STUDI KEPUSTAKAAN
Disusun
Oleh
Dosen pembimbing
Prof. Dr. Jamaluddin, M.Ed.
2021
1
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak,
kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan,
walaupun didalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbatasan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak. kekurangan,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat
menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.
Kelompok 9
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….…3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...5
A. KESIMPULAN……………………………………………………………....12
B. SARAN……………………………………………………………………....12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….….14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk
disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi
kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis,
penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan
dengan topik penelitian. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang
akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang
peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada
kaitannya dengan penelitiannya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat
memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya.
5
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat
yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk
dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan seorang peneliti hendaknya
mengenal tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal
situasi perpustakaan peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang diperlukan.
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber
informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku buku
pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi jurnal, ensiklopedi,
dan bahan-bahan khusus lain. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi
dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.
6
2. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
Menggali teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian dan
melakukan komparasi-komparasi dan menemukan konsep-konsep yang relevan
dengan pokok masalahyang dibahas dalam penelitian.
3. Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan pemecahan
masalah dan pemikiran untuk perumusan hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian. Sebab dalam ilmu pengetahuan pada umumnya teori mempunyai dua
fungsi pokok yaitu:
a), menerangkan generalisasi empiris yang sudah diketahui;
b). meramalkan generalisasi empiris yang belum diketahui.
7
Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi
pendahuluan (prelimanry research) untuk memahami lebih dalam gejala baru yang
tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat. Ahli kedokteran atau biologi,
misalnya, terpaksa melakukan riset pustaka untuk mengetahui sifat dan jenis-jenis virus
atau bakteri penyakit yang belum dikenal baru-baru ini seperti "sindrom virus
pernafasan akut" (severe acute respiratory syndrome - SARS). Ilmuwan sosial terpaksa
mempelajari apa itu nagari di saat demam "kembali ke nagari" meramaikan wacana
otonomi khas Sumatera Barat. Pakar agama tergugah untuk membuka kembali literatur
untuk mencari jawaban yang lebih tegas tentang apa sikap Islam terhadap perang dan
damai di saat berkecamuknya Perang Irak dewasa ini. Para pakar Islam juga terdorong.
mempelajari kembali gejala ideologi-ideologi dalam agama Islam di masa lalu pada
saat maraknya aliran-aliran Islam "sempalan" dewasa ini.
Ketiga ialah data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitiannya.
Bukankah perpustakaan merupakan tambang emas yang sangat kaya untuk riset ilmiah!
Lagi pula, informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan orang lain, baik berupa
laporan hasil penelitian, atau laporan-laporan resmi, buku-buku yang tersimpan di per
pustakaan tetap dapat dipergunakan oleh periset kepustakaan. Dalam kasus tertentu
data lapangan diperkirakan tidak cukup signifikan untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang akan dilakukan.
Riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat serta mengolah bahan penelitian.
Bahan kepustakaan dapat berupa sumber primer (primary source) maupun sekunder
(secondary source). Bahan kepustakaan yang merupakan sumber primer adalah karangan
asli yang ditulis oleh seorang yang melihat, mengalami, atau mengerjakan sendiri. Bahan
kepustakaan semacam ini dapat berupa buku harian (autobiography), tesis, disertasi,
laporan penelitian, dan hasil wawancara. Selain sumber primer dapat berupa laporan
pandangan mata suatu pertandingan, statistik sensus penduduk dan lain sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber sekunder (secondary source) adalah tulisan
tentang penelitian orang lain, tinjauan, ringkasan, kritikan, dan tulisan tulisan serupa
mengenai hal-hal yang tidak langsung disaksikan atau dialami sendiri oleh penulis. Bahan
8
kepustakaan sekunder terdapat di ensiklopedi, kamus, buku pegangan, abstrak, indeks, dan
textbooks. Dalam melaksanakan kegiatan studi kepustakaan sebaiknya digunakan sumber
kepustakaan primer yang informasinya lebih otentik.
Namun bahan kepustakaan primer yang relevan dengan masalah peneliti tidak
selalu ada, atau karena waktu yang terbatas sulit untuk diperoleh. Bila hal ini terjadi peneliti
terpaksa menggunakan bahan kepustakaan sekunder. Untuk ini perlu dipertimbangkan
adanya 'bias' dari penulisnya sebab informasi ini tidak berasal dari sumber langsung.
Beberapa sumber kepustakaan yang biasanya ada di perpustakaan perguruan tinggi adalah:
9
saja menggunakannya. Meskipun demikian, calon peneliti yang ingin
memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih perlu mengenal seluk-beluk studi
perpustakaan untuk kepentingan penelitian atau untuk kepentingan membuat
makalah.
3. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti
memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama
di lapangan. Sumber pustaka sedikit banyak mengandung bias (prasangka) atau titik
pandangan orang yang membuatnya. Misalnya, ketika seorang peneliti berharap
menemukan data tertentu dalam sebuah monograf nagari di sebuah perpustakaan,
ia mungkin dapat menemukan monografnya, tetapi tak selalu dapat menemukan
informasi yang diperlukan karena informasi yang tersedia dibuat sesuai dengan
kepentingan penyusunnya. Dengan begitu, peneliti hampir tidak selalu memiliki
kontrol terhadap bagaimana data itu dikumpulkan dan dikelompokkan menurut
keperluan semula. Namun demikian, data pustaka, sampai tingkat tertentu, terutama
dari sudut metode sejarah, juga bisa berarti sumber primer, sejauh ia ditulis oleh
tangan pertama atau oleh pelaku sejarah itu sendiri.
4. Ciri yang keempat adalah bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik, tetap. Artinya kapan pun ia
datang dan pergi, data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia sudah
merupakan data "mati" yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka,
gambar, rekaman tape atau film). Karena alasan itu pula, maka peneliti yang
menggunakan bahan kepustakaan memerlukan pengetahuan teknis yang memadai
tentang sistem informasi dan teknik-teknik penelusuran data pustaka secukupnya.
F. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir merupkan bagian penelitian yang menggambarkan alur
pikiran peneliti dalam memberikan penjelasan kepada orang lain. Secara umum
kerangka berfikir berfungsi sebagai tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-
hal yang berhubungan dengan variable pokok, atau pokok masalah yang ada dalam
penelitian berdasarkan teori yang ada. Penelitian yang Relevan biasanya digunakan
untuk mencari persamaan dan perbedaan ataran penelitian orang lain dengan penelitian
yang sedang kita buat atau membandingkan penelitian yang satunya dengan yang
lainnya. Kerangka berpikir juga merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
10
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kegiatan studi kepustakaan pada prinsipnya adalah sangat positifbaik bagi peneliti
maupun bagi orang lain yang tertarik terhadap penelitian. Jika kegiatan ini dilaksanakan
secara teliti dan intensif dengan logika dan cara yang benar, maka peneliti akan dapat
menambah dimensi baru dalam kerangka berfikir.
Mengenai di mana tempat melakukan studi kepustakaan, banyak ahli penelitian
menganjurkan perpustakaan adalah tempat yang paling ideal. Karena di perpustakaan
seorang peneliti akan dengan mudah mengakses bermacam-macam sumber yang
relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, sangat
dianjurkan bagi seoran peneliti untuk mengetahui sistematika pencarian sumber baik
secara manual maupun dengan menggunakan komputer dalam perpustakaan tersebut,
12
agar dalam mencari sumber-sumber yang diinginkan dapatdilakukan secara mudah dan
cepat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14