Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM

MENGATASI KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIS SISWA
Monika Nasution

Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan, Indonesia

e-mail:monikanasution@mhs.unimed.ac.id

ABSTRAK

Kemampuan dalam pemecahan masalah siswa memiliki karakteristik yang berbeda.


Selain itu, masih banyak siswa yang tidak menyukai matematika. Sehingga, banyak
prestasi belajar siswa diindonesia belum memuaskan. Faktor penyebab rendahnya prestasi
belajar siswa adalah rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan setiap soal matematika dan
mencoba pemahaman melalui pembelajaran kooperatif agar pembelajaran yang dilakukan
tidak membosankan dan penyelesaian masalah berjalan dengan baik. Penelitian dilakukan
dengan riset kepustakaan pada beberapa jurnal yang terkait.

Kata Kunci : Kemampuan Pemecahan masalah, Kooperatif

ABSTRACT
The ability to solve students' problems has different characteristics. In addition, there are
still many students who do not like mathematics. Thus, many students' learning
achievements in Indonesia have not been satisfactory. Factors causing low student
learning achievement is the low ability of students' problem solving that affect student
achievement. This study aims to analyze students' problem solving abilities in solving
each mathematical problem and try to understand through cooperative learning so that
learning is not boring and problem solving goes well. The study was conducted with
library research in several related journals.

Keywords: Problem Solving Ability, Cooperative

PENDAHULUAN
Matematika adalah ilmu yang penting tetapi pada kenyataannya, sebagian besar
siswa merasa Matematika membosankan, sulit, tidak menarik dan tidak relevan.
Meskipun Matematika menarik, sebagian besar siswa menemukan subjek yang
menyeramkan dan menakutkan. pelajaran matematika kurang diminati, ditakuti, dan
membosankan bagi siswa (Ahmed & Sarma, 2013).Ini bisa dilihat dari kemampuan
matematika siswa yang lemah.Salah satu kelemahan dikalangan siswa adalah kelemahan
siswa dalam memecahkan masalah matematika. Dimana siswa mengeluh dan menemukan

1
kesulitan dalam memecahkan masalah dalam matematika sehingga siswa terlihat kurang
mampu memecahkan soal matematika (Novriani dan Surya, 2017).
Kemampuan Pemecahan Masalah (PSA) siswa di Indonesia, khususnya di
Sumatera Utara masih relatif rendah. Hal ini berdasarkan hasil PISA (Program Penilaian
Siswa Internasional) dan TIMSS (Tren Studi Matematika dan Sains Internasional) yang
menunjukkan bahwa PSA siswa di Indonesia masih rendah di posisi ke-69 dari 76 negara.
Secara teori, kemampuan siswa yang rendah dalam pemecahan masalah otentik adalah
karena proses pembelajarannya masih berpusat pada guru. Pembelajaran lebih terpusat
pada guru, kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa
mendapatkan materi secara pasif dan kurang kemampuan dalam memecahkan masalah
(Sahyar dan Sani, 2017).
Salah satu fokus pembelajaran matematika saat ini adalah meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui pembelajaran yang berawal
dari suatu pengalaman siswa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari makan akan
membuat siswa lebih memahami dan mengingat konsep yang mereka pelajari. Rosli
dkk(2013) berpendapat bahwa “Pemecahan masalah dan telah menjadi kegiatan kognitif
yang penting dalam proses belajar mengajar matematika.
Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan dalam
kehidupan manusia. Masalah dipandang sebagai suatu tantangan seperti dinyatakan oleh
Davis dan Simmt (2003). Kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematika
seharusnya tidak diperbolehkan karena kemampuan pemecahan masalah adalah salah satu
prinsip utama ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga mengajar penting untuk
kemajuan pendidikan matematika itu sendiri Dengan kemampuan memecahkan masalah,
siswa akan dapat mengatur situasi kehidupan nyata dalam model matematika (Simamora,
2017)
Pemecahan masalah matematis merupakan suatu aktivitas kognitif yang
kompleks sebagai proses untuk mengatasi suatu masalah yang ditemui dan untuk
menyelesaikannya diiperlukan sejumlah strategi. Melatih siswa dengan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika bukan hanya sekedar mengharapkan siswa
dapat menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan, namun diharapkan kebiasaan
dalam melakukan proses pemecahan masalah membuatnya mampu menjalani hidup yang
penuh kompleksitas permasalahan (Surya, 2011).
Kemampuan pemecahan masalah matematika perlu mendapatkan perhatian
karena merupakan kemampuan yang diperlukan dalam belajar. Kemampuan pemecahan
masalah matematika dapat mendorong siswa dalam belajar bermakna dan belajar

2
kebersamaan, selain itu dapat membantu siswa dalam menghadapi permasalahan
keseharian secara umum.
Tetapi pada kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memecahkan maslah matematika. Siswa selalu mengalam kesulitan dalam menyelesaikan
soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah terutama soal yang berhubungan dengan
soal cerita. Kesulitan terletak pada siswa untuk merepresentasikan kalimat pada soal
kedalam kalimat matematika. Terkadang siswa dapat menjawb soal matematika tanpa
memperhatikan proses untuk mendapat jawaban tersebut. Hal ini menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar matematika yang mengakibatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa rendah. Siswa lebih sering dan suka mencatat atau menghafal konsep
matematika, meskipun mereka tidak mengerti apa yang mereka hafal dan catat. Hal
seperti ini menyebabkan ketika sewaktu-waktu siswa diberi masalah matematika dan
diminta untuk menyelesaikan nya dengan proses yang terstruktur, mereka tidak
memahami maslah dan tidak mampu menggunakan strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Kesulitan yang diperoleh siswa adalah pada saat memahami, menggambar
diagram, membaca grafik dengan benar, pemahaman konsep matematika formal, dan
penyelesaian masalah matematika. Penyajian masalah yang tepat adalah hal mendasar
dalam memahami masalah tersebut dan membuat rencana untuk menyelesaikannya
(Surya, dkk. 2013).
Dengan demikian kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat
penting dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan disekolah. Yang menjadi
permasalahan saat ini adalah bagaimana siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut
agar dapat dilaksanakan secara efisien dalam belajar. Keterampilan pemecahan masalah
sangat dibutuhkan oleh siswa, karena keterampilan ini akan membantu siswa terhadap
soal yang diberikan oleh guru dan akan menstimulus siswa untuk berfikir lebih kreatif.
Seorang siswa dapat dikatakan memiliki pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika ketika siswa mencapai kriteria- kriteria tertentu atau disebut sebagai
indikator. Menurtu polya (dalam surya dan rahayu , 2014) terdapat empat tahap utama
dalam proses pemecahan masalah matematika, yaitu: 1) memahami masalah
(Understanding the problem), 2) menentukan rencana strategi pemecahan masalah
(devising a plan), 3) merencanakan rencana pemecahan masalah (carryingout the plan),
4) memeriksa kembali jawaban (looking back). Namun dalam penelitian ini terdapat
indikator pemecahan masalah yang digunakan, yakni: 1) memahami masalah, 2) memilih

3
strategi/cara penyelesaian masalah yang tepat, 3) menerapkan strategi dan menyelesaikan
masalah.
Pembelajaran matematika selama ini hanya berpusat kepada guru, banyak guru
dalam kegiatan belajar mengajar dikelas kurang menekankan pada aspek kemampuan
siswa dalam menemukan kembali konsep-konsep dan struktur- struktur matemaika
berdasarkan pengalaman siswa sendiri dan menurut pemahaman mereka. Ketidakpastian
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran mejadi faktor penyebab prestasi
belajar matematika siswa rendah. Kesulitan dalam mempelajari matematika disekolah
disamping diakibatkan oleh sifat abstrak matematika itu sendiri, juga disebabkan oleh
guru yang kurang tepat dalam merancang dam melaksanakan pembelajaran dikelas
(Magdalena, 2018).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang saat ini banyak digunakan
untuk membuat kegiatan pengajaran dan pembelajaran berpusat pada siswa (berorientasi
pada siswa). Vygotsky (dalam Nasution Yusrina dan Surya, 2017) berpendapat bahwa
siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih cakap.
Berdasarkan teori ini, pembelajaran kooperatif dikembangkan bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep sulit jika mereka membahas masalah
tersebut dengan teman-teman.
Menurut Hamzah(dalam Nasution Yusrina dan Surya, 2017) model
pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran kelompok yang melibatkan siswa
untuk belajar secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Ada proses menciptakan
lingkungan belajar di kelas yang memungkinkan siswa untuk bekerja bersama, fokus
pada tujuan belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang yang
heterogen.
Johnson, Johnson dan Holubec (1994) mengusulkan lima elemen penting dari
pembelajaran kooperatif: (a) Saling ketergantungan yang positif: Keberhasilan satu
pembelajaran tergantung pada keberhasilan pembelajar lainnya. (B) Interaksi promosi:
Individu dapat mencapai interaksi promosi dengan saling membantu, bertukar sumber
daya, menantang kesimpulan satu sama lain, memberikan umpan balik, mendorong dan
berjuang untuk saling menguntungkan. (C) akuntabilitas individu: Guru harus menilai
jumlah upaya yang berkontribusi setiap anggota. Ini dapat dilakukan dengan memberikan
tes individu untuk setiap siswa dan secara acak memanggil siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. (d) Keterampilan interpersonal dan
kelompok kecil: Guru harus memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
saling mengenal, menerima dan mendukung satu sama lain, berkomunikasi secara akurat

4
dan menyelesaikan secara konstruktif. (e) Pemprosesan kelompok: Guru juga harus
memberikan kesempatan bagi kelas untuk menilai kelompok.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan mengamati beberapa jurnal yang terkait, untuk memperoleh gambaran tentang
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif. Analisis data dilakukan dengan analisis riset dan deskriptif melalui literatur-
literatur yang terdapat pada jurnal. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi dan deskriptif.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa jurnal dengan literature yang terkait
dengan topik kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa, menunjukkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa semakin meningkat dengan adanya
pembelajaran matematika yaitu suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran
matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya, yang didalamnya
terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan,
minat, potensi, bakat dan kebutuhan siswa tentang mata pelajaran matematika yang
beragam agar terjadi interaksi guru yang optimal dengan siswa secara baik.
Pentingnya pemilikan kemampuan pemecahan masalah matematik pada siswa
adalah bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pengajaran
matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika. Pembelajaran matematika yang
ideal sebaiknya dimulai dengan mengangkat permasalahan dari kehidupan sehari-hari.
Masalah yang diangkat dari kehidupan sehari-hari merupakan bekal awal pengetahuan
siswa. Pembentukan pemahaman matematis siswa melalui pemecahan masalah yang
tejadi dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan keuntungan bagi siswa (Surya,
2010).
Pemecahan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari dapat dibangun
dari pengetahuan sebelumnya. Pritchard dan JinLee (2008) Peningkatan pengetahuan
sebelumnya harus positif mempengaruhi tingkat belajar. Keterkaitan pengetahuan baru
dengan kemampuan awal siswa merupakan faktor amat penting dalam pembelajaran yang
bertujuan untuk penciptaan makna. Skaalvik, Federici dan Klassen (2015) menegaskan
bahwa hubungan antara nilai siswa dan motivasi yang sebagian dimediasi melalui
dukungan emosional. Kebermaknaan bersifat individual, karena siswa sendirilah yang
menciptakan makna. Guru dapat membantu siswa untuk menghubungkan informasi baru

5
dengan pengetahuan awal siswa dengan cara mendesain pembelajaran yang dapat
memfasilitasinya.
Dari beberapa jurnal yang diriset,untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah, maka harus diterapkan sebuah metode pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas yang
meliputi jenis kerja kelompok termasuk bentuk bimbingan guru atau guru-diarahkan
lebih. Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di
mana guru tugas menetapkan dan pertanyaan dan menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.
Pembelajaran kooperatif didasarkan pada keyakinan bahwa belajar paling efektif ketika
siswa terlibat aktif dalam berbagi ide dan bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan
tugas akademik. Pembelajaran kooperatif telah digunakan baik sebagai metode
pengajaran dan sebagai alat pembelajaran di berbagai tingkat pendidikan dan di berbagai
bidang studi (Zakaria,2007). Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan retensi siswa
dan membatasi kecemasan karena siswa tidak kelebihan informasi dan siswa benar-benar
mendapatkan waktu untuk memikirkan, berbicara, dan memproses informasi(Jr, 2018).
Ketertarikan pada pembelajaran kooperatif telah berkembang pesat selama tiga
dekade terakhir karena penelitian telah dipublikasikan yang dengan jelas menunjukkan
bagaimana hal itu dapat digunakan untuk mempromosikan prestasi dalam membaca dan
menulis, pengembangan konseptual dalam sains, pemecahan masalah dalam matematika,
dan pemikiran dan penalaran tingkat yang lebih tinggi. Itu juga telah ditunjukkan untuk
mempromosikan hubungan antar-pribadi dengan siswa dengan beragam kebutuhan
belajar dan penyesuaian dan dengan mereka yang berasal dari latar belakang budaya dan
etnis yang berbeda.
KESIMPULAN
Kemampuan pemecahan masalah pada setiap siswa berbeda- beda. Mereka
memilki karakteristik yang berbeda-beda dan sikap tertentu. Selain itu, masih banyak
siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika, sehingga pemahaman siswa terhadap
mata pelajaran dan penalaran matematika masih dapat dikatakan rendah. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman mengenai pemecahan masalah dalam setiap persoalan
matematika. Pemecahan matematis merupakan suatu aktivitas kognitif yang kompleks,
sebagai proses untuk mengatasi suatu masalah yang ditemui. Dengan demikian untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilakukan dengan mengubah

6
pembelajaran disuatu kelas. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah
pembelajaran kooperatif, dimana setiap siswa belajar dan memahami materi dalam
kelomok kecil sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M. & Sarma, M. (2013). A Study on the Difficulty of Teaching and Learning
Mathematics in Under Graduate Level with Special Reference to Guwahati
City. International Journal of Soft Computing and Engineering (IJSCE).Vol.
3.No.1.
Davis, B. dan Simmt, Elaine. 2003. Understanding Learning System: Mathematics
Education and Complexity Science. Journal of Research in Mathematics
Education. Vol.34. No. 2
Gillies, R.M. 2014. Cooperative Learning. International Journal of Educational
Psychology, Vol. 3 No. 2
Harahap, E.R dan Edy Surya. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Kelas VII dalam Menyelesaikan Persamaan Linier Satu Variabel. Jurnal
Semnastika Unimed.
Johnson, D.W., Johnson, R.T. & Holubec, E.J. (1994). Cooperative Learning in the
Classroom. VA: Association for Supervision and Curriculum Development.
Jr, E.Rule Aguanta, dan Denis Abao Tan.2018. Effects of Dyad Cooperative Learning
Strategy on Students’ Academic Performance and Attitude towards
Mathematics. International Journal of English and. Vol.7.No.3.
Magdalena, T dan Edy Surya. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Mean-Ends Analysis
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Kelas X
SMA Swasta Bhayangkari Rantau Prapat. Jurnal Sinastekmapan. Vol.1
Nasution, Y.S., Surya, Edi. 2017. Application of TPS Cooperative Learning in Improving
Students’ Mathematics Learning Outcomes. International Journal of Sciences:
Basic and Applied Research (IJSBAR. Vol.34. No.1
Nasution, F.S. dan Edy Surya.2017. Efforts to Increase Student Learning Results with
Cooperative Learning Type Learning Model Think Pair Share on the Cube and
Beams Materials in Class VIII SMP Kartika I-1 Medan. International Journal
of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR).Vol.33, No 3.
Novriani, M. R. And Surya, E. 2017. Analysis of Students Difficulties in Mathematics
Problem- Solving Ability at MTs SWASTA IRA Medan. International Journal
of Science Basic and Applied Research (IJSBAR). Vol 33. No. 3.
Pritchard, D.E. & Jin Lee , Young. 2008. Physics Education Research “Mathematical
Learning Models That Depend On Prior Knowledge And Instructional
Strategies”. Department of Physics, Massachusetts Institute of Technology,
Cambridge, Massachusetts 02139, USA
Rosli, R., Dianne. G.,dan Mary, M.C., P.2013. Assesing Students Mathematical Problem
Solving and Problem-Posing Skills. Asian Sosial Science. Vol.9. No.16.
Sahyar, Ridwan A. Sani, Tionar Malau. 2017.The Effect of Problem Based Learning
(PBL) Model and Self Regulated Learning (SRL) toward Physics Problem
Solving Ability (PSA) of Students at Senior High School. American Journal of
Educational Research, 2017, Vol. 5, No. 3,

7
Sari, D.P., Edi Syahputra., Edy Surya. 2018. An Analysis of Spatial Ability and Self-
efficacyof Students in Cooperative Learning by Using Jigsaw at Smas
Muhammadiyah 8 Kisaran.American Journal of Educational Research. Vol. 6.
No. 8.
Simamora, E. Rustam., Dewi Rotua Sidabutar, Edy Surya. 2017. Improving Learning
Activity and Students, Problem Solving Skill thourgh Problem Based Learning
(PBL) in Junior High School. International Journal of Sciences: Basic and
Applied Research (IJSBAR). Vol. 33. No 2.
Skaalvik, E. M. Federici, R. A &Klassen, R. M. 2015. Mathematics achievement and
self-efficacy: Relations with motivation for mathematics. International Journal
of Educational Research. Vol. 72
Surya, E., dan Rahayu, R. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunukasi dan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP AR-Rahman Percut Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Jurnal
Pendidikan Matematika Paradikma. Vol.7. No. 1.
Surya, E. 2011. Visual Thinking and Mathematical Problem Solving of The Nation
Character Development. International Seminar and Mathematical Problem
Solving of The nation Character Development Journal.
Surya, E., Josua Sabandar, Yaya Sukjaya Kusumahh, Darhim. 2013. Improving Of Junor
High School Visual Thinking Respresentation Ability in Mathematical Problem
Solving by CTL. IndoMS JME. Vol. 4. No. 1.
Surya, E. 2010. Visual Thinking Dalam Memaksimalkan Pembelajara Matematika Siswa
Dapat Membangun Karakter Bangsa. Jurnal Abmas UPI Bandung. Vol. 10 No.
10
Zakaria, E. and Zanaton Iksan.2007. Promoting Cooperative Learning in Science and
Mathematics Education.Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education.Vol.3. No.1.

Anda mungkin juga menyukai