Email : komangwirasti123@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan
masalah antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah
berorientasi masalah matematika terbuka dan siswa yang belajar dengan model
pembelajaran pemecahan masalah; (2) mengetahui ada tidaknya interaksi antara
model pembelajaran dan kecerdasan logis matematis terhadap kemampuan pemecahan
masalah. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Denpasar tahun
pelajaran 2015/2016 yang terdistribusi dalam sepuluh kelas. Sampel ditentukan
dengan teknik cluster random sampling, diperoleh siswa pada kelas X IPA 1, X IPA
2, dan X IPA 5 sebagai kelompok eksperimen dan X IPA 3, X IPA 4, dan X IPA 6
sebagai kelompok kontrol. Hasilnya dianalis menggunakan analisis varian dua jalur
(anava dua arah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang belajar dengan model
pembelajaran pemecahan masalah berorientasi masalah matematika terbuka dan siswa
yang belajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah; (2) terdapat interaksi
yang signifikan antara model pembelajaran dan kecerdasan logis matematis terhadap
kemampuan pemecahan masalah.
Abstract
The study was conducted in order to analyze: (1) the different ability of problem
solving between the students following learning model application of problem
solution oriented open ended mathematics and another group joining problem solving
Learning; (2) the contribution of interaction between instructional model and logical
mathematical intelligences towards problem solving skills. The study involved the
students of class X SMAN 2 Denpasar in 2015/2016 spread out into ten different
classes with homogeneous ability as the population. Based on random sampling the
classes X IPA 1, X IPA 2, and X IPA 5 were determine as experimental groups, while
classes X IPA 3, X IPA 4, dan X IPA 6 as control groups. The technique analysis Two
Way Analysis of Varians. The result of data analysis this research that (1) the
student’s ability of problem solving following learning model application of problem
solution oriented open ended mathematics in which it is better, compared which
student’s ability of problem solving following problem solution learning model ; (2)
there was a significant contribution of interaction between learning model application
and logical mathematical intelligences towards ability of problem solving.
54 FMIPA Undiksha
ISBN 978-602-6428-00-4
FMIPA Undiksha 55
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
56 FMIPA Undiksha
ISBN 978-602-6428-00-4
FMIPA Undiksha 57
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
analisis varian (anava 2 arah) seperti pada dengan menentukan validitas isi tes
tabel sebagai berikut. (konstruk), validitas butir tes, dan
reliabilitas tes.
Tabel 02 Rancangan Analisis Anava 2 Arah Dalam pengujian content validity,
peneliti mencari dua orang ahli untuk
Kecerdasan Logis Perlakuan
Matematis
menilai instrumen beserta kisi-kisi
A1 A2
Kecerdasan Logis A1B1 A2B1
pembuatan instrumen. Penilaian kedua
Matematis Tinggi pakar tersebut, selanjutnya dihitung
(B1) dengan teknik tertentu yang dikenal
Kecerdasan Logis A1B2 A2B2 dengan teknik Gregory. Dari penilaian dua
Matematis Rendah judges, dapat ditentukan validitas isi
(B2) instrumen dengan menghitung koefisien
validitas. Koefisien validitas dihitung
Dalam penelitian ini yang menggunakan rumus Gregory.
dijadikan sebagai populasi adalah seluruh Sedangkan uji validitas butir
siswa kelas X SMA Negeri 2 Denpasar instrumen dilakukan pada tes kecerdasan
tahun pelajaran 2015/2016 yang tersebar logis matematis. Berkaitan dengan
dalam 10 kelas. Berdasarkan hasil random pengujian instrumen Arikunto (2002)
diperoleh kelas X IPA 1, X IPA 2, dan X menjelaskan bahwa validitas adalah suatu
IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan X ukuran yang menunjukkan tingkat
IPA 3, X IPA 4, dan X IPA 6 sebagai keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.
kelas kontrol. Alat ukur yang kurang valid berarti
Data yang dikumpulkan dalam memiliki validitas rendah. Untuk menguji
penelitian ini meliputi : 1) Kecerdasan validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari
logis matematis siswa, dan 2) tes harga korelasi antara bagian-bagian alat
kemampuan pemecahan masalah. Metode ukur secara keseluruhan dengan cara
yang dipergunakan untuk mengumpulkan mengkorelasikan setiap butir alat ukur
data menggunakan tes. Untuk dengan skor total yang merupakan jumlah
mengumpulkan data mengenai kecerdasan tiap skor butir, dengan rumus Product
logis matematis digunakan tes kecerdasan Moment dari Pearson. Uji reliabilitas butir
logis matematis yang berbentuk pilihan instrumen dilakukan pada tes kecerdasan
ganda, sedangkan data mengenai logis matematis. Reabilitas adalah indeks
kemampuan pemecahan masalah yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
digunakan tes pilihan ganda. Data yang pengukur dapat dipercaya atau dapat
diperoleh dikumpulkan dalam tabel diandalkan. Bila suatu alat pengukur
pengumpulan data seperti berikut. dipakai dua kali atau lebih untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil
Tabel 03 Instrumen dan Metode pengukuran yang relatif konsisten, maka
alat pengukur tersebut reliabel. Dengan
No Jenis Data Sumber Instrumen kata lain, reliabilitas menunjukkan
1 Kecerdasan Siswa Tes konsistensi suatu alat pengukur didalam
logis Kecerdasan mengukur gejala yang isama. Dalam
matematis Logis penelitian ini digunakan teknik
Matematis pengukuran dengan metode alpha. Metode
2 Kemampuan Siswa Tes alpha adalah metode untuk mencari
pemecahan kemampuan reliabelitas yaitu dengan menganalisis
masalah pemecahan
reliabilitas alat ukur dari satu kali
masalah
pengukuran.
Sebelum melakukan analisis data,
Pengumpulan Data Penelitian
maka data yang diperoleh diuji terlebih
Agar instrumen yang telah disusun
dahulu normalitas dan homogenitasnya.
layak dipergunakan dalam penelitian,
Sebelum melakukan analisis data, maka
maka dilakukan uji validitas instrumen.
data yang diperoleh diuji terlebih dahulu
Validitas instrument penelitian dilakukan
normalitas dan homogenitasnya. Uji
58 FMIPA Undiksha
ISBN 978-602-6428-00-4
FMIPA Undiksha 59
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
pemecahan masalah, (3) kelompok B1 Oleh karena itu pengujian hipotesis dapat
yaitu, data dari kelompok siswa yang dilanjutkan dengan menggunakan analisis
memiliki kecerdasan logis matematis varians (anava) dua jalur.
tinggi, (4) kelompok B2 yaitu, data dari Hipotesis pertama dalam penelitian
kelompok siswa yang memiliki kecerdasan ini berbunyi:
logis rendah, (5) kelompok A1B1 yaitu “kemampuan pemecahan masalah siswa
data dari kelompok siswa yang memiliki yang mengikuti model pembelajaran
kecerdasan logis tinggi yang belajar pemecahan masalah berorientasi masalah
dengan model pembelajaran pemecahan matematika terbuka lebih baik daripada
masalah berorientasi masalah matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran
terbuka, (6) kelompok A1B2 yaitu data dari pemecahan masalah”.
kelompok siswa yang memiliki kecerdasan Secara statistik hipotesis nol dan hipotesis
logis rendah yang belajar dengan model alternatif dapat dirumuskan sebagai
pembelajaran pemecahan masalah berikut.
berorientasi masalah matematika terbuka, H0(1) : µA1 = µA2, melawan
(7) kelompok A2B1 yaitu, data dari H1(1) : µA1 > µA2
kelompok siswa yang memiliki kecerdasan Kriteria penolakan Ho apabila
logis matematis tinggi yang belajar dengan antar tingkatan faktor pada model
model pembelajaran pemecahan masalah, pembelajaran (antar kolom) nilai Fhitung
dan (8) kelompok A2B2 yaitu data dari lebih besar daripada nilai Ftabel (F h > Ft)
kelompok siswa yang memiliki kecerdasan atau angka signifikansi lebih kecil dari
logis matematis rendah yang belajar 0,05. Nilai Fhitung diperoleh sebesar 7,088
dengan model pembelajaran pemecahan dan Ftabel sebesar 3,92. Jika dibandingkan
masalah. nilai Fhitung dengan Ftabel didaptkan bahwa
Pada siswa yang belajar dengan Fhitung>Ftabel dengan taraf signifikansi (p) <
model pembelajaran pemecahan masalah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
berorientasi masalah matematika terbuka hipotesis nol yang menyatakan
(kelompok eksperimen) yang memiliki “kemampuan pemecahan masalah siswa
kecerdasan logis tinggi memiliki rata-rata dengan model pembelajaran pemecahan
kemampuan pemecahan masalah terbesar. masalah berorientasi masalah matematika
Data ini menggambarkan bahwa kelompok terbuka tidak lebih baik daripada siswa
siswa yang belajar dengan pemecahan yang belajar menggunakan model
masalah berorientasi masalah matematika pembelajaran pemecahan masalah”,
terbuka pada siswa yang memiliki ditolak. Sebaliknya hipotesis alternatif
kecerdasan logis tinggi memiliki nilai (H1) yang menyatakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah yang “kemampuan pemecahan masalah siswa
paling bagus. Disamping itu, kelompok yang belajar menggunakan model
siswa yang belajar dengan pemecahan pembelajaran pemecahan masalah
masalah berorientasi masalah matematika berorientasi masalah matematika terbuka
terbuka pada siswa yang memiliki lebih baik daripada siswa yang belajar
kecerdasan logis tinggi memiliki standar menggunakan model pembelajaran
deviasi paling kecil. Data ini memberikan pemecahan masalah”, diterima.
gambaran bahwa sebaran data pada Jadi, simpulannya bahwa terdapat
kelompok siswa yang belajar dengan perbedaan kemampuan pemecahan
pemecahan masalah berorientasi masalah masalah yang signifikan antara siswa yang
matematika terbuka pada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
memiliki kecerdasan logis tinggi tersebar pemecahan masalah berorientasi masalah
merata matematika terbuka dengan siswa yang
Bertitik tolak dari hasil uji belajar menggunakan model pembelajaran
normalitas dan homogenitas data pemecahan masalah. Rata-rata
kemampuan pemecahan masalah di atas, kemampuan pemecahan masalah
dapat dikatakan bahwa persyaratan untuk kelompok siswa yang belajar
pengujian hipotesis dengan analisis menggunakan model pembelajaran
varians (anava) dua jalur dapat dipenuhi. pemecahan masalah berorientasi masalah
60 FMIPA Undiksha
ISBN 978-602-6428-00-4
FMIPA Undiksha 61
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016
Krulik, S. & Rudnick, J.A. 1996. The New Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis
Sourcebook For Teaching Kompetensi. Bandung : Remaja
Reasoning and Problem Solving in Rosda Karya.
Junior and High School. Boston ;
Allyn and Bacon Purwanto, M. N. 2006. Psikologi
pendidikan. Bandung: PT.
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Remaja Rosdakarya.
Implementasi Kurikulum Tingkat
62 FMIPA Undiksha