Anda di halaman 1dari 11

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 260 - 270

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI REACT UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMK

Elli Kusumawati, Novia Dwi Rizki

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat,


Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin
e-mail : elli.unlam@gmail.com

Abstrak. Matematika merupakan mata pelajaran wajib untuk diajarkan di sekolah.


Hingga saat ini matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang
menakutkan bagi siswa. Hal ini dialami oleh siswa SMK Negeri 4 Banjarmasin
terutama jika siswa menemui masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih cenderung lemah. Untuk
mengatasinya, diperlukan strategi pembelajaran matematika yang mengarahkan
siswa pada kemampuan pemecahan masalah matematis. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses
pembelajaran strategi REACT, mengetahui kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang belajar dengan menggunakan strategi REACT, dan
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajar menggunakan strategi REACT dibandingkan siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi
dengan populasi seluruh siswa kelas X SMK Negeri 4 Banjarmasin yang berjumlah
10 kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan random
sampling, sehingga diperoleh kelas X Busana 2 sebagai kelas eksperimen yang
pembelajarannya menggunakan strategi REACT dan kelas X Busana 1 sebagai
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah tes, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis yang
digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian ini
adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran strategi REACT berada pada
kualifikasi cukup baik hingga sangat baik, kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang belajar menggunakan strategi REACT berada pada kualifikasi
baik, dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajar menggunakan strategi REACT lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
belajar menggunakan pembelajaran konvensional.

Kata kunci: pemecahan masalah matematis, strategi REACT.

Pada pendidikan formal terdapat mata memberikan kontribusi dalam penyelesaian


pelajaran wajib yang sudah ditetapkan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,
kurikulum untuk diajarkan di sekolah, salah serta memberikan dukungan dalam pengem-
satunya adalah matematika. Kata matematika bangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berasal dari bahasa Latin, manthanein atau (Susanto, 2013).
mathema yang bearti “belajar atau hal yang Berdasarkan hasil pengamatan
dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, dan hasil diskusi dengan guru matematika
metematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, kelas X di SMK Negeri 4 Banjarmasin,
yang kesemuannya berkaitan dengan diketahui bahwa dalam pembelajaran
penalaran. Matematika merupakan salah satu matematika masih banyak siswa yang
disiplin ilmu yang dapat meningkatkan mengalami kesulitan dalam memecahkan
kemampuan berpikir dan beragumentasi, masalah non rutin terutama masalah

260
Elli Kusumawati, Novia Dwi Rizki: Pembelajaran Matematika Melalui Strategi React Untuk…… 261

matematika yang berkaitan dengan pembelajaran REACT juga merupakan salah


kehidupan sehari-hari. Siswa cenderung satu strategi pembelajaran yang dapat
mudah dalam memecahkan masalah membantu guru untuk menanamkan konsep
matematika apabila masalah tersebut sesuai pada siswa, sehingga siswa tidak sekedar
dengan masalah yang ada di dalam buku menghafal rumus, akan tetapi siswa dapat
atau sesuai dengan penjelasan guru. Ketika menemukan sendiri, bekerjasama, dapat
siswa menemukan permasalahan baru yang menerapkan dalam kehidupan dan dapat
sejenis, mereka sulit memecahkannya. mentransfer pengetahuan dalam situasi atau
Padahal National Council of Teachers of konteks baru.
Mathematics menyatakan bahwa pembe- Menurut Lenchner (Wardhani dkk.,
lajaran matematika hendaknya dilakukan 2010), suatu pertanyaan akan menjadi
dalam upaya untuk mengembangkan masalah hanya jika pertanyaan itu
kemampuan pemecahan masalah, penalaran menunjukkan adanya tantangan (challenge)
dan pembuktian, koneksi matematika, yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu
komunikasi matematika, dan representasi prosedur rutin yang sudah diketahui pelaku.
(NCTM, 2000). Dalam konteks pembelajaran matematika,
Melihat hal tersebut, sudah masalah matematika adalah masalah yang
seharusnya dilakukan upaya untuk dikaitkan dengan materi belajar atau materi
meningkatkan kemampuan pemecahan penugasan matematika, bukan masalah yang
masalah matematis siswa. Pemecahan dikaitkan dengan kendala belajar atau
masalah merupakan bagian dari kurikulum hambatan hasil belajar.
matematika yang di dalam proses Menurut Susanto (2013),
pembelajaran maupun penyelesaiannya pemecahan masalah merupakan komponen
siswa dimungkinkan memperoleh pengalam- yang sangat penting dalam matematika.
an menggunakan pengetahuan serta Pemecahan masalah merupakan bagian dari
keterampilan yang sudah dimiliki untuk kurikulum matematika yang sangat penting
diterapkan pada pemecahan masalah yang karena dalam proses pembelajaran maupun
bersifat tidak rutin. penyelesaiannya, siswa dimungkinkan
Dalam hal ini, perlu dirancang suatu memperoleh pengalaman menggunakan
pembelajaran yang membiasakan siswa pengetahuan serta keterampilan yang sudah
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan
yang dimilikinya, sehingga siswa lebih masalah yang bersifat tidak rutin.
memahami konsep yang diajarkan serta Dalam memecahkan masalah,
mampu memecahkan masalah terhadap George Polya (Dahlan, 2011) menyebutkan
materi matematika itu sendiri. Pemilihan ada empat langkah utama yang harus
strategi pembelajaran yang tepat dalam dilakukan. Langkah-langkah tersebut
pembelajaran matematika akan meningkat- disingkat dengan SEE (memahami masalah),
kan aktivitas siswa di dalam kegiatan belajar. PLAN (menyusun rencana), DO
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat (melaksanakan rencana) dan CHECK
digunakan adalah strategi REACT. (menguji jawaban).
Crawford (2001) menjelaskan bahwa (1) Memahami masalah (understanding the
strategi REACT (Relating, Experiencing, problem)
Applying, Cooperating, Transferring) adalah (2) Membuat rencana pemecahan masalah
strategi pembelajaran yang ada dalam (devise a plan for solving it)
pembelajaran kontekstual, dimana di dalam (3) Melaksanakan rencana (carry out your
pembelajaran ini terdapat lima langkah yaitu: plan)
(1) Relating (mengaitkan), (2) Experiencing (4) Memeriksa kembali (looking back to
(mengalami), (3) Applying (menerapkan), (4) examine the solution obtained)
Cooperating (bekerja sama), dan Berdasarkan uraian tersebut, jelas
(5)Transferring (memindahkan). Strategi bahwa untuk memecahkan masalah
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 260 - 270 262

matematika, siswa terlebih dahulu melalui Sounders (Komalasari, 2013) juga


tahap-tahap pemecahan masalah. Tahap- menjelaskan bahwa pembelajaran
tahap ini merupakan tahapan yang meliputi kontekstual difokuskan pada REACT
indikator pemecahan masalah yaitu, (Relating: belajar dalam konteks pengalaman
memahami masalah yang diterima oleh siswa hidup; Experiencing: belajar dalam konteks
merupakan masalah yang belum diketahui pencarian dan penemuan; Applying: belajar
cara menyelesaikannya, merencanakan ketika pengetahuan diperkenalkan dalam
penyelesaian masalah, melaksanakan konteks penggunaannya; Cooperating:
penyelesaian masalah, dan memeriksa belajar melalui konteks komunikasi interper-
kembali penyelesaiannya. sonal dan saling berbagi; Transferring: belajar
Adapun strategi REACT sebagai penggunaan pengetahuan dalam suatu
salah satu strategi yang dapat digunakan konteks atau situasi baru).
sebagai alternatif pembelajaran dalam rangka Berdasarkan penjelasan tersebut,
meningkatkan kemampuan pemecahan strategi ini menitikberatkan agar dalam
masalah merupakan strategi pembelajaran pembelajaran siswa tidak hanya mendapat-
kontekstual. Contextual Teaching and kan solusi yang diberikan oleh guru,
Learning (CTL) merupakan konsep yang melainkan siswa dapat menemukan sendiri
membantu guru mengaitkan antara materi solusinya. Strategi REACT adalah strategi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata pembelajaran yang dikembangkan untuk
dan mendorong siswa membuat hubungan dapat membantu mengembangkan pemaha-
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan man-pemahaman siswa yang mendalam
penerapannya dalam kehidupan mereka terhadap konsep-konsep fundamental yang
sebagai anggota keluarga dan masyarakat didasarkan pada penelitian tentang
(Suprijono, 2013). bagaimana orang-orang belajar untuk
Center for Occupational Research mendapatkan pemahaman dan tentang
and Development (CORD), menyampaikan pengamatan terhadap bagaimana para guru
ada lima strategi pembelajaran kontekstual terbaik mengajar untuk mendapatkan
yang disingkat REACT, yaitu Relating, pemahaman (Crawford, 2001).
Experiencing, Applying, Cooperating, dan Secara umumnya kegiatan strategi REACT
Transferring (Crawford, 2001). tersebut ada pada tabel berikut.

Tabel 1 Kegiatan pembelajaran dengan Strategi REACT


Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Komponen
- Mengaitkan materi-materi dengan - Memperhatikan penjelasan Relating
kehidupan sehari-hari. guru.
- Menggali pengetahuan awal siswa - Menanggapi dan menjawab
dengan mengajukan berbagai pertanyaan.
pertanyaan.
- Mengarahkan siswa untuk - Menggali informasi baru Experiencing
memahami LKK. dengan berdiskusi bersama
teman sekelompoknya.
- Memberi tugas kelompok. - Mengaplikasikan informasi Applying,
- Membimbing siswa diskusi kelompok baru yang didapat dengan Cooperating
. mengerjakan tugas secara
kelompok.
- Menampilkan hasil kerja di
depan kelas.
- Memberi tugas dengan bentuk yang - Mengerjakan tugas dengan Transferring
baru. konteks yang baru.
(Sari, 2013)
Elli Kusumawati, Novia Dwi Rizki: Pembelajaran Matematika Melalui Strategi React Untuk…… 263

Menurut Fadlisyah (Kartika, 2011), seperti siswa, sehingga akan tumbuh


strategi pembelajaran lainnya, strategi sikap mencintai lingkungan.
REACT juga mempunyai kelebihan dan f) Membuat belajar secara inklusif.
kekurangan, antara lain: Pembelajaran dilaksanakan secara
(1) Kelebihan strategi REACT menyeluruh dan menyenangkan.
a) Memperdalam pemahaman siswa. (2) Kekurangan strategi REACT
Peran siswa tidak hanya a) Membutuhkan waktu yang lama
mengingat fakta-fakta dan sehingga sulit unttuk mencapai
mempraktekkan prosedur-prosedur target kurikulum karena
dengan mengerjakan latihan- pembelajaran dengan REACT
latihan keterampilan dan drill yang melibatkan siswa secara aktif
disampaikan oleh guru, akan tetapi untuk mengkonstruksi sendiri
melibatkan aktivitas-aktivitas yang pengetahuannya dan juga harus
bisa mengaitkan serta mengalami dapat mencakup semua unsur
sendiri prosesnya. yang terdapat dalam REACT.
b) Mengembangkan sikap b) Membutuhkan kemampuan khusus
kebersamaan dan rasa saling bagi guru terutama dalam
memiliki. Sikap ini tumbuh karena mengembangkan potensi siswa.
adanya kerja sama antar siswa c) Membutuhkan sifat tertentu bagi
dalam kelompok-kelompok kecil siswa misalnya mampu bekerja
untuk mengkonstruksi keras dan bekerja sama.
pengetahuan mereka. Siswa Sedangkan pembelajaran
mempunyai hak dan tanggung konvensional merupakan pembelajaran
jawab yang sama dalam dengan menggunakan metode yang biasa
kelompoknya. dilakukan oleh guru. Menurut Percival dan
c) Mengembangkan sikap Ellington (Wahyudi, 2013) pendidikan yang
menghargai diri dan orang lain. berorientasi pada guru adalah pendidikan
Hasil yang diperoleh dari kerja konvensional dimana hampir seluruh kegiatan
kelompok merupakan andil dari pembelajaran dikendalikan oleh guru.
semua anggota kelompok, Pembelajaran konvensional pada umumnya
sehingga semua siswa memiliki memiliki kekhasan tertentu, salah satunya
rasa percaya diri serta menghargai lebih mengutamakan hasil daripada proses.
orang lain. Menurut Sudjana (Mulyono, 2010) siswa
d) Meningkatkan sikap positif dalam proses pembelajaran dipandang
terhadap belajar dan pengalaman sebagai orang yang belum mengetahui apa-
belajar. Pembelajaran yang apa dan hanya menerima bahan-bahan ilmu
bervariasi dapat menumbuhkan pengetahuan yang diberikan guru.
daya tarik tersendiri bagi siswa. Dalam penelitian ini, pembelajaran
Siswa sangat membutuhkan konvensional yang digunakan merupakan
pengalaman belajar terutama pembelajaran yang menempatkan guru
untuk mentransfer pengetahuan sebagai sumber informasi utama dalam
mereka dalam konteks yang baru kegiatan pembelajaran, sehingga menjadikan
atau situasi yang baru. siswa lebih banyak menerima informasi dari
e) Membentuk sikap mencintai guru ketika siswa kurang memahami
lingkungan. Pengalaman- pembahasan materi dalam pembelajaran.
pengalaman belajar selalu Metode yang digunakan adalah metode
dikaitkan dengan lingkungan ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
kehidupan nyata yang dialami
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 260 - 270 264

Menurut Sriyono (Yasa, 2008), Aktivitas yang dijadikan indikator


aktivitas adalah segala kegiatan yang pengamatan pada penelitian ini antara lain
dilaksanakan baik secara jasmani atau adalah oral activities yaitu mengajukan
rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar pendapat dan bertanya, listening activities
mengajar merupakan salah satu indikator yaitu berdiskusi, motor activities yaitu
adanya keinginan siswa untuk belajar. melakukan percobaan dan mental activities
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau yaitu menanggapi, memecahkan soal dan
perilaku yang terjadi selama proses belajar membuat kesimpulan.
mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada proses METODE
belajar seperti bertanya, mengajukan Metode yang digunakan pada
pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat penelitian ini adalah eksperimen semu
menjawab pertanyaan guru dan bisa dengan menggunakan desain “Nonequivalent
bekerjasama dengan siswa lain serta Control Group Design”. Menurut Ruseffendi
tanggung jawab terhadap tugas yang (Trias, 2013), desain ini merupakan desain
diberikan. eksperimen yang melibatkan paling tidak dua
Menurut Paul B. Diedrich (Sardiman, kelompok dan subyek yang tidak dipilih
2012) aktivitas siswa dapat digolongkan secara acak. Dua kelompok tersebut terdiri
menjadi: (1) Visual activities, (2) Oral atas kelompok eksperimen dan kelompok
activities, (3) Listening activities, (4) Writing kontrol. Kelompok eksperimen diberi
activities, (5) Drawing activities, (6) Motor perlakuan berupa pembelajaran matematika
activities, (7) Mental activities, dan (8) dengan menggunakan strategi REACT,
Emotional activities. sedangkan kelompok kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional.
Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
O X O

O O
Gambar 1 Desain kelompok kontrol non ekivalen
Keterangan:
O : Pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
X : Pembelajaran dengan strategi REACT
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak

Populasi dalam penelitian ini adalah Dua kelas sampel yang dipilih yaitu
seluruh siswa kelas X SMK Negeri 4 kelas X Tata Busana 1 dan X Tata Busana 2
Banjarmasin tahun pelajaran 2013/2014. yang kemudian digunakan teknik Random
Teknik sampel yang digunakan pada Sampling untuk menentukan kelas X Tata
penelitian ini adalah purposive sampling. Busana 2 sebagai kelas eksperimen yang
Pertimbangan menggunakan teknik ini adalah pembelajarannya menggunakan strategi
kelas X SMK Negeri 4 Banjarmasin REACT dan kelas X Tata Busana 1 sebagai
mempunyai enam jurusan yang berbeda- kelas kontrol yang menggunakan
beda, sehingga pemilihan sampel tidak pembelajaran konvensional.
dilakukan secara acak. Apabila dilakukan Teknik pengumpulan data yang
pemilihan sampel secara acak, maka akan digunakan dalam penelitian ini berupa tes,
terjadi pembentukan kelas baru dan dokumentasi, dan observasi. Tes yang
pembentukan kelas baru tersebut akan diberikan berupa tes evaluasi awal dan tes
menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran evaluasi akhir dalam bentuk uraian yang
dan mengganggu efektivitas di sekolah. digunakan untuk mengetahui kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
Elli Kusumawati, Novia Dwi Rizki: Pembelajaran Matematika Melalui Strategi React Untuk…… 265

Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh Aspek-aspek yang diamati yaitu (1)


data siswa, pelaksanaan proses memperhatikan pengarahan dari guru, (2)
pembelajaran di kelas X SMK Negeri 4 memahami permasalahan awal yang
Banjarmasin, dan pengumpulan data yang diberikan oleh guru, (3) menggali informasi
berkaitan dengan sekolah berupa arsip atau baru untuk menentukan konsep barisan dan
dokumen untuk keperluan penelitian. deret, (4) menerapkan informasi baru untuk
Observasi bertujuan untuk mengamati memecahkan masalah barisan dan deret di
aktivitas siswa saat proses pembelajaran dalam LKK, (5) bekerjasama dengan semua
matematika dengan menggunakan strategi anggota kelompok dalam mengerjakan LKK,
REACT. Observasi dilakukan oleh dua orang (6) aktif bertanya tentang hal yang kurang
pengamat atau observer yang mengamati dipahami serta mengeluarkan pendapatnya
enam kelompok belajar dengan dalam diskusi kelas, dan (7) berperilaku
menggunakan lembar observasi yang telah sopan, tidak ribut, memperhatikan ketika
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing siswa lain mempresentasikan hasil diskusi.
dan dinyatakan telah siap digunakan untuk
penelitian.
Aktivitas siswa dihitung dengan persentase kemudian dikualifikasikan sebagai berikut.
Tabel 2 Kualifikasi Aktivitas Siswa
Angka Persentase (%) Kualifikasi
81–100 siswa terlibat dalam pembelajaran Amat baik
61–80,99 siswa terlibat dalam pembelajaran Baik
41–60,99 siswa terlibat dalam pembelajaran Cukup
21–40,99 siswa terlibat dalam pembelajaran Kurang
0–20,99 siswa terlibat dalam pembelajaran Amat kurang
(Adaptasi dari Arikunto, 2010)
Penilaian soal tes evaluasi awal dan tes evaluasi akhir mengacu kepada pedoman
pemberian skor yang diadaptasi dari Jawahir (2003). Kriteria pemberian skor dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Masalah Matematis


Aspek Skor Keterangan
yang dinilai

Memahami 0 Tidak menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
masalah 1 Menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan tetapi
tidak lengkap.
2 Menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan secara
lengkap dan jelas.
Merencanakan 0 Tidak menggunakan strategi sama sekali.
penyelesaian 1 Menggunakan strategi yang kurang dapat dilaksanakan dan tidak
dapat dilanjutkan.
2 Menggunakan strategi yang benar tetapi terdapat beberapa
kesalahan dan gagal diselesaikan.
3 Menggunakan strategi yang tepat dan mengarah ke solusi yang
benar.
Melaksanakan 0 Tidak ada jawaban.
rencana 1 Menggunakan beberapa prosedur yang mengarah ke solusi yang
benar tetapi tidak dapat dilanjutkan.
2 Menggunakan prosedur yang mengarah pada solusi yang benar
tetapi terdapat kesalahan perhitungan.
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 260 - 270 266

3 Menggunakan prosedur yang tepat dan memperoleh solusi yang


benar, jelas dan lengkap.
Memeriksa 0 Tidak ada pemeriksaan kembali.
kembali 1 Melakukan pemeriksaan dengan menyimpulkan masalah tapi
kurang lengkap.
2 Melakukan pemeriksaan dengan menyimpulkan masalah secara
lengkap.
(Adaptasi dari Jawahir, 2003)

Penilaian indikator kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan rumus:


𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁= × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

dengan 𝑁 sebagai nilai akhir. Selanjutnya nilai kemampuan pemecahan masalah siswa
diinterpretasikan pada tabel berikut:

Tabel 4 Interpretasi Nilai Kemampuan Pemecahan Matematis Siswa


No. Nilai Kualifikasi
1. ≥ 95,00 Istimewa
2. 80,00-94,99 Amat baik
3. 65,00-79,99 Baik
4. 55,00-64,99 Cukup
5. 40,00-54,99 Kurang
6. < 40,00 Amat kurang
(Adaptasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, 2004)
Nilai kemampuan pemecahan awal dan tes evaluasi akhir dihitung untuk
masalah matematis selanjutnya dianalisis mengetahui peningkatan kemampuan
menggunakan uji beda. Sebelum dianalisis pemecahan masalah matematis siswa kelas
menggunakan uji beda, dilakukan uji eksperimen dan kelas kontrol. Besarnya
pendahuluan terlebih dahulu, yaitu uji peningkatan kemampuan pemecahan
normalitas dan uji homogenitas. Data yang masalah matematis siswa dihitung
berdistribusi normal dianalisis menggunakan menggunakan rumus gain ternormalisasi
uji t, sedangkan data yang tidak berdistribusi (normalized gain) yang dikembangkan oleh
normal dianalisis menggunakan uji Mann- Meltzer (Pujiastuti, 2014).
Whitney. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Setelah dianalisis dengan uji beda,
data yang diperoleh dari hasil tes evaluasi

𝑆𝑘𝑜𝑟𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 =
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Keterangan:
Skorpretest = Skortes evaluasi awal
Skorposttest = Skortes evaluasi akhir

Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi


menurut Hake (Pujiastuti, 2014) sebagai berikut:
Elli Kusumawati, Novia Dwi Rizki: Pembelajaran Matematika Melalui Strategi React Untuk…… 267

Tabel 5 Klasifikasi Indeks N-Gain (g)


N-Gain (g) Klasifikasi
g < 0,30 Rendah
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
g ≥ 0,70 Tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil observasi aktivitas siswa di kelas eksperimen selama proses pembelajaran dengan
strategi REACT secara singkat digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 6 Rangkuman aktivitas siswa selama proses pembelajaran Barisan dan Deret dengan
strategi REACT
No. Aspek Rata-rata Kualifikasi
(%)
1. Memperhatikan pengarahan dari guru. 89,49 Sangat Baik
2. Memahami permasalahan awal yang diberikan oleh guru. 71,95 Baik
3. Menggali informasi baru untuk menentukan konsep barisan dan 63,61 Baik
deret.
4. Menerapkan informasi baru untuk memecahkan masalah barisan 56,47 Cukup Baik
dan deret di dalam LKK.
5. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok dalam 74,33 Baik
mengerjakan LKK.
6. Aktif bertanya tentang hal yang kurang dipahami serta 42,81 Cukup Baik
mengeluarkan pendapatnya dalam diskusi kelas.
7. Berperilaku sopan, tidak ribut dan memperhatikan ketika siswa 79,97 Baik
lain mempresentasikan hasil diskusi.

Dilihat dari Tabel 6, dapat 72,39 dan 51,63. Terlihat bahwa rata-rata
disimpulkan bahwa aktivitas siswa di kelas nilai tes evaluasi awal dan tes evaluasi akhir
eksperimen selama proses pembelajaran kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
menggunakan strategi REACT berada pada dengan rata-rata nilai tes evaluasi awal dan
kualifikasi cukup baik hingga sangat baik, tes evaluasi akhir kelas kontrol. Rata-rata nilai
hanya saja perlu diberi pengawasan dan tes evaluasi akhir kemampuan pemecahan
bimbingan lebih saat siswa menerapkan masalah matematis siswa pada pembelajaran
informasi baru dalam memecahkan masalah matematika dengan menggunakan strategi
yang ada dalam LKK. REACT di kelas eksperimen berada pada
Berdasarkan data yang diperoleh, kualifikasi baik.
rata-rata nilai tes evaluasi awal pada kelas Peningkatan kemampuan pemecah-
eksperimen dan kelas kontrol masing-masing an masalah matematis siswa dihitung
adalah 13,80 dan 10,43, sedangkan rata-rata berdasarkan rumus indeks n-gain.
nilai tes evaluasi akhir pada kelas eksperimen Rangkuman hasil indeks n-gain per individu
dan kelas kontrol masing-masing adalah digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 7 Perhitungan Indeks N-Gain Per Individu


Kualifikasi Kelas Ekperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 13 54,17 0 0,00
Sedang 10 41,66 17 73,91
Rendah 1 4,17 6 26,09
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 260 - 270 268

Berdasarkan Tabel 7, pada kelas pada kelas kontrol persentase tertinggi


eksperimen persentase tertinggi berada pada berada pada kualifikasi sedang dan
kualifikasi tinggi dan persentase terendah persentase terendah berada pada kualifikasi
berada pada kualifikasi rendah, sedangkan tinggi.

Rangkuman hasil indeks n-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol digambarkan pada
tabel berikut.

Tabel 8 Hasil Perhitungan Indeks N-Gain


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Indeks N-Gain 0,68 0,46
Peningkatan 68% 46%

Berdasarkan klasifikasi interpretasi (1) Aktivitas siswa selama proses


indeks n-gain yang dikemukakan oleh Hake pembelajaran menggunakan strategi
(Pujiastuti, 2014), rata-rata peningkatan REACT berada pada kualifikasi cukup
kemampuan pemecahan masalah matematis baik hingga sangat baik.
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol (2) Kemampuan pemecahan masalah
keduanya berada pada kualifikasi sedang. matematis siswa yang belajar dengan
Walaupun keduanya berada pada kualifikasi menggunakan strategi REACT berada
sedang, tetapi persentase peningkatan kedua pada kualifikasi baik.
kelas tersebut berbeda. Dari data tersebut, (3) Peningkatan kemampuan pemecahan
terlihat bahwa pembelajaran matematika masalah matematis siswa yang belajar
menggunakan strategi REACT dapat menggunakan strategi REACT lebih
meningkatkan kemampuan pemecahan tinggi dibandingkan dengan siswa yang
masalah matematis siswa. Hal tersebut belajar menggunakan pembelajaran
didasari pada penjelasan bahwa strategi konvensional.
REACT mengajarkan kepada siswa bahwa
dalam belajar mereka tidak akan lagi Saran
menghafal rumus dan hanya bertindak Berdasarkan hasil penelitian,
sebagai pendengar, melainkan mereka akan pembahasan dan simpulan yang telah
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan diuraikan, dapat dikemukakan beberapa
aktif mengeluarkan pendapat sehingga lebih saran sebagai berikut:
mampu memecahkan masalah-masalah (1) Siswa diharapkan terampil dalam
matematika khususnya yang berkaitan menyelesaikan soal-soal matematika
dengan kehidupan sehari-hari. yang berhubungan dengan kehidupan
Dengan demikian, pembelajaran sehari-hari sehingga dapat
matematika menggunakan strategi REACT meningkatkan kemampuan pemecahan
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif masalah matematisnya.
guru dalam meningkatkan kemampuan (2) Guru dapat menggunakan strategi
pemecahan masalah matematis siswa. REACT dalam pembelajaran
matematika sebagai salah satu alternatif
SIMPULAN DAN SARAN untuk meningkatkan kemampuan
Simpulan pemecahan masalah matematis siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan Untuk mendukung berhasilnya
pembahasan yang diuraikan, maka dapat pembelajaran dengan strategi REACT,
diambil simpulan sebagai berikut: LKK yang digunakan harus
mengarahkan siswa dalam
Elli Kusumawati, Novia Dwi Rizki: Pembelajaran Matematika Melalui Strategi React Untuk…… 269

mengkonstruksi konsep dengan Dahlan, Jarnawi Afgani. 2011. Analisis


menggunakan bahasa yang sederhana Kurikulum Matematika Edisi 1.
dan mudah dimengerti. Universitas Terbuka, Jakarta.
(3) Proses pembelajaran menggunakan Hamzah, M. Ali & Muhlisrarini. 2014.
strategi REACT memerlukan waktu Perencanaan dan Strategi
yang relatif lama karena memerlukan Pembelajaran Matematika. PT.
beberapa langkah yang sudah Raja Grafindo Persada, Jakarta.
ditentukan, maka untuk menerapkan Jawahir, Armia. 2003. Model Pembelajaran
strategi REACT pada pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
matematika diperlukan persiapan yang dengan Bantuan Tutor Sebaya di
lebih matang sebelum pembelajaran Sekolah Menengah Umum Negeri
dimulai, agar pembelajaran dapat Banda Aceh. Tesis Magister.
berjalan dengan lancar dengan Universitas Pendidikan Indonesia,
mempertimbangkan pengalokasian Bandung. Tidak dipublikasikan.
waktu pada setiap langkah-langkah Kartika, Afriyanti Dwi. 2011. Penerapan
tersebut dengan sebaik-baiknya Strategi REACT untuk
sehingga terciptalah proses Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pembelajaran yang efektif dan efisien pada Mata Pelajaran TIK. Skripsi
sepanjang waktu yang sudah Sarjana. Universitas Pendidikan
ditetapkan. Indonesia, Bandung. Tidak
dipublikasikan.
DAFTAR PUSTAKA Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Penelitian Suatu Pendekatan PT. Refika Aditama, Bandung.
Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. National Council of Teacher of Mathematics
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan (NCTM). 2000. Principles and
Pendidikan Dasar dan Menengah : Standars for School Mathematic.
Standar Kompetensi dan NCTM, USA.
Kompetensi Dasar SMP/MTs. Pujiastuti, Heni. 2014. Pembelajaran Inquiry
BSNP, Jakarta. Co-Operation Model untuk
Burhan, Nasrianti. 2013. Pengertian Meningkatkan Kemampuan
Kemampuan. Diakses melalui Pemecahan Masalah, Komunikasi,
http://nasriantiburhan.blogspot.com dan Self-Esteem Matematis Siswa
/2013/01/pengertian- SMP. Disertasi Doktor. Universitas
kemampuan.html. Pada tanggal 09 Pendidikan Indonesia, Bandung.
Maret 2014 Tidak dipublikasikan.
Cord. 2001. The REACT Strategy. Diakses Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi
melalui Belajar Mengajar. Raja Grafindo
http://www.texascollaborative.org/T Persada, Jakarta.
heREACTstrategy.htm. Pada Sari, Gt. Khairina. 2013. Kemampuan Berpikir
Tanggal 05 Maret 2014. Kritis Siswa Kelas VIII Sekolah
Crawford, M.L. 2001. Teaching Contextual. Menengah Pertama di Tanjung
Diakses melalui dalam Pembelajaran Matematika
http://www.findthatpdf.com/search- dengan Strategi REACT Tahun
47612432-hPDF/download- Pelajaran 2012/2013. Skripsi
documents-Teaching-Contextually- Sarjana. Universitas Lambung
%28Crawford%29.pdf.htm. Pada Mangkurat, Banjarmasin. Tidak
Tanggal 05 Maret 2014. dipublikasikan.
Sriyanto. 2010. Pengertian Kemampuan.
Diakses melalui
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 260 - 270 270

http://ian43.wordpress.com/2010/1
2/23/pengertian-kemampuan/.
Pada tanggal 09 Maret 2014.
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistika.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning
: Teori & Aplikasi PAIKEM.
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Kencana, Jakarta.
Tim Depdiknas Kalsel. 2004. Pedoman
Penyelenggaraan Ujian Akhir
Sekolah dan Ujian Akhir Nasional
bagi Sekolah/Madrasah Tahun
Pelajaran 2003/2004 Provinsi
Kalimantan Selatan. Dinas
Pendidikan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan, Banjarmasin.
Trias, Isnatika. 2013. Pembelajaran Interaktif
Berbasis Komputer untuk
Meningkatkan Kemampuan
Koneksi dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA. Tesis
Magister. Universitas Pendidikan
Matematika, Bandung. Tidak
dipublikasikan.
Wahyudi, Arif. 2013. Pengaruh Metode
Pembelajaran Group Learning and
Social Interaction (GLSI) terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan.
Diakses melalui
http://digilib.unpas.ac.id/. Pada
tanggal 12 Juli 2014.
Wardhani, Sri. Purnomo, S. S. Wahyuningsih,
Endah. 2010. Pembelajaran
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika di SD. PPPPTK,
Yogyakarta.
Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Prestasi
Belajar. Diakses melalui
http://ipotes.wordpress.com/2008/0
5/24/prestasi-belajar/. Pada
tanggal 10 Maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai