Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN


MASALAH BERORIENTASI MASALAH MATEMATIKA TERBUKA
TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI
KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 2
DENPASAR

Ni Komang Wirasti1*, I Nengah Suparta2, & Sariyasa3

Program Studi S2 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja1*


Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 2, 3

Email : komangwirasti123@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan
masalah antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah
berorientasi masalah matematika terbuka dan siswa yang belajar dengan model
pembelajaran pemecahan masalah; (2) mengetahui ada tidaknya interaksi antara
model pembelajaran dan kecerdasan logis matematis terhadap kemampuan pemecahan
masalah. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Denpasar tahun
pelajaran 2015/2016 yang terdistribusi dalam sepuluh kelas. Sampel ditentukan
dengan teknik cluster random sampling, diperoleh siswa pada kelas X IPA 1, X IPA
2, dan X IPA 5 sebagai kelompok eksperimen dan X IPA 3, X IPA 4, dan X IPA 6
sebagai kelompok kontrol. Hasilnya dianalis menggunakan analisis varian dua jalur
(anava dua arah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang belajar dengan model
pembelajaran pemecahan masalah berorientasi masalah matematika terbuka dan siswa
yang belajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah; (2) terdapat interaksi
yang signifikan antara model pembelajaran dan kecerdasan logis matematis terhadap
kemampuan pemecahan masalah.

Kata-kata Kunci : model pembelajaran, pemecahan masalah, masalah matematika


terbuka, kemampuan pemecahan masalah, kecerdasan logis
matematis.

Abstract
The study was conducted in order to analyze: (1) the different ability of problem
solving between the students following learning model application of problem
solution oriented open ended mathematics and another group joining problem solving
Learning; (2) the contribution of interaction between instructional model and logical
mathematical intelligences towards problem solving skills. The study involved the
students of class X SMAN 2 Denpasar in 2015/2016 spread out into ten different
classes with homogeneous ability as the population. Based on random sampling the
classes X IPA 1, X IPA 2, and X IPA 5 were determine as experimental groups, while
classes X IPA 3, X IPA 4, dan X IPA 6 as control groups. The technique analysis Two
Way Analysis of Varians. The result of data analysis this research that (1) the
student’s ability of problem solving following learning model application of problem
solution oriented open ended mathematics in which it is better, compared which
student’s ability of problem solving following problem solution learning model ; (2)
there was a significant contribution of interaction between learning model application
and logical mathematical intelligences towards ability of problem solving.

Key word : problem solution learning model, problem solving, open-ended


mathematics, ability of problem solving, logical mathematics
intelligences.

54 FMIPA Undiksha
ISBN 978-602-6428-00-4

1. Pendahuluan mengembangkan daya nalarnya; (4)


Matematika sebagai salah satu kurang menekankan pada pembiasaan
mata pelajaran di sekolah dinilai cukup dalam pemecahan masalah bahkan hanya
memegang peranan penting dalam dihadapkan pada penyajian masalah yang
membentuk siswa menjadi berkualitas, kurang melatih siswa dalam
karena matematika merupakan suatu mengkonstruksi pengetahuannya; (5)
sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu siswa belum terbiasa memecahkan
secara logis dan sistematis. Morris Kline masalah matematika secara mandiri; (6)
(1961) menyebutkan bahwa jatuh pembelajaran berorientasi pada pengerjaan
bangunnya suatu negara dewasa ini soal-soal latihan saja dan penyampaian
tergantung dari kemajuan di bidang materi kurang didukung suasana yang
matematika. Hal ini disebabkan karena menyenangkan, serta kurang dikaitkan
matematika merupakan ilmu dasar (basic dengan kehidupan nyata.
sciences) dalam pengembangan ilmu Dari temuan tersebut di atas
pengetahuan dan teknologi (iptek). mengenai pelaksanaan pembelajaran, guru
Dengan demikian setiap upaya pengajaran perlu merancang suatu pembelajaran
matematika sekolah haruslah selalu matematika agar siswa lebih aktif dalam
mempertimbangkan perkembangan membangun pengetahuannya sendiri serta
matematika, penerapan dan penggunaan mampu menggunakan penalarannya dalam
matematika untuk menyelesaikan memahami dan memecahkan masalah
permasalahan sehari-hari. yang dihadapi. Hal ini menyebabkan guru
Salah satu bagian dari kemampuan cenderung mentransfer pengetahuan yang
matematika adalah memecahkan masalah dimilikinya kepada siswa, dan siswa
matematika. Pembelajaran matematika menerimanya secara pasif dan tidak kritis,
hendaknya mengutamakan pada mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki
kemampuan pemecahan masalah oleh siswa hanya bersifat hafalan,
matematika. Kegiatan belajar sehingga konsep cepat dilupakan. Proses
memecahkan masalah matematika sangat pembelajaran pada hakekatnya untuk
penting karena adanya fakta bahwa orang mengembangkan diri dalam upaya
yang mampu memecahkan masalah hidup memecahkan masalah dengan berbagai
dengan produktif serta terampil aktivitas dan kreativitas siswa, tetapi pada
memecahkan masalah akan mampu pelaksanaannya sering tidak disadari
berpacu dengan kebutuhan hidupnya, bahwa kegiatan pembelajaran yang
menjadi pekerja yang lebih produktif, dan dilaksanakan justru menghambat
memahami isu-isu kompleks yang kreativitas dan aktivitas siswa (Mulyasa,
berkaitan dengan masyarakat global 2002).
(Lambertus, 2011). Sesuai dengan pandangan
Berbagai upaya telah dilakukan kontruktivis, dalam belajar matematika
pemerintah untuk memperbaiki kualitas siswa tidak hanya sebagai penerima
pendidikan seperti perubahan kurikulum, informasi tetapi justru siswa lah yang
pelatihan/workshop, bantuan sarana berusaha menggali informasi dan
prasarana dan lainnya. Namun upaya membangun sendiri pengetahuannya
tersebut belum mampu meningkatkan sehingga menjadi pengalaman belajar
penguasaan siswa terhadap mata pelajaran yang mampu menguatkan ingatannya. Hal
terutama pada mata pelajaran matematika. ini sesuai dengan tuntutan dari
Hasil observasi dan wawancara penulis implementasi kurikulum 2013 yang
kepada beberapa siswa, ternyata terdapat mengamanatkan agar pembelajaran
temuan bahwa (1) pembelajaran belum berdasarkan pendekatan ilmiah yang
memberikan kesempatan kepada siswa dikenal dengan pendekatan saintifik,
untuk menemukan sendiri konsep yang dengan pusat pembelajaran berada pada
dipelajari; (2) guru masih mendominasi siswa (Student Centered). Dalam proses
kegiatan pembelajaran di kelas; (3) pembelajaran siswa hendaknya
pembelajaran kurang memberikan membiasakan diri dalam kegiatan
kesempatan kepada siswa untuk pembelajaran yang melatih kemampuan

FMIPA Undiksha 55
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

dalam mengkonstruksi sendiri siswa, sehingga siswa betul-betul mengerti


pengetahuannya berdasarkan pengetahuan akan konsep tersebut.
awalnya yang dapat dilakukan melalui Model pembelajaran pemecahan
kegiatan dalam model pembelajaran masalah berorientasi masalah matematika
pemecahan masalah berorientasi masalah terbuka akan membiasakan siswa untuk
matematika. menggali, mengeksplorasi serta melatih
Model pembelajaran pemecahan kemampuannya merencanakan langkah
masalah berorientasi masalah matematika yang diambil dalam memecahkan masalah,
terbuka memiliki lima langkah melatih komunikasi siswa terutama dalam
pembelajaran yaitu : (1) membaca dan kegiatan presentasi, serta mengembangkan
berpikir, yaitu mengidentifikasi fakta dan pengetahuannya berdasarkan informasi
pertanyaan terkait dengan permasalahan dan konsep yang dipelajari. Penerapan
yang diberikan, (2) mengeksplorasi dan model pembelajaran pemecahan masalah
merencanakan, yaitu mengorganisasikan berorientasi masalah matematika terbuka
informasi dari berbagai sumber belajar tidak hanya mengacu pada hasil akhir,
untuk menyelesaikan masalah yang tetapi bagaimana jawaban itu diperoleh.
diberikan, (3) memilih strategi, yaitu Masalah matematika terbuka yang
memilih strategi yang sesuai dengan diberikan kepada siswa diharapkan dapat
permasalahan yang diberikan, (4) memancing motivasi dan kreativitas siswa
menemukan jawaban, yaitu melaksanakan untuk menemukan ide-ide kreatif sehingga
strategi yang dipilih, siswa dapat mampu untuk membangkitkan semangat
melaksanakan strategi yang dipilih belajar siswa yang pada akhirnya
menggunakan keterampilan komputasi, bermuara pada peningkatan kemampuan
aljabar, atau geometri, dan (5) refleksi dan pemecahan masalah. Dengan penyajian
generalisasi, yaitu mengoreksi jawaban masalah matematika terbuka, siswa akan
dan masalah yang dihadapi. dilatih dan dibiasakan untuk
Dengan model pembelajaran mengembangkan berbagai ide dan
pemecahan masalah berorientasi masalah gagasannya dengan tujuan untuk
matematika terbuka, siswa akan terlatih mengembangkan potensi kecerdasan yang
mengembangkan ide-idenya sehingga dimiliki terutama kecerdasan logika
siswa dapat mengkonstruksi sendiri matematika. Sudiarta (2007) menyatakan
pengetahuan. Siswa tidak hanya sebagai bahwa masalah terbuka adalah masalah
penerima informasi/konsep dari guru, matematika yang dirumuskan sedemikian
melainkan siswalah yang berusaha rupa sehingga memiliki beberapa atau
menemukan konsep tersebut berdasarkan bahkan banyak solusi yang benar dan
pengetahuan awal yang dimiliki dengan terdapat banyak cara untuk
bantuan tuntunan guru. Kegiatan ini akan menyelesaikannya.
memperkuat ingatan siswa, karena mereka Dibandingkan dengan penyajian
sendiri yang mengkonstruksi pengetahuan masalah tertutup yang cenderung
berupa konsep yang diajarkan. Pernyataan digunakan dalam pembelajaran di kelas,
di atas sesuai dengan pendapat Ausubel penyajian masalah terbuka memberikan
yang mengatakan bahwa dalam belajar kesempatan kepada siswa untuk
matematika siswa tidak hanya menerima menginvestigasi berbagai strategi yang
dan menghafalkannya tetapi harus belajar diyakini sesuai dengan kemampuan yang
secara bermakna. Lebih jauh Ausubel dimiliki. Dengan pemberian masalah
menyatakan bahwa belajar akan bermakna terbuka siswa yang berkemampuan rendah
bagi siswa jika dalam belajar materinya juga dapat memberi jawaban menurut
dihubungkan dengan hal-hal yang telah caranya sendiri.
diketahui siswa dan telah dialami siswa Penerapan model pembelajaran
(Djaali, 2007). Jadi dalam belajar pemecahan masalah berorientasi masalah
bermakna konsep-konsep atau sifat-sifat matematika terbuka diharapkan dapat
matematika tidak disajikan dalam bentuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa,
jadi tetapi harus ditemukan sendiri oleh tertarik menerapkan strategi coba-ralat,
melatih kemapuan berpikir dengan

56 FMIPA Undiksha
ISBN 978-602-6428-00-4

menggunakan logika yang diharapkan matematis rendah. Pemilihan kecerdasan


dapat mengoptimalkan potensi kecerdasan logis matematis siswa dilakukan dengan
logis matematis. Berdasarkan latar memberikan tes pilihan ganda dengan lima
belakang permasalahan tersebut, pilihan jawaban.
tampaknya model pembelajaran
pemecahan masalah berorientasi masalah
matematika terbuka perlu diterapkan. Tabel 01 Rancangan Eksperimen
Penerapan secara interaktif antara model
Kelompok Perlakuan Post Test
pembelajaran pemecahan masalah
Eksperimen Tes
berorientasi masalah matematika terbuka A1
(E) Kemampuan
diduga dapat memberikan sumbangan Pemecahan
alternatif pemecahan masalah dalam Kontrol (K) A2
Masalah
proses pembelajaran matematika, Keterangan Tabel 01 :
khususnya dalam pencapaian kemampuan A1 = Perlakuan dengan model pembelajaran
pemecahan masalah. pemecahan masalah berorientasi
masalah matematika terbuka
Dalam upaya membangkitkan A2 = Perlakuan dengan model pembelajaran
kemampuan siswa terhadap pemecahan pemecahan masalah
masalah nampaknya mind set siswa dalam
belajar matematika yang menganggap Berdasarkan Tabel 01 menyatakan
bahwa belajar matematika adalah belajar bahwa penelitian ini akan memberikan
berhitung saja perlu diubah agar siswa perlakuan dalam pembelajaran melalui dua
mampu berpikir logis dalam memecahkan model yaitu model pembelajaran
masalah matematika yang diberikan pemecahan masalah berorientasi masalah
berdasarkan penalarannya. Dalam matematika terbuka untuk kelas ekperimen
mempelajari, memahami, dan dan model pembelajaran pemecahan untuk
memecahkan masalah yang berkaitan kelas kontrol yang akan menunjukkan
maka perlu menggunakan penalaran logis bagaimana kemampuan pemecahan
dan kemampuan numerik yang tinggi. masalah siswa dapat diprediksi dalam
Kemampuan untuk menangani pelajaran matematika setelah menerima
kejadian/masalah-masalah yang berantai perlakuan tersebut.
atau terkait dan menghargai pola-pola Pada masing-masing kelas
keteraturan dengan nalar dan matematika terdapat kelompok yang memiliki
merupakan bagian dari kecerdasan logis kecerdasan logis matematis tinggi dan
matematis. Kecerdasan logis matematis rendah. Dengan mencari 27% kelompok
melibatkan perhitungan secara matematis, atas untuk siswa yang memiliki
berpikir logis, pemecahan masalah, dan kecerdasan logis matematis tinggi dan
ketajaman pola-pola serta hubungan- 27% kelompok bawah untuk siswa yang
hubungan (Fahtani, 2008). Oleh sebab itu memiliki kecerdasan logis matematis
tinjauan penelitian ini adalah kecerdasan rendah maka ada 4 kelompok yaitu: (1)
logis matematis. siswa yang diberikan model pembelajaran
pemecahan masalah berorientasi masalah
2. Metode Penelitian matematika terbuka untuk kecerdasan
Desain penelitian yang digunakan logis matematis tinggi, (2) siswa yang
dalam penelitian ini desain faktorial 2x2 diberikan model pembelajaran pemecahan
yang merupakan modifikasi dari “ Post masalah berorientasi masalah matematika
Test Only Control Group Design “ terbuka untuk kecerdasan logis matematis
(Fraenkel and Wallen, 2009) yaitu rendah, (3) siswa yang diberikan model
perbedaan kemampuan pemecahan pembelajaran pemecahan masalah untuk
masalah akibat perlakuan yang diberikan. kecerdasan logis matematis tinggi dan, (4)
Faktor pemilihannya adalah siswa yang diberikan model pembelajaran
variabel moderator kecerdasan logis pemecahan masalah untuk kecerdasan
matematis siswa. Pemilihan dibagi atas logis matematis rendah. Rancangan
dua tingkatan yaitu kecerdasan logis
matematis tinggi dan kecerdasan logis

FMIPA Undiksha 57
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

analisis varian (anava 2 arah) seperti pada dengan menentukan validitas isi tes
tabel sebagai berikut. (konstruk), validitas butir tes, dan
reliabilitas tes.
Tabel 02 Rancangan Analisis Anava 2 Arah Dalam pengujian content validity,
peneliti mencari dua orang ahli untuk
Kecerdasan Logis Perlakuan
Matematis
menilai instrumen beserta kisi-kisi
A1 A2
Kecerdasan Logis A1B1 A2B1
pembuatan instrumen. Penilaian kedua
Matematis Tinggi pakar tersebut, selanjutnya dihitung
(B1) dengan teknik tertentu yang dikenal
Kecerdasan Logis A1B2 A2B2 dengan teknik Gregory. Dari penilaian dua
Matematis Rendah judges, dapat ditentukan validitas isi
(B2) instrumen dengan menghitung koefisien
validitas. Koefisien validitas dihitung
Dalam penelitian ini yang menggunakan rumus Gregory.
dijadikan sebagai populasi adalah seluruh Sedangkan uji validitas butir
siswa kelas X SMA Negeri 2 Denpasar instrumen dilakukan pada tes kecerdasan
tahun pelajaran 2015/2016 yang tersebar logis matematis. Berkaitan dengan
dalam 10 kelas. Berdasarkan hasil random pengujian instrumen Arikunto (2002)
diperoleh kelas X IPA 1, X IPA 2, dan X menjelaskan bahwa validitas adalah suatu
IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan X ukuran yang menunjukkan tingkat
IPA 3, X IPA 4, dan X IPA 6 sebagai keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.
kelas kontrol. Alat ukur yang kurang valid berarti
Data yang dikumpulkan dalam memiliki validitas rendah. Untuk menguji
penelitian ini meliputi : 1) Kecerdasan validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari
logis matematis siswa, dan 2) tes harga korelasi antara bagian-bagian alat
kemampuan pemecahan masalah. Metode ukur secara keseluruhan dengan cara
yang dipergunakan untuk mengumpulkan mengkorelasikan setiap butir alat ukur
data menggunakan tes. Untuk dengan skor total yang merupakan jumlah
mengumpulkan data mengenai kecerdasan tiap skor butir, dengan rumus Product
logis matematis digunakan tes kecerdasan Moment dari Pearson. Uji reliabilitas butir
logis matematis yang berbentuk pilihan instrumen dilakukan pada tes kecerdasan
ganda, sedangkan data mengenai logis matematis. Reabilitas adalah indeks
kemampuan pemecahan masalah yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
digunakan tes pilihan ganda. Data yang pengukur dapat dipercaya atau dapat
diperoleh dikumpulkan dalam tabel diandalkan. Bila suatu alat pengukur
pengumpulan data seperti berikut. dipakai dua kali atau lebih untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil
Tabel 03 Instrumen dan Metode pengukuran yang relatif konsisten, maka
alat pengukur tersebut reliabel. Dengan
No Jenis Data Sumber Instrumen kata lain, reliabilitas menunjukkan
1 Kecerdasan Siswa Tes konsistensi suatu alat pengukur didalam
logis Kecerdasan mengukur gejala yang isama. Dalam
matematis Logis penelitian ini digunakan teknik
Matematis pengukuran dengan metode alpha. Metode
2 Kemampuan Siswa Tes alpha adalah metode untuk mencari
pemecahan kemampuan reliabelitas yaitu dengan menganalisis
masalah pemecahan
reliabilitas alat ukur dari satu kali
masalah
pengukuran.
Sebelum melakukan analisis data,
Pengumpulan Data Penelitian
maka data yang diperoleh diuji terlebih
Agar instrumen yang telah disusun
dahulu normalitas dan homogenitasnya.
layak dipergunakan dalam penelitian,
Sebelum melakukan analisis data, maka
maka dilakukan uji validitas instrumen.
data yang diperoleh diuji terlebih dahulu
Validitas instrument penelitian dilakukan
normalitas dan homogenitasnya. Uji

58 FMIPA Undiksha
ISBN 978-602-6428-00-4

normalitas sebaran data dilakukan dengan baik daripada kemampuan


menggunakan statistik Kolmogorov- pemecahan masalah siswa
Smirnov dan Shapiro-Wilk (Candiasa, yang mengikuti model
2004a) dengan program SPSS 16 for pembelajaran pemecahan
windows. Kriteria pengujiannya adalah masalah.
data memiliki sebaran normal jika angka
signifikansi yang diperoleh lebih besar 2) H0(2) : µA× µB = 0
dari 0,05. Uji homogenitas varians antara artinya tidak terdapat
kelompok digunakan untuk mengukur interaksi antara model
apakah sebuah group (data kategori) pembelajaran dan
mempunyai varians yang sama antara kecerdasan logis matematis
anggota group tersebut dan untuk terhadap kemampuan
meyakinkan bahwa perbedaan yang terjadi pemecahan masalah siswa.
akibat adanya perbedaan dalam kelompok. melawan
Setelah diuji normalitasnya maka perlu H1(2) : µA× µB
diuji homogenitasnya. Uji homogenitas artinya terdapat interaksi
varians antar kelompok dilakukan dengan antara model pembelajaran
menggunakan Levene’s test of equality of dan kecerdasan logis
error variance (Candiasa, 2004a) dengan matematis terhadap
bantuan program SPSS 16. Kriteria kemampuan pemecahan
pengujiannya adalah data memiliki varians masalah siswa.
yang sama jika angka signifikansi yang Untuk menguji hipotesis tersebut
diperoleh lebih besar dari 0,05. digunakan uji anava dua jalur (Anava AB)
Dalam penelitian ini diajukan dua dengan bantuan SPSS 16.0 For Windows
hipotesis yang diklasifikasikan menjadi: dengan kriteria menolak H0 jika angka
hipotesis pengaruh utama menurut model signifikansi/probabilitas lebih kecil dari
pembelajaran (MP) dan hipotesis pengaruh 0,05 (Sarwono, 2010 : 47).
interaktif (MP*KL), Pengujian hipotesis-
hipotesis tersebut dijabarkan menjadi 3. Hasil Dan Pembahasan
pengujian hipotesis nol (H0) melawan Pada penelitian ini dikaji
hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut. perbedaan kemampuan pemecahan
1) H0(1) : µA1 = µA2, masalah sebagai hasil treatment antara
artinya kemampuan penerapan model pembelajaran pemecahan
pemecahan masalah siswa masalah berorientasi masalah matematika
yang mengikuti penerapan terbuka dan model pembelajaran
model pembelajaran pemecahan masalah dengan
pemecahan masalah mempertimbangkan kecerdasan logis
berorientasi masalah matematis siswa. Penelitian ini
matematika terbuka tidak menggunakan rancangan faktorial 2x2
lebih baik daripada dengan menggunakan anava dua jalur.
kemampuan pemecahan Eksperimen faktorial adalah eksperimen
masalah siswa yang yang hampir semua atau semua taraf pada
mengikuti model sebuah faktor dikombinasikan atau
pembelajaran pemecahan disilangkan dengan semua taraf tiap faktor
masalah. lainnya yang ada dalam eksperimen.
melawan Berdasarkan rasional tersebut, data
H1(1) : µA1 > µA2, dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
artinya kemampuan menjadi: (1) kelompok A1 yaitu, data dari
pemecahan masalah siswa kelompok siswa yang belajar
yang mengikuti penerapan menggunakan model pembelajaran
model pembelajaran pemecahan masalah berorientasi masalah
pemecahan masalah matematika terbuka, (2) kelompok A2
berorientasi masalah yaitu, data dari kelompok siswa yang
matematika terbuka lebih belajar menggunakan model pembelajaran

FMIPA Undiksha 59
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

pemecahan masalah, (3) kelompok B1 Oleh karena itu pengujian hipotesis dapat
yaitu, data dari kelompok siswa yang dilanjutkan dengan menggunakan analisis
memiliki kecerdasan logis matematis varians (anava) dua jalur.
tinggi, (4) kelompok B2 yaitu, data dari Hipotesis pertama dalam penelitian
kelompok siswa yang memiliki kecerdasan ini berbunyi:
logis rendah, (5) kelompok A1B1 yaitu “kemampuan pemecahan masalah siswa
data dari kelompok siswa yang memiliki yang mengikuti model pembelajaran
kecerdasan logis tinggi yang belajar pemecahan masalah berorientasi masalah
dengan model pembelajaran pemecahan matematika terbuka lebih baik daripada
masalah berorientasi masalah matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran
terbuka, (6) kelompok A1B2 yaitu data dari pemecahan masalah”.
kelompok siswa yang memiliki kecerdasan Secara statistik hipotesis nol dan hipotesis
logis rendah yang belajar dengan model alternatif dapat dirumuskan sebagai
pembelajaran pemecahan masalah berikut.
berorientasi masalah matematika terbuka, H0(1) : µA1 = µA2, melawan
(7) kelompok A2B1 yaitu, data dari H1(1) : µA1 > µA2
kelompok siswa yang memiliki kecerdasan Kriteria penolakan Ho apabila
logis matematis tinggi yang belajar dengan antar tingkatan faktor pada model
model pembelajaran pemecahan masalah, pembelajaran (antar kolom) nilai Fhitung
dan (8) kelompok A2B2 yaitu data dari lebih besar daripada nilai Ftabel (F h > Ft)
kelompok siswa yang memiliki kecerdasan atau angka signifikansi lebih kecil dari
logis matematis rendah yang belajar 0,05. Nilai Fhitung diperoleh sebesar 7,088
dengan model pembelajaran pemecahan dan Ftabel sebesar 3,92. Jika dibandingkan
masalah. nilai Fhitung dengan Ftabel didaptkan bahwa
Pada siswa yang belajar dengan Fhitung>Ftabel dengan taraf signifikansi (p) <
model pembelajaran pemecahan masalah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
berorientasi masalah matematika terbuka hipotesis nol yang menyatakan
(kelompok eksperimen) yang memiliki “kemampuan pemecahan masalah siswa
kecerdasan logis tinggi memiliki rata-rata dengan model pembelajaran pemecahan
kemampuan pemecahan masalah terbesar. masalah berorientasi masalah matematika
Data ini menggambarkan bahwa kelompok terbuka tidak lebih baik daripada siswa
siswa yang belajar dengan pemecahan yang belajar menggunakan model
masalah berorientasi masalah matematika pembelajaran pemecahan masalah”,
terbuka pada siswa yang memiliki ditolak. Sebaliknya hipotesis alternatif
kecerdasan logis tinggi memiliki nilai (H1) yang menyatakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah yang “kemampuan pemecahan masalah siswa
paling bagus. Disamping itu, kelompok yang belajar menggunakan model
siswa yang belajar dengan pemecahan pembelajaran pemecahan masalah
masalah berorientasi masalah matematika berorientasi masalah matematika terbuka
terbuka pada siswa yang memiliki lebih baik daripada siswa yang belajar
kecerdasan logis tinggi memiliki standar menggunakan model pembelajaran
deviasi paling kecil. Data ini memberikan pemecahan masalah”, diterima.
gambaran bahwa sebaran data pada Jadi, simpulannya bahwa terdapat
kelompok siswa yang belajar dengan perbedaan kemampuan pemecahan
pemecahan masalah berorientasi masalah masalah yang signifikan antara siswa yang
matematika terbuka pada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
memiliki kecerdasan logis tinggi tersebar pemecahan masalah berorientasi masalah
merata matematika terbuka dengan siswa yang
Bertitik tolak dari hasil uji belajar menggunakan model pembelajaran
normalitas dan homogenitas data pemecahan masalah. Rata-rata
kemampuan pemecahan masalah di atas, kemampuan pemecahan masalah
dapat dikatakan bahwa persyaratan untuk kelompok siswa yang belajar
pengujian hipotesis dengan analisis menggunakan model pembelajaran
varians (anava) dua jalur dapat dipenuhi. pemecahan masalah berorientasi masalah

60 FMIPA Undiksha
ISBN 978-602-6428-00-4

matematika terbuka ( X = 74,49) dengan didapatkan bahwa Fhitung>Ftabel dengan


kualifikasi sangat tinggi lebih besar jika taraf signifikansi (p) < 0,05.
dibandingkan dengan rata-rata kelompok 2) terdapat pengaruh interaksi yang
siswa yang belajar menggunakan model signifikan antara model pembelajaran
dan kecerdasan logis matematis
pembelajaran pemecahan masalah ( X =
terhadap kemampuan pemecahan
69,65) berada pada kualifikasi tinggi.
masalah dengan nilai Fhitung(AB) =
Hipotesis kedua yang berbunyi:
18,189 dengan signifikansi sebesar
“Terdapat interaksi antara model
0,000 (p<0,05).
pembelajaran dan kecerdasan logis
matematis terhadap kemampuan
5. Daftar Pustaka
pemecahan masalah siswa.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
H0(2) : µA× µB = 0, melawan
Suatu Pendekatan Praktek.
H1(2) : µA× µB
Jakarta: Rineka Cipta
Kriteria penolakan Ho apabila antar
tingkatan faktor pada model pembelajaran
Candiasa, I. M. 2004. Analisis Butir
(antar kolom) nilai Fhitung lebih besar
Disertai Aplikasi dengan
daripada nilai Ftabel (Fh > Ft) atau angka
ITEMAN, BIG STEPS dan SPSS.
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Singaraja : IKIP Negeri
Nilai Fhitung diperoleh sebesar 18,189 dan
Singaraja.
Ftabel sebesar 3,92. Jika dibandingkan nilai
Fhitung dengan Ftabel didapatkan bahwa
Deddy, S. 2008. Pembelajaran Berbasis
Fhitung>Ftabel dengan taraf signifikansi (p) <
Masalah untuk Meningkatkan
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
Kemampuan Pemecahan
hipotesis nol yang menyatakan “tidak
masalah dan Komunikasi
terdapat pengaruh interaksi antara model
Matematika Siswa Sekolah
pembelajaran dengan kecerdasan logis
Menengah Pertama. Tesis. :
matematis terhadap kemampuan
Tidak Diterbitkan
pemecahan masalah”, ditolak. Sebaliknya,
hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan
Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan
bahwa “terdapat pengaruh interaksi antara
Pembelajaran. Jakarta: PT.
model pembelajaran dengan kecerdasan
Proyek Pembinaan&Peningkatan
logis matematis terhadap kemampuan
Mutu Tenaga Kependidikan
pemecahan masalah”, diterima. Jadi,
Dirjen Dikti Depdikbud.
simpulannya adalah terdapat interaksi
antara model pembelajaran dengan
Djaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan.
kecerdasan logis matematis terhadap
Jakarta : PT Bumi Aksara
kemampuan pemecahan masalah.
Djamarah, 2002. Prestasi Belajar. Jakarta
4. Simpulan
: Universitas Terbuka.
Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan hasil penelitian, maka
Fraenkel Jack, R. 1993. Haw to Design
simpulan yang dapat ditarik dirumuskan
and Evaluate Research in
sebagai berikut.
Education : McGraw Hill
1) kemampuan pemecahan masalah siswa
Publising Com.
yang belajar menggunakan model
pembelajaran pemecahan masalah
Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences :
berorientasi masalah matematika
The Theory in Practice A
terbuka lebih baik daripada siswa yang
Reader. New York : Basic
belajar menggunakan model
Books.
pembelajaran pemecahan masalah
dengan nilai Fhitung diperoleh sebesar
Hamzah. 2002. Pembelajaran Matematika
7,088 dan Ftabel sebesar 3,92. Jika
Menurut Teori Belajar
dibandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel
Konstruktivisme. Jurnal

FMIPA Undiksha 61
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016

Pendidikan Dan Kebudayaan Satuan Pendidikan (KTSP) dan


No. 040. Tahun Ke-8, November Persiapan menghadapi
2002 Sertifikasi Guru. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Hoerr, T.R. 2000. Becoming a multiple
intelligences school. Alexandria: Lambertus. (2011). Pengaruh
Association for Supervision and Pembelajaran Berbasis Masalah
Curriculum Development. terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah,
Hudojo, H. 2003. Pengembangan Komunikasi dan Representasi
Kurikulum Matematika dan Matematis Siswa SMP. Disertasi
Pelaksanaannya di Depan Kelas. FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan
Surabaya : Usaha Nasional
Larson, D. 2001. Multiple Intelligences. A
Kadir, P. 2010. Penerapan Pembelajaran Perspective in Learning and
Kontekstual Berbasis Potensi Applicability.
Pesisir Sebagai Upaya
Peningkatan Kemampuan Lisnawati. 1993. Metode Mengajar
Pemecahan Masalah, Komunikasi Matematika. Jakarta : Rineka
Matematik, dan Keterampilan Cipta
Sosial Siswa SMP. Disertasi UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan. Masykur dan Fathani. 2008. Mathematical
Intelligence: Cara Cerdas
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Melatih Otak dan
Guru Implementasi Kurikulum Menanggulangi Kesulitan
2013. Jakarta : BPSDMPK dan Belajar, Jogjakarta: ArRuzz
PMP Media

Krulik, S. & Rudnick, J.A. 1996. The New Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis
Sourcebook For Teaching Kompetensi. Bandung : Remaja
Reasoning and Problem Solving in Rosda Karya.
Junior and High School. Boston ;
Allyn and Bacon Purwanto, M. N. 2006. Psikologi
pendidikan. Bandung: PT.
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Remaja Rosdakarya.
Implementasi Kurikulum Tingkat

62 FMIPA Undiksha

Anda mungkin juga menyukai