palembang.

Kata Kunci : Model pembelajaran problem based learning dan kemampuan


pemecahan masalah matematis siswa
PENDAHULUAN umumnya di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal (Sagala, 2013:1).
Pendidikan bagi sebagian besar
orang, berarti berusaha membimbing Sekolah adalah tempat belajar
anak untuk menyerupai orang dewasa. bagi siswa dan tugas guru yang
Pandangan tersebut memberi makna sebagian besar terjadi di dalam kelas
bahwa pendidikan adalah segala situasi adalah membelajarkan siswa dengan
hidup yang mempengaruhi menyediakan kondisi belajar yang
pertumbuhan individu sebagai optimal. Seorang guru tidak akan dapat
pengalaman belajar yang berlangsung melaksanakan tugasnya bila dia tidak
dalam segala lingkungan dan sepanjang menguasai satu pun metode mengajar
hidup. Dalam arti sempit pendidikan yang dirumuskan dan dikemukakan para
adalah pengajaran yang diselenggarakan
1
Alumni Program Studi Pendidikan Matematika Univ. PGRI Palembang
2
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Univ. PGRI Palembang

1
ahli psikologi dan pendidikan permasalahan sehingga ketika siswa
(Djamarah dan Zain, 2010:44). dihadapkan dengan soal matematika
non rutin pun siswa mampu
Menurut Sanjaya ( 2012 : 1), “ memecakannya.
salah satu masalah yang dihadapi dunia
pendidikan kita adalah masalah Menurut Kunandar (2011:360),
lemahnya proses pembelajaran. Dalam Pembelajaran berbasis masalah
proses pembelajaran anak kurang di (Problem Based Learning) adalah suatu
dorong untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
kemampuan berfikir. Proses menggunakan masalah dunia nyata
pembelajaran di dalam kelas diarahkan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
kepada kemampuan anak untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
menghadapi informasi, otak anak keterampilan pemecahan masalah, serta
dipaksa untuk mengingat dan untuk memperoleh pengetahuan dan
menimbun informasi tanpa dituntut konsep yang esensial dari materi
untuk memahami informasi yang pelajaran.Model pembelajaran berbasis
diingatnya itu untuk masalah (problem based learning)
menghubungkannya dengan kehidupan adalah suatu model pembelajaan yang
sehari-hari”. dirancang dan dikembangkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta
Suatu proses belajar-mengajar didik (Riyanto, 2012:285), Sedangkan
dikatakan baik, apabila proses tersebut menurut Duch (dalam Riyanto,
dapat membangkitkan kegiatan belajar 2012:285), menyataka bahwa
yang efektif, dan sasaran yang akan pembelajaran berbasis masalah adalah
dicapai dari pembelajaran bisa suatu model pembelajaran yang
terlaksana dengan baik, sehingga hasil menghadapkan peserta didik pada
belajar yang diinginkan bisa tercapai. tantangan “belajar untuk belajar”. Siswa
Kenyataan dilapangan menunjukkan aktif bekerja sama didalam kelompok
proses belajar-mengajar disekolah untuk mencari solusi permasalahan
masih memerlukan banyak perbaikan dunia nyata. Berdasarkan pendapat
dalam sistem pembelajaran. Salah diatas dapat disimpulkan bahwa model
satunya adalah dalam hal penggunaan pembelajaran problem based learning
model pembelajaran yang kurang merupakan solusi model pembelajaran
bervariasi atau model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
yang monoton inilah sangat kemampuan pemecahan masalah
mempengaruhi semangat belajar peserta matematik.
didik.
Berdasarkan pengamatan dan
Salah satu alternatif yang dapat informasi yang diperoleh peneliti dari
digunakan dengan adanya masalah guru bidang studi matematika di SMP
pembelajaran tersebut adalah model Negeri 15 Palembang bahwa
pembelajaran berbasis masalah kemampuan pemecahan masalah
(Problem Based Learning). Model peserta didik khususnya pada mata
pembelajaran ini adalah model yang pelajaran matematika masih rendah
dapat memaksimalkan dan yaitu sebesar 70 % sehingga hsil
meningkatkan kemampuan pemecahan belajar siswa belum memenuhi kriteria
masalah matematik, melalui model ketuntasan minimm (KKM). Rendahnya
pembelajaran problem based learning kemampuan pemecahan maalah siswa
siswa akan terbiasa dengan dikarenakan pembelajaran disekolah

2
masih bersifat konvensional dimana (problem based learning) kepada
pembelajaran cenderung berpusat pada peserta didik.
guru. Siswa hanya menerima dan
cenderung pasif. Sisa juga hanya Berdasarkan uraian peneliti
ditekankan kepada kemampuan tertarik untuk melakukan penelitian
pemahaman konsep, siswa jaran dengan judul “Pengaruh Model
dihadapkan langsug pada suatu Pembelajaran Problem Based
permasalahan, kalaupun ada gurulah Learning Terhadap Kemampuan
yang langsung memberikan Pemecahan Masalah Matematis
penyelesaian, siswa terkesan hanya Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 15
menerima hasil penyelesaian saja PALEMBANG”.
sehingga siswa kurang menggunakan
Berdasarkan latar belakang
kemampuan berfikir mereka untuk
diatas, masalah yang akan dikemukakan
menyelesaian masalah serupa. Hal
dalam penelitian ini “adakah pengaruh
inilah yang menyebabkan siswa kurang
positif model pembelajaran Problem
aktif terutama dalam mencari
Based Learning terhadap kemampuan
penyelesian masalah, akibatnya siswa
pemecahan masalah matematis siswa
mengalami kesulitan dalam belajar
kelas VIII SMP Negeri 15
matematika , dan hasil belajar yang
Palembang?”.
mereka dapatkan belum sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Padahal di era Tujuan dari penelitian ini adalah
globalisasi sekarang ini kemampuan untuk mengetahui pengaruh positif
pemecahan masalah sangat diperlukan model pembelajaran Problem Based
karena dapat menentukan keberhasilan Learning terhadap kemampuan
mereka. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
pemecahan masalah akan menjadi hal kelas VIII SMP Negeri 15 Palembang.
yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan matematika, sehingga Data dan informasi yang
diharapkan menjadi suatu keharusan diperoleh dari hasil penelitian ini
untuk mengintegrasikan pemecahan diharapkan bermanfaat.
masalah selama proses pembelajaran 1. Bagi sekolah, diharapkan dapat
berlangsung. dijadikan sebagai masukan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran
Untuk mencapai kemampuan khususnya pada pembelajaran
pemecahan masalah oleh siswa bukan matematika dengan menggunakan
suatu hal yang mudah. Namun dengan model pembelajaran problem based
demikian pemecahan masalah mateatika learning.
perlu diupayakan demi keberhasilan 2. Bagi guru, diharapkan dapat
siswa dalam belajar. Upaya yang dapat dijadikan masukan atau alternatif
dilakukan adalah dengan memilih dalam pelaksanaan proses
model pembelajaran yang tepat dan pembelajaran matematika.
diyakini lebih baik dari model 3. Bagi siswa, diharapkan dapat
pembelajaran yang sebelumnya . Upaya menambah pengalaman bagi siswa
yang dapat dilakukan pendidik untuk dalam pembelajaran matematika
memecahkan masalah tersebut yaitu sehingga siswa tidak bosan dan tidak
dengan cara memberikan model bersikap pasif.
pembelajaran berbasis masalah
LANDASAN TEORI

3
1. Hakikat Belajar keduanya di singkat menjadi SOLAT
(Style of Learning and Teaching),
Belajar adalah proses perubahan dalam Hanafiah, suhana (2012:41).
prilaku berkat pengalaman dan latihan
(Djamarah dan Zain, 2010:10). Menurut Meyer dalam Trianto
Sedangkan menurut Anurrahman (2013:21) secara umum model
(2011:35), belajar pada hakikatnya dimaknakan sebagai suatu objek yaitu
adalah proses internal terhadap semua konsep yang digunakan untuk
situasi yang ada disekitar individu. mempersentasikan sesuatu hal. Sesuatu
Belajar adalah suatu proses yang yang nyata dan di konversi untuk
dilakukan individu untuk memperoleh sebuah bentuk yang lebih komprehensif.
suatu perubahan tingkah laku yang baru Adapun Soekamto, dkk dalam Trianto,
secara keseluruhan sebagai hasil (2013:22) mengemukakan maksud dari
pengalaman individu itu sendiri di model pembelajaran adalah “kerangka
dalam interaksi dengan lingkungannya. konseptual yang melukiskan prosedur
Kemudian menurut Sagala (2013:13), yang sitematis dalam
belajar merupakan tindakan dan prilaku mengorganisasikan pengalaman belajar
siswa yang kompleks, sebagai tindakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
belajar hanya dialami oleh siswa dan berfungsi sebagai pedoman bagi
sendiri. Menurut Romberg dan Kaput para perancang pembelajaran dan para
(Trianto, 2013:15), belajar adalah suatu pengajar dalam merencanakan aktivitas
proses aktif dimana siswa membangun belajar mengajar”. Dengan demikian,
aktivitas pembelajaran benar-benar
(mengkonstruk) pengetahuan baru merupakan kegiatan bertujuan yang
berdasarkan pada pengalaman atau tertata secara sistematis.
pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Menurut Brady dalam
Dari pendapat di atas dapat Anurrahman (2010:146)
disimpulkan bahwa proses belajar mengemukakan bahwa “model
adalah proses perubahan tingkah laku pembelajaran dapat diartikan sebagai
individu yang menyangkut kognitif, blueprint yang dapat di pergunakan
afektif dan psikomotorik serta kegiatan untuk membimbing guru di dalam
yang dilakukan dimulai dari mempersiapkan dan melaksanakan
perencanaan, pelaksanaan kegiatan pembelajaran”. Menurut Kardi dan
sampai evaluasi dan program tindak Nurdalam Trianto (2013:23), model
lanjut yang berlangsung dalam situasi pembelajaran mempunyai empat ciri
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu khusus, yaitu:
yaitu pembelajaran.
1. Rasional teoritis logis yang disusun
2. Model Pembelajaran oleh para pencipta atau pengembang.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan
Model pembelajaran merupakan bagaimana siswa dapat belajar
salah satu pendekatan dalam rangka (tujuan pembelajaran yang akan
mensiasati perubahan perilaku peserta dicapai).
didik secara adaptif maupun generative. 3. Tingkah laku mengajar yang
Model pembelajaran sangat erat diperlukan agar model tersebut dapat
kaitannya dengan gaya belajar peserta dilaksanakan dengan berhasildan;
didik (learning style) dan gaya
mengajar guru (teaching style), yang

4
4. Lingkungan belajar yang diperlukan konsep yang esensial dari materi
agar tujuan pembelajaran itu dapat pelajaran.
tercapai.
Dengan demikian cara-cara yang Menurut Boud dan Feletti
di pakai dalam mengajar itu di (dalam wardoyo , 2013 :72), Problem
maksudkan untuk menghindari Based Learning merupakan pendekatan
kejenuhan siswa dalam mengikuti dimana dalam proses pembelajaran
proses pembelajaran serta menghindari dengan berdasarkan pada
terjadinya proses pembelajaran yang kurikulumnya , siswa dihadapkan
monoton atau siswa hanya menerima kepada permasalahan sebagai langkah
informasi tanpa tahu tentang untuk memberikan rangsangan agar
pengaplikasian ilmu yang di terjadi kegiatan belajar.
dapatkannya untuk kehidupan yang Sedangkan menurut Duch
nyata di sekitarnya. (dalam Riyanto , 2012 : 285),
menyatakan bahwa pembelajaran
3. Model Pembelajaran Problem berbasis masalah adalah suatu model
Based Learning pembelajaran yang menghadapkan
peserta didik pada tantangan “belajar
Model pembelajaran Problem untuk belajar”.Siswa aktif bekerja sama
Based Learning (PBL) atau di dalam kelompok untuk mencari
pembelajaran berbasis masalah adalah solusi permasalahan dunia nyata.
suatu model pembelajaran yang
dirancang dan dikembangkan untuk Berdasarkan pengertian-
mengembangkan kemampuan peserta pengertian diatas dapat disimpulkan
didik memecahkan masalah (Riyanto, bahwa Problem Based Learning adalah
2012: 285). suatu model pembelajaran yang
dirancang dan dikembangkan
Bern dan Erickson dalam menggunakan masalah dunia nyata
komalasari (2013: 59) menegaskan untuk memperoleh pengetahuan dan
bahwa pembelajaran berbasis masalah konsep yang esensial serta untuk
(problem based learning) merupakan mengembangkan kemampuan
strategi pembelajaran yang melibatkan pemecahan masalah siswa.
siswa dalam memecahkan masalah
dengan mengintegrasikan berbagai 4. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis
konsep dan keterampilan dari berbagai Masalah (Problem Based Learning)
disiplin ilmu. Strategi ini meliputi
mengumpulkan dan menyatukan Menurut Kunandar (2011:361)
informasi,dan mempersentasikan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah
penemuan. sebagai berikut :

Menurut Kunandar (2011: 360), 1. Pembelajaran pertanyaan atau


Problem Based Learning adalah suatu masalah Pembelajaran berbasis
pendekatan pembelajaran yang masalah bukan hanya
menggunakan masalah dunia nyata mengorganisasikan prisip-prinsip
sebagai konteks bagi siswa untuk atau keterampilan akademik tertentu,
belajar tentang cara berfikir kritis dan tetapi mengorganisasikan pengajaran
keterampilan pemecahan masalah, serta disekitar pertanyaan dan masalah
untuk memperoleh pengetahuan dan yang kedua-duanya secara sosial

5
penting dan secara pribadi bekmakna Kelebihan Problem Based
untuk peserta didik. Learning menurut Arends (dalam
2. Berfokus pada keterkaitan antar Riyanto, 2012: 287)
disiplin Meskipun pembelajaran
berasis masalah mungkin berpusat 1. Siswa lebih memahami konsep yang
pada mata pelajaran tertentu, tetapi diajarkan sebab mereka sendiri yang
dalam pemecahannya melalui sousi, menemukan konsep tersebut.
siswa dapat meninjau dari mata 2. Menuntut keterampilan berfikir
pelajaran yang ada. tingkat tinggi untuk memecahkan
3. Penyelidikan autentikPembelajaran masalah.
berbasis masalah mengharuskan 3. Pengetahuan tertanam berdasarkan
peserta didik melakukan peelidikan skemata yang dimiliki peserta didik
autentik untuk mencari penyelesaian sehingga pembelajaran lebih
nyata terhadap masalah. Mereka bermakna.
harus menganalisis dan 4. Peserta didik dapat merasakan
mendefinisikan masalah, manfaat pembelajaran sebab
mengembangkan hipotesis, dan masalah yang dikaji merupakan
membuat prediksi, mengumpulkan masalah yang dihadapi dalam
dan menganalisis informasi, kehidupan nyata.
melakukan eksperimen (jika 5. Menjadikan peserta didik lebih
diperlukan) membuat interferensi mandiri dan lebih dewasa,
dan merumuskan kesimpulan. termotivasi, mampu memberi
4. Menghasilkan produk/karya dan aspirasi dan menerima pendapat
memamerkannya orang lain, menanamkan sikap
Pembelajaran berbasis masalah sosial yang positif diantara peserta
menuntut peserta didik untuk didik.
menghasilkan produk tertentu dalam 6. Pengkondisian peserta didik dalam
bentuk karya nyata dan peragaan belajar kelompok yang saling
yang menjelaskan atau mewakili berinteraksi, baik dengan guru
bentuk penyelesaian masalah yang maupun teman akan memudahkan
mereka temukan. peserta didik mencapai ketuntasan
belajar.
5. Langkah-langkah Problem Sedangkan menurut Sanjaya
Based Learning (2012: 221) , kelemahan Problem Based
Learning adalah :
Tahap 1: Orientasi siswa kepada 1. Manakala siswa tidak memiliki
masalah minat atau tidak mempunyai
Tahap 2: Mengorganisasikan siswa kepercayaan bahwa masalah yang
untuk belajar dipelajari sulit untuk dipecahkan,
Tahap 3: Membimbing penyelidikan maka mereka akan merasa enggan
individual dan kelompok untuk mencoba.
Tahap 4: Mengembangkan dan 2. Keberhasilan Problem Based
menyajikan hasil karya Learning membutuhkan cukup
Tahap 5: Menganalisis dan waktu untuk persiapan.
mengevaluasi proses 3. Tanpa pemahaman mengapa mereka
pemecahan masalah berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari,
6. Kelebihan dan Kelemahan
Problem based Learning

6
maka mereka tidak akan belajar apa yang otonom dan mandiri.
yang mereka ingin pelajari. Bimbigan guru yang berulang-
ulang mendorong dan mengarahkan
peserta didik untuk mengajukan
7. Manfaat Pembelajaran Berbasis pertanyaan, mencari penyelesaian
Masalah terhadap masalah nyata oleh
mereka sendiri.
Manfaat model pembelajaran
9. Kemampuan Pemecahan Masalah
berbasis masalah (problem based
Matematis
learning) menurut Amir (2010:26)
adalah sebagai berikut : Gagne (dalam Wena, 2013: 52)
Pemecahan masalah dipandang sebagai
1. Menjadi lebih ingat dan meningkat
suatu proses untuk menemukan
pemahamannya atas materi ajar
kombinasi dari sejumlah aturan yang
2. Meningkatkan fokus pada
dapat diterapkan dalam upaya
pengetahuan yang relevan
mengatasi situasi baru. Pemecahan
3. Mendorong untuk berpikir
masalah tidak sekedar sebagai bentuk
4. Membangun kerja tim
kemampuan menerapkan aturan-aturan
kepemimpinan, dan keterampilan
yang telah dikuasai melalui kegiatan-
sosial
kegiatan belajar terdahulu, melainkan
5. Membangun kecakapan belajar (Life-
lebih dari itu, merupakan proses untuk
long learning skill) dan memotivasi
mendapatkan seperangkat aturan pada
pembelajaran
tingat yang lebih tinggi. Apabila
8. Tujuan Pembelajaran Berbasis seseorang telah mendapatkan kombinasi
Masalah (Problem Based Learning) perangkat aturan yang terbukti dapat
dioperasikan sesuai dengan situasi yang
Tujuan pembelajaran berbasis sedang dihadapi maka ia tidak saja
masalah menurut kunandar (2011:362) dapat memecahkan suatu masalah,
adalah sebagai berikut : melainkan juga telah berhasil
menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu
1. Membantu guru memberikan yang dimaksud adalah perangkat
informasi sebanyak-banyaknya prosedur atau strategi yang
kepada peserta didik. memungkinkan seseorang dapat
2. Membantu peserta didik meningkatkan kemandirian dalam
mengembangkan kemampuan berfikir.
berpikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual. Meyer (dalam Wena, 2013: 87)
3. Belajar tentang berbagai peran mengungkapkan bahwa terdapat tiga
orang dewasa melalui perlibatan karakteristik pemecahan masalah, yaitu:
mereka dalam pengalaman nyata (1) pemecahan masalah merupakan
atau simulasi pengajaran berbasis aktivitas kognitif, tetapi dipengaruhi
masalah membantu siswa untuk oleh prilaku, (2) hasil-hasil pemecahan
berkinerja dalam stusi kehidupan masalah dapat dilihat dari
nyata dan belajar tentang tindakan/prilaku dalam mencari
pentingnya peran orang dewasa. pemecahan, dan (3) pemecahan masalah
4. Menjadi pembelajar yang otonom adalah merupakan suatu proses tindakan
dan mandiri. Pembelajaran berbasis manipulasi dari pengetahuan yang telah
masalah berusaha membantu dimiliki sebelumnya.
peserta didik menjadi pembelajar

7
Berdasarkan pendapat diatas, Dengan pengecekan kembali
maka dapat disimpulkan bahwa terhadap semua angkah yang
kemampuan pemecahan masalah dikerjakan maka berbagai
matematis adalah kemampuan berfikir kesalahan yang tidak perlu dapat
dalam menyelesaikan masalah dengan terkoreksi kembali sehingga siswa
menggunakan pengetahuan yang telah dapat sampai pada jawaban yang
dimiliki sebelumnya kemudian benar sesuai dengan masalah yang
dihubungkan dengan beberapa konsep, diberiakan.
metode dan aturan-aturan yang telah Siswa dapat dikatakan
dipelajari untuk memecahkan masalah mempunyai kemampuan pemecahan
yang baru. maslah matematis yang sangat baik jika
siswa ersebut memiliki kemampuan
10. Indikator Kemampuan untuk mencapai ke empt indikator
Pemecahan Masalah Matematis kemmpuan pemecahan masalah
maematis diatas. Dengan demikian,
Menurut Polya (dalam untuk mengukur kemampuan
suherman, 2003:91), untuk mengukur pemecahan masalah matematis siswa
kemampuan pemecahan masalah maka dalam penelitian ini, peneliti
matematis siswa meliputi 4 langkah menggunakan keempat indikator
yaitu sebagai berikut : kemampuan pemecahan masalah
1. Memahami Masalah matematis tersebut. Untu memberikan
Tanpaadanya pemahaman penilaian dari setiap indikator-indikator
terhadapmasalah yang diberikan tersebut peneliti memberikan soal
siswa tidak mungkin mampu uraian objektif yang berpatokan pada
menyeleikan masalah tersebut aturan . Setiap kata kunci yang benar
dengan benar. Setelah siswa dapat yang dapat dijawab oleh peserta didik
memahami masalahnya dengan diberi skor 1. Skor maksiml butir soal
benar, selanjutnya mereka harus adalah sama dengan jumlah konse kunci
mampu menyusun rencana yang dituntut untuk dijawab oleh
penyelesaian masalah peserta didik. Skor capaian peserta didik
2. Merencanakan Penyelesaian untuk satu butir soal kategori ini adalah
Kemampuan melakukan fase kedua jumlah setiap kunci yang dijawab benar,
ini sangat tergantung pada dibagi skor maksimal, dikali dengan
pengalaman siswa dalam 100 (Tim Pustaka Yustisia, 2007:420).
menyelesaikan masalah. Pada Hasil tes yang sudah dianalisis
umumnya semakin bervariasi merupakan skor kemampuan
pengalaman mereka, ada pemecahan masalah matematis siswa.
kecenderungan siswa lebih kreatif
A. Kajian terdahulu yang Relevan
dalam menyusun rencana
penyelesaian suatu masalah. Peneliti terdahulu meneliti
3. Menyelesaikan Masalah Sesuai tentang “ pengaruh model
Rencana pembelajaran problem based learning
Menyelesaikan masalah sesuai terhadap kemampuan pemecahan
dengan rencana yang dianggap masalah matematika siswa kelas IX di
paling tepat. SMP PGRI Sumber Agung”diteliti oleh
4. Melakukan Pengecekan Kembali Oktavia (2011) dengan hasil tes
Terhadap Semua Langkah yang kemampuan pemecahan masalah
Dikerjakan matematis siswa yang di ajar

8
menggunakan model pembelajaran Anggapan dasar dalam
Problem Based Learning pada kelas penelitian ini adalah dengan model
eksperimen nilai rata-ratanya x 1=70 , 74 pembelajaran berbasis masalah
lebih besar dari kemampuan pemecahan (Problem Based Learning) dapat
masalah matematis siswa yang memungkinkan siswa mampu
diajarkan dengan pembelajaran memahami masalah dalam
konvensional pada kelas kontrol menyelesaikan soal-soal latihan. Selain
x 1=70 , 74. itu juga, kemampuan pemecahan
Mengkusa (2010), dengan judul masalah matematis yang dimiliki siswa
“Penerapan Strategi Problem Based bervariasi atau berbeda-beda.
Learning Pada Pembelajaran
Matematika Materi Pokok Bilangan di C.Hipotesis Penelitian
SMP Negeri 44 Palembang”. Dari hasil Hipotesis dalam penelitian
analisis data yang diperoleh bahwa hasil adalah “Ada pengaruh positif model
belajar yang diperoleh siswa setelah pembelajaran Problem based learning
diterapkan strategi problem based terhadap kemampuan pemecahan
learning dikategorikan baik dengan masalah matematis siswa di kelas VIII
rata-rata tes akhir 80.0. SMPNegeri 15 Palembang”.
Tedapat pula penelitian yang
dilakukan oleh Muchlis, Effie Efrida D.Kriteria Pengujian Hipotesis
(2009) yang berjudul “pengaruh
pembelajaran berbasis maslah terhadap Untuk menguji hipotesis,
kemampuan pemecahan masalah di diperlukan hipotesis statistik yang
SMP kota Bengkulu”. Hasil penelitian terdiri dari hipotesis (H0) dan hipotesis
menunjukkan bahwa thitung lebih besar alternatif (Ha) sebagai berikut :
dari ttabel maka HO ditolak dan menerima H0 : m1 = m2 :
Ha yaitu ada perbedaan kemampuan Tidak ada pengaruh positif
pemecahan masalah antara siswa yang pembelajaran problem based learning
di ajar dengan menggunakan terhadap kemampuan pemecahan
pembelajaran pemecahan masalah masalah matematis siswa di SMP
dengan pembelajaran biasa.Karena skor Negeri 15 Palembang.
rata-rata postes kelompok eksperimen
(6,58) lebih besar dari skor rata-rata Ha : m1 > m2 :
postes kelompok kontrol (4,67) maka
pembelajaran berbasis masalah lebih Ada pengaruh positif pembelajaran
baik dari pada pembelajaran biasa problem based learning terhadap
dalam meningkatkan kemampuan kemampuan pemecahan masalah
pemecahan masalah. matematis siswa di SMP Negeri 15
Palembang.
Berdasarkan kajian di atas,
maka peneliti akan mencoba melakukan Pengujian yang digunakan
penelitian mengenai “Pengaruh Model adalah uji pihak kanan. Kriteria
Problem Based Learning Terhadap pengujian hipotesis dalam penelitian ini
Kemampuan Pemecahan Masalah adalah terima Ho jika t < t 1-α dan tolak
Matematis Siswa di SMPNegeri15 Ho jika t mempunyai harga – harga lain.
Palembang”. Dengan derajat kebebasan untuk daftar
distribusi t adalah (n1 + n2 - 2) dengan
B.Anggapan Dasar peluang (1 – α). (Sudjana, 2005 : 243).

9
PROSEDUR PENELITIAN` pengecekan kembali terhadap semua
langkah yang dikerjakan.
1 Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional 2 Populasi dan Sampel
1.1 Variabel Penelitian 2.1 Populasi
Variabel penelitian ini ada dua Pada penelitian ini populasi
yaitu : Model pembelajaran problem yang diambil adalah seluruh siswa
based learning dan Kemampuan kelas VIII SMP Negeri 15 Palembang
pemecahan masalah matematis siswa. tahun ajaran 2014/2015 semester ganjil
yang terdiri dari tujuh kelas dengan
1.2 Defenisi Operasional Variabel jumlah 273 orang siswa.
Dengan melihat permasalahan 2.2 Sampel
dalam penelitian ini, maka terdapat
variabel- variabel yang perlu di Teknik dalam pengambilan
definisikan secara operasional : sampel pada penelitian ini adalah simple
random sampling atau sampel acak,
1. Model pembelajaran Problem Based maka peneliti mengambil 2 kelas dari 7
Learning merupakan model kelas yang ada secara acak, sehingga
pembelajaran yang menggunakan kelas yang terpilih adalah kelas VIII.5
masalah sebagai langkah awal yang dan VIII.6. Selanjutnya kedua kelas
dapat dilihat dari lembar observasi yang terpilih tersebut dibentuk menjadi
yang dilakukan selama siswa 2 kelompok yaitu kelas VIII.6 sebagai
mengikuti proses pembelajaran pada kelas eksperimen (yang diberikan
saat mmengerjakan soal kelompok perlakuan model Problem based
maupun individu yang meliputi learning ) dan kelas VIII.5 sebagai
tahap-tahap model problem based kelas kontrol (yang tidak diberikan
learning yang digunakan, sehingga perlakuan model Problem based
membantu guru mengaitkan antara learning ) sebagai kelas pembanding.
materi yang diajarkan dengan situasi Untuk lebih jelasnya sampel dapat
dunia nyata siswa dan diihat pada table berikut:
menghubungkan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan 3.3 Metode Penelitian
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Metode yang digunakan dalam
2. Kemampuan pemecahan masalah penelitian ini adalah metode eksperimen
matematis siswa dilihat dari hasil tes (Posstest-Only Control Design). Dalam
akhir siswa pada meteri sistem hal ini peneliti mengambil 2 kelas yaitu
persamaan linear dua variabel kelas eksperimen menggunakan model
(SPLDV) setelah diterapkan model problem based learning dan kelas
pembelajaran problem based kontrol menggunakan pembelajaran
learning yang memuat 4 indikator konvensional (ceramah).
kemampuan pemecahan masalah
matematis yaitu : memahami 3. TeknikPengumpulan Data
masalah, merencanakan 3.1 Teknik Tes
penyelesaian, menyelesaian masalah
sesuai rencana dan melakukan Tes pada umumnya di gunakan
untuk menilai dan mengukur hasil

10
belajar siswa, terutama hasil belajar B
P=
kognitif berkenaan dengan penguasaan JS
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran (Sudjana,
3.3.4 DayaPembeda
2011:35). Dalam penelitian terdapat 3
Rumus untuk menentukan
jenis data yang diungkap yaitu fakta,
indeks diskriminasi adalah:
pendapat dan kemampuan. Untuk
mengukur ada atau tidaknya serta BA BB
besarnya kemampuan objek yang D= − =P A −PB
JA JB
diteliti, digunakan tes (Arikunto,
2010:266). Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain 3.4. Teknik Analisis Data
yang digunakan untuk mengukur 3.4.1 Uji Normalitas
keterampilan, pengetahuan inteligensi, Uji normalitas data digunakan
kemampuan atau bakat yang dimiliki untuk mengetahui apakah data yang
oleh individu atau kelompok (Arikunto, akan diperoleh telah terdistribusi normal
2010: 193). Bentuk tes yang digunakan atau tidak, sebab uji statistik parametris
adalah tes tertulis sebanyak 5 soal dan baru bisa digunakan apabila data
setiap soal dibuat dengan mengacu pada terdistribusi normal.
indikator penilaian pemecahan masalah
siswa dengan cara menganalis lembar x−m0
jawaban siswa yang disesuaikan dengan Km= (Sudjana , 2005 :109)
S
indikator yang ada dan diberi skor
sesuai penskoran. Dimana,

3.2 Hasil Uji Coba Instrumen


3.2.1. Validitas Tes
M o=b+ p
[ ]b1
b1 +b2
(sudjana, 2005 :77)

Dalam penelitian ini pengujian Kriteria nilai kemiringan (Km)


validitas menggunakan rumus Product terletak antara -1 dan +1 (−1< Km< +1)
Moment: , maka data tersebut berdistribusi
normal.
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy= 3.4.2 Uji Homogenitas
√ {∑ X 2
−( ∑ X ) }−{ N ∑ Y −( ∑ Y ) }
2 2 2

Menurut Sugiono (2013:276),


uji homogenitas digunakan untuk
3.2.2 Reliabilitas Tes menentukan varians kedua sampel
dalam uji t-test homogen atau tidak. Uji
Untuk mencari reliabilitas soal homogenitas yang dilakuan dalam
tes, digunakan rumus Alpha berikut: penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji F dengan rumus

( )( ∑σ
)
2
k sebagai berikut :
r 11 = 1− 2 b
k −1 σt
varians terbesar
3.3.3 Taraf Kesukaran F (Sugiyono ,2013 :276)
varians terkecil
Indeks kesukaran soal dapat
dihitung dengan rumus Dimana varians adalah kuadrat
dari simpangan baku yang didapatkan.

11
Dengan kriteria pengujian, HO ditolak Pada tahap perencanaan,
jika F ≥ F a ( n1−1 , n2−1 ) peneliti telah mendapatkan surat
pengantar untuk melaksanakan
3.4.3 Uji Hipotesis penelitian dari Fakultas Keguruan dan
Teknik pengujian hipotesis Ilmu Pendidikan Universitas PGRI
dalam penelitian ini menggunakan Palembang. Selanjutnya meminta izin
statistik uji t (uji pihak kanan) dengan penelitian ke Diknas Kota Palembang
rumus sebagai berikut: yang selanjutnya surat izin tersebut
diserahkan kepada Kepala SMP Negeri
Dengan 15 Palembang. Sebelum diadakan
x 1−x 2 penelitian tanggal 2 Oktober 2014
t= peneliti melakukan observasi ke SMP
S gab
√ 1 1
+
n1 n2
Negeri 15 Palembang, konsultasi
dengan guru mata pelajaran yang
bersangkutan yaitu Ibu Cik Noni, S.Pd
Dimana
untuk mengetahui keadaan siswa yang
2 ( n1−1 ) S 21+(n 2−1) S 22 menjadi subjek penelitian. Kemudian
S =
gab peneliti juga melakukan tes uji coba
n1 +n 2−2
instrument kepada siswa yang bukan
HASIL PENELITIAN DAN menjadi subjek penelitian yaitu kelas
PEMBAHASAN IX.6 untuk mengetahui validitas,
reliabilitas soal tes dalam pembelajaran
1. Hasil Penelitian Matematika sebelum diujikan kepada
siswa. Setelah melakukan observasi
1.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian peneliti membuat perangkat
pembelajaran yang sudah divalidasi
Penelitian ini dilaksanakan di
terlebih dahulu oleh Dosen. Perangkat
SMP Negeri 15 Palembang pada tahun
pembelajaran tersebut terdiri dari
pelajaran 2014/2015 semester ganjil,
silabus, Rencana Pelaksanaan
yang beralamatkan di jalan A. Yani
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Kelurahan Silabranti Kecamatan
Siswa (LKS), soal-soal latihan individu
Seberang Ulu 1 Palembang. Dimulai
yang akan dilaksanakan dalam tiga kali
dari tanggal 25 september 2014 sampai
pertemuan, kisi-kisi soal tes, soal-soal
27 Oktober 2014. Subjek penelitian ini
tes akhir dan kunci jawaban.
berjumlah 78 siswa yang terbagi dalam
Tahap pelaksanaan, peneliti
dua kelas, yaitu kelas VIII. 6 sebagai
melaksanakan pembelajaran
kelas eksperimen yang berjumlah 39
berdasarkan RPP yang telah dibuat
siswa dan kelas VIII.5 sebagai kelas
sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran
kontrol yang berjumlah 39 siswa.
dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan
Dalam proses pembelajaran pada kelas
dengan 3 kali perlakuan dan 1 kali tes
eksperimen diterapkan model
akhir, setiap pertemuan berlangsung 80
pembelajaran problem based Learning,
menit (2 jam pelajaran) atau 2 x 40
sedangkan pada kelas kontrol dalam
menit.
kegiatan belajar mengajar menggunakan
a. 6 jam pelajaran digunakan untuk
model pembelajaran konvensional.
model pembelajaran problem
Dalam penelitian ini dilakukan dengan
based learning pada kelas
tiga tahap, yaitu tahap perencanaan,
eksperimen dan pembelajaran
tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan.
konvensional pada kelas kontrol.

12
1. Materi 1 : Sistem Persamaan Sebelum masuk ke materi,
Linear dua variabel (SPLDV) peneliti melakukan apersepsi dengan
dengan metode eliminasi mengingatkan kembali materi
2. Materi 2 : Sistem Persamaan sebelumnya, Peneliti juga memberikan
Linear dua variabel (SPLDV) motivasi kepada siswa.
dengan metode substitusi Pada kegiatan inti dilakukan
3. Materi 3 : Sistem Persamaan sesuai pembelajaran sesuai Rencana
Linear dua variabel (SPLDV) Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
dengan metode gabungan antara sesuai dengan langkah-langkah model
metode eliminasi dan metode pembelajaran problem based learning.
substitusi. Langkah 1: Orientasi Siswa Pada
Tahap pelaporan, setelah Masalah. Guru menginformasikan
didapat data hasil setiap pertemuan dan materi yang akan dipelajari dan
hasil tes akhir siswa selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang
dianalisis. Kemudian melakukan harus dicapai dalam pembelajaran
pembahasan dan membuat kesimpulan (siswa dapat menyelesaikan model
dari hasil penelitian yang telah matematika dari masalah nyata yang
dilakukan di SMP Negeri 15 berkaitan dengan sistem persamaan
Palembang. linear dua variabel (SPLDV) dengan
metode eliminasi), lalu peneliti
Pertemuan pertama dilaksanakan membagikan lembar kerja siswa (LKS)
dikelas ekperimen pada hari kamis, kesiswa sebagai masalah awal.
tanggal 2 Oktober 2014 selama 2 jam
pelajaran (2x40 menit), mulai pukul Langkah 2: Mengorganisasikan siswa
07.10 wib sampai pukul 08.30 wib. untuk belajar. Setelah lembar kerja
Pada pertemuan pertama ini peneliti siswa dibagikan siswa dibimbing untuk
memperkenalkan diri kepada siswa dan membentuk kelompok belajar yang
memberitahukan bahwa peneliti akan terdiri dari 5-6 siswa dalam satu
mengadakan penelitian dengan kelompok, kemudian siswa mulai
menggunakan model pembelajaran mengerjakan LKS sesuai dengan
berbasis problem based learning dengan perintah yang tertera pada lembar kerja
tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa tersebut, lalu peneliti menjelaskan
pemecahan masalah matematis pada bagaimana penggunaan lembar kerja
siswa SMP Negeri 15 Palembang. Pada siswa. Dalam proses penyelesaian
pertemuan ini terlebih dahulu masalah siswa terlihat aktif dalam
menjelaskan tentang model belajar.
pembelajaran problem based learning.
Langkah 3: Membimbing
Adapun proses pelaksanaan penyelidikan individual maupun
menggunakan model pembelajaran kelompok. Peneliti mengawasi dan
problem based learning, adalah sebagai memberikan bimbingan pada siswa
berikut: yang mengalami kesulitan pada proses
pemecahan masalah dalam mengerjakan
Pada kegiatan awal peneliti lembar kerja siswa (LKS). Pada saat
mengucapkan salam, membuka siswa belajar dalam kelompoknya
pelajaran dengan mengucapkan masing-masing terdapat beberapa siswa
bismillahirohmanirrohim,meminta yang masih bingung dengan proses
siswa untuk berdo’a terlebih dahulu, belajar mengajar yang menggunakan
mengabsen siswa. bantuan lembar kerja siswa (LKS). Pada

13
tahap inilah peneliti memberikan sampai 09.50 wib. Kegiatan
bimbingan dengan pertanyaan yang pembelajaran dilaksanakan selama 2
memancing siswa untuk memecahkan jam pelajaran (2x40 menit), dengan
masalah yang mereka cari. materi yang akan diujikan mengenai
penyelesaian sistem persamaan linear
Langkah ke 4: Mengembangkan dan dua variabel dengan metode eliminasi
mengkaji hasil karya. Peneliti dan metode substitusi.
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengecek atau memeriksa hasil Pertemuan keempat dilaksanakan
jawabannya. Dengan berkeliling pada hari Rabu tanggal 22 Oktober
memperhatikan kegiatan yang 2014 berlangsung mulai pukul 08.30
dilakukan oleh siswa, peneliti wib sampai 09.50 wib. Pada pertemuan
mengoreksi hasil jawaban siswa dan ini peneliti mengadakan tes akhir
mengembalikannya kepada siswa. kepada siswa, pada tahap ini peneliti
Kemudian perwakilan dari setiap mengambil data hasil belajar siswa
kelompok menuliskan kedepan hasil setelah diadakan proses pembelajaran
diskusi dari mereka. menggunakan model pembelajaran
problem based learning yang telah
Langkah 5: Menganalisis dan dilaksanakan sebanyak tiga kali
mengevaluasi proses penyelesaian pertemuan. Data diambil dengan cara
masalah. Pada tahap akhir peneliti memberikan tes uraian essay sebanyak
memberikan soal-soal latihan kepada empat soal yang mencakup seluruh
siswa untuk melihat kemampuan materi yang telah dipelajari selama tiga
pemecahan masalah siswa. Latihan kali pertemuan. Pada saat tes akhir
tersebut berupa soal uraian sebanyak 2 berlangsung siswa tidak diperbolehkan
soal (terlampir), setelah siswa untuk bekerja sama dengan teman
mengerjakan soal tersebut (jawaban sebangkunya, tes dikerjakan masing-
siswa terlampir).Kemudian peneliti masing.
membimbing siswa untuk memberikan Pertemuan pertama pada kelas
kesimpulan dengan benar tentang materi kontrol yaitu kelas VIII.5 dilaksanakan
yang dipelajari dan peneliti juga hari Jum’at tanggal 3 Oktober 2014
menginformasikan materi yang akan selama 2 jam pelajaran (2x40 menit),
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. mulai pukul 07.10 wib sampai pukul
08.30 wib, pada kelas kontrol dengan
Pertemuan kedua dilaksanakan pada
menggunakan pembelajaran
hari Kamis, tanggal 9 Oktober 2014
konvensional. Adapun proses
berlangsung mulai pukul 07.10 wib
pembelajaran pada kelas kontrol yaitu:
sampai 08.30 wib. Kegiatan
pada tahap awal, peneliti terlebih dahulu
pembelajaran dilaksanakan selama 2
mengabsen siswa, melakukan apersepsi
jam pelajaran (2x40 menit) yang
dengan mengulang materi sebelumnya.
didikuti oleh 39 siswa. dengan materi
Kemudian siswa belajar dengan buku
yang akan diujikan mengenai
panduan yang ada, seperti pada gambar
penyelesaian sistem persamaan linear
dua variabel dengan metode eliminasi
Pada tahap kegiatan ini, peneliti
dan metode substitusi.
menjelaskan sistem persamaan linear
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada dua variabel dengan metode eiminasi
hari Rabu, tanggal 15 Oktober 2014, dan memberikan contohnya. Kemudian
berlangsung mulai pukul 08.30 wib peneliti memberi kesempatan kepada

14
siswa untuk bertanya tentang materi diperbolehkan untuk bekerja sama
yang belum mereka pahami. Lalu dengan teman sebangkunya, tes
peneliti membagikan soal latihan pada dikerjakan masing-masing.
siswa. Setelah siswa selesai Deskripsi Data Penelitian
mengerjakan soal latihan peneliti
meminta siswa untuk mempresentasikan Deskripsi Data Tes
hasil dari kerja mereka. Setelah itu, Data dalam penelitian ini yaitu
siswa lain diminta untuk menanggapi tes yang dimaksud adalah hasil tes akhir
apakah jawaban temannya benar atau yang terdiri dari empat soal, yang
salah. Pada tahap penutup, setelah digunakan peneliti untuk mengetahui
diadakannya latihan peneliti kemampuan pemecahan masalah
memberikan soal tes individu pada matematis siswa dengan menggunakan
akhir pelajaran untuk mengetahui hasil model pembelajaran problem based
belajarnya. Peneliti mengakhiri learning kepada semua siswa yang
pelajaran dengan mengulas meteri dilakukan pada kelas eksperimen dan
secara singkat dan menyampaikan tes yang dilakukan pada kelas kontrol
materi pelajaran yang akan dibahas menggunakan model pembelajaran
pada pertemuan selanjutnya. konvensional. Dari hasil tes akhir siswa,
Pertemuan kedua pada kelas kontrol peneliti dapat melihat tabel hasil tes
dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal akhir pada kelas eksperimen dan kelas
10 Oktober 2014 berlangsung mulai kontrol sehingga peneliti dapat
pukul 07.10 wib sampai 08.30 wib. mengetahui kemampuan pemecahan
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan masalah matematis siswa dengan
selama 2 jam pelajaran (2x40 menit) menggunakan model pembelajaran
yang didikuti oleh 39 siswa. problem based learning pada
pembelajaran matematika.
Pertemuan ketiga pada kelas kontrol
dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal
17 Oktober 2014, berlangsung mulai
Analisis Data Setiap Pertemuan
07.10 wib sampai 08.30 wib. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan selama 2 Adapun data hasil tes rata-rata
jam pelajaran (2x40 menit), kemudian setiap pertemuan baik pada kelas
peneliti mengucapkan salam, memandu eksperimen maupun pada kelas kontrol
siswa untuk berdoa sebelum belajar pada pembelajaran matematika dengan
yang diikuti oleh 39 siswa. pokok bahasan Sistem Persamaan linear
dua variabel (SPLDV). hasil tes dapat
Pertemuan keempat dilaksanakan
dilihat pada tabel dibawah ini :
pada hari sabtu tanggal 25 oktober 2014
berlangsung mulai pukul 08.30 wib TABEL I
sampai 09.50 wib. Pada pertemuan ini RATA-RATA KEMAMPUAN PEMECAHAN
peneliti mengadakan tes akhir kepada MASALAH MATEMATIS SISWA PERINDIKATOR
siswa. Pada tahap ini peneliti
mengambil data hasil belajar dengan
menggunakan model pembelajaran
konvensional yang telah dilaksanakan
sebanyak tiga kali pertemuan. Data
diambil dengan cara memberikan tes
uraian essay sebanyak empat soal. Pada
saat tes akhir berlangsung siswa tidak

15
Eksperimen Kontrol data yang dianalisis normal atau tidak,
Indikator karena uji hipotesis yang menggunakan
1 2 3 1 2 3 uji t baru dapat digunakan jika data
1 75,6 87 91,5 46,6 41,9 36,32 tersebut berdistribusi normal dan
2 76,5 70 78,2 50,4 45,3 27,77
homogen.
3 78,6 95 96,2 93,6 89,7 87,6 TABEL III

4 75,6 83 92,2 71,4 73,1 65,8 RATA-RATA KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIS
Jumlah 306 336 359 262 250 217,5 SISWA PERINDIKATOR PADA TES AKHIR
x 76,6 84 89,6 65,5 62,5 54,38

Tabel diatas menunjukkan


Keterangan:
bahwa rata-rata kemampuan siswa
dalam memahami soal kemampuan 1. Memahami Masalah
pemecahan masalah matematis 2. Merencanakan Penyelesaian
perindikator pada kelas eksperimen 3. Menyelesaikan Masalah Sesuai
mendapat nilai lebih baik dibandingkan Rencana
kelas kontrol. Data yang diperoleh dari 4. Melakukan Pengecekan Kembali
penelitian tersebut dianalisis dan dicari Terhadap Semua Langkah yang
nilai rata-rata kelas setiap pertemuan Dikerjakan.
dan nilai rata-rata pada keseluruhan Dari tabel diatas nilai rata-rata
pertemuan. Berikut ini adalah data hasil paling tinggi pada kelas eksperimen
nilai tes siswa yang telah dianalisis.
TABEL II Indiikator Eksperimen Kontrol
KEMAMPUAN RATA-RATA PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA 1 83,3 49,359
SETIAP PERTEMUAN
2 71,6 40,81
Pertemuan Ke-
Rata- 3 92,9 91,67
Kelas
rata
1 2 3 4 84,8 80,342

Eksperim 80,66 77,10 Jumlah 333 262,18


72,97 77,67
en 2
x 83,2 65,5

Kontrol 64,74 64,359 46,47 58,52 adalah 92,9 terletak pada indikator
ketiga yaitu menyelesaikan masalah
Berdasarkan tabel di atas, dapat sesuai rencana. Rata-rata paling rendah
diketahui bahwa nilai rata-rata yaitu indikator kedua merencanakan
keseluruhan pertemuan tes siswa kelas penyelesaian dengan nilai rata-rata 71,6.
eksperimen yang menggunakan metode Untuk kelas kontrol nilai rata-rata
pembelajaran problem based learning paling tinggi terletak pada indikator
sebesar 77,10, lebih tinggi ketiga dengan nilai 91,67 yaitu
dibandingkan dengan nilai rata-rata menyelesaikan masalah sesuai rencana.
keseluruhan pertemuan tes siswa kelas Rata-rata paling rendah yaitu indikator
kontrol yang tidak menggunakan kedua merencanakan Penyelesaian
metode pembelajaran problem based dengan nilai rata-rata 40,81. Dengan
learning sebesar 58,52. demikian dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata kemampuan pemecahan
Analisis Data Tes Akhir masalah matematis siswa kelas
Uji normalitas data perlu eksperimen lebih baik dibandingkan
dilakukan untuk mengetahui apakah dengan kelas kontrol.

16
Uji Normalitas Data varian Terbesar 8,705
F= = =1, 46
Uji normalitas bertujuan untuk Varian Terkecil 5,958
mengetahui apakah data yang diperoleh
dari penelitian dari data berdistribusi Derajat kebebasan untuk
normal atau tidak. Adapun hasil rata- pembilang 39 dan derajat kebebasan
rata, modus, dan simpangan baku dapat untuk penyebut 38 dengan taraf nyata α
dilihat pada tabel dibawah ini: = 0,05 dari daftar F didapat F0,05(39,38) =
TABEL IV 1,70 dan dari penelitian didapat Fhitung =
RATA-RATA, MODUS, DAN SIMPANGAN BAKU
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL 1,38. Dari kedua harga F diperoleh jelas
terlihat bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 1,46 <
X MO S
Kelas 1,70. Dengan demikian dapat
Eksperimen 83,17 48 5,958 disimpulkan bahwa varians dalam
penelitian ini homogen.
Kontrol 66 42 8,705
Dari hasil pengujian dikatakan
X−M o 83−428 kedua sampel berasal dari populasi yang
km(eksperimen)= = =0 , 59
s 59 , 58 berdistribusi normal dan mempunyai
X−M o 66−42 varians yang homogen. Setelah
km(kontrol)= = =0 , 27
s 87 , 05 dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas, maka telah memenuhi
Oleh karena km terletak antara - syarat untuk menganalisa data
1 dan + 1. -1 < km < + 1 yaitu 0,59 menggunakan rumus statistik t-tes
pada kelas eksperimen dan terletak dengan pengujian hipotesis penelitian
antara -1 dan +1. -1 < km < +1 yaitu yaitu sebagai berikut:
0,27 pada kelas kontrol, sehingga dapat
2
disimpulkan bahwa untuk kelas 2 (n¿¿ k−1)S k
2
eksperimen dan kelas kontrol S gab = (n¿ ¿ E−1)S + E ¿¿
n E +nk −2
berdistribusi normal.
( 39−1 ) ( 35 , 49 ) + ( 39−1 ) (75 ,18)
Uji Homogenitas Data =
Setelah data diuji 39+39−2
kenormalannya, data juga harus diuji ( 38 ) (35 , 49 ) + ( 38 ) (75 , 18)
homogenitasnya. Uji homogenitas =
39+37
dilakukan untuk melihat apakah data tes
pada kedua kelas sampel mempunyai 1348 ,62+2856 ,84
varians yang homogen atau tidak =
76
homogen. Uji homogenitas varians tes
pada taraf kepercayaan α = 0,05, dapat 4205 , 46
= = 55,335
dilihat pada tabel berikut : 76
TABEL V
SIMPANGAN BAKU KELAS EKSPERIMEN DAN
KELAS KONTROL
S gab = √ 55,335 = 7,438

Kelas sampel S2 Jadi simpangan baku


gabungan adalah 7,438 kemudian
Eksperimen 35,49 5,958 dilakukan pengujian hipotesis dengan
Kontrol 75,18 8,705 uji parameter uji-t dengan rumus:

17
x 1−x 2 pengetahuannya, dan melatih siswa


t = 1 1 lebih aktif dalam menyelesaikan suatu
s + masalah dan memungkinkan siswa lebih
n1 n2
mampu dalam memecahkan masalah.
76 – 65 Karena dalam proses belajar siswa yang
menggunakan metode problem based
=
5 ,21
1 1
+
39 39√ learning, siswa dilatih
memecahkan masalah dalam materi
untuk

11 pembelajaran yang mereka anggap sulit


= sehingga dapat meningkatkan
( 5 ,21 ) (0 ,79)
perkembangan pola pikir siswa.
11 Dalam setiap proses
= = 2,673 pembelajaran siswa diberikan Lembar
4,1159
Kegiatan Siswa (LKS) secara
Berdasarkan hasil pengujian berkelompok, para siswa berusaha
hipotesis dengan menggunakan rumus memecahkan masalah matematika
uji-t, diketahui bahwa pengaruh dengan mengkonstruksi sendiri melalui
pendekatan konstruktivisme diperoleh pengetahuan sebelumnya yang
thitung= 2,673. berhubungan dengan kehidupan sehari-
harinya, menemukan sendiri bagaimana
ttabel = t(1-α)(n1+n2-2) cara memecahkan permasalahan yang
ada di dalam LKS. Hal ini menunjukkan
= t(1-0,05)(39+39-2)
pada penelitian ini bahwa metode
= t(0,95)(76) pembelajaran problem based learning
dapat melatih kemampuan pemecahan
= 1,67 masalah matematis siswa. Dalam
diskusi kelompok siswa bebas
Dari hasil perhitungan didapat memberikan pendapat/gagasan untuk
thitung > ttabel yaitu 2,673 > 1,67, maka Ho permasalahan yang ada, sehingga
ditolak dan Ha diterima. Artinya: “Ada didapat solusi yang diperlukan untuk
pengaruh model pembelajaran problem menyelesaikan masalah tersebut.
based learning terhadap kemampuan Selanjutnya hasil penyelesaian
pemecahan masalah matematis siswa permasalahan dari setiap kelompok
kelas VIII SMP Negeri 15 Palembang”. tersebut dipresentasikan di depan kelas
Pembahasan dan kelompok yang lain bebas
Dari hasil penelitian yang memberikan tanggapannya. Selama
dilakukan peneliti melalui tes dengan proses pembelajaran dengan
cara memberikan tes di akhir menggunakan metode problem based
pembelajaran. Hasil kemampuan learning, fungsi guru sebagai fasilitator
berpikir kritis matematis siswa yaitu dan motivator.
dengan metode pembelajaran problem Pembelajaran yang dilakukan
based learning lebih baik dari pada pada kelas kontrol adalah metode
kemampuan pemecahan masalah konvensional (ceramah) yaitu guru
matematis siswa yang menggunakan menjelaskan materi di depan kelas,
metode konvensional. Metode tanya jawab dan pemberian tugas.
pembelajaran problem based learning Dalam proses pembelajaran ini guru
membuat siswa memiliki potensi untuk menjelaskan materi secara terurut dan
mengembangkan sendiri memberikan waktu kepada siswa untuk

18
bertanya dan mencatat. Selanjutnya, pada kelas eksperimen dan kelas
guru memberikan contoh soal dan kontrol. Dilihat dari persentase di atas
latihan untuk dikerjakan. Guru siswa yang diajarkan dengan
membahas soal yang diberikan dengan menggunakan metode pembelajaran
meminta beberapa peserta didik untuk problem based learning lebih baik
mengerjakan di papan tulis. Guru dibandingkan siswa yang diajarkan
memberikan kesempatan kepada siswa dengan menggunakan metode
untuk bertanya apabila ada yang belum pembelajaran konvensional. Kelebihan
paham dan belum mengerti apa yang siswa yang diajarkan dengan metode
dijelaskan peneliti. pembelajaran problem based learning
Hasil data tes kemampuan adalah siswa dapat menyelesaikan
pemecahan masalah matematis siswa masalah dalam kehidupan sehari-hari.
adalah penskoran kemampuan Karena dalam metode pembelajaran
pemecahan masalah matematis siswa problem based learning, siswa
yang diperoleh dengan melakukan tes dihadapkan langsung pada
akhir (posttest) yang terdiri dari 4 soal permasalahan dan berusaha berpikir
yang mengacu pada 4 indikator untuk menyelesaikan permasalahan itu,
kemampuan pemecahan masalah sehingga berpengaruh terhadap hasil
matematis mencakup materi SPLDV kemampuan kemampuan pemecahan
dengan metode eliminasi, sustitusi, dan masalah matematis siswa
gabungan. Tes akhir diberikan pada
akhir pembelajaran dengan tujuan untuk Berdasarkan hasil tes akhir yang
mengetahui kemampuan pemecahan mencakup seluruh materi pada
masalah matematis siswa setelah pertemuan pertama dengan materi
dilakukan pembelajaran. Rata-rata sistem persamaan linear dua variabel
kemampuan pemecahan masalah dengan metode eliminasi, pertemuan
matematis siswa perindikator pada kelas kedua dengan materi sistem persamaan
eksperimen sudah menunjukkan hasil linear dua variabel dengan metode
yang baik, pada indikator pertama yaitu substitusi, serta pertemuan ketiga
kemampuan memahami masalah kelas dengan materi sistem persamaan linear
eksperimen rata-rata skornya 83,3 dua variabel dengan metode gabungan,
sedangkan pada kelas kontrol adalah secara keseluruhan persentase rata-rata
49,35. Indikator yang kedua yaitu kelas eksperimen pada tes akhir adalah
merencanakan menyelesaian kelas 84,2 sedangkan rata-rata persentase
eksperimen rata-rata 71,6 sedangkan kelas kontrol adalah 65,5 serta hasil dari
pada kelas kontrol 40,81. Indikator uji hipotesis nilai perhitungan didapat
ketiga menyelesaikan masalah sesuai thitung > ttabel yaitu 2,673 > 1,67, berarti
rencana kelas eksperimen rata-rata 92,9 Ho ditolak dan Ha diterima.
sedangkan pada kelas kontrol 91,67. Berdasarkan nilai rata-rata dan hasil uji-
Indikator yang keempat yaitu t tersebut dapat dikatakan bahwa ada
Melakukan pengecekan kembali pengaruh positif melalui model
terhadap semua langkah yang pembelajaran problem based learning
dikerjakan kelas eksperimen dengan terhadap hasil belajar siswa khususnya
rata-rata 84,8 sedangkan pada kelas pada mata pelajaran matematika.
kontrol 80,34.
Data di atas menunjukkan
perolehan persentase skor kemampuan SIMPULAN DAN SARAN
pemecahan masalah matematis siswa Simpulan

19
Dari hasil penelitian dan Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar
pembahsan, mengenai persentase skor Bahasa Indonesia: Edisi
rata-rata hasil belajar siswa pada mata Ketiga. Jakarta: Balai
pelajaran matematika materi sistem Pustaka.
persamaan linear dua variabel dengan
menggunakan model pembelajaran Arikunto, Suharsini. 2009. Prosedur
problem based learning di SMP Negeri Penelitian Suatu Pendekatan
15 Palembang, yang dilakukan Praktik Jakarta: Rineka Cipta.
berdasarkan uji-t diperoleh nilai . 2010. Prosedur Penelitian
t hitung =2,673 ≥t tabel =1 ,67 berarti Ho Suatu Pendekatan Praktik
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat (Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
disimpulkan bahwa “Ada pengaruh Aunurahman. 2010. Belajar dan
model pembelajaran problem based Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.
learning terhadap kemampuan Djamarah, Syiful Bahri. 2010. Guru
pemecahan masalah matematis siswa dan Anak Didik Dalam
kelas VIII SMP Negeri 15 Palembang”. Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saran
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan
Berdasarkan hasil penelitian Pembelajaran.Jakarta : Bumi
yang diterapkan model pembelajaran Aksara.
berbasis proyek problem based learning Hanafiah Nanang & Suhana Cucu.
ini menunjukkan kemampuan 2010. Konsep Strategi
pemecahan masalah matematis siswa Pembelajaran. Bandung:
tergolong baik, maka peneliti Refika Aditama.
menyarankan kepada: Kesumawati, Nila. 2010. Peningkatan
Kemampuan Pemahaman,
1. Bagi sekolah, diharapkan dapat Pemecahan Masalah, dan
dijadikan sebagai masukan untuk Disposisi Matematis Siswa
memperbaiki kualitas pembelajaran SMP Melalui Pendekatan
khususnya pada pembelajaran Pendidikan Matematika
matematika dengan menggunakan Realistik. Disertasi Doktor
model pembelajaran problem based pada Pascasarjana UPI
learning. Bandung: tidak diterbitkan.
2. Bagi guru, diharapkan dapat
dijadikan masukan atau alternatif Kunandar. 2011. Guru Profesional
dalam pelaksanaan proses Implementasi Kurikulum
pembelajaran matematika. Tingkat Satuan Pendidikan
3. Bagi siswa, diharapkan dapat (KTSP) dan Sukses dalam
menambah pengalaman bagi siswa Sertifikasi Guru. Jakarta: PT
dalam pembelajaran matematika Raja Grafindo Persada.
sehingga siswa tidak bosan dan tidak
bersikap pasif. Komalasari, Kokom. 2013.
Pembelajaran Kontekstual.
Bandung:Refika Aditama.
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.

20
Sagala,Syaiful 2011. Konsep dan
Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Sanjaya, wina. 2010. Strategi
pembelajaran berorientasi
standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
Suherman,dkk.2003. Strategi
Pembelajaran Matematika
Kontemporer. UPI.

Tim penyusun. 2014. Pedoman


penulisan skripsi. Palembang:
FKIP Universitas PGRI
Palembang.

Trianto. 2010. MendesainModel


Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.

Wardoyo, sigit mangun. 2013.


Pembelajaran Konstruktivisme
Teori dan Aplikasi
Pembelajaran dalam
Pembentukan Karakter.
Bandung:Alfabeta.
Wena, made. 2011. Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer
Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional.
Jakarta Timur: Bumi Aksara.

21

Anda mungkin juga menyukai